15. Proceeding Penelitian dan Evaluasi Pengeboran Belti 2015 Soepriadi
PENELITIAN DAN EVALUASI HASIL PENGEBORAN LOGAM TIMAH PRIMER
DI DAERAH PARIT TEBU, KECAMATAN GANTUNG, KABUPATEN BELITUNG TIMUR,
PROVINSI BANGKA BELITUNG
Soepriadi dan Bambang Pardiarto
Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Pulau Belitung termasuk jalur timah Indonesia yang memanjang dari tenggara hingga
Baratdaya, Selain Pulau Belitung, pulau lain seperti Bangka, Singkep, Kundur, Karimun dan
pulau-pulau kecilnya juga termasuk penghasil timah di Indonesia. Jalur timah ini menerus
hingga ke Malaysia-Thailand dan Burma. Pulau-pulau yang disebutkan diatas yang terletak di
Jalur timah Indonesia, tidak diragukan sebagai penghasil timah terbesar di dunia.Secara
regional, Pulau Belitung ditutupi oleh runtunan batuan metasedimen yang berumur dari Karbon
hingga Perem (Gambar 13). Runtunan ini dibedakan menjadi Formasi Kelapa Kampit, Tajam
dan Siantu (Baharuddin dkk., 1995).
Didaerah penyelidikan mineralisasi timah primer yang dijumpai dipermukaan umumnya
mempunyai tipe urat dengan gangue mineral berupa kwarsa yang berasosiasi dengan mineral
besi. Mineralisasi terdapat dalam batupasir kwarsa kadang berselingan dengan
batulanau/lempung yang termetakan. Sedangkan dari hasil pemboran tidak nampak jelas
mineralisasi timah yang diamati. Kemungkinan mineralisasi timah terdapat sebagai urat
halus/hairline bersama dengan mineral besi yang memotong batupasirkwarsa, batu lanau dan
batulempung . Mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, spalerit dan
pirit terdapat dalam batuan meta batu pasir/kwarsit.
Proses pembentukan mineralisasi diperkirakan mempunyai tiga tahap. Tahap pertama
mineralisasi timah tipe urat yang berhubungan dengan batolit granit Tanjung Pandan berumur
Trias. Kemudian tahap dua adalah pembentukan urat kwarsa putih susu, masiv dengan
mineralisasi pirit akibat terobosan batuan adamelit Baginda berumur Jura. Tahap ketiga atau
terakhir adalah adanya terobosan batuan diorit kwarsa Batubesi berumur Kapur yang
meyebabkan terbentuknya mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena,
sphalerit dan pirit.
Respon hasil survey IP pada lintasan E menunjukkan khususnya pada titik lubang bor
LB-02 terlihat semakin kedalam terjadi peningkatan resistivity dan chargebility. Anomali ini
diperkirakan lebih mencerminkan pada kondisi batuan yaitu adanya kwarsit dan kandungan
mineral sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai tindak lanjut dari hasil
kajian
timah
primer
tahun
2013,
penyelidikan untuk menentukan wilayah
pengeboran eksplorasi mineral logam
timah primer dan logam lainnya di daerah
Parit Tebu, Lintang dan survey geofisika
oleh Pusat Sumber Daya Geologi mulai
dari survey tinjau, pengamatan geologi,
penyelidikan geokimia dan geofisika, tahun
2014 yang di pusatkan di daerah Parit
Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten
Belitung Timur.
Hasil
penyelidikan
tersebut
memperlihatkan zona anomali mineral
logam yang perlu ditindaklanjuti dengan
metoda eksplorasi rinci uji geologi
(pengeboran).
Tahun Anggaran 2015,
Pusat Sumber Daya Geologi telah
melakukan kegiatan yaitu “Penelitian dan
Evaluasi Potensi Hasil Pengeboran Logam
Timah Primer di daerah Parit Tebu Desa
Batu
Penyu,
Kecamatan
Gantung,
Kabupaten Belitung
Bangka Belitung”.
Timur,
Provinsi
Maksud dan Tujuan
Kegiatan
ini
dimaksudkan
mengidentifikasi geologi bawah permukaan
dalam kaitannya dengan mineralisasi timah
untuk mengetahui besarnya potensi timah
primer berdasarkan hasil dari data
pengeboran. Tujuannya memperoleh data
secara rinci potensi timah primer di daerah
pengeboran dan melengkapi data neraca
sumber daya mineral dan tata ruang
pertambangan di daerah.
Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan terletak di daerah
Parit
Tebu,
Kecamatan
Gantung,
Kabupaten Belitung Timur (Gambar.1).
Secara
geografis
terletak
antara
108°03'31,4” BT -108°06'45,5” BT dan
2°57'33,1” - LS, 3°00'15,7” LS, dan
koordinat utm (Unit transfers mecator)
menunjukkan titik bor Xm.175,589.2
Ym.9,670,206.2;
Xm.176,408.1,
Ym.
670,111.9
dan
Xm.177,769.0,
Ym.
9,670,604.0.
METODOLOGI
Pengumpulan data sekunder
Merupakan data hasil penelitian di
lokasi penyelidikan yang telah dilakukan
sebelumnya yang meliputi kegiatan
penyelidikan, penelitian dan eksplorasi
instansi pemerintah, kegiatan eksplorasi
dari
perusahaan-perusahaan
yang
bergerak di bidang pertambangan mineral
logam.
Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan uji geologi pengeboran dengan
bertujuan untuk memperoleh data geologi
berserta ubahan dan mineralisasi logam,
mengetahui keterjadian mineralisasi logam
dan skematik model mineralisasi dan
memiliki anomali geokimia keterdapatan
mineral logam. Pengeboran dilakukan
dengan mesin bor Longyear-38 dengan
kedalaman 175 meter untuk masingmasing 3 (tiga) titik lubang bor dengan arah
N90oE. Conto bor diambil sekitar ±3 kg
untuk kebutuhan analisis laboratorium dan
sebagian untuk arsip.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan
terhadap conto-conto yang diambil hasil
pengeboran, seperti: Analisis petrografi,
mineragrafi, analisis kimia, inklusi fluida
dan XRD.
HASIL PENYELIDIKAN
Kegiatan pengeboran cebakan
timah primer dilakukan didaerah Parit
Tebu, Desa Batu Penyu, Kecamatan
Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
Kegiatan ini merupakan pemboran uji
geologi yang dilakukan dengan latar
belakang berdasarkan hasil survey
geofisika metoda Induced Polarization (IP)
dan magnet tahun 2014 (Gambar 3,4,5).
Pemboran vertikal dilakukan pada tiga titik
lubang bor dengan kedalaman masingmasing 175 m yang menghasilkan inti bor
berukuran HQ dan NQ dengan
core
recovery
rata-rata
mencapai
98%.
Pelaksanaan pemboran menggunakan rig
tipe Long Year 38 yang dilakukan oleh PT.
Dunggio Drilling dalam kurun waktu bulan
Agustus-September-Oktober 2015.
Geologi Daerah Penelitian
Morfologi
Secara morfologi, wilayah Parit
Tebu
memperlihatkan
perbukitan
bergelombang rendah dan pedataran
dengan ketinggian berkisar dari 50-100 m
diatas permukaan laut ditutupi oleh batuan
sedimen Formasi Tajam dan endapan
alluvial. Umumnya, daerah ini ditutupi oleh
pepohonan yang relatif rendah dan
perkebunan
masyarakat.
Daerah
pedataran umumnya berupa daerah rawa,
lembah dan daerah tambang timah.
Umumnya, daerah ini agak gundul dan
hanya ditutupi oleh pohon-pohon pardu dan
rerumputan
Geologi dan Mineralisasi Daerah
Sekitar Pengeboran.
Satuan batuan yang mendominasi
daerah ini terdiri atas batu pasir kwarsa
berselingan dengan batu lempung dan batu
lanau yang diduga merupakan bagian dari
Formasi Tajam berumur Permo - Karbon
(Gambar 12 /Peta Geologi). Kemudian
satuan batuan tersebut secara menjemari
berhubungan dengan meta batupasir
kwarsa/kwarsit, batusabak dan lempung
tufaan yang merupakan bagian dari
Formasi Kelapa Kampit yang juga berumur
Permo-Karbon. Jurus dan kemiringan
lapisan batupasir yang kontak dengan batu
lempung yang teridentifikasi berarah N
160-170E/15
dan
N
280-300E/45
(Gambar.6). Umumnya
batuan ini
sebagian
besar
telah
mengalami
pelapukan kuat yang membentuk endapan
laterit/limonit yang mengandung mineral
oksida besi.
Sebagian satuan batuan tersebut
masih tampak segar dengan ubahan silika,
pirit dan lempung serta setempat-setempat
mengandung urat/urat halus kwarsa.
Batuan terkekarkan kuat dimana retakan
yang terbentuk diisi oleh urat kuarsa tipis
(mm) dan oksida besi/limonit yang saling
berpotongan
sebagaimana
dijumpai
disekitar Bukit Klenteng. Endapan aluvial
yang terdiri atas pasir, lanau dan lempung
menutupi kedua satuan batuan tersebut
yang menempati pada lembah sungai.
Struktur geologi yang teramati
adalah berupa kekar dan patahan normal
yang diperkirakan dengan arah hampir
utara-selatan. Gejala patahan ini ditandai
oleh adanya pola perubahan jurus dan
kemiringan lapisan batupasir yang berada
disekitar Bukit Klenteng. Sedangkan kekar
yang terbentuk umumnya terisi oleh oksida
besi/limonit seperti yang dijumpai didaerah
sekitar Bukit Klenteng
Indikasi
mineralisasi
berupa
urat/urat halus kwarsa dengan tebal 1mm 3 cm, tidak beraturan dan saling
perpotongan pada perselingan batupasir
kwarsa dan meta batulempung. Mineral
kasiterit teramati pada dua singkapan urat
kwarsa dengan tebal 1 s.d 2,5 cm, agak
transparan, kristalin dan struktur vuggy dan
comb, berarah N 100 E/50 dan N 65 E/55
seperti yang ditemukan didaerah Bukit
Klenteng pada lokasi KL 01 R/2015 (
Gambar 7). Pada tempat lain urat-urat
kwarsa juga mengandung mineral timah
dan hematit/gutit pada batu pasir yang
disertai dengan urat-urat halus limonitik
pada lokasi KL 02-04 R/2015
Selain itu hasil pelapukan bijih
logam berupa gossan yang mengandung
gutit, jarosit dan hematit juga ditemukan
disekitar daerah ini . Diduga terbentuknya
gossan akibat dari proses pelapukan
terhadap batuan termineralisasi dengan
intensitas kuat urat tipis dan kandungan
besi yang tinggi sehingga memberikan
warna merah dan
kuning kecoklatan
(Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti
secara rinci masing-masing lubang bor
tersebut dapat diresumekan pada Tabel 1.
Pembahasan Hasil Pemboran Uji
Secara regional cebakan timah
primer didaerah Pulau Belitung
proses
pembentukan
mineralisasinya
berhubungan dengan larutan hidrotermal
yang dihasilkan oleh intrusi batuan
bersusunan asam (granit tipe S). Didaerah
Tikus mineralisasi timah primer mempunyai
tipe greisen ditemukan dalam batuan
granit Tanjung Pandan yang merupakan
granit tipe- S berumur Trias. Selain itu
didaerah Batubesi terdapat mineralisasi
timah yang berasosiasi dengan logam
dasar terdapat dalam cebakan tipe skarn
akibat kontak antara batuan diorit kwarsa
Batubesi berumur Kapur dengan batuan
metasedimen.
Berdasarkan evaluasi dari masingmasing lubang pemboran LB-01, LB-02
dan LB-03 mineralisasi timah primer tidak
terlihat secara jelas. Hal ini sangat berbeda
dengan
mineralisasi
yang
teramati
dipermukaan
dimana
mineralisasi
berasosiasi dengan urat kwarsa tipis,
transparant-kristalin yang mengandung
kasiterit, monasit, hematit dan gutit. Namun
demikian mineralisasi timah dalam batuan
inti pemboran diperkirakan bersama
dengan
besi
dalam
bentuk
urat
halus/hairline yang banyak memotong
dalam batupasir maupun perselingan
batupasir-lanau. Hal ini nampak jelas
terlihat pada fenomena hair line/urat halus
tersebut dimana sebagian urat halus
terubah menjadi limonit/oksida besi yang
berwarna coklat sedangkan yang lainnya
tetap berwarna hitam yang diduga
mengandung kasiterit berukuran halus.
Setempat juga teramati ada bercak pirit.
Pembentukan urat halus dan sebagian urat
kwarsa ini merupakan tahap pertama
proses mineralisasi didaerah ini yang
sifatnya lebih luas/regional kemungkian
berhubungan dengan intrusi batholit dari
granit Tanjung Pandan yang berumur Trias.
Kemudian proses pembentukan
mineralisasi tahap kedua yang diperkirakan
berhubungan dengan intrusi adamelit
Baginda yang berumur Jura. Sisa larutan
hidrothermal ini yang menyebabkan
terbentuknya urat kwarsa berwarna putih
susu dan sedikit mengandung bercak pirit.
Urat urat kwarsa ini dalam batuan terlihat
memotong hair line mineral besi yang
terbentuk pada tahap pertama. Akibat
terobosan ini larutan yang melalui zona
patahan kemungkinan dapat membentuk
mineralisasi besi yang dominan baik dalam
bentuk pengisian rekahan maupun bijih
besi. Hal ini terlihat ditemukannya zona
patahan yang matriknya terisi oleh kwarsa
putih susu dan masif. Mineralisasi yang
teramati hanya bercak pirit dan oksida besi.
Selain itu juga ditemukannya gossan
dengan mineral hematit, gutit dan oksida
besi. Proses pembentukan mineralisasi
yang terakhir diperkirakan akibat terobosan
batuan diorit kwarsa Batubesi yang juga
berumur
Kapur.
Mineralisasi
yang
terbentuk lebih banyak ditemukan dalam
meta batupasir kwarsa/kwarsit. Sebagian
ditemukan juga dalam batupasir kwarsa
berselingan
dengan
lanau.
Tipe
mineralisasi berupa urat halus/urat kwarsa
yang mengandung mineral galena,
sphalerit, pirit dan kadang kadang kasiterit
(?). Selain itu mineral klorit juga teramati
pada sekitar urat halus dan pada masa
batuan. Urat kwarsa ini dalam batuan
memotong hair line besi dan urat kwarsa
masif yang terbentuk pada tahap pertama
dan kedua.
Dari hasil pemboran tidak ada
satupun lubang bor yang terindikasi
menembus batuan beku . Namun dari bor
LB-02 dan LB-03 ditemukan batuan meta
batupasir/kwarsit yang
kemungkinan
proses malihannya akibat kontak dengan
intrusi.
Dari hasil survey geofisika sebaran
anomali tahanan jenis (resistivity) dan
chargeability pada lintasan E dimana
lintasan ini melewati lokasi titik bor LB-02 ,
menunjukkan nilai tahanan jenis rendah
yang meningkat tinggi kearah dalam
(Gambar 5). Nilai tahanan jenis rendah ini
merupakan pencerminan batuan yang
bersifat kurang resistif/ konduktif yaitu
berupa batuan sedimen . Sedangkan nilai
tahanan jenis yang tinggi merupakan
pencerminan batuan yang lebih resistif
dalam hal ini batuan metasedimen/kwarsit.
Batuan yang mengandung mineral sulfida
umumnya memiliki nilai tahanan jenis
rendah (konduktif), sedangkan sifat
kemagnetannya relatif lebih tinggi dari
batuan di sekitarnya Nilai chargeability
rendah
mengindikasikan
sedikitnya
kandungan mineral yang dapat menyimpan
arus. Sedangkan chargebility tinggi relatif
berhubungan keberadaan urat kwarsa
yang mengandung galena, spalerit dan
bercak pirit.
Kesimpulan
Didaerah penyelidikan mineralisasi timah
primer yang dijumpai dipermukaan
umumnya mempunyai tipe urat dengan
gangue mineral berupa kwarsa yang
berasosiasi
dengan
mineral
besi.
Mineralisasi terdapat dalam batupasir
kwarsa kadang berselingan dengan
batulanau/lempung
yang
termetakan.
Sedangkan dari hasil pemboran tidak
nampak jelas mineralisasi timah yang
diamati. Kemungkinan mineralisasi timah
terdapat sebagai urat halus/hairline
bersama dengan mineral besi yang
memotong batupasirkwarsa, batu lanau
dan batulempung . Mineralisasi tipe urat
kwarsa polimetalik yang mengandung
galena, spalerit dan pirit terdapat dalam
batuan meta batu pasir/kwarsit.
Proses pembentukan mineralisasi diperkirakan mempunyai tiga tahap. Tahap
pertama mineralisasi timah tipe urat yang
berhubungan dengan batolit granit Tanjung
Pandan berumur Trias. Kemudian tahap
dua adalah pembentukan urat kwarsa putih
susu, masiv dengan mineralisasi pirit akibat
terobosan batuan adamelit Baginda
berumur Jura. Tahap ketiga atau terakhir
adalah adanya terobosan batuan diorit
kwarsa Batubesi berumur Kapur yang
meyebabkan terbentuknya mineralisasi
tipe urat kwarsa polimetalik yang
mengandung galena, sphalerit dan pirit.
Respon hasil survey IP pada
lintasan E menunjukkan khususnya pada
titik lubang bor LB-02 terlihat semakin
kedalam terjadi peningkatan resistivity dan
chargebility. Anomali ini diperkirakan lebih
mencerminkan pada kondisi batuan yaitu
adanya kwarsit dan kandungan mineral
sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik.
DAFTAR PUSTAKA
Aleva, G.J.J., 1960, The plutonic igneous rocks from Billiton Indonesia, Geol. En Mijnb. 3 q.e.p.
427-436
Bappeda,2013, Belitung Dalam Angka, Badan Statistik Kabupaten Belitung, Timur, Provinsi
Bangka Belitung, Manggar
Lehmann, B, 1990. Metallogeny of Tin. Lecture notes in Earth Sciences., 32. Springer-Verlag,
Berlin.
Franklin dkk, 2011. Laporan Survey Geologi Detail Dan Persiapan Lokasi Pengeboran Logam
Dasar Di Daerah Wai Wajo, Kabupaten Sikka,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Yudi A dkk, 2014., Survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet Daerah Parit Tebu
Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Schwartz, M.O. dan Surjono, 1990. The Stratabound deposit of Namsalu Kelapa Kampit,
Indonesia. Econ. Geol. 95. 76-98.
WWW/id.wikipedia.org/wiki/Belitung _Timur
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Lokasi Penelitian dan Evaluasi Pengeboran Logam Timah Primer Daerah Parit
Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Balitung
Gambar 2. Lokasi Titik Pengeboran Logam Timah Primer Daerah Parit Tebu,
Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Balitung
LB.0
1
Gambar 3. Peta Hasil Penafsiran Geofisika Lintasan C Daerah Parit Tebu
Titik Bor LB.01
LB.0
2
Gambar 4. Peta Hasil Penafsiran Geofisika dan Lokasi Titik Bor LB.02
Lintasan E Daerah Parit Tebu
LB.03
Gambar 5. Peta Hasil Penafsiran Geofisika Magnetit dan Lokasi Titik Bor LB.03 Daerah Parit
Tebu
Batu pasir
Batu lempung
Gambar 6. Singkapan Kontak Antara Batupasir Kwarsa dan Batu Lempung
Dengan Jurus N 280 E/45 Didaerah Bukit Klenteng.
Gambar 7. Singkapan Urat Kwarsatipis N100oE/50 Mengandung Mineralkasiterit Didaerah
Bukit Klenteng (KL 01 R/2015)
Gambar 8.Singkapan Gossan Disekitar Daerah Penyelidikan
Gambar 9. Hairline/urat Halus Kuarsa Mengandung Besi/Timah Pada btpsr Kuarsa Lubang
bor LB.02
Gambar 10. Urat Kuarsa Polimetalik Mengadung Pb,Py dan Spalerit LB.02
Gambar 11. Urat Kuarsa Massif Sedikit Kristalin Mengandung Klorit, Besi Lubang bor LB.03
Gambar 12. Peta lokasi titik bor dan geologi daerah Parit Tebu, Desa Batu Penyu,
Kecamata Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung
Gambar 13. Korelasi Lubang Bor Daerah Parit, Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung,
Kabupaten Balitung Timur, Provinsi Bangka Belitung
Tabel 1. Hasil Pemerian Batuan Inti Lubang Bor
No
Kode Bor
Kedalaman (m)
00.00 - 10.50
10.50 - 23.30
23.30 - 39.30
Deskripsi
Endapan aluvium berupa pasir, pasir
lempungan, lempung putih kekuningan
Batupasir kuarsa, coklat kekuningan,
butir sedang, membulat, kemas tertutup,
pemilahan sedang, agak lapuk, kuarsa
dominan dan felspar, terkekarkan
Batulanau, kelabu, butir halus, masif,
berlapis baik dengan sisipan batu pasir
kwarsa, coklat-kekuningan, butir halussedang (40 cm), terkekarkan
39.30 - 80.80
Batu pasir kwarsa, kuning - kecoklatan,
butir sedang, bentuk membulat, kemas
tertutup, pemilahan sedang, banyak
terkekarkan dengan sisipan batu lanau,
kelabu, masif
80.80 - 99.45
Batu pasir kwarsa, kelabu sedikit
kecoklatan, butir sedang, setempat
berselingan batu lanau, terkekarkan
sedang.
99.45 - 119.00
Batu pasir kwarsa, kelabu-kehijauan,
butir sedang, setempat memperlihatkan
sedikit tekstur granoblastik, dipotong
oleh urat halus kwarsa, kompak
119.00 -127.00
Batulanau,
kelabu
terkekarkan,
milonitisasi, hancur diduga zona sesar.
127.00 - 37.50
Batupasir kuarsa, kelabu-keputihan,
butir sedang, sebagian berselingan
dengan batulanau, hijau, masif, kompak,
dipotong urat kuarsa, bercak pirit.
Perselingan batupasir kuarsa dan
batulanau, hijau kelabu, butir halus,
berlapis baik.
Setempat sisipan
batupasir kuarsa, butir halus-sedang,
butir membulat, kemas tertutup, putih
kelabu, dominan kuarsa, kompak.
LB-01
137.50- 175.00
Mineralisasi
Mineral besi/timah dengan
retakan diisi oksida besi
dan kerapatan 3-5%.
Pada batu pasir terlihat
hairline
dari
mineral
besi/timah, kerapatan 1%
dan urat halus kwarsa 3
mm,
barren
dengan
orientasi 45⁰ terhadap
sumbu inti.
Teramati hairline mineral
besi/timah agak intensif
dengan kerapatan sekitar
5% yang dipotong oleh urat
halus kwarsa, diameter 1-7
mm, barren dan orientasi
70⁰-80⁰ terhadap sumbu
inti.
Pada kedalaman 92.70 m
urat
halus
kuarsa
mengandung
mineral
galena,
sphalerit
dan
kasiterit
dimana
urat
kuarsa mempunyai struktur
vuggy dan comb orientasi
35⁰-40⁰ terhadap sumbu
inti.
Pada 111.50-111.80m urat
halus
kuarsa
dengan
mineralisasi pirit sepanjang
retakan,
urat
kuarsa
diameter 0,3 cm, struktur
vuggy- comb ,
epidot,
dengan orientasi 80⁰-90⁰
terhadap sumbu inti
Urat halus kuarsa 1-2 mm,
vuggy ,klorit dalam tepi
urat,
mengandung pirit
dalam
retakan
(1%)
dengan ubahan kloritisasi
yang agak intensif. Pada
161.70
m
urat
mengandung
pirit,
sphalerit, tebal 0,4 cm,
klorititisasi, 10-15 derajat
terhadap sumbu inti
No
Kode Bor
Kedalaman (m)
00.00 - 17.40
17.40 - 34.75
34.75 - 39.70
Deskripsi
Endapan aluvium berupa pasir, pasir
lempungan,
lempung,
kuning
kecoklatan - merah, clayed. Beberapa
mengandung
material
batupasir
teroksidasi.
Batupasir kuarsa, coklat-kemerahan,
berbutir sedang, dominan kuarsa sedikit
lempung, kemas tertutup, pemilahan
sedang, bentuk butir membulat, fragmen
kuarsa dalam matrik silika dan sisipan
batulempung-lanau, kelabu kecoklatan
agak lapuk, butir halus, kompak.
Batu lanau, kehijauan, butir halus, masif.
39.70 - 54.95
Batupasir kuarsa, butir sedang, putih
kehijauan, kuarsa dominan, dipotong
oleh urat halus kuarsa.
54.95 - 67.45
Perselingan batu pasir - lanau, berbutir
halus, kelabu, agak lapuk, tampak
struktur lapisan, kemas tertutup,
pemilahan sedang
67.45 - 78.15
Batulanau kelabu, butir halus, sedikit
terkekarkan
78.15 - 84.00
Batupasir selang seling batulanau, batu
lempung, berlapis buruk.
Batupasir kuarsa, butir sedang, putih
kehijauan, kuarsa dominan dan felspar,
terkekarkan, butir membulat, kemas
tertutup, pemilahan sedang.
LB-02
84.00 - 138.50
138.50 - 141.5
141.50 - 175.0
Perselingan
batupasir dan lanau,
kelabu, masif dan berlapis baik dengan
orientasi lapisan 40-50o terhadap sumbu
inti bor.
Kuarsit,
hijau-kelabu,
keras,
granoblastik,
masif,
rekristalisasi
kuarsa, dipotong urat kuarsa.
Mineralisasi
-
Pada
28.35-30.00
m
teramati urat urat halus
kuarsa yang mengandung
mineral besi/timah
Teramati hairline mineral
besi/timah,
sedikit
kloritisasi
Urat halus kuarsa, 0,5-1,0
cm, putih susu, masifstruktur vuggy, barren,
kloritisasi disekitar urat,
orientasi 50⁰ terhadap
sumbu inti dan hairline
mineral besi/timah dengan
kerapatan 3%.
Urat
halus
kuarsa
mengandung
mineral
besi/timah mengisi retakan
(5%), 0.1-0.5 cm, orientasi
70⁰ terhadap sumbu inti.
Pada
70.00-70.10
m
teramati bercak mineral
besi/timah, urat halus
kuarsa dan klorit mengsisi
retakan.
Kloritisasi teramati dalam
urat urat halus berasosiasi
dengan kuarsa, hairline
besi/timah agak intensif
dengan kerapatan 4%.
Juga bercak pirit dalam
masa batuan dan urat
halus.
-
Silisifikasi, pada 170.10 m
terdapat
urat
kwarsa
polimetalik
(galena,
spalerit, pirit dan kasiterit),
0,5-0,7
cm
dengan
orientasi 80⁰-70⁰ terhadap
sumbu inti.
No
Kode Bor
Kedalaman (m)
00.00 - 3.10
03.10 - 24.90
24.90 - 53.80
Deskripsi
Gossan, coklat kemerahan sebagian
lempungan, fragmen dari hematit, gutit
dan urat-urat halus mineral besi
Lempung dan lempung pasiran,
setengah lapuk, merah kecoklatan,
sedikit ada fragmen batu lempung coklat
Batupasir kuarsa, butir sedang, bentuk
membulat,
kelabu
kecoklatan,
terkekarkan kuat, dominan kuarsa dan
sedikit felspar, fragmen kuarsa dalam
matrik silika, kemas. Juga berselingan
dengan batulempung tufaan, butir halus
kelabu
sebagian
kecoklatan,
terkekarkan
berselingan
dengan
batulanau.
53.80 - 70.80
Batupasir kuarsa, putih-kecoklatan,
kekar kuat, terbreksikan, diisi oleh
oksida besi, bercak pirit dan dalam urat
halus. Fragmen batupasir dalam matrik
kuarsa.
70.80 - 87.90
Batupasir kuarsa berselingan dengan
batu lanau/lempung, hijau kelabu,
terkekarkan dan pada zona patahan,
butir sedang, membulat, kemas tertutup,
pemilahan sedang.
87.90 - 127.40
Batupasir kuarsa kelabu, butir sedang,
bentuk membulat, kemas terbuka,
pemilahan sedang, dominan mineral
kuarsa, dipotong oleh urat kuarsa.
LB-03
Mineralisasi
Retakan terisi oleh oksida
besi beberapa berupa
menjaring dengan orientasi
60⁰, pada 27.00-27.90 m
terdapat
urat
kwarsa
mengandung pirit, 1mm3mm, kloritisasi dan dan
sebagian
hairline
besi/timah.
tertutup,
pemilahan
sedang,
kompak.
Pirit
kubik
teramati pada kedalaman
50 m.
Pada 61.10 m urat kuarsa
masif, putih susu, 2 cm,
bercak pirit, pada tepi urat
ada klorit dan mineral
hitam dan ada hairline
besi/timah, kerapatan 1%
dan zona breksiasi urat
kuarsa, masif, limonitik.
Pada 70.m, urat kuarsa,
0,5-1 cm, mengandung
pirit, klorit dan bercak
kalkopirit, orientasi 80⁰.
Ada dua fasa urat satu urat
0,7 cm dengan orientasi
45⁰ tidak terpotong dan
mengandung urat halus
kuarsa.
Pada kedalaman 70 m
teramati urat kuarsa 0,51cm, mengandung pirit,
kalkopirit dan klorit dengan
orientasi 80⁰. Pada 87.70
meter
ubahan limonitik
dengan urat kuarsa halus,
1-2 mm yang sebagian
terisi
mineral
hitam
besi/timah
dengan
kerapatan 1%.
Pada 107.50 m terdapat
gejala tergerus akibat
patahan. Pada 111.0115.0m, limonitik kuat dan
sebagian
membentuk
jarosit dengan urat halus
besi/timah, kerapatan 1%.
Selain itu urat halus kuarsa
1-2 mm, kristalin, sedikit
mengandung
mineral
No
Kode Bor
Kedalaman (m)
Deskripsi
127.4 - 147.9
Batupasir kuarsa, putih kecoklatankehijauan, butir sedang, kemas tertutup,
terbreksikan
147.90- 164.80
Batupasir
kuarsa,
butir
halus
berselingan dengan batu lanau, kelabukehijauan, berlapis baik dg orientasi 50⁰
thd sumbu inti, dipotong urat halus.
164.80 - 175
Meta batu pasir kuarsa/kuarsit, sisipan
batulanau, kehijauan, granoblastik.
Mineralisasi
hitam besi/timah, orientasi
60⁰ terhadap sumbu inti.
Batulanau,
kelabukecoklatan, terbreksikan,
dengan fragmen menyudut
dalam matrik lempung,
diduga pada zona patahan.
Limonitik dengan oksida
besi dalam retakan dan
mengandung
sedikit
hairline besi/timah. Pada
141.40-143.40 m, limonitik
kuat, banyak mengandung
hairline mineral besi/timah
dan sedikit pola menjaring
yang terisi limonit dengan
kerapatan 30%.
Kloritisasi kuat, serisit pada
masa batuan, hairline
mineral besi/timah dengan
kerapatan 30% dengan
orientasi 30⁰ - 40⁰ terhadap
sumbu initi. Bintik mineral
hitam juga teramati.
Pada
masa
batuan
teramati
bercak
pirit
dengan urat halus kuarsa
dan serisit, lebar 1 mm
dengan
orientasi
90⁰,
kloritisasi kuat dan hairline
dari mineral besi/timah.
DI DAERAH PARIT TEBU, KECAMATAN GANTUNG, KABUPATEN BELITUNG TIMUR,
PROVINSI BANGKA BELITUNG
Soepriadi dan Bambang Pardiarto
Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Pulau Belitung termasuk jalur timah Indonesia yang memanjang dari tenggara hingga
Baratdaya, Selain Pulau Belitung, pulau lain seperti Bangka, Singkep, Kundur, Karimun dan
pulau-pulau kecilnya juga termasuk penghasil timah di Indonesia. Jalur timah ini menerus
hingga ke Malaysia-Thailand dan Burma. Pulau-pulau yang disebutkan diatas yang terletak di
Jalur timah Indonesia, tidak diragukan sebagai penghasil timah terbesar di dunia.Secara
regional, Pulau Belitung ditutupi oleh runtunan batuan metasedimen yang berumur dari Karbon
hingga Perem (Gambar 13). Runtunan ini dibedakan menjadi Formasi Kelapa Kampit, Tajam
dan Siantu (Baharuddin dkk., 1995).
Didaerah penyelidikan mineralisasi timah primer yang dijumpai dipermukaan umumnya
mempunyai tipe urat dengan gangue mineral berupa kwarsa yang berasosiasi dengan mineral
besi. Mineralisasi terdapat dalam batupasir kwarsa kadang berselingan dengan
batulanau/lempung yang termetakan. Sedangkan dari hasil pemboran tidak nampak jelas
mineralisasi timah yang diamati. Kemungkinan mineralisasi timah terdapat sebagai urat
halus/hairline bersama dengan mineral besi yang memotong batupasirkwarsa, batu lanau dan
batulempung . Mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena, spalerit dan
pirit terdapat dalam batuan meta batu pasir/kwarsit.
Proses pembentukan mineralisasi diperkirakan mempunyai tiga tahap. Tahap pertama
mineralisasi timah tipe urat yang berhubungan dengan batolit granit Tanjung Pandan berumur
Trias. Kemudian tahap dua adalah pembentukan urat kwarsa putih susu, masiv dengan
mineralisasi pirit akibat terobosan batuan adamelit Baginda berumur Jura. Tahap ketiga atau
terakhir adalah adanya terobosan batuan diorit kwarsa Batubesi berumur Kapur yang
meyebabkan terbentuknya mineralisasi tipe urat kwarsa polimetalik yang mengandung galena,
sphalerit dan pirit.
Respon hasil survey IP pada lintasan E menunjukkan khususnya pada titik lubang bor
LB-02 terlihat semakin kedalam terjadi peningkatan resistivity dan chargebility. Anomali ini
diperkirakan lebih mencerminkan pada kondisi batuan yaitu adanya kwarsit dan kandungan
mineral sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai tindak lanjut dari hasil
kajian
timah
primer
tahun
2013,
penyelidikan untuk menentukan wilayah
pengeboran eksplorasi mineral logam
timah primer dan logam lainnya di daerah
Parit Tebu, Lintang dan survey geofisika
oleh Pusat Sumber Daya Geologi mulai
dari survey tinjau, pengamatan geologi,
penyelidikan geokimia dan geofisika, tahun
2014 yang di pusatkan di daerah Parit
Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten
Belitung Timur.
Hasil
penyelidikan
tersebut
memperlihatkan zona anomali mineral
logam yang perlu ditindaklanjuti dengan
metoda eksplorasi rinci uji geologi
(pengeboran).
Tahun Anggaran 2015,
Pusat Sumber Daya Geologi telah
melakukan kegiatan yaitu “Penelitian dan
Evaluasi Potensi Hasil Pengeboran Logam
Timah Primer di daerah Parit Tebu Desa
Batu
Penyu,
Kecamatan
Gantung,
Kabupaten Belitung
Bangka Belitung”.
Timur,
Provinsi
Maksud dan Tujuan
Kegiatan
ini
dimaksudkan
mengidentifikasi geologi bawah permukaan
dalam kaitannya dengan mineralisasi timah
untuk mengetahui besarnya potensi timah
primer berdasarkan hasil dari data
pengeboran. Tujuannya memperoleh data
secara rinci potensi timah primer di daerah
pengeboran dan melengkapi data neraca
sumber daya mineral dan tata ruang
pertambangan di daerah.
Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan terletak di daerah
Parit
Tebu,
Kecamatan
Gantung,
Kabupaten Belitung Timur (Gambar.1).
Secara
geografis
terletak
antara
108°03'31,4” BT -108°06'45,5” BT dan
2°57'33,1” - LS, 3°00'15,7” LS, dan
koordinat utm (Unit transfers mecator)
menunjukkan titik bor Xm.175,589.2
Ym.9,670,206.2;
Xm.176,408.1,
Ym.
670,111.9
dan
Xm.177,769.0,
Ym.
9,670,604.0.
METODOLOGI
Pengumpulan data sekunder
Merupakan data hasil penelitian di
lokasi penyelidikan yang telah dilakukan
sebelumnya yang meliputi kegiatan
penyelidikan, penelitian dan eksplorasi
instansi pemerintah, kegiatan eksplorasi
dari
perusahaan-perusahaan
yang
bergerak di bidang pertambangan mineral
logam.
Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan uji geologi pengeboran dengan
bertujuan untuk memperoleh data geologi
berserta ubahan dan mineralisasi logam,
mengetahui keterjadian mineralisasi logam
dan skematik model mineralisasi dan
memiliki anomali geokimia keterdapatan
mineral logam. Pengeboran dilakukan
dengan mesin bor Longyear-38 dengan
kedalaman 175 meter untuk masingmasing 3 (tiga) titik lubang bor dengan arah
N90oE. Conto bor diambil sekitar ±3 kg
untuk kebutuhan analisis laboratorium dan
sebagian untuk arsip.
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium dilakukan
terhadap conto-conto yang diambil hasil
pengeboran, seperti: Analisis petrografi,
mineragrafi, analisis kimia, inklusi fluida
dan XRD.
HASIL PENYELIDIKAN
Kegiatan pengeboran cebakan
timah primer dilakukan didaerah Parit
Tebu, Desa Batu Penyu, Kecamatan
Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
Kegiatan ini merupakan pemboran uji
geologi yang dilakukan dengan latar
belakang berdasarkan hasil survey
geofisika metoda Induced Polarization (IP)
dan magnet tahun 2014 (Gambar 3,4,5).
Pemboran vertikal dilakukan pada tiga titik
lubang bor dengan kedalaman masingmasing 175 m yang menghasilkan inti bor
berukuran HQ dan NQ dengan
core
recovery
rata-rata
mencapai
98%.
Pelaksanaan pemboran menggunakan rig
tipe Long Year 38 yang dilakukan oleh PT.
Dunggio Drilling dalam kurun waktu bulan
Agustus-September-Oktober 2015.
Geologi Daerah Penelitian
Morfologi
Secara morfologi, wilayah Parit
Tebu
memperlihatkan
perbukitan
bergelombang rendah dan pedataran
dengan ketinggian berkisar dari 50-100 m
diatas permukaan laut ditutupi oleh batuan
sedimen Formasi Tajam dan endapan
alluvial. Umumnya, daerah ini ditutupi oleh
pepohonan yang relatif rendah dan
perkebunan
masyarakat.
Daerah
pedataran umumnya berupa daerah rawa,
lembah dan daerah tambang timah.
Umumnya, daerah ini agak gundul dan
hanya ditutupi oleh pohon-pohon pardu dan
rerumputan
Geologi dan Mineralisasi Daerah
Sekitar Pengeboran.
Satuan batuan yang mendominasi
daerah ini terdiri atas batu pasir kwarsa
berselingan dengan batu lempung dan batu
lanau yang diduga merupakan bagian dari
Formasi Tajam berumur Permo - Karbon
(Gambar 12 /Peta Geologi). Kemudian
satuan batuan tersebut secara menjemari
berhubungan dengan meta batupasir
kwarsa/kwarsit, batusabak dan lempung
tufaan yang merupakan bagian dari
Formasi Kelapa Kampit yang juga berumur
Permo-Karbon. Jurus dan kemiringan
lapisan batupasir yang kontak dengan batu
lempung yang teridentifikasi berarah N
160-170E/15
dan
N
280-300E/45
(Gambar.6). Umumnya
batuan ini
sebagian
besar
telah
mengalami
pelapukan kuat yang membentuk endapan
laterit/limonit yang mengandung mineral
oksida besi.
Sebagian satuan batuan tersebut
masih tampak segar dengan ubahan silika,
pirit dan lempung serta setempat-setempat
mengandung urat/urat halus kwarsa.
Batuan terkekarkan kuat dimana retakan
yang terbentuk diisi oleh urat kuarsa tipis
(mm) dan oksida besi/limonit yang saling
berpotongan
sebagaimana
dijumpai
disekitar Bukit Klenteng. Endapan aluvial
yang terdiri atas pasir, lanau dan lempung
menutupi kedua satuan batuan tersebut
yang menempati pada lembah sungai.
Struktur geologi yang teramati
adalah berupa kekar dan patahan normal
yang diperkirakan dengan arah hampir
utara-selatan. Gejala patahan ini ditandai
oleh adanya pola perubahan jurus dan
kemiringan lapisan batupasir yang berada
disekitar Bukit Klenteng. Sedangkan kekar
yang terbentuk umumnya terisi oleh oksida
besi/limonit seperti yang dijumpai didaerah
sekitar Bukit Klenteng
Indikasi
mineralisasi
berupa
urat/urat halus kwarsa dengan tebal 1mm 3 cm, tidak beraturan dan saling
perpotongan pada perselingan batupasir
kwarsa dan meta batulempung. Mineral
kasiterit teramati pada dua singkapan urat
kwarsa dengan tebal 1 s.d 2,5 cm, agak
transparan, kristalin dan struktur vuggy dan
comb, berarah N 100 E/50 dan N 65 E/55
seperti yang ditemukan didaerah Bukit
Klenteng pada lokasi KL 01 R/2015 (
Gambar 7). Pada tempat lain urat-urat
kwarsa juga mengandung mineral timah
dan hematit/gutit pada batu pasir yang
disertai dengan urat-urat halus limonitik
pada lokasi KL 02-04 R/2015
Selain itu hasil pelapukan bijih
logam berupa gossan yang mengandung
gutit, jarosit dan hematit juga ditemukan
disekitar daerah ini . Diduga terbentuknya
gossan akibat dari proses pelapukan
terhadap batuan termineralisasi dengan
intensitas kuat urat tipis dan kandungan
besi yang tinggi sehingga memberikan
warna merah dan
kuning kecoklatan
(Gambar 8). Hasil pemerian batuan inti
secara rinci masing-masing lubang bor
tersebut dapat diresumekan pada Tabel 1.
Pembahasan Hasil Pemboran Uji
Secara regional cebakan timah
primer didaerah Pulau Belitung
proses
pembentukan
mineralisasinya
berhubungan dengan larutan hidrotermal
yang dihasilkan oleh intrusi batuan
bersusunan asam (granit tipe S). Didaerah
Tikus mineralisasi timah primer mempunyai
tipe greisen ditemukan dalam batuan
granit Tanjung Pandan yang merupakan
granit tipe- S berumur Trias. Selain itu
didaerah Batubesi terdapat mineralisasi
timah yang berasosiasi dengan logam
dasar terdapat dalam cebakan tipe skarn
akibat kontak antara batuan diorit kwarsa
Batubesi berumur Kapur dengan batuan
metasedimen.
Berdasarkan evaluasi dari masingmasing lubang pemboran LB-01, LB-02
dan LB-03 mineralisasi timah primer tidak
terlihat secara jelas. Hal ini sangat berbeda
dengan
mineralisasi
yang
teramati
dipermukaan
dimana
mineralisasi
berasosiasi dengan urat kwarsa tipis,
transparant-kristalin yang mengandung
kasiterit, monasit, hematit dan gutit. Namun
demikian mineralisasi timah dalam batuan
inti pemboran diperkirakan bersama
dengan
besi
dalam
bentuk
urat
halus/hairline yang banyak memotong
dalam batupasir maupun perselingan
batupasir-lanau. Hal ini nampak jelas
terlihat pada fenomena hair line/urat halus
tersebut dimana sebagian urat halus
terubah menjadi limonit/oksida besi yang
berwarna coklat sedangkan yang lainnya
tetap berwarna hitam yang diduga
mengandung kasiterit berukuran halus.
Setempat juga teramati ada bercak pirit.
Pembentukan urat halus dan sebagian urat
kwarsa ini merupakan tahap pertama
proses mineralisasi didaerah ini yang
sifatnya lebih luas/regional kemungkian
berhubungan dengan intrusi batholit dari
granit Tanjung Pandan yang berumur Trias.
Kemudian proses pembentukan
mineralisasi tahap kedua yang diperkirakan
berhubungan dengan intrusi adamelit
Baginda yang berumur Jura. Sisa larutan
hidrothermal ini yang menyebabkan
terbentuknya urat kwarsa berwarna putih
susu dan sedikit mengandung bercak pirit.
Urat urat kwarsa ini dalam batuan terlihat
memotong hair line mineral besi yang
terbentuk pada tahap pertama. Akibat
terobosan ini larutan yang melalui zona
patahan kemungkinan dapat membentuk
mineralisasi besi yang dominan baik dalam
bentuk pengisian rekahan maupun bijih
besi. Hal ini terlihat ditemukannya zona
patahan yang matriknya terisi oleh kwarsa
putih susu dan masif. Mineralisasi yang
teramati hanya bercak pirit dan oksida besi.
Selain itu juga ditemukannya gossan
dengan mineral hematit, gutit dan oksida
besi. Proses pembentukan mineralisasi
yang terakhir diperkirakan akibat terobosan
batuan diorit kwarsa Batubesi yang juga
berumur
Kapur.
Mineralisasi
yang
terbentuk lebih banyak ditemukan dalam
meta batupasir kwarsa/kwarsit. Sebagian
ditemukan juga dalam batupasir kwarsa
berselingan
dengan
lanau.
Tipe
mineralisasi berupa urat halus/urat kwarsa
yang mengandung mineral galena,
sphalerit, pirit dan kadang kadang kasiterit
(?). Selain itu mineral klorit juga teramati
pada sekitar urat halus dan pada masa
batuan. Urat kwarsa ini dalam batuan
memotong hair line besi dan urat kwarsa
masif yang terbentuk pada tahap pertama
dan kedua.
Dari hasil pemboran tidak ada
satupun lubang bor yang terindikasi
menembus batuan beku . Namun dari bor
LB-02 dan LB-03 ditemukan batuan meta
batupasir/kwarsit yang
kemungkinan
proses malihannya akibat kontak dengan
intrusi.
Dari hasil survey geofisika sebaran
anomali tahanan jenis (resistivity) dan
chargeability pada lintasan E dimana
lintasan ini melewati lokasi titik bor LB-02 ,
menunjukkan nilai tahanan jenis rendah
yang meningkat tinggi kearah dalam
(Gambar 5). Nilai tahanan jenis rendah ini
merupakan pencerminan batuan yang
bersifat kurang resistif/ konduktif yaitu
berupa batuan sedimen . Sedangkan nilai
tahanan jenis yang tinggi merupakan
pencerminan batuan yang lebih resistif
dalam hal ini batuan metasedimen/kwarsit.
Batuan yang mengandung mineral sulfida
umumnya memiliki nilai tahanan jenis
rendah (konduktif), sedangkan sifat
kemagnetannya relatif lebih tinggi dari
batuan di sekitarnya Nilai chargeability
rendah
mengindikasikan
sedikitnya
kandungan mineral yang dapat menyimpan
arus. Sedangkan chargebility tinggi relatif
berhubungan keberadaan urat kwarsa
yang mengandung galena, spalerit dan
bercak pirit.
Kesimpulan
Didaerah penyelidikan mineralisasi timah
primer yang dijumpai dipermukaan
umumnya mempunyai tipe urat dengan
gangue mineral berupa kwarsa yang
berasosiasi
dengan
mineral
besi.
Mineralisasi terdapat dalam batupasir
kwarsa kadang berselingan dengan
batulanau/lempung
yang
termetakan.
Sedangkan dari hasil pemboran tidak
nampak jelas mineralisasi timah yang
diamati. Kemungkinan mineralisasi timah
terdapat sebagai urat halus/hairline
bersama dengan mineral besi yang
memotong batupasirkwarsa, batu lanau
dan batulempung . Mineralisasi tipe urat
kwarsa polimetalik yang mengandung
galena, spalerit dan pirit terdapat dalam
batuan meta batu pasir/kwarsit.
Proses pembentukan mineralisasi diperkirakan mempunyai tiga tahap. Tahap
pertama mineralisasi timah tipe urat yang
berhubungan dengan batolit granit Tanjung
Pandan berumur Trias. Kemudian tahap
dua adalah pembentukan urat kwarsa putih
susu, masiv dengan mineralisasi pirit akibat
terobosan batuan adamelit Baginda
berumur Jura. Tahap ketiga atau terakhir
adalah adanya terobosan batuan diorit
kwarsa Batubesi berumur Kapur yang
meyebabkan terbentuknya mineralisasi
tipe urat kwarsa polimetalik yang
mengandung galena, sphalerit dan pirit.
Respon hasil survey IP pada
lintasan E menunjukkan khususnya pada
titik lubang bor LB-02 terlihat semakin
kedalam terjadi peningkatan resistivity dan
chargebility. Anomali ini diperkirakan lebih
mencerminkan pada kondisi batuan yaitu
adanya kwarsit dan kandungan mineral
sulfida yang tinggi berupa urat polimetalik.
DAFTAR PUSTAKA
Aleva, G.J.J., 1960, The plutonic igneous rocks from Billiton Indonesia, Geol. En Mijnb. 3 q.e.p.
427-436
Bappeda,2013, Belitung Dalam Angka, Badan Statistik Kabupaten Belitung, Timur, Provinsi
Bangka Belitung, Manggar
Lehmann, B, 1990. Metallogeny of Tin. Lecture notes in Earth Sciences., 32. Springer-Verlag,
Berlin.
Franklin dkk, 2011. Laporan Survey Geologi Detail Dan Persiapan Lokasi Pengeboran Logam
Dasar Di Daerah Wai Wajo, Kabupaten Sikka,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Yudi A dkk, 2014., Survei Polarisasi Terimbas (IP) dan Geomagnet Daerah Parit Tebu
Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung Pusat
Sumber Daya Geologi, Bandung.
Schwartz, M.O. dan Surjono, 1990. The Stratabound deposit of Namsalu Kelapa Kampit,
Indonesia. Econ. Geol. 95. 76-98.
WWW/id.wikipedia.org/wiki/Belitung _Timur
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Lokasi Penelitian dan Evaluasi Pengeboran Logam Timah Primer Daerah Parit
Tebu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Balitung
Gambar 2. Lokasi Titik Pengeboran Logam Timah Primer Daerah Parit Tebu,
Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Balitung
LB.0
1
Gambar 3. Peta Hasil Penafsiran Geofisika Lintasan C Daerah Parit Tebu
Titik Bor LB.01
LB.0
2
Gambar 4. Peta Hasil Penafsiran Geofisika dan Lokasi Titik Bor LB.02
Lintasan E Daerah Parit Tebu
LB.03
Gambar 5. Peta Hasil Penafsiran Geofisika Magnetit dan Lokasi Titik Bor LB.03 Daerah Parit
Tebu
Batu pasir
Batu lempung
Gambar 6. Singkapan Kontak Antara Batupasir Kwarsa dan Batu Lempung
Dengan Jurus N 280 E/45 Didaerah Bukit Klenteng.
Gambar 7. Singkapan Urat Kwarsatipis N100oE/50 Mengandung Mineralkasiterit Didaerah
Bukit Klenteng (KL 01 R/2015)
Gambar 8.Singkapan Gossan Disekitar Daerah Penyelidikan
Gambar 9. Hairline/urat Halus Kuarsa Mengandung Besi/Timah Pada btpsr Kuarsa Lubang
bor LB.02
Gambar 10. Urat Kuarsa Polimetalik Mengadung Pb,Py dan Spalerit LB.02
Gambar 11. Urat Kuarsa Massif Sedikit Kristalin Mengandung Klorit, Besi Lubang bor LB.03
Gambar 12. Peta lokasi titik bor dan geologi daerah Parit Tebu, Desa Batu Penyu,
Kecamata Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung
Gambar 13. Korelasi Lubang Bor Daerah Parit, Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung,
Kabupaten Balitung Timur, Provinsi Bangka Belitung
Tabel 1. Hasil Pemerian Batuan Inti Lubang Bor
No
Kode Bor
Kedalaman (m)
00.00 - 10.50
10.50 - 23.30
23.30 - 39.30
Deskripsi
Endapan aluvium berupa pasir, pasir
lempungan, lempung putih kekuningan
Batupasir kuarsa, coklat kekuningan,
butir sedang, membulat, kemas tertutup,
pemilahan sedang, agak lapuk, kuarsa
dominan dan felspar, terkekarkan
Batulanau, kelabu, butir halus, masif,
berlapis baik dengan sisipan batu pasir
kwarsa, coklat-kekuningan, butir halussedang (40 cm), terkekarkan
39.30 - 80.80
Batu pasir kwarsa, kuning - kecoklatan,
butir sedang, bentuk membulat, kemas
tertutup, pemilahan sedang, banyak
terkekarkan dengan sisipan batu lanau,
kelabu, masif
80.80 - 99.45
Batu pasir kwarsa, kelabu sedikit
kecoklatan, butir sedang, setempat
berselingan batu lanau, terkekarkan
sedang.
99.45 - 119.00
Batu pasir kwarsa, kelabu-kehijauan,
butir sedang, setempat memperlihatkan
sedikit tekstur granoblastik, dipotong
oleh urat halus kwarsa, kompak
119.00 -127.00
Batulanau,
kelabu
terkekarkan,
milonitisasi, hancur diduga zona sesar.
127.00 - 37.50
Batupasir kuarsa, kelabu-keputihan,
butir sedang, sebagian berselingan
dengan batulanau, hijau, masif, kompak,
dipotong urat kuarsa, bercak pirit.
Perselingan batupasir kuarsa dan
batulanau, hijau kelabu, butir halus,
berlapis baik.
Setempat sisipan
batupasir kuarsa, butir halus-sedang,
butir membulat, kemas tertutup, putih
kelabu, dominan kuarsa, kompak.
LB-01
137.50- 175.00
Mineralisasi
Mineral besi/timah dengan
retakan diisi oksida besi
dan kerapatan 3-5%.
Pada batu pasir terlihat
hairline
dari
mineral
besi/timah, kerapatan 1%
dan urat halus kwarsa 3
mm,
barren
dengan
orientasi 45⁰ terhadap
sumbu inti.
Teramati hairline mineral
besi/timah agak intensif
dengan kerapatan sekitar
5% yang dipotong oleh urat
halus kwarsa, diameter 1-7
mm, barren dan orientasi
70⁰-80⁰ terhadap sumbu
inti.
Pada kedalaman 92.70 m
urat
halus
kuarsa
mengandung
mineral
galena,
sphalerit
dan
kasiterit
dimana
urat
kuarsa mempunyai struktur
vuggy dan comb orientasi
35⁰-40⁰ terhadap sumbu
inti.
Pada 111.50-111.80m urat
halus
kuarsa
dengan
mineralisasi pirit sepanjang
retakan,
urat
kuarsa
diameter 0,3 cm, struktur
vuggy- comb ,
epidot,
dengan orientasi 80⁰-90⁰
terhadap sumbu inti
Urat halus kuarsa 1-2 mm,
vuggy ,klorit dalam tepi
urat,
mengandung pirit
dalam
retakan
(1%)
dengan ubahan kloritisasi
yang agak intensif. Pada
161.70
m
urat
mengandung
pirit,
sphalerit, tebal 0,4 cm,
klorititisasi, 10-15 derajat
terhadap sumbu inti
No
Kode Bor
Kedalaman (m)
00.00 - 17.40
17.40 - 34.75
34.75 - 39.70
Deskripsi
Endapan aluvium berupa pasir, pasir
lempungan,
lempung,
kuning
kecoklatan - merah, clayed. Beberapa
mengandung
material
batupasir
teroksidasi.
Batupasir kuarsa, coklat-kemerahan,
berbutir sedang, dominan kuarsa sedikit
lempung, kemas tertutup, pemilahan
sedang, bentuk butir membulat, fragmen
kuarsa dalam matrik silika dan sisipan
batulempung-lanau, kelabu kecoklatan
agak lapuk, butir halus, kompak.
Batu lanau, kehijauan, butir halus, masif.
39.70 - 54.95
Batupasir kuarsa, butir sedang, putih
kehijauan, kuarsa dominan, dipotong
oleh urat halus kuarsa.
54.95 - 67.45
Perselingan batu pasir - lanau, berbutir
halus, kelabu, agak lapuk, tampak
struktur lapisan, kemas tertutup,
pemilahan sedang
67.45 - 78.15
Batulanau kelabu, butir halus, sedikit
terkekarkan
78.15 - 84.00
Batupasir selang seling batulanau, batu
lempung, berlapis buruk.
Batupasir kuarsa, butir sedang, putih
kehijauan, kuarsa dominan dan felspar,
terkekarkan, butir membulat, kemas
tertutup, pemilahan sedang.
LB-02
84.00 - 138.50
138.50 - 141.5
141.50 - 175.0
Perselingan
batupasir dan lanau,
kelabu, masif dan berlapis baik dengan
orientasi lapisan 40-50o terhadap sumbu
inti bor.
Kuarsit,
hijau-kelabu,
keras,
granoblastik,
masif,
rekristalisasi
kuarsa, dipotong urat kuarsa.
Mineralisasi
-
Pada
28.35-30.00
m
teramati urat urat halus
kuarsa yang mengandung
mineral besi/timah
Teramati hairline mineral
besi/timah,
sedikit
kloritisasi
Urat halus kuarsa, 0,5-1,0
cm, putih susu, masifstruktur vuggy, barren,
kloritisasi disekitar urat,
orientasi 50⁰ terhadap
sumbu inti dan hairline
mineral besi/timah dengan
kerapatan 3%.
Urat
halus
kuarsa
mengandung
mineral
besi/timah mengisi retakan
(5%), 0.1-0.5 cm, orientasi
70⁰ terhadap sumbu inti.
Pada
70.00-70.10
m
teramati bercak mineral
besi/timah, urat halus
kuarsa dan klorit mengsisi
retakan.
Kloritisasi teramati dalam
urat urat halus berasosiasi
dengan kuarsa, hairline
besi/timah agak intensif
dengan kerapatan 4%.
Juga bercak pirit dalam
masa batuan dan urat
halus.
-
Silisifikasi, pada 170.10 m
terdapat
urat
kwarsa
polimetalik
(galena,
spalerit, pirit dan kasiterit),
0,5-0,7
cm
dengan
orientasi 80⁰-70⁰ terhadap
sumbu inti.
No
Kode Bor
Kedalaman (m)
00.00 - 3.10
03.10 - 24.90
24.90 - 53.80
Deskripsi
Gossan, coklat kemerahan sebagian
lempungan, fragmen dari hematit, gutit
dan urat-urat halus mineral besi
Lempung dan lempung pasiran,
setengah lapuk, merah kecoklatan,
sedikit ada fragmen batu lempung coklat
Batupasir kuarsa, butir sedang, bentuk
membulat,
kelabu
kecoklatan,
terkekarkan kuat, dominan kuarsa dan
sedikit felspar, fragmen kuarsa dalam
matrik silika, kemas. Juga berselingan
dengan batulempung tufaan, butir halus
kelabu
sebagian
kecoklatan,
terkekarkan
berselingan
dengan
batulanau.
53.80 - 70.80
Batupasir kuarsa, putih-kecoklatan,
kekar kuat, terbreksikan, diisi oleh
oksida besi, bercak pirit dan dalam urat
halus. Fragmen batupasir dalam matrik
kuarsa.
70.80 - 87.90
Batupasir kuarsa berselingan dengan
batu lanau/lempung, hijau kelabu,
terkekarkan dan pada zona patahan,
butir sedang, membulat, kemas tertutup,
pemilahan sedang.
87.90 - 127.40
Batupasir kuarsa kelabu, butir sedang,
bentuk membulat, kemas terbuka,
pemilahan sedang, dominan mineral
kuarsa, dipotong oleh urat kuarsa.
LB-03
Mineralisasi
Retakan terisi oleh oksida
besi beberapa berupa
menjaring dengan orientasi
60⁰, pada 27.00-27.90 m
terdapat
urat
kwarsa
mengandung pirit, 1mm3mm, kloritisasi dan dan
sebagian
hairline
besi/timah.
tertutup,
pemilahan
sedang,
kompak.
Pirit
kubik
teramati pada kedalaman
50 m.
Pada 61.10 m urat kuarsa
masif, putih susu, 2 cm,
bercak pirit, pada tepi urat
ada klorit dan mineral
hitam dan ada hairline
besi/timah, kerapatan 1%
dan zona breksiasi urat
kuarsa, masif, limonitik.
Pada 70.m, urat kuarsa,
0,5-1 cm, mengandung
pirit, klorit dan bercak
kalkopirit, orientasi 80⁰.
Ada dua fasa urat satu urat
0,7 cm dengan orientasi
45⁰ tidak terpotong dan
mengandung urat halus
kuarsa.
Pada kedalaman 70 m
teramati urat kuarsa 0,51cm, mengandung pirit,
kalkopirit dan klorit dengan
orientasi 80⁰. Pada 87.70
meter
ubahan limonitik
dengan urat kuarsa halus,
1-2 mm yang sebagian
terisi
mineral
hitam
besi/timah
dengan
kerapatan 1%.
Pada 107.50 m terdapat
gejala tergerus akibat
patahan. Pada 111.0115.0m, limonitik kuat dan
sebagian
membentuk
jarosit dengan urat halus
besi/timah, kerapatan 1%.
Selain itu urat halus kuarsa
1-2 mm, kristalin, sedikit
mengandung
mineral
No
Kode Bor
Kedalaman (m)
Deskripsi
127.4 - 147.9
Batupasir kuarsa, putih kecoklatankehijauan, butir sedang, kemas tertutup,
terbreksikan
147.90- 164.80
Batupasir
kuarsa,
butir
halus
berselingan dengan batu lanau, kelabukehijauan, berlapis baik dg orientasi 50⁰
thd sumbu inti, dipotong urat halus.
164.80 - 175
Meta batu pasir kuarsa/kuarsit, sisipan
batulanau, kehijauan, granoblastik.
Mineralisasi
hitam besi/timah, orientasi
60⁰ terhadap sumbu inti.
Batulanau,
kelabukecoklatan, terbreksikan,
dengan fragmen menyudut
dalam matrik lempung,
diduga pada zona patahan.
Limonitik dengan oksida
besi dalam retakan dan
mengandung
sedikit
hairline besi/timah. Pada
141.40-143.40 m, limonitik
kuat, banyak mengandung
hairline mineral besi/timah
dan sedikit pola menjaring
yang terisi limonit dengan
kerapatan 30%.
Kloritisasi kuat, serisit pada
masa batuan, hairline
mineral besi/timah dengan
kerapatan 30% dengan
orientasi 30⁰ - 40⁰ terhadap
sumbu initi. Bintik mineral
hitam juga teramati.
Pada
masa
batuan
teramati
bercak
pirit
dengan urat halus kuarsa
dan serisit, lebar 1 mm
dengan
orientasi
90⁰,
kloritisasi kuat dan hairline
dari mineral besi/timah.