Draft Pengenalan Jenis Tumbuhan Hutan Dataran Rendah SUMSEL
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Draft
Pengenalan Jenis Tumbuhan
Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah
Sumatera Selatan
(SM Dangku-Hutan Lindung Meranti-Hutan Harapan)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Panduan lapangan Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah, Sumatera
Selatan
Penyunting:
Tukirin Partomihardjo
Penyusun:
Dafid Pirnanda
Hendi Sumantri
Rendra Bayu Prasetyo
Palembang, December 2016
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Citation :
Pirnanda, D., H. Sumantri., dan R. B. Prasetyo. 2016. Pengenalan Jenis Tumbuhan di Kawasan Hutan Dataran
Rendah Sumatera Selatan. Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project. Deutsche Gesellschaft
für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Palembang
National Library: Cataloging in Publication
Copy Right
© BIOCLIME - GIZ
Cites this book is allowed by mentioning the source and publisher.
Front Cover (from left to right):
Detail Contact
Dafid Pirnanda ([email protected] )
Hendi Sumantri ([email protected])
Rendra Bayu Prasetyo ([email protected])
Kantor Palembang :
Jl. Jend. Sudirman No. 2837
KM. 3,5 Palembang
Tel.: +62-711-353176
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Kata Pengantar
GIZ Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project merupakan program kerjasama teknis antara Pemerintah
Republik Federal Jerman dan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di
bidang keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Melalui program BIOCLIME, Pemerintah Jerman mendukung
upaya Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, konservasi keanekaragaman hayati
hutan bernilai tinggi, mempertahankan kapasitas penyimpanan stok karbon dan menerapkan pengelolaan hutan
berkelanjutan untuk kepentingan rakyat. Program ini fokus dalam mendukung Provinsi Sumatera Selatan untuk dapat
mengembangkan dan menerapkan konsep konservasi dan manajemen guna menurunkan emisi karbon dari hutan dan
memberikan kontribusi untuk komitmen penurunan emisi GRK Indonesia yang telah ditargetkan sampai 2020.
Pada Taman Nasional Sembilang telah dilakukan survey yang bertujuan untuk menginventarisasi data biodiversitas
dan kandungan karbon. Dari Hasil inventarisasi tumbuhan, dilakukan identifikasi nama ilmiah dengan cara membuat
herbarium dan juga mencocokan antara ciri-ciri yang ditemukan dilapangan dengan ciri-ciri yang tertulis pada
beberapa literatur seperti Prosea dan Malesian Seed Plants.
Kami menyadari keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di ekosistem mangrove TN Sembilang tidak terbatas pada
apa yang ada dalam buku ini, tetapi kami berharap buku ini dapat menjadi acuan dan memberi kemudahan dalam
kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan pada kawasan TN Sembilang yang bertujuan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati yang ada pada TN Sembilang.
Palembang, Desember 2016
Bioclime-GIZ Team Leader
Berthold Haasler
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Kata Sambutan
Keanekaragaman hayati (kehati) memiliki peran serta kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional di semua
bidang. Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam pengelolaan kehati pada tataran global dan nasional melalui
ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati/Convention on Biological Diversity (CBD) menjadi UU nomor 5 tahun
1994. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2015-2020. Dokumen ini memaparkan arah kebijakan RPJM yang ditujukan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, selain
meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanannya.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa permasalahan dan isu terkait pengelolaan keanekaragaman hayati
sungguh sangat dinamis. Hal ini menjadi sangat menarik dan sekaligus menjadi tantangan bagi kita semua untuk
dapat mengelola keanekaragaman hayati secara adil dan lestari, dengan berpedoman pada 3 (tiga) pilar penting
yaitu: pengawetan, perlindungan, dan pemanfaatan yang lestari. Maka sangat penting adanya sebuah data dasar
yang bisa menjadi pedoman, baik dalam kegiatan survey maupun dalam kegiatan rehabilitasi hutan. Dengan data
dasar keanekarangan jenis tumbuhan yang ada di Ekosistem Mangrove Taman Nasional Sembilang dapat dilihat,
sehingga akan memudahkan dalam pengenalan jenis lokal dan pencarian nama ilmiahnya.
Kami berharap buku “Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan” ini dapat
bermanfaat menjadi salah satu referensi penting bagi pihak-pihak yang ingin melaksanakan kegiatan survey vegetasi
dan kegiatan rehabilitasi/ restorasi di Ekosistem Hutan Dataran Rendah yang ada di Sumatera Selatan.
Palembang,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Nama
Jabatan
Instansi
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Ucapan terima kasih
Kami mengucapkan terim kasih yang sebesar-besarnya kepada Berthold Haasler (Team Leader GIZ-BIOCLIME), sertu
seluruh Senior Adviser dan Technical assistant serta supporting staff yang telah mendukung dan membantu semua
kegiatan lapangan dan administrasinya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada Bapak Helmi (BIROCAN KLHK) yang telah berkenan
memberikan kata sambutan dalam buku ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pak M. Amir dan Ibu
Megawati dari Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, yang telah membantu dalam
proses identifikasi jenis pohon baik dilapangan maupun saat di laboratorium. Serta terima kash juga kepada tim
survey Bioclime yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pengambilan data lapangan selama ini.
