ASPEK HUKUM PENGADAAN120314-1

ASPEK HUKUM HUKUM
PENGADAAN B/J

Reghi Perdana, SH, LLM

Curriculum Vitae
Nama :
Telepon

Reghi Perdana, SH, LLM
: +62 21 3926252 (office hours)
+62 21 815 988 1095
Email : reghiperdana@yahoo.com
reghiperdana@bappenas.go.id
Pendidikan : Master of Law Majoring in Law & Economics
Utrecht
University, the Netherlands, 2003-2004
Bachelor of Law Majoring in Commercial Law Airlangga
University, Surabaya 1994-1998
Kantor
: Biro Hukum Bappenas

Jl. Taman Suropati 2 Jakarta
Aktivitas
: PANITIA PBJ-PHLN Bappenas 2006-sekarang
Anggota Tim Penyusun Perpres 54/2010

Pembidangan Hukum
(menurut substansinya)
HUKUM
PRIVAT
PERDATA

• Kebendaan
• Keluarga

PERDATA INT’L

PUBLIK
HTN
HAN
PIDANA

HI

Bagan Bidang Hukum Yang Terkait Dengan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Persiapan

Penetapan
Penandatangan
Penyedia
Kontrak
Barang/Jasa
 

HAN

Berakhirnya
Kontrak

H. Perdata
H. Pidana


KONSTRUKSI HUKUM PBJ
EFEKTIF
EFESIEN

TERBUK
A

N
RI
PE
TUJUAN

(Structure, Substance,
Cuture)

PENEGAKAN HUKUM

H
TA


LA
RA
NG
AN

BERSAINGN

PERUBAHAN LINGKUNGAN
STRATEGIS

PIDANA
PERDATA

OPERASIONALISA
SI

ADMINISTRASI

PERPRES

TRANSPARAN

AKUNTABEL
ADIL/TDK
DISKRIMINATIF

WHISTLEBLOWER

RISIKO HTUN
Asas Praduga
Rechtmatig

UPAYA
KEBERATAN

UPAYA
GUGATAN

(Bezwaarschiff Berope)


SANGGAH
BANDING
SANGGAH

PENGADILAN
TINGGI
TATA USAHA
NEGARA

Pasal 53
UU No. 5/1986
UU 51/2009
SEMA 2/1991

Asas
pembuktian
bebas
Asas keaktifan
hakim
(dominus litis)

Asas Erga
Omnes
(putusan
pengadilan
mengikat)

RISIKO PERDATA
• Barang/Jasa
Dikirim Tepat
Waktu Tapi
Tapi Tidak
Sesuai
Spek/Kak
• Barang/Jasa
Dikirim
Sesuai
Spek/Kak Tapi
Terlambat
• Barang/Jasa
Tidak Dikirim

Tepat Waktu
Dan Tidak
Sesuai
Spek/Kak
• Barang/Jasa
Tidak Dikirim
Sama Sekali
• Tidak
Bayar/telat
Bayar

PENYEDIA TERPILIH
ATAU
PPK





WANPRESTASI

MELANGGAR
ISI
KONTRAK

a
t
a
u

PERADILAN
UMUM

ARBITRASE

PESERTA KALAH
PENYEDIA NON
PESERTA
MASYARAKAT

PERBUATAN

MELAWAN HUKUM
1365 BW

• Bertentangan
dengan
kewajiban
hukum si
pelaku
• Melanggar
hak subyektif
orang lain
atau
melanggar
kaidah tata
susila (goede
zeden)
• Bertentangan
dengan azas
“Kepatutan”
ketelitian

serta sikap
hati-hati
dalam
pergaulan
hidup
masyarakat

SENGKETA PERSAINGAN USAHA
PERBUATAN 1
ATUR PEMENANG
BOCORKAN
RAHASIA
POST BIDDING

PERSEKONGKOLA
N

PENYEDIA
CURANG

x

PENYEDIA YANG MAU

ORGAN
PENGADAAN
CURANG

PERBUATAN 2
REKAYASA PENAWARAN
ARISAN
PINJAM BENDERA

PERSEKONGKOLA
N

PENYEDIA
CURANG

x

PENYEDIA CURANG

PENYEDIA YANG MAU KERJA & ORGAN PENGADAAN

RISIKO HUKUM PERBUATAN 1

Patuh

SANKSI
ADMINISTRATIF

SELESAI

Tidak
Patuh

PENYEDIA YANG
DIRUGIKAN
ATAU

LAPORAN PIDANA

BANTUAN EKSEKUSI

ASPEK
HUKUM PIDANA

FAKTA







Data KPK sampai tahun 2004-2012  40,9%
kasus terkait pengadaan barang/jasa (turun,
2004-2009 = 70%)
PPPSON Hambalang (indikasi kerugian Rp.
243M)
Simulator SIM Polri (Kerugian Rp. 90M)
Wisma Atlet Palembang (Rp. 191 M)
Sarpras PON Riau (Rp. 500M)

Sumber : www.lkpp.go.id

PENGERTIAN KORUPSI
CORRUPTIO/CORRUPTIE/CORRUPTION
Arti harfiah :
Kebusukan, keburukan, kebejatan, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian
(Lexicon Webster Dictionary)

Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan sogok dan
sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
13

PENGERTIAN KORUPSI

Setiap orang yang secara hukum
memperkaya diri sendiri atau orang
lain, atau suatu korporasi, yang
dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara (UU No.
31 Tahun 1999)
14

Tindak Pidana Korupsi
PEMERASAN

JANJI TERTENTU

KOMISI
PENGATURAN SESUATU
SUAP
PERSIAPAN
PROSES PENGADAAN
PELAKSANAAN KONTRAK

KPK
KEJAKSAAN

SANKSI PIDANA:
•PIDANA PENJARA MINIMAL 4 TH
•PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA
•DENDA MINIMAL 200 JT

MARK UP

MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
MERUGIKAN PEREKONOMIAN NEGARA
MEMPERKAYA DIRI SENDIRI
MEMPERKAYA ORANG LAIN

SANKSI KEPEGAWAIAN:
•PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN
HORMAT
•HAK-HAK KEPEGAWAIAN HILANG

UU 31/99

Pasal 2
 memperkaya diri sendiri atau
 Memperkaya orang lain atau suatu korporasi
 yang dapat merugikan keuangan negara atau
 perekonornian negara,
 dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
 atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
 denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
 Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan dalam keadaan
tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

CONTOH KASUS
HK PNS Kabupaten Supiori, Papua. Garagara menerima tips Rp 3 juta dia harus
mendekam 4 tahun di penjara plus denda
Rp 200 juta terkait kasus pengadaan
speedboat.
(detik.com, Jumat, 8 Juni 2012)

UU 31/99
Pasal 3
 menguntungkan diri sendiri atau
 Menguntungkan orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
 yang dapat merugikan kouangan negara atau
 perekonomian negara,
 dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
 Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan atau
 denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

PASAL 4
Pengembalian kerugian keuangan
negara atau perekonomian negara tidak
menghapuskan dipidananya pelaku
tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dan Pasal 3

TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
PERBUATAN

HUKUMAN

barang siapa memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seorang
pejabat dengan maksud
menggerakkannya untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya

dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah)

barang siapa memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada seorang
hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan tentang
perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili

dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp.
750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah)
21

TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
PERBUATAN
HUKUMAN
(2)
seorang pemborong atau ahli
bangunan atau penjual bahan-bahan
bangunan, yang pada waktu
membuat bangunan atau pada
waktu menyerahkan bahan-bahan
bangunan, melakukan sesuatu
perhuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang
atau barang

dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan
denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
dan paling banyak 350.000.000,00
(tiga ratus lima puluh juta rupiah)

Seorang pejabat atau orang lain
yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum terus-menerus atau
untuk sementara waktu, yang
dengan sengaja menggelapkan uang
atau surat berharga yang disimpan
karena jabatannya, atau
membiarkan uang atau surat
berharga itu diambil atau digelapkan
oleh orang lain, atau menolong

dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling sedikit Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak
750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah).
22

TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
PERBUATAN
HUKUMAN
(3)

Seorang pejabat atau orang lain yang diberi
tugas menjalankan suatu jabatan, yang
sengaja membuat secara palsu atau
memalsu buku buku-buku daftar-daftar yang
khusus untuk pemeriksaan administrasi

dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah)

Seorang pejabat atau orang lain yang diberi
tugas menjalankan suatu jabatan yang
sengaja menggelapkan, menghancurkan.
merusakkan atau membikin tak dapat
dipakai barang barang yang diperuntukkan
guna meyakinkan atau membuktikan di
muka penguasa yang berwenang, akta-akta,
surat-surat atau daftar-daftar yang
dikuasainya karena jabatannya, atau
memniarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan atau membikin
tak dapat di pakai barang-barang itu, atau
menolong sebagai pembantu dalam
melakukan perbuatan itu

dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda
paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling
banyak 350.000.000,00 (tiga ratus
lima puluh juta rupiah).

23

TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
PERBUATAN
HUKUMAN
(4)
Seorang pejabat yang menerima
hadiah atau janji padahal diketahui
atau sepatutnya harus diduganya.,
hahwa hadiah atau janji itu diberikan
karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut
pikiran orang yang memberi hadiah
atau janji itu ada hubungan dengan
jabatannya

dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak
250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah).

seorang pejabat: yang menerima
hadiah atau janji padahal
diketahuinya bahwa hadiah atau
janji itu diberikan untuk
menggerakkannya supaya
melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya

dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak
1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
24

TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
PERBUATAN
HUKUMAN
(5)
seorang hakim yang menerima
hadiah atau janji. padahal diketahui
bahwa hadiah atau janji itu diberikan
untuk mempengaruhi putusan
perkara yang menjadi tugasnya

dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak
1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).

Seorang pejabat dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum,
dengan menyalahgunakan
kekuasaannya, memaksa seseorang
untuk memberikan sesuatu, untuk
membayar atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri

dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak
1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
25

TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
PERBUATAN
HUKUMAN
(6)
seorang pejabat yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta,
menerima, atau memotong
pembayaran, seolah-olah berhutang
kepadanya, kepada pejabat lainnya
atau kepada kas umum, padahal
diketahuinya bahwa tidak demikian
adanya

dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak
1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).

Seorang pejabat yang dengan
langsung maupun tidak langsung
sengaja turut serta dalam
pemborongan, penyerahan atau
persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh
atau sebagian, dia ditugaskan
mengurus atau mengawasinya

dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak
1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
26

TINDAK PIDANA KORUPSI LAINNYA
PERBUATAN
HUKUMAN
(7)
Setiap orang yang memberi hadiah
atau janji kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau
oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut

dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan atau
denda paling banyak
150.000.000,00 (seratus lima puluh
juta rupiah)

Setiap orang yang melakukan
percobaan, pembantuan, atau
pemufakatan jahat untuk melakukan
tindak pidana korupsi

dipidana dengan pidana yang sama
sebagaimana dimaksud Pasal 2,
Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal
14

27

APA YANG DAPAT DILAKUKAN

???..
.

Pasal 55
(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan,
dan yang turut serta melakukan perbuatan;
2. mereka yang dengan memberi atau menjanjikan
sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau
martabat, dengan kekerasan, ancaman atau
penyesatan, atau dengan memberi kesempatan,
sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang
lain supaya melakukan perbuatan.
(2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja
dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibatakibatnya.

Pasal 51
(1)

(2)

Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintah jabatan yang
diberikan oleh penguasa yang berwenang,
tidak dipidana.
Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak
menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
yang diperintah, dengan itikad baik mengira
bahwa perintah diberikan dengan wewenang
dan pelaksanaannya termasuk dalam
lingkungan pekerjaannya.

Perintah Jabatan (Ambtelijk Bevel)
Pasal 51 ayat 1 KUHP, menyatakan bahwa tidak dikenakan
hukuman pidana seorang yang melakukan suatu perbuatan
untuk melaksanakan suatu perintah, diberikan oleh seorang
atasan yang berwenang untuk memberikan perintah itu.
 Pasal 51 ayat 2 KUHP, menyatakan tidak dikenakan
hukuman pidana juga dalam hal ada perintah, dikeluarkan
oleh seorang pengusaha yang tidak berwenang untuk itu,
namun si pelaku harus mengira secara jujur (te goeder
trouw) bahwa perintah itu sah dan beres. Perbuatan yang
dilakukan seorang bawahan ini harus dalam lingkungan
pekerjaan jabatan.


Precedent (Sumber :Hukum On Line)
Syamsul Bahri lolos dari jeratan pidana korupsi di tingkat PK. Majelis hakim agung
dipimpin langsung Ketua MA, Harifin A. Tumpa, mengoreksi putusan majelis kasasi. Dua
hakim lain Hj Rehngena Purba dan H. Dirwoto juga sepakat. Tak ada dissenting opinion.
Putusan PK membuat terdakwa lolos dari kemungkinan penjara 1,5 tahun plus denda 50
juta rupiah dan ganti rugi 2,4 juta rupiah.
Argumentasi penting majelis hakim PK membebaskan Syamsul Bahri berkaitan dengan
Pasal 51 ayat (1) KUH Pidana. Perbuatan terdakwa membeli mobil ambulance dari dana
bantuan untuk orang miskin dan menggunakan anggaran lain untuk perjalanan dinas
bupati, tak bisa dikriminalisasi lantaran masuk lingkup Pasal 51 ayat (1) KUH Pidana.
Pasal 51 KUHP dikenal sebagai klausul perintah jabatan ( ambtelijk bevel). Sering
digunakan sebagai alasan untuk menghapus pidana terhadap terdakwa ( exemption from
liability). Pasal 51 ayat (1) KUH Pidana menyebutkan “tidaklah dapat dihukum
barangsiapa melakukan suatu perbuatan untuk melaksanakan suatu perintah jabatan
yang telah diberikan oleh suatu kekuasaan yang berwenang memberikan perintah
tersebut”. Dalam bahasa Belanda, rumusan ayat ini adalah ‘Niet strafbaar is hij die een
feit begaat ter uitvoering van een ambtelijk bevel, gegeven door het daartoe
bevoegde gezag’.
Poin penting ayat ini adalah pemberian wewenang oleh pejabat yang berwenang. Jika
perintah diberikan oleh pejabat yang tak berwenang, terdakwa tidak bisa menggunakan
dalih ini untuk lolos dari jerat hukum. Kecuali ia bisa membuktikan adanya iktikad baik.
Begitulah yang dirumuskan lebih lanjut pada ayat (2) pasal 51 KUHP.
Dalam kasus Syamsul Bahri, majelis PK melihat semua perbuatan terdakwa dilakukan
atas perintah Bupati Jeneponto yang sah. Bupati memerintahkan terdakwa menyimpan
buku rekening dana proyek Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi
Energi Bidang Kesehatan (PD PSE-BK) yang kemudian berubah menjadi Program
Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Bidang Kesehatan PKPS BBM-BK).
Penggunaan anggaran bantuan orang miskin untuk pembelian ambulance juga atas

REMINDER !!!!!!!
Efisien
Terbuka

Efektif

Transparan

Persaingan sehat

Tidak diskriminatif

Akuntabel

hal-hal yang mendasar yang harus menjadi acuan/pedoman
yang harus dijalankan, serta diwujudkan oleh seluruh pihak
dalam melaksanakan pengadaan/barang jasa sesuai dengan
peranannya masing-masing
33

1

P ER EN CA NA AN
P EN G A DA AN

Penyakit 1A
Penggelembungan anggaran
Penyakit 1B
Rencana Pengadaan yang diarahkan
Penyakit 1C
Rekayasa pemaketan untuk KKN
Penyakit 1D
Penentuan jadwal yang tidak realistis

2

PEM B EN TU K K A N
P A N IT IA

Penyakit 2A
Panitia tidak transparan
Penyakit 2B
Integritas panitia lemah
Penyakit 2C
Panitia yang ‘memihak’
Penyakit 2D
Panitia tidak independen

3

P R A K U A L IF IK A S I
PERU SAHA AN

Penyakit 3A
Dokumen administratif
tidak memenuhi syarat
Penyakit 3B
Dokumen adminstratif ”ASPAL”
Penyakit 3C
Legalisasi dokumen
tidak dilakukan
Penyakit 3D
Evaluasi tidak sesuai kriteria

4

PENYUSUN AN
DOK UM EN LELAN G

Penyakit 4A
Spesifikasi yang diarahkan
Penyakit 4B
Rekayasa kriteria evaluasi
Penyakit 4C
Dokumen lelang non standar
Penyakit 4D
Dokumen lelang yang tidak lengkap

5

PEN GU M U M AN
LELAN G

Penyakit 5A
Pengumuman lelang yang semu atau fiktif
Penyakit 5B
Jangka waktu pengumuman terlalu singkat
Penyakit 5C
Pengumuman lelang tidak lengkap

6

P E N G A M B IL A N
D OK UM EN LELAN G

Penyakit 6A
Dokumen lelang yang diserahkan tidak sama

Penyakit 6B
Waktu pendistribusian dokumen terbatas

Penyakit 6C
Lokasi pengambilan dokumen sulit dicari

7

PENYUSUNAN
H A R G A P E R K IR A A N
S E N D IR I

Penyakit 7A
Gambaran nilai harga perkiraan
Sendiri ditutup-tutupi
Penyakit 7B
Penggelembungan (mark up untuk keperluan KKN)
Penyakit 7C
Harga dasar yang tidak standar (dalam KKN)
Penyakit 7D
Penentuan estimasi harga tidak sesuai aturan

8

PE N JE L A S A N
/ A A N W IJ Z IN G

Penyakit 8A
Pre bid meeting Yang terbatas

Penyakit 8B
Informasi & deskripsi terbatas

Penyakit 8C
Penjelasan yang kontroverial

9

PENYERAHAN
& PEM BU KA AN
PENAW AR AN

Penyakit 9A
Relokasi tempat penyerahan dokume penawaran
Penyakit 9B
Penerimaan dokumen penawaran yang terlambat
Penyakit 9C
Penyerahan dokumen fiktif
Penyakit 9D
Ketidaklengkapan dokumen penawaran

10

E VA LU A S I
PENAW AR AN

Penyakit 10A
Kriteria evaluasi cacat
Penyakit 10B
Penggantian dokumen
Penyakit 10C
Evaluasi tertutup dan tersembunyi
Penyakit 10D
Peserta lelang terpola dalam rangka berkolusi

11

PEN GU M U M AN
CA LO N PE M E N AN G

Penyakit 11A
Pengumuman sangat terbatas
Penyakit 11B
Tanggal pengumuman sengaja ditunda
Penyakit 11C
Pengumuman yang tidak informatif

12

SA NGG AH AN
P E S E R TA L E L A N G

Penyakit 12A
Tidak seluruh sanggahan ditanggapi
Penyakit 12B
Substansi sanggahan tidak ditanggapi
Penyakit 12C
Sanggahan performa untuk 
menghindari tuduhan tender diatur
Penyakit 12D
Panitia kurang independen 
dan akuntabel

13

PE N U N JU K K A N
PEM ENA NG
LELAN G

Penyakit 13A
Surat penunjukan yang tidak lengkap
Penyakit 13B
Surat penunjukan yang sengaja 
Ditunda pengeluarannya
Penyakit 13C
Surat penunjukan yang dikeluarkan 
Dengan terburu­buru
Penyakit 13D
Surat penunjukan yang tidak sah

14

P E NA N D ATA N G A NA N
KO N TR AK

Penyakit 14A
Penandatanganan kontrak yang kolutif
Penyakit 14B
Penandatanganan kontrak yang ditunda-tunda
Penyakit 14C
Penandatanganan kontrak secara tertutup
Penyakit 14D
Penandatanganan kontrak tidak sah

15

15-A
PENYERAHAN BARANG

PENYER AH AN
B A R A N G /J A S A

PENYAKIT 15A-1
KUALIFIKASI BARANG TIDAK SESUAI
SPESIFIKASI

PENYAKIT 15A-2
KRITERIA PENERIMAAN BARANG
BIAS

PENYAKIT 15A-3

SPK

VOLUME BARANG TIDAK SAMA DENGAN
YANG TERTULIS DI DOKUMEN LELANG

PENYAKIT 15A-4
JAMINAN PASCA JUAL PALSU

TERIMA KASIH