MATERI PATEN BALITBANGKES OKTOTEBER 2015
BUKU
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.
JAKARTA, 19 OKTOBER 2015
PERLINDUNGAN HKI BERUPA PATEN
DAN ROYALTINYA TERHADAP HASIL
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KESEHATAN
IR. OSKAR SIMANULLANG, S.H., M.H., M.T.
SUBDIT. KLASIFIKASI DAN PENELUSURAN PATEN
DIREKTORAT PATEN
DIREKTORAT JENDERAL HKI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM R.I.
OUTLINE
I.
II.
III.
IV.
PENDAHULUAN
SISTEM PATEN
PENELITIAN DAN ROYALTI
PENUTUP
I. PENDAHULUAN
JUMLAH PERMOHONAN PATEN TAHUN 2012 s.d. 2014
Paten (P/W)
TAHUN PERMOHONAN
JUMLAH
Dalam Negeri
Luar Negeri
2012
612
6,172
6,784
2013
670
7,022
7,692
2014
753
7,944
8,697
Paten (S)
TAHUN PERMOHONAN
JUMLAH
Dalam Negeri
Luar Negeri
2012
217
52
2013
233
117
2014
214
118
269
350
332
APA MAKNA ANGKA-ANGKA PATEN TSB ?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JUMLAH PERMOHONAN PATEN : 8000/TAHUN;
INDUSTRI KURANG BERTUMBUH;
EKONOMI KURANG BERKEMBANG;
IKLIM INVESTASI KURANG MAJU;
KURANG MENGUASAI INFORMASI DAN TEKNOLOGI;
KETERSEDIAAN TENAGA KERJA SEDIKIT;
SDM KURANG BAGUS DAN TRAMPIL:
- PENDIDIKAN KURANG BAIK DAN MAJU;
- KESEHATAN BELUM CUKUP DAN MERATA;
- DANA R&D TERBATAS DAN KURANG PROGRESIF;
8. DAYA SAING BANGSA RENDAH;
9. KEMANDIRIAN DAN HARGA DIRI BANGSA
DIPERTARUHKAN;
II. SISTEM PATEN
Perjanjian tertutup antara Pemerintah
Inventor/Pemilik
selama
jangka
tertentu;
-
-
dengan
waktu
Pemerintah memberikan Aspek Perlindungan
Hukum
kepada Inventor/Pemilik;
Inventor/Pemilik
memberikan/mengungkapkan
9
telah
Sistem Hukum KI
1. Sistem Deklaratif;
2. Sistem Konstitutif;
3. Sistem Non Deklaratif & Non Konstitutif;
Hukum Benda Perdata:
1. Benda Tangible / Benda Tak Bergerak;
2. Benda Intangible / Benda Bergerak;
Sistem Hukum Paten Indonesia
• Sistem First to File;
• Diumumkan;
• Pemeriksaan Substantif Paten;
• Dapat Banding (jika ditolak);
• Dapat Dibatalkan (batal demi hukum karena tidak
membayar biaya tahunan, batal atas permohonan
pemegang paten dan batal berdasarkan gugatan);
• Dapat Dilisensikan;
III. PENELITIAN DAN ROYALTI
10 K/L memperoleh anggaran terbesar RAPBN 2014 :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Kementerian Pertahanan (13,6 %);
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (13,5 %);
Kementerian Pekerjaan Umum (12,2 %);
Kementerian Agama (8,1 %);
Kementerian Kesehatan (7,3 %);
Kepolisian Republik Indonesia (6,8 %);
Kementerian Perhubungan (6,4 %);
Kementerian Keuangan (3,1 %);
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(2,7%); dan
(10) Kementerian Pertanian (2,5 %).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp82.743,6 miliar.
Jumlah ini lebih tinggi Rp3.035,9 miliar atau 3,8 persen bila
dibandingkan dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp79.707,7 miliar.
Alokasi tersebut akan dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai
program dengan output antara lain:
(1) tercapainya jumlah dosen PNS yang menerima tunjangan
profesi sebanyak 47.896 dosen, dan Angka Partisipasi Kasar
Perguruan Tinggi (APKPT) 19-23 tahun sebesar 26,7 persen, serta
tercapainya satker penerima dana masyarakat sebanyak 103
satker;
(2) tercapainya jumlah siswa SD/SDLB dan SMP/SMPLB penerima
subsidi siswa miskin sebanyak 8.062.561 siswa dan 2.893.187 siswa;
(3) tercapainya peserta didik SMA/SMK yang mendapatkan
BOS SMA sebanyak 4.384.026 siswa dan BOS SMK sebanyak
4.303.201 siswa serta jumlah peserta didik SMA dan SMK
yang mendapat BSM sebanyak 759.975 siswa dan 937.000
siswa;
(4) tercapainya jumlah anak putus sekolah dan lulus
sekolah menengah tidak melanjutkan yang
mendapatkan layanan pendidikan keterampilan
berbasis kecakapan hidup, bersertifikat, dan bekerja
sebesar 19 persen;
(5) tercapainya pendidik tenaga kependidikan yang
mengikuti
peningkatan
kompetensi
dan
profesionalisme di bidang pertanian dan perikanan
sebesar 70 persen; dan
(6)
tercapainya
jumlah
masyarakat
yang
mengapresiasi cagar budaya sebanyak 68.114 orang
dan jumlah koleksi museum yang dikelola sebanyak
13.073 koleksi.
Kode
Fungsi
RAPBN (triliun
rupiah)[10]
APBN (triliun
rupiah)[8]
RAPBN-P
(triliun rupiah)
[15]
APBN-P (triliun
rupiah)[14]
01
Pelayanan umum
939,5
891,8
712.8
695,3
02
Pertahanan
94,9
96,8
97,4
102,3
03
Ketertiban dan
keamanan
40,8
46,1
49,4
54,7
04
Ekonomi
120,0
143,5
216,5
216,3
05
Lingkungan hidup
10,4
10,7
12,0
11,7
06
Perumahan dan
fasilitas umum
18,7
20,5
27,0
25,6
07
Kesehatan
20,7
21,1
24,2
24,2
08
Pariwisata dan
ekonomi kreatif
2,0
1,9
2,6
3,8
09
Agama
5,2
5,3
5,8
6,9
10
Pendidikan dan
kebudayaan
119,5
146,4
153,8
156,2
11
Perlindungan sosial
8,3
8,3
29,2
22,6
1.379,9
1.392,4
1.330,8
Jumlah
1.319,6
Menurut Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN) :
Jepang
sudah
mengalokasikan
dana
penelitian
dan
pengembangan sebesar 3,5 persen dari PDB,
India 1,5 persen, dan
Malaysia sebesar 0,5 persen.
Tiongkok, anggaran riset sudah lebih dari 1 persen dan
menargetkan 2 persen dari PDB di tahun-tahun mendatang.
Jepang, Anggaran riset jelas jauh di atas Tiongkok, dan kini
menjadi nomor dua di bawah AS.
Korea, yang mencapai 3% untuk anggaran riset ilmu pengetahuan
dan teknologi dan akan meningkatkan menjadi 4% di tahun
mendatang.
Brasil dan India juga sangat mendukung pertumbuhan investasi
untuk riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologinya.
Indonesia baru mengalokasikan anggaran penelitian sebesar 0,1
persen dari PDB atau sekitar 0,03 persen dari APBN.
Sisihkan saja 1% dari PDB, dan dikembangkan dalam
bentuk partisipasi pemerintah sebesar 40%, BUMN
30%, serta swasta 30%. Semua pihak memang harus
ikut berkontribusi dalam menciptakan budaya riset demi
masa depan bangsa.