Kami juga sangat menghargai bantuan dari masyarakat desa, yang telah banyak membantu dalam proses
pengambilan data dan sampel tumbuhan untuk herbarium. Serta seluruh pihak yang telah terlibat aktif dalam proses
survei di lapangan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih.
Palembang, Desember 2016
Tim Penyusun
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan menempati
urutan kedua setelah Brazil, baik flora maupun fauna dengan penyebaran yang sangat luas. (Sujarwo & Darma, 2011).
Hutan tropis Indonesia merupakan bagian dari paru-paru dunia. Hutan di Indonesia mengalami kerusakan dengan laju
2,4 juta ha/tahun. Saat ini kawasan tersebut mengalami tekanan sangat berat, mulai dari praktek legal logging,
illegal logging, kebakaran hutan serta tumpang tindih peruntukan antara hutan dan perkebunan kelapa sawit, Hak
Pengelolaan Hutan (HPH), serta pertambangan (Solviana & Chairul, 2012). Saat ini keanekaragaman spesies,
ekosistem, dan sumberdaya genetik semakin menurun pada tingkat yang cukup membahayakan akibat kerusakan
lingkungan.
Tantangan dalam pengelolaan hutan di Indonesia semakin mengemuka seiring meningkatnya permasalahan
lingkungan pada ringkat lokal hingga global yang terjadi saat ini. Kerusakan hutan akibat deforestasi dan degradasi
hutan menjadi sorotan dunia internasional, seperti kebakaran hutan, pengalihan lahan hutan menjadi lahan
perkebunan dan hutan produksi, serta aktifitas illegal logging yang terjadi dengan intensitas tinggi, sehingga
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Kita tahu Indonesia dikenal
sebagai Negara yang memiliki keanekaragaman jenis tertinggi kedua setelah Brasil.
Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang laju kerusakan hutannya sangat tinggi. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 76/Kpts-II/2001 tanggal 15-03-2001, luas kawasan hutan Sumatera Selatan adalah ±
4.416.837 Ha. Luas kawasan hutan ini mencakup 40,43 % dari luas propinsi Sumatera Selatan, yang terdiri atas
kawasan Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan kawasan Hutan Produksi. Dari kawasan hutan yang cukup luas,
diyakini Sumatera Selatan kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME), merupakan program kerjasama antara The Deutsche Gesellschaft fur
Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Jerman dengan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program
BIOCLIME bertujuan untuk membantu upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi GRK dari sektor
kehutanan, konversi keanekaragaman hayati pada hutan-hutan bernilai tinggi (high value forest’s), dan menerapkan
pengelolaan hutan lestari untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Provinsi Sumatera
Selatan. Untuk mencapai hal tersebut, BIOCLIME telah melakukan pemantauan keanekaragaman jeniss tumbuhan
pada beberapa kawasan hutan yang ada di Sumatera Selatan.
Kegiatan pemantauan keanekaragaman jenis tumbuhan yang telah dilakukan mencakup 3 kawasan hutan, yaitu
Kawasan Hutan Lindung Meranti, Hutan Harapan yang dikelola oleh PT. REKI, dan Hutan Suaka Margasatwa Dangku.
Berdasarkan data yang ada, keanekaragaman jenis tumbuhan di ketiga kawasan hutan ini cukup tinggi. Demi
menunjang data yang ada, kami berupaya menyusun data dasardan mendokumentasikan ciri-ciri pohon untuk dapat
digunakan sebagai panduan lapang bagi pihak-pihak terkait dalam upaya menjaga kelestarian keanekargaman
hayati di Sumatera Selatan.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Suaka Margasatwa Dangku
Suaka Margasatwa Dangku memiliki fungsi ekologi yang sangat penting ditinjau dari segi potensi flora dan fauna yang
cukup tinggi dengan ekosisten hutan hujan dataran rendah dengan topografi medan bergelombang ringan. Di
dalamnya terdapat berbagai jenis satwa liar dilindungi seperti Harimau Sumatera (), Gajah ( Elephas maximus), Tapir
(Tapirus indicus), serta berbagai jenis burung yang dilindungi serta tumbuh-Panthera tigris sumatranus tumbuhan
Meranti (Shorea sp), Merawan (Hopea mangarawan), Medang (Litsea spp.), Manggeris (Kompassia spp.), Balam
(Palagium sp.), Jelutung (Dyera cstulata), Merbau (Instia bijuga) dan Tembesu (Fragrarea frageant).
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Suaka Margasatwa (SM) Dangku ini memerlukan pengelolaan secara khusus
agarterjamin kelestariannya
dan dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, dan wisata alam terbatas serta kegiatan lain yang menunjang budidaya sesuai fungsi
kawasan suaka margasatwa. SM Dangku akan dapat berfungsi dan bermanfaat secara optimal, jika pengelolaan
kawasan dilakukan dengan baik serta ditunjang oleh sarana prasarana yang memadai dengan personil pengelola yang
berkualitas.
Hutan Lindung Meranti
Hutan Lindung Meranti merupakan kawasan hutan lindung yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin dan berada di
bawah pengawasan KPHP Model Unit III Meranti. KPHP Model Unit III Meranti telah ditetapkan sebagai KPHP Model
dengan SK Menteri Kehutanan Nomor SK. 439/MenhutII/ 2012 tanggal 09/08/2012 dengan luas ± 41.126 ha,
terdiri atas Hutan Produksi (HP) dengan luas ± 21.995 ha dan Hutan Lindung (HL) dengan luas ± 19.131 ha
(Pustaka....).
Hutan Harapan, PT. Restorasi Ekosistem Indonesi (PT. REKI)
Hutan harapan merupakan kawasan hutan produksi yang ditunjuk sebagai hutan untuk direstorasi, berada di bawah
pengelolaan PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI). RESTORASI EKOSISTEM adalah upaya untuk mengembalikan
unsur hayati (flora dan fauna) beserta unsur non hayatinya (tanah dan air) dari suatu ekosistem kawasan dengan jalan
menanam jenis asli, sehingga akan tercapai keseimbangan ekosistem mendekati atau sama dengan kondisi semula
(Pustaka....).
Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi adalah upaya untuk mengembalikan unsur hayati (tegakan hutan) dan
ekosistemnya pada kawasan hutan produksi, sehingga tercapai kondisi optimal potensi dan pemanfaatannya sebagai
hutan alam produksi lestari (Permenhut Nomor : P. 64/Menhut-II/2014 tentang penerapan silvikultur dalam areal izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem pada hutan produksi).
PT. REKI telah mendapat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) berupa Kegiatan Restorasi Ekosistem di
Hutan Produksi pada tanggal 28 Agustus 2007 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 293/Menhut-II/2007
dengan luas areal + 52.170 ha. Areal kerja PT. REKI terletak di kelompok hutan Sungai Meranti – Sungai kapas,
Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pada tanggal 25 Mei 2010 melalui Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 327/ Menhut-II/2010 dengan luas areal + 46.385 ha.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Tujuan Pembuatan Buku
Pengetahuan mengenai pengenalan jenis tumbuhan saat ini mulai berkurang. Akhli botani cakap dan senior yang ada
di Indonesia sekarang telah termakan usia dan telah memutuskan pensiun, disamping itu tak banyak akhli-akhli
botani muda yang bisa melanjutkan. Hal ini dapat menjadi kekhawatiran banyak pihak terhadap keberlanjutan ilmu
pengenalan pohon. Pengenalan pohon sangat dibutuhkan agar dapat menjaga kelestarian dan keanekaragaman
jenis.
Kerusakan hutan yang terjadi saat ini dikhawatirkan akan menghilangkan jenis-jenis langka yang ada di kawasan
hutan. Oleh karena itu diharapkan buku ini dapat menjadi acuan para pihak dan juga sebagai informasi dasar
mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan hutan Sumatera Selatan.
Manfaat Buku
Buku ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai panduan lapangan dalam identifikasi jenis tumbuhan
berdasarkan ciri umum yang disajikan serta nama lokal pada daerah penelitian. Selanjutnya, diharapkan kegiatan
survei hutan yang memerlukan pengenalan pohon , dapat menggunakan buku ini sebagai salah satu acuan dalam
penentuan nama jenis lokal dan ilmiah.
Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan memiliki keanekaragaman jenis yang besar sperti ditunjukkan oleh adanya persamaan dan perbedaan
karakter atau sifat-sifat tertentu dari setiap jenis tumbuhan. Kesamaan karakter atau sifat-sifat yang dimiliki
olehsetiap jenis tumbuhan dapat dijadikan acuan dalam melakukan klasifikasi atau pengelompokan tumbuhan.
Klasifikasi tumbuhan biasanya didasari atas 2 karakter utama , yaitu ciri-ciri fisiologis dan morfologis. Ciri fisiologis
meliputi proses fisika kimia yang terjadi dalam tubuh tumbuhan, sedangkan ciri morfologis biasanya lebih sering
digunakan di lapangan untuk identifikasi, yang mencakup bentuk luar dan juga anatomi atau organografi tumbuhan.
Tumbuhan memiliki bagian-bagian yang berguna untuk melangsungkan kehidupannya, terutama untuk penyerapan
unsur hara, pengolahan, pengangkutan dan penimbunan zat makanan yang disebut organ vegetatif. Organ vegetatif
tumbuhan meliputi akar, batang dan daun.
Batang (Caulis)
Berdasarkan perawakan (habitus) yang meliputi bentuk dan struktur batang, tumbuhan dibedakan menjadi beberapa
bentuk hidup (growth form), yaitu:
a) Herbaceus (terna), tumbuhan berbatang lunak dan mengandung banyakair. Contohnya: Keladi - keladian
(Araceae), pisang-pisangan (Musaceae) dan jahe-jahean (Zingiberaceae)
b) Lignosus, tumbuhan yang batangnya mengayu. Berdasarkan bentuk hidup (growth form), kedua
kelompok tumbuhan dibedakan menjadi: pohon (tree), semak/perdu (shrub), liana (liana), pemanjat
(climber), epifit (epiphyte) dan parasit (parasite).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
•
Perdu/semak (shrub), tumbuhan mengayu dengan percabangan dekat permukaan tanah atau
berbatang lebih dari satju, tinggi umumnya kurang dari 5 m. Contoh: Sikeduduk (Melastoma
malabathricum), Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa),
•
Pohon (tree), tumbuhan mengayu berbatang tunggal dengan percabangan jauh dari permukaan
tanah, tinggi umumnya lebih dari 5 m. Contoh: Surian (Toona sureni), kulim (Scorodocarpus
borneensis), jelutung (Dyera costulata), grunggang (Cratoxylum sumatranum). Akan tetapi masyarakat
umum sering menggunakan istilah pohon hanya berdasar pada ukuran batang tanpa
memperhatikan ciri yang lain. Misal pohon pisang dan pepaya (batang tidak bercabang dan tidak
mengayu) bambu, kelapa, pinang (batang tidak bercabang meskipun keras).
•
Liana (Liana), tumbuhan memanjat dengan batang mengayu, . Contoh: Secang (Caesalpinia sapan),
kelompok rotan (Calamus spp., Daemonorops spp., Korthalsia spp.), bambu kadalan (Dinochloa
scandens).
•
Pemanjat (Climber), tumbuhan memanjat dengan cara menempel pada batang pohon inang dengan
melilit atau menggunakan organ khusus seperti sulur, sirus, kait dan akar tempel untuk naik guna
mencapai sinar matahari. Contoh: tuba (Derris spp.), akar dariek-ariek (Tetrastigma spp.), saga
(Abrus precatorius), beringin tali (Ficus pumila)
•
Epifit (epiphyte), tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain sebagai inang tanpa
mengambil unsusr hara dari jaringan hidup tumbuhan inang. Parasit (Parasite), tumbuhan yang
selama hidupnya menempel ke tumbuhan lain sebagai inang dengan mengambil unsur hara dari
dalam jaringan inangya.
Secara morfologis, beberapa karakter batang yang perlu diamati meliputi bentuk, kulit, warna, bau, getah dan ciri
khusu lainnya seperti bentuk percabangan, dan modifikasi batang yang diuraikan sebagai berikut :
Bentuk batang
Ada Beberapa bentuk batang :
a) silindris (Teres), yakni batang dengan penampang melintang berbentuk lingkaran. Contoh: bambu, surian
(Toona sureni)
b) pipih (Cladodia), penampang melintangnya berbentuk lonjong. Contoh: batang dari bangsa kaktus
(Opuntia spp.)
c) bersegi (angularis), yaitu penampang melintangnya berbentuk segitiga (triangularis), contoh: teki - tekian
(Cyperus spp. Scirpus spp. Scleria spp)
d) segiempat (quadrangularis), penampang melintang batang berbentuk bujur sangkar contoh: markisah
(Passiflora quadrangularis).
Percabangan batang
a) Monopodial, batang lebih menonjol, tinggi dan besar dibandingkan dengan percabangannya. Contoh:
batang Durian (Durio zibethinus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
b) Sympodial, batang lebih pendek, atau tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan pertumbuhan
percabangannya. Contoh: Achras zapota
c) Dichotomus, setiap percabangan selalu terdiri atas dua cabang yang sama atau disebut percabangan
menggarpu.
Permukaan Kulit Batang
a) Kulit batang halus ; permukaan kulit batang halus dan tidak pecah atau berkerak. Contoh : Mengeris
(Koompasia malaccensis, K. exelsa)
b) Kulit batang beralur : Terdapat retakan-retakan yang membujur atau memanjang batang. Contoh :
Meranti payau (Shorea dasyphylla) meranti kuning (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpus cinereus)
c) Kulit batang bersisik : kulit batang mengelupas membentuk lembaran-lembaran tipis seperti sisik.
Contoh : Rengas Burung (Melanorrhea wallichii)
d) Batang kasar/menyerpih : permukaan kulit kasar dan lepas berbentuk serpihan, kulit seperti lapuk.
Contoh : Punak (Tetramerista glabra)
e) Batang berlapis : Permukaan kulit batang berupa lapisan-lapisan tipis. Contoh : Gelam (Melaleuca
cajuputi).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Tipe Banir /Akar Papan
a) Banir kembang lateral: Banir berukuran pendek tetapi melebar dekat permukaan tanah
b) Banir Kuncup: Banir tinggi namun pada bagian bawahnya tidak melebar, sehingga terlihat seperti
menguncup.
c) Banir papan: Banir tinggi dan lebar, membentuk seperti dinding dan papan, sehingga orang
menyebutnya banir papan. Biasanya terdapat pada famili Dipterocarpaceae.?????
Daun (Folium)
Daun memiliki beberapa ciri utama yang penting dalam mengamati karakteristik daun, antara lain sebagai
berikut:??????
Duduk daun pada batang
a) Pada setiap buku hanya ada satu helai daun, dibedakan dalam beberapa posisi duduk daun yakni:
tersebar (folia sparsa), bergantian (folia disticha), berkumpul/mengelompok (clump).
b) Pada setiap buku terdapat dua helai daun, disebut duduk daun berhadapan (opposite).
c) Pada setiap buku ada lebih dari dua helai daun, yang disebut berkarang (rosette).
Bagian-bagian pokok daun
a) Tangkai daun (petiole),
b) pelepah daun (vagina) dan
c) helai daun (lamina)
Daun dibedakan menjadi daun lengkap (folium completus) yaitu daun yang mempunyai ketiga organ daun,
dan daun yang tidak lengkap (folium incompletus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Bentuk umum helaian daun (Circum scriptio)
a) Menjarum/bentuk jarum = needle shape/acerose (acerosus)
b) Memita/seperti pita = linear (linearis)
c) Bundar = orbicular (orbicularis)
d) Lonjong = Elliptica (ellipticus)
e) Bundar panjang = oblong (oblongus)
f) Melanset = lanceolate (lanceolatus)
g) Melanset sungsang = oblanceolate (oblanceolatus)
h) Membundar telur = ovate (ovatus)
i) Membundar telur sungsang = obovate (obovatus)
j) Bundar telur = oval (ovalis)
k) Menjantung = cordate (cordatus)
l) Menjantung sungsangsungsang = obcordate (obcordatus)
m) Bentuk ginjal = reniform (reniformis)
n) Bentuk delta = deltoid (deltoideus)
o) Bentuk sudip = spathulate (spathulatus)
p) Bentuk tombak = hastate = (hastatus)
q) Bentuk anak panah = sagittate (sagittatus)
r) Bentuk belah ketupat = rhomboideus
Bagian ujung daun (Apex)
a) Lancip = acute (acutus)
b) Melancip = acuminate (acuminatus)
c) Tumpul = obtuse (obtusus)
d) Membundar = rotundate (rotundatus)
e) Rata/rompang = truncate (truncatus)
f) Terbelah = retuse (retusus) Bagian pangkal daun (Basis)
g) Menyempit = attenuate (attenuatus)
h) Tumpul = obtuse (obtusus)
i) Membundar = rotundate (rotundatus)
j) Rata/rompang = truncate (truncatus)
k) Seperti hati = cordate (cordatus)
l) Bentuk anak panah = sagittate (sagittatus)
m) Bentuk tombak = hastate (hastatus)
n) Seperti telinga = auriculate (auriculatus)
Pertulangan daun (Nervatio)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
o) Pertulangan menyirip = pinnate (pinnati nervis)
p) Pertulangan menjari = palmate (palmati nervis)
q) Pertulangan melengkung = curvate (curvi nervis)
Pinggir daun (Margo)
a) rata = entire (integer)
b) beriak = undulate (repandus)
c) berombak = sinuate (sinuatus)
d) bergerigi = serrate (serratus)
e) bergerigi ganda = serrate (biserratus)
f) bergigi = dentate (dentatus)
g) berlekuk menyirip = pinnately
h) lobed (pinnati lobus) berlekuk
i) menjari = palmately lobed (palmati lobus)
j) bercangap menyirip = pinnately parted (pinnati partitus)
k) bercangap menjari = palmately parted (palmat partitus)
l) terbagi menyirip = pinnately divided (pinnati visus)
m) terbagi menjari = palmately divided (palmati divisus)
n) daun kaki = pedate (pedatus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Lekukan atau torehan pinggir daun yang mempengaruhi bentuk daun
a) Berlekuk menyirip (pinnati lobus), lekukannya dangkal atau kurang dari setengah panjang tulang daun
sekundernya, contoh: daun terung (Solanum melongena).
b) Bercangap menyirip (pinnati fidus), lekukannya lebih dalam sekitar setengah dari panjang tulang daun
sekunder, contoh: daun Kalawi (Artocarpus communis).
c) Berbagi menyirip (pinnati partitus), lekukannya paling dalam hampir sepanjang tulang daun
sekundernya, contoh: daun Acanthus illicifolius
d) Berlekuk menjari (palmati lobus),empat tulang daun sekunder berkembang dari pangkal tangkai daun
lekukannya dangkal, contoh: daun Jarak (Jatropha curcas).
e) Bercangap menjari (palmati vidus), lekukannya lebih dalam, hampir setengah pertulangan daun
sekundernya, contoh: daun Kaliki alang (Ricinus communis).
f) Berbagi menjari (palmati partitus), lekukannya paling dalam, hampir mencapai bagian dasar tulang
daun sekundernya, contoh: daun Ubi Kayu (Manihot esculentha).
Permukaan daun (surfaces)
a) Licin atau tidak berbulu (laevis)
b) Mengkilat (nitidus), contoh: daun beringin (Ficus benjamina)
c) Suram (opacus???), contoh: daun Ubi jalar (Ipomoea batatas)
d) Berlapis lilin (glaucus), contoh: daun pisang (Musa paradisiaca)
e) Gundul (glabrous), permukaan daun licin.
f) Kesat (scabrous), terdapat bulu-bulu pendek, rapat dan kaku dipermukaan daun.
g) Bersisik (lepidus), permukaan daun ditutupi oleh bintik- bintik halus dan rapat, biasanya jelas dilihat
dengan binoculer.
h) Bintik-bintik seperti bintang (stellate), permukaan daun dipenuhi oleh spot-spot seperti bintang,
biasanya berwarna lain dibandingkan dengan warna dasar daun.
i) Berambut abu-abu atau putih (canescent), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna
abu-abu atau putih yang langsung memberikan warna permukaan daun tersebut.
j) Berbulu halus dan berkelompok (tomentose), permukaan daun ditutupi oleh bulu-bulu halus, pendek
sampai sedang.
k) Berbulu halus (lanatus), hampir sama dengan tomentose, tetapi bulubulunya semua sama panjang.
l) Berbulu kelenjar (glandular), permukaan daun ditutupi oleh bulu- bulu kelenjar yang rapat.
m) Berambut miring (strigose), bulu-bulu pada permukaan daun dengan posisi miring.
n) Berbulu (pubescens), biasanya dikatakan kepada semua permukaan yang berbulu, atau lawan dari
glabrous.
o) Berambut sunsang (sericeus), permukaan daun mempunyai rambut/ bulu halus yang panjang, posisinya
agak miring, sehingga bila dielus searah dengan posisinya terasa sangat halus dan lembut, dan
sebaliknya bila berlawanan dengan posisinya akan terasa kesat dan kadang-kadang bergetah.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
p) Berambut halus (Villosus), permukaan daun ditutupi oleh rambutrambut halus dan lembut.
q) Berambut halus dan lembut (Pilose), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus, panjang,
lembut dan posisi tegak, kadangkadang susah juga membeda kannya dengan villous.
Daun Majemuk
Daun majemuk merupakan daun yang berjumlah dua atau lebih lembarandaun dalam satu tangkai daun,
contohnya daun Patai (Parkia speciosa), dan daun Sungkai (Peronema canescens). Masing-masing
lembaran daunnya disebut anak daun (foliolum). Berdasarkan susunan anak daun pada tangkai daun
majemuknya dibedakan 2 macam daun majemuk yakni : Daun majemuk menyirip (pinnatus) Daun majemuk
menjari (palmatus). Daun majemuk juga ada yang bercabang, yaitu cabang pertama dari tangkai daun
majemuk, dan ada juga cabang pertama bercabang lagi yang disebut percabangan tingkat dua.
Berdasarkan kedudukan anak daun pada percabangan tingkat satu atau tingkat dua dan seterusnya maka
dibedakan menjadi:
a) Daun majemuk menyirip tingkat dua (bipinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan pertama.
b) Daun majemuk menyirip tingkat tiga (tripinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat
dua.
c) Daun majemuk menjari tingkat dua (biternatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat
pertama.
Organ tambahan/Modifikasi organ daun
a) Sulur (tendril), contohnya pada ujung daun Nepenthes tempat menggantungnya kantong (pitcher).
b) Kantong (pitcher), seperti disebutkan diatas yaitu pada kantong semar
( Nepenthes spp.).
c) Duri (spina), umumnya pada ujung atau dipermukaan daun, contohnya daun Rotan (Calamus spp.,
Daemonoroph spp. dsb.), daun terung duri (Solanum aculeatissimum) dan terung susu (Solanum
mammosum).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Daftar Jenis Tumbuhan Di Taman Nasional Sembilang
01 Raman : (Anacardiaceae) Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn.
02. Mangga hutan : (Anacardiaceae) Mangifera laurina Blume.
03 Mangga hutan : (Anacardiaceae) Pentaspodon motleyi Hook. F.
04 Dao : (Anaardiaceae) Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe.
05 Sigam : (Annonaceae) Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr
06 Kenanga hutan : (Annonaceae) Desmos chinensis Lour.
07 Banitan : (Annonaceae) Popowia pisocarpa Blume.
08 Pulai : (Apocynaceae) Alstonia scholaris (L.) R. Br.
09 Sulai : (Burseraceae) Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam.
10 Siluk : (Cannabaceae) Gironniera nervosa Planch.
11 Serkit : (Cardiopteridaceae) Gonocaryum litorale (Bl.) Sleum
11 Siluk daun lebar : (Cannabaceae) Gironniera subaquealis Planch. Ann. Sc. Nat.
12 Ketapang : (Combretaceae) Terminalia catappa L.
13 Kelumpang : (Combretaceae) Terminalia bellirica (Gaertn.) Roxb.
14 Ketapang : (Combretaceae) Terminalia subspathulata King.
15 Bidani : (Combretaceae) Combretum latifolium Blume.
16 Akar ampelas : (Dilleniaceae) Tetracera sandens Merr.
17 Bedih : (Euphorbiaceae) Balakata baccata (Roxb.) Esser.
18 Mahang : (euphorbiaceae) Macaranga tricocarpa (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
19 Mahang ketam : (Euphorbiaceae) Macaranga conifera (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
20 Mahang : (Euphorbiaceae) Macaranga denticulata (Blume.) Mull. Arg.
21 Kayu Labuh : (Euphorbiaceae) Endospermum diadenum (Miq.) Airy. Shaw.
22 Balik angin/ketepen : (Euphorbiaceae) Croton argyratus Blume.
23 Melinjo akar : (Gnetaceae) Gnetum cuspidatum Blume
24 Sempegar : (Ixonanthaceae) Ixonanthes icosandra Jack.???
25 Setepung/ketepung : (Lamiaceae) Callicarpa pentandra Roxb.
26 Laban : (Lamiaceae) Vitex vestita Wall.
27 Laban : (Verbenaceae) Vitex pinnata L.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
28 Medang merah : (Lauraceae) Phoebe elliptica Blume.
29 Putat : (Lecythidaceae) Barringtonia macrostachya (Jack.) Kurz.
30 Meribungan : (Leguminosae) Millettia atropurpurea Bth.
31 Liana : (Leguminosae) Bauhinia semibifida Roxb.
32 Liana/Akar : (Leguminosae) Spatholobus littoralis Hassk.
33 Bunga cempaka : (Magnoliacae) Magnolia liliifera (L.) Baill var liliifera
34 Kelumpang : (Malvaceae) Sterculia laevis Wall.
35 Merpayang : (Malvaceae) Scaphium macropodum (Miq.) Beumee.
36 Semubi : (Melastomataceae) Pternandra caerulecens Jack.
37 Semubi/Gembok : (Melastomataceae) Pternandra azurea (Bl.) Burk.
38 Jambu Belanda : (Melatomataceae) Bellucia pentamera Naudin
39 Aro/Berkum : (Moraceae) Ficus altissima Bl.
40 Kayu Aro : (Moraceae) Ficus variegata Blume.
41 Kayu aro : (Moraceae) Ficus hispida Linn. F
42 Pala hutan : (Myristicaceae) Myristica elliptica Wall.
43 Balun ijuk : (Myristicaceae) Gymnacranthera forbesii (King) Warb.
44 Petaling beruang : (Ochnaceae) Ochanostachys amentacea Mast.
45 Rindan : (Sapindaceae) Xerospermum noronhianum Blume
46 Gaharu : (Thymelaeaceae) Aquilaria malaccensis Lam.
47 Ramin : (Thymelaceae) Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Jenis-Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan dataran Rendah
Sumatera Selatan (SM Dangku, HL Meranti dan Hutan Harapan)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Raman
Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn.
Sinonim : Bouea angustifolia Blume
Bouea brandisiana Kurz
Perawakan :
Pohon dengan tinggi hingga mencapai 43 m dan diameter
mencapai 90 cm (dbh). Kulit batang halus atau pecah-pecah
dan mengelupas, abu-abu, coklat gelap hingga keunguan.
Kulit bagian dalam kemerahan hingga jingga pucat, getah
mula-mula kemerahan atau bening, lengket dan berubah
menjadi hitam.. Daun kaku seperti kulit letak berhadapan
dalam sayu baris, helaian daun bundar memanjang hingga lonjong melanset atau bundar telur hingga lanset dengan
ujung daun lebih lancip. Permukaan daun tidak berambut,
pangkal daun meliuncip hingga membaji atau tumpul, ujung
daun meluncip jarang tumpul, urat daun terdiri atas 8-14
pasang, urat daun hampir tidak terlihat, kadang-kadang
samar, reticulate. Tangkai daun panjang 0.5 - 1 cm.
Perbungaan tersusun dalam cabang kecil, bunga putih,
kuning pucat hingga kuning. Kelopak bunga umumnya
bundar telur.. Buah bertipe buah batu elipsoid, kuning,
oranye atau merah saat sudah masak.
Biologi :
Berbunga umumny pada akhir musim hujan Yakni
September – Nopember. Buah mulai muncul pada
Desember dan masak pada Februari
Habitat :
Tumbuh di hutan campuran dipterokarpa yang tidak terganggu, hutan gambut, kerangas dan kadang di hutan ultra
mavik. Jenis ini tumbuh baik pada daerah rendah pada ketinggian 50 hingga 600 m.
Persebaran : Jenis ini tersebar dari bagian tenggara China, Indochina, Myanmar, Thailand, Kepulauan Andaman,
Malaysia hingga Indonesia meliputi Sumatera, Jawa hingga Kalimantan.
Potensi : Buah dapat dimakan dan kadang-kadang menjadi bahan rujak
ketika masih setengah masak. Kayu tahan lama, keras dapat digunakan
untuk bahan ukiran.
Status konservasi : Kelimpahan populasi Raman di alam masih
banyak dan jenis ini belum banyak dimanfaatkan, Oleh karena itu
Raman belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Mangga hutan
Mangifera laurina Blume.
Sinonim : Mangifera longipes Griff. (1854); Mangifera parih Miq.
Perawakan :
Pohon selalu hijau sepanjang tahun, tinggi mencapai 25 m,
dengan diameter batang yang bisa mencapai 1,5 m. Kulit
batang coklat, percabangan ke atas dan membenuk kanopi
yang tebal dan rapat. Batang bergetah saat dilukai, dan
mengeluarkan aroma minyak tusam, dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, khususnya pada bagian yang paling sensitif. Getah
segera berubah warna menjadi kehitaman-hitam. Daun berb
entuk lonjong hingga lanset, kasar dan mengkilap hijau di
bagian atas dan hijau gelap di bagian bawah daun. Perbugaan
terminal, malai tegak dengan panjang 25-40 cm, dan bunga
dengan diameter sekkitar 10 mm. Buah berbentuk bulat teur
atau drupes(buah batu) berbentuk ginjal, berwarna kuning
pucat atau kuning kehijauan.
Biologi :Habitat :
Tersebar dari dari datran rendah sampai ketinggian
1000 m, sering ditemukan di pinggir sungai. Di KPHK
Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl.
Persebaran :
Potensi : Buah dijadikan sebagai bahan makanan.
Status konservasi : Kelimpahan jenis mangga hutan di
alam sangat melimpah. Jenis ini pun belum termasuk
jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Mangga Hutan
Pentaspodon motleyi Hook. F.
Sinonim : Nothoprotium sumatranum Miq.
Pentaspadon officinalis Holmes ex King
Perawakan :
Pohon besar tumbuh sampai 51 m dengan diameter
batang 70 cm (dbh). Daun alternatif, majemuk menyirip
dengan lembaran membujur ujung meruncing, memiliki
domatia untuk tempat perlindungan serangga yang
menguntungkan. Tangkai daun majemuk berwarna mera
keunguan. Cabang batang berwarna merah keunguan
tertutup rapat membulat hingga linear. Bunga berukuran
kecil, berbentuk bintan g yang terdiri dari 5 bunga
berwarna putih hingga krem, petal dengan ujung
membulat. Bunga tersusun padat, cabang panikel (malai)
memiliki tangkai merah keunguan.
Buah berdaging
dengan jenis buah batu (drupes).
Biologi :
Habitat :
Tumbuh di kawasan asli tropis, ditemukan di
hutan primer dataran rendah yang belum
tertanggu hingga ketinggian 200 mdpl.
Sebagian besar di rawa, kadang-kadang di
area tergenang dan sepanjang sungai dan arus
pada tanah berpasir hingga berlumpur. Pada
hutan sekunder selalu hadir sebagai jenis sissa
pra-gangguan.
Persebaran : Tersebar di Peniinsula malaysia, Sumatera, Borneo (Sarawak,
Brunei, Sabah, Kalimantan), Moluccas, Papua New Guinea, dan Kepulauan
Solomon.
Potensi : Kayu digunakan untuk lantai rumah karena tidak tahan lama. Getah
untuk minyak mengobati penyakit kulit dan buah dapat dimakan
Status konservasi : Menurut World Conservation Monitoring jenis ini telah
terdaftar jenis yang terancam. Namun, kelimpahan di alam masih cukup
banyak. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam status Data Deficient
atau masih kurangnya data.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe..
Sinonim : Comeurya cumingianum Baill.
Dracontomelon brachyphyllum Ridl.
Dao
Perawakan :
Pohon
besar
dengan
ketinggiann mencapai 45-55 m
dengan diameter mencapai
100 cm. Berbanir kecil tinggi
mencaoai 6 m. Permukaan kulit
batang
tidak
bersisik,
teratur
berwarna
dan
coklat
keabu-abuan hingga coklat
atau belang kehijauan, bagian
dalam kulut berwarna merah
muda
atau
tersusun
merah.
spiral,
Daun
alternatif
hingga berlawanan, perukaan
gundul dengan domatia yang berbulu. Bunga majemuk, Perbungaan aksiler atau terminal, paniculate. Terdapat
Bract dan bracteoles caducous; bunga biseksual, memiliki bau yang wangi, berwarna putih hingga putih kehijauan,
terdapat di dalam malai.nkelopak bunga berkelopak tetapi berkumpul di bagian apikal. Buah berbiji dan berdaging
Biologi :
DI Semenanjung Malaysia, Serawak dan Brunei, daun akan gugur sesaat untuk menandai periode musim kemarau.
Di Papua Nugini, pada musim gugