MATERI PENGAWASAN PREKURSOR IAI SURABAYA

Pengelolaan Prekursor Farmasi
dan Obat Mengandung Prekursor
Farmasi

Pelatihan Napza Prekursor - IAI Kota Surabaya
Oleh BBPOM Surabaya, 09-April-17

RUANG LINGKUP

Prekursor Farmasi
Ephedrine
Ergometrine
Ergotamine
Norephedrine
Potassium Permanganat
Pseudoephedrine

DASAR HUKUM






UU No. 5 Th. 1997 ttg Psikotropika
UU No. 35 Th. 2009 ttg Narkotika
UU No. 36 Th. 2009 ttg Kesehatan
PP No. 72 Th. 1998 ttg Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
• PP No. 51 Th. 2009 ttg Pekerjaan Kefarmasian
• PP No. 40 Th. 2013 ttg Pelaksanaan UU No.
35 Tahun 2009

DASAR HUKUM
• PMK No. 3 Th. 2015 ttg Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi
• Per.Ka Badan POM No 7 tahun 2016 tentang
pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang sering
disalahgunakan
• Perka Badan POM No 40 tahun 2013 ttg pedoman
pengelolaan prekursor farmasi dan obat mengandung

prekursor farmasi
• Per. Kepala Badan POM No. HK.03.1.34.11.12.7542 Th.
2012 ttg Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang
Baik

Regulasi Baru
• Permenkes No 72/2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
• Permenkes no 73/2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
• Permenkes No 74/2016 tentang standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
• Permenkes No 9/2017 tentang Apotek

Definisi Prekursor Farmasi
 Peraturan Kepala Badan POM RI No. 40 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung Prekursor Farmasi

“zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong

untuk keperluan proses produksi Industri
Farmasi atau produk antara, produk ruahan dan
produk jadi yang mengandung efedrin,
pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin,
ergotamin, ergometrin, atau potassium
permanganat”

TUJUAN PENGAWASAN
PREKURSOR

1.

Menjamin ketersediaan obat yang
aman, berkhasiat dan bermutu

2.

Mencegah kebocoran dan penyimpangan
(diversi) dari jalur legal ke jalur ilegal atau
sebaliknya


3.

Mencegah terjadinya penyalahgunaan

PENGADAAN
SURAT PESANAN

ASLI (sesuai Lampiran 1-c & 1-d dan dibuat
tindasan sebagai arsip
SP dittd oleh APJ / Apt Pendamping (Apotek, sedangkan
di IFRS  di ttd Kepala Instalasi Farmasi

SP Apotek dan IFRS mencantumkan Nama
Apoteker, No SIPA, No dan tgl SP

SP Apotek mencantumkan Nama dan
Alamat PBF tujuan pemesanan
SP IFRS mencantumkan Nama dan Alamat
PBF/RS tujuan Pemesanan


SURAT PESANAN
Mencantumkan
Nama obat mgd prekursor ,bentuk dan
kekuatan sediaan . Jenis dan isi kemasan

Diberi nomor urut tercetak dan tgl dengan
penulisan yg jelas atau cara lain yg dapat
tertelusur

Pesanan yg mgd prekursor farmasi terpisah
dari pesanan lain dan jumlah pesanan ditulis
dalam bentuk angka dan huruf

Pemesanan Antar
Apotek

diperbolehkan dalam keadaan
mendesak misalnya pemesanan
sejumlah obat yang dibutuhkan

untuk memenuhi kekurangan
jumlah obat yang diresepkan

Pemesanan dilakukan
melalui telepon

surat pesanan asli harus
diberikan pada saat
serah terima barang

Apabila SP tidak dilayani

Meminta surat
penolakan pesanan

PENERIMAAN
Pemeriksaan kesesuaian fisik barang dengan
faktur/surat penyerahan barang:
-


-

Sesuai:
Tanda tangan pd faktur/surat
penyerahan barang dilengkapi
dg nama jelas dan stempel.

Kebenaran nama, jenis dan kekuatan sediaan,
jumlah;
Nomor bets, tanggal kedaluwarsa, nama
produsen;
Kondisi kemasan termasuk segel dan penandaan

Tidak Sesuai:
Dikembalikan dg disertai
bukti retur

Buatlah Checklist penerimaan barang

PENYIMPANAN

Tidak dalam Kemasan Asli

Obat Mengandung
Prekursor

Obat Rusak, Kedaluwarsa,
Retur, Recall
Aman

Harus dilengkapi
Identitas Obat

Aman berdasarkan
analisis risiko
masing-masing

Diberi identitas yang
jelas

Pembatasan akses personil

Stok Opname dilakukan secara berkala minimal 6 bulan sekali
Pencatatan dan investigasi adanya selisih stok saat stock opname dan
hasilnya didokumentasikan

PENYERAHAN
MEMPERHATIKAN KEWAJARAN JUMLAH SESUAI
UNTUK TERAPI

PENYERAHAN
DI APOTEK

DI LUAR KEWAJARAN DISERAHKAN OLEH APT PJ/APT
PENDAMPING MELALUI SCREENING

HAL YG PERLU DIPERHATIKAN:
-

PEMBELIAN JUMLAH BESAR OLEH MR/SALES
PEMBELIAN BER ULANG DG FREKUENSI YG TIDAK
WAJAR


PENCATATAN
Dilakukan
setiap
tahapan
mulai
pengadaan,
penyimpanan, penyerahan, penarikan kembali dan
pemusnahan secara tertib dan akurat serta disahkan oleh
Apoteker.
Catatan Memuat:

A. nama ,jumlah,bentuk dan kekuatan sediaan ,jenis dan
isi kemasan,nomor bets,kedaluwarsa dan nama produsen
B. Jumlah yg diterima,diserahkan dan sisa persediaan
C. Tujuan penyerahan

Pemusnahan DI APOTIK DAN INST FARM RS
DILAKUKAN TERHADAP
OBAT MGD PREKURSOR YG RUSAK DAN KEDALU

WARSA

WAJIB DIBUAT INVENTARISASI YG AKAN DIMUSNAHKAN
NAMA, JUMLAH,BENTUK DAN KEKUATAN SEDIAAN ,JENIS DAN ISI KEMASAN ,NOMOR
BETS ,TGL KEDALUWRSA DAN NAMA PRODUSEN

PELAKSANAAN MEMPERHATIKAN PENCEGAHAN DIVERSI DAN PENCEMARAN
KEGIATAN DISAKSIKAN OLEH PETUGAS BALAI BESAR POM DAN/ATAU DINKES
KAB/KOTA
DIDOKUMENTASIKAN BUAT BERITA ACARA

PELAPORAN
Apotek/IFRS/IFK/LIPTEK wajib membuat,
menyimpan dan menyampaikan laporan pemasukan
dan penyaluran narkotika & psikotropika (SIPNAP)
Ka. Dinkes Kab/Kota, tembusan Ka. Balai POM
setempat.
Wajib membuat dan menyimpan catatan serta
mengirimkan laporan pemasukan dan pengeluaran
obat mgd prekursor

Laporan Pengadaan dan Penyerahan Obat Prekursor
(sesuai Lampiran 17).

Laporan setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya
Pelaporan dapat menggunakan sistem elektronik

PELAPORAN
• Email BBPOM Surabaya :
napzabbpomsby@yahoo.com
• Dengan format subject title :
napzabulannama saranakota/kab
• Pada halaman pesan ditulis : nama dan no SIPA/SIKA dari
APA/APJ.
• Tembusan Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif Badan POM RI melalui alamat email:
prekursor_napza@yahoo.com
• Tidak perlu mengirim hardcopy

HAL - HAL LAIN

DOKUMENTASI DAPAT DILAKUKAN SECARA MANUAL ATAU SISTEM ELEKTRONIK

H
A
L
L
A
i
n

JIKA MENGGUNAKAN SITEM ELEKTRONIK HARUS MUDAH DITELUSURI

JIKA MENGGUNAKAN DATA MANUAL DAN SISTEM ELEKTRONIK DATA MANUAL
HARUS SESUAI DENGAN DATA ELEKTRONIK

JIKA DOKUMENTASI HANYA DILAKUKAN SECARA SISTEM ELEKTRONIK HARUS
TERSEDIA STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TERKAIT PENANGANAN SITEM TSB
JIKA TIDAK BERFUNGSI

5/6/2017

19