Saat ini, rasio dana riset dengan APBN hanya 0,08%.
Untuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
saja, misalnya, dari dana sebesar Rp 670 miliar, 40%
digunakan untuk kegiatan riset dan teknologi, sementara
60% lainnya untuk anggaran rutin. Ini berarti dana untuk
anggaran riset ilmu pengetahun dan teknologi di
Indonesia hanya 0,03% dari PDB Indonesia yang
mencapai Rp 6.300 triliun
Berdasarkan Data Business Innovation Centre (BIC), diketahui
bahwa hanya 8 % dari invensi yang terpilih dalam lima buku serial
100 penemuan baru yang dikeluarkan Kemenristek, yang memasuki
tahap produksi massal.1
Indonesia saat ini, menempati peringkat 50 dalam daya saing antar
negara dari 144 negara yang disurvey oleh Forum Ekonomi Dunia
lewat Global Growth Competitiveness Index. Sedangkan pada tahun
sebelumnya, Indonesia telah menduduki peringkat ke-46 dari 142
negara yang disurvey. Peringkat Indonesia ini jauh di bawah negara
ASEAN lainnya seperti Singapura yang menduduki peringkat ke-2,
Malaysia peringkat ke-25, Brunei peringkat ke-28, dan Thailand
yang menempati peringkat ke-38.
Rendahnya daya saing Indonesia, salah satunya bisa dilihat dari
rendahnya publikasi karya ilmiah. Berdasarkan data publikasi
internasional, Indonesia selama kurun waktu 2001-2010 hanya
menghasilkan 7.843 publikasi ilmiah, jauh dibandingkan dengan
Singapura, Thailand, dan Malaysia yang telah menghasilkan lebih
dari 30.000 publikasi ilmiah. 2
Rendahnya publikasi karya ilmiah Indonesia ini sangat
berkaitan erat dengan rendahnya kegiatan riset dan
pengembangan teknologi, hal ini disebabkan karena faktor
rendahnya anggaran riset Indonesia dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya.
Anggaran riset Indonesia saat ini hanya sekitar 0,9 % dari
APBN atau sebesar 0,08 % dari produk domestik bruto
(PDB) nasional. (Kompas, 2012). Jika dibandingkan
dengan anggaran riset negara-negara lain di kawasan
ASEAN pada tahun 2006, anggaran riset Indonesia saat
ini sangat jauh tertinggal. Berdasarkan data pada tahun
2006, Singapura telah menganggarkan dana untuk riset
sebesar 2,36 % dari PDB nya, Malaysia sebesar 0,63 %
dari PDB nya, dan Thailand sebesar 0,25 % dari PDB
nya. 3
Pasal 12
(1) Pihak yang berhak memperoleh Paten atas suatu Invensi yang
dihasilkan dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang
memberikan pekerjaan tersebut, kecuali diperjanjikan lain.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku
terhadap Invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun
pekerja yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia
dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak
mengharuskannya untuk menghasilkan Invensi.
(3) Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan
manfaat ekonomi yang diperoleh dari Invensi tersebut.
(4) Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dibayarkan: a. dalam jumlah tertentu dan sekaligus; b.
persentase; c. gabungan antara jumlah tertentu dan
sekaligus dengan hadiah atau bonus; d. gabungan
antara persentase dan hadiah atau bonus; atau e.
bentuk lain yang disepakati para pihak; yang besarnya
ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
(5) Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara
perhitungan dan penetapan besarnya imbalan,
keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) sama sekali tidak menghapuskan
hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam
Sertifikat Paten
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian dan Pengembangan Ilmu pengetahuan
dan Teknologi (UU Sisnas P3 Iptek) yang menegaskan bahwa
perguruan tinggi dan lembaga litbang pemerintah berhak
menggunakan pendapatan yang diperolehnya dari hasil alih
teknologi
dan/atau
pelayanan
jasa
iptek
untuk
mengembangkan diri.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun
2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil
kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan
Tinggi dan Lembaga Penelitian dan pengembangan, sebagai
delegasian dari UU Sisnas P3 Iptek, pendapatan tersebut
dapat langsung digunakan salah satunya untuk memberikan
insentif yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi dan
kemampuan invensi di lingkungannya.
IV. PENUTUP
- BANGSA MAJU DAN MANDIRI: SDM LEBIH PENTING
DARIPADA SDA;
- PATEN: DOKUMEN/SUMBER INFORMASI ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERKINI;
- INDUSTRI: PENTING MELAKUKAN PENELUSURAN PATEN
SEBELUM MELAKUKAN R&D, PRODUKSI, DAN MARKETING;
- PERGURUAN TINGGI DAN LEMBAGA LITBANG PEMERINTAH
BERHAK MENGGUNAKAN PENDAPATAN YANG
DIPEROLEHNYA DARI HASIL ALIH TEKNOLOGI DAN/ATAU
PELAYANAN JASA IPTEK UNTUK MENGEMBANGKAN DIRI
PERTANYAAN,
TERIMA
KOMENTAR,
KASIH
DAN
MASUKAN
Website :
Tujuan Penelusuran Paten :
•Prior Art / State of the Art: Patentabilitas
•Patent Validity / Expired
•Legal Status: Granted – Patentability
•Infringement Analysis – Avoid to Sue
•Opposition
•Patent Watch / Monitor Paten Kompetitor,
Pemanfaatan Paten Kadaluarsa oleh UMKM
•Potential Partners for Licensing In / Licensing Out:
Potensi Pasar dan Manfaat Ekonomi dalam Business
•Working Around: Kerjasama Inovasi
•Patent Family
•Perkembangan/Trend Teknologi Baru
•Persiapan untuk mendiskusikan ide secara rahasia
•Mengakses informasi yang berharga
•Akademik: Pendidikan dan R&D
Siapa Pelaku Penelusuran Paten:
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.
JAKARTA, 19 OKTOBER 2015
PERLINDUNGAN HKI BERUPA PATEN
DAN ROYALTINYA TERHADAP HASIL
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KESEHATAN
IR. OSKAR SIMANULLANG, S.H., M.H., M.T.
SUBDIT. KLASIFIKASI DAN PENELUSURAN PATEN
DIREKTORAT PATEN
DIREKTORAT JENDERAL HKI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM R.I.
OUTLINE
I.
II.
III.
IV.
PENDAHULUAN
SISTEM PATEN
PENELITIAN DAN ROYALTI
PENUTUP
I. PENDAHULUAN
JUMLAH PERMOHONAN PATEN TAHUN 2012 s.d. 2014
Paten (P/W)
TAHUN PERMOHONAN
JUMLAH
Dalam Negeri
Luar Negeri
2012
612
6,172
6,784
2013
670
7,022
7,692
2014
753
7,944
8,697
Paten (S)
TAHUN PERMOHONAN
JUMLAH
Dalam Negeri
Luar Negeri
2012
217
52
2013
233
117
2014
214
118
269
350
332
APA MAKNA ANGKA-ANGKA PATEN TSB ?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
JUMLAH PERMOHONAN PATEN : 8000/TAHUN;
INDUSTRI KURANG BERTUMBUH;
EKONOMI KURANG BERKEMBANG;
IKLIM INVESTASI KURANG MAJU;
KURANG MENGUASAI INFORMASI DAN TEKNOLOGI;
KETERSEDIAAN TENAGA KERJA SEDIKIT;
SDM KURANG BAGUS DAN TRAMPIL:
- PENDIDIKAN KURANG BAIK DAN MAJU;
- KESEHATAN BELUM CUKUP DAN MERATA;
- DANA R&D TERBATAS DAN KURANG PROGRESIF;
8. DAYA SAING BANGSA RENDAH;
9. KEMANDIRIAN DAN HARGA DIRI BANGSA
DIPERTARUHKAN;
II. SISTEM PATEN
Perjanjian tertutup antara Pemerintah
Inventor/Pemilik
selama
jangka
tertentu;
-
-
dengan
waktu
Pemerintah memberikan Aspek Perlindungan
Hukum
kepada Inventor/Pemilik;
Inventor/Pemilik
memberikan/mengungkapkan
9
telah
Sistem Hukum KI
1. Sistem Deklaratif;
2. Sistem Konstitutif;
3. Sistem Non Deklaratif & Non Konstitutif;
Hukum Benda Perdata:
1. Benda Tangible / Benda Tak Bergerak;
2. Benda Intangible / Benda Bergerak;
Sistem Hukum Paten Indonesia
• Sistem First to File;
• Diumumkan;
• Pemeriksaan Substantif Paten;
• Dapat Banding (jika ditolak);
• Dapat Dibatalkan (batal demi hukum karena tidak
membayar biaya tahunan, batal atas permohonan
pemegang paten dan batal berdasarkan gugatan);
• Dapat Dilisensikan;
III. PENELITIAN DAN ROYALTI
10 K/L memperoleh anggaran terbesar RAPBN 2014 :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Kementerian Pertahanan (13,6 %);
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (13,5 %);
Kementerian Pekerjaan Umum (12,2 %);
Kementerian Agama (8,1 %);
Kementerian Kesehatan (7,3 %);
Kepolisian Republik Indonesia (6,8 %);
Kementerian Perhubungan (6,4 %);
Kementerian Keuangan (3,1 %);
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(2,7%); dan
(10) Kementerian Pertanian (2,5 %).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp82.743,6 miliar.
Jumlah ini lebih tinggi Rp3.035,9 miliar atau 3,8 persen bila
dibandingkan dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp79.707,7 miliar.
Alokasi tersebut akan dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai
program dengan output antara lain:
(1) tercapainya jumlah dosen PNS yang menerima tunjangan
profesi sebanyak 47.896 dosen, dan Angka Partisipasi Kasar
Perguruan Tinggi (APKPT) 19-23 tahun sebesar 26,7 persen, serta
tercapainya satker penerima dana masyarakat sebanyak 103
satker;
(2) tercapainya jumlah siswa SD/SDLB dan SMP/SMPLB penerima
subsidi siswa miskin sebanyak 8.062.561 siswa dan 2.893.187 siswa;
(3) tercapainya peserta didik SMA/SMK yang mendapatkan
BOS SMA sebanyak 4.384.026 siswa dan BOS SMK sebanyak
4.303.201 siswa serta jumlah peserta didik SMA dan SMK
yang mendapat BSM sebanyak 759.975 siswa dan 937.000
siswa;
(4) tercapainya jumlah anak putus sekolah dan lulus
sekolah menengah tidak melanjutkan yang
mendapatkan layanan pendidikan keterampilan
berbasis kecakapan hidup, bersertifikat, dan bekerja
sebesar 19 persen;
(5) tercapainya pendidik tenaga kependidikan yang
mengikuti
peningkatan
kompetensi
dan
profesionalisme di bidang pertanian dan perikanan
sebesar 70 persen; dan
(6)
tercapainya
jumlah
masyarakat
yang
mengapresiasi cagar budaya sebanyak 68.114 orang
dan jumlah koleksi museum yang dikelola sebanyak
13.073 koleksi.
Kode
Fungsi
RAPBN (triliun
rupiah)[10]
APBN (triliun
rupiah)[8]
RAPBN-P
(triliun rupiah)
[15]
APBN-P (triliun
rupiah)[14]
01
Pelayanan umum
939,5
891,8
712.8
695,3
02
Pertahanan
94,9
96,8
97,4
102,3
03
Ketertiban dan
keamanan
40,8
46,1
49,4
54,7
04
Ekonomi
120,0
143,5
216,5
216,3
05
Lingkungan hidup
10,4
10,7
12,0
11,7
06
Perumahan dan
fasilitas umum
18,7
20,5
27,0
25,6
07
Kesehatan
20,7
21,1
24,2
24,2
08
Pariwisata dan
ekonomi kreatif
2,0
1,9
2,6
3,8
09
Agama
5,2
5,3
5,8
6,9
10
Pendidikan dan
kebudayaan
119,5
146,4
153,8
156,2
11
Perlindungan sosial
8,3
8,3
29,2
22,6
1.379,9
1.392,4
1.330,8
Jumlah
1.319,6
Menurut Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN) :
Jepang
sudah
mengalokasikan
dana
penelitian
dan
pengembangan sebesar 3,5 persen dari PDB,
India 1,5 persen, dan
Malaysia sebesar 0,5 persen.
Tiongkok, anggaran riset sudah lebih dari 1 persen dan
menargetkan 2 persen dari PDB di tahun-tahun mendatang.
Jepang, Anggaran riset jelas jauh di atas Tiongkok, dan kini
menjadi nomor dua di bawah AS.
Korea, yang mencapai 3% untuk anggaran riset ilmu pengetahuan
dan teknologi dan akan meningkatkan menjadi 4% di tahun
mendatang.
Brasil dan India juga sangat mendukung pertumbuhan investasi
untuk riset dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologinya.
Indonesia baru mengalokasikan anggaran penelitian sebesar 0,1
persen dari PDB atau sekitar 0,03 persen dari APBN.
Sisihkan saja 1% dari PDB, dan dikembangkan dalam
bentuk partisipasi pemerintah sebesar 40%, BUMN
30%, serta swasta 30%. Semua pihak memang harus
ikut berkontribusi dalam menciptakan budaya riset demi
masa depan bangsa.
Saat ini, rasio dana riset dengan APBN hanya 0,08%.
Untuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
saja, misalnya, dari dana sebesar Rp 670 miliar, 40%
digunakan untuk kegiatan riset dan teknologi, sementara
60% lainnya untuk anggaran rutin. Ini berarti dana untuk
anggaran riset ilmu pengetahun dan teknologi di
Indonesia hanya 0,03% dari PDB Indonesia yang
mencapai Rp 6.300 triliun
Berdasarkan Data Business Innovation Centre (BIC), diketahui
bahwa hanya 8 % dari invensi yang terpilih dalam lima buku serial
100 penemuan baru yang dikeluarkan Kemenristek, yang memasuki
tahap produksi massal.1
Indonesia saat ini, menempati peringkat 50 dalam daya saing antar
negara dari 144 negara yang disurvey oleh Forum Ekonomi Dunia
lewat Global Growth Competitiveness Index. Sedangkan pada tahun
sebelumnya, Indonesia telah menduduki peringkat ke-46 dari 142
negara yang disurvey. Peringkat Indonesia ini jauh di bawah negara
ASEAN lainnya seperti Singapura yang menduduki peringkat ke-2,
Malaysia peringkat ke-25, Brunei peringkat ke-28, dan Thailand
yang menempati peringkat ke-38.
Rendahnya daya saing Indonesia, salah satunya bisa dilihat dari
rendahnya publikasi karya ilmiah. Berdasarkan data publikasi
internasional, Indonesia selama kurun waktu 2001-2010 hanya
menghasilkan 7.843 publikasi ilmiah, jauh dibandingkan dengan
Singapura, Thailand, dan Malaysia yang telah menghasilkan lebih
dari 30.000 publikasi ilmiah. 2
Rendahnya publikasi karya ilmiah Indonesia ini sangat
berkaitan erat dengan rendahnya kegiatan riset dan
pengembangan teknologi, hal ini disebabkan karena faktor
rendahnya anggaran riset Indonesia dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya.
Anggaran riset Indonesia saat ini hanya sekitar 0,9 % dari
APBN atau sebesar 0,08 % dari produk domestik bruto
(PDB) nasional. (Kompas, 2012). Jika dibandingkan
dengan anggaran riset negara-negara lain di kawasan
ASEAN pada tahun 2006, anggaran riset Indonesia saat
ini sangat jauh tertinggal. Berdasarkan data pada tahun
2006, Singapura telah menganggarkan dana untuk riset
sebesar 2,36 % dari PDB nya, Malaysia sebesar 0,63 %
dari PDB nya, dan Thailand sebesar 0,25 % dari PDB
nya. 3
Pasal 12
(1) Pihak yang berhak memperoleh Paten atas suatu Invensi yang
dihasilkan dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang
memberikan pekerjaan tersebut, kecuali diperjanjikan lain.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku
terhadap Invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun
pekerja yang menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia
dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak
mengharuskannya untuk menghasilkan Invensi.
(3) Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan
manfaat ekonomi yang diperoleh dari Invensi tersebut.
(4) Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dibayarkan: a. dalam jumlah tertentu dan sekaligus; b.
persentase; c. gabungan antara jumlah tertentu dan
sekaligus dengan hadiah atau bonus; d. gabungan
antara persentase dan hadiah atau bonus; atau e.
bentuk lain yang disepakati para pihak; yang besarnya
ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
(5) Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara
perhitungan dan penetapan besarnya imbalan,
keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) sama sekali tidak menghapuskan
hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam
Sertifikat Paten
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian dan Pengembangan Ilmu pengetahuan
dan Teknologi (UU Sisnas P3 Iptek) yang menegaskan bahwa
perguruan tinggi dan lembaga litbang pemerintah berhak
menggunakan pendapatan yang diperolehnya dari hasil alih
teknologi
dan/atau
pelayanan
jasa
iptek
untuk
mengembangkan diri.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun
2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil
kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan
Tinggi dan Lembaga Penelitian dan pengembangan, sebagai
delegasian dari UU Sisnas P3 Iptek, pendapatan tersebut
dapat langsung digunakan salah satunya untuk memberikan
insentif yang diperlukan untuk meningkatkan motivasi dan
kemampuan invensi di lingkungannya.
IV. PENUTUP
- BANGSA MAJU DAN MANDIRI: SDM LEBIH PENTING
DARIPADA SDA;
- PATEN: DOKUMEN/SUMBER INFORMASI ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERKINI;
- INDUSTRI: PENTING MELAKUKAN PENELUSURAN PATEN
SEBELUM MELAKUKAN R&D, PRODUKSI, DAN MARKETING;
- PERGURUAN TINGGI DAN LEMBAGA LITBANG PEMERINTAH
BERHAK MENGGUNAKAN PENDAPATAN YANG
DIPEROLEHNYA DARI HASIL ALIH TEKNOLOGI DAN/ATAU
PELAYANAN JASA IPTEK UNTUK MENGEMBANGKAN DIRI
PERTANYAAN,
TERIMA
KOMENTAR,
KASIH
DAN
MASUKAN
Website :
Tujuan Penelusuran Paten :
•Prior Art / State of the Art: Patentabilitas
•Patent Validity / Expired
•Legal Status: Granted – Patentability
•Infringement Analysis – Avoid to Sue
•Opposition
•Patent Watch / Monitor Paten Kompetitor,
Pemanfaatan Paten Kadaluarsa oleh UMKM
•Potential Partners for Licensing In / Licensing Out:
Potensi Pasar dan Manfaat Ekonomi dalam Business
•Working Around: Kerjasama Inovasi
•Patent Family
•Perkembangan/Trend Teknologi Baru
•Persiapan untuk mendiskusikan ide secara rahasia
•Mengakses informasi yang berharga
•Akademik: Pendidikan dan R&D
Siapa Pelaku Penelusuran Paten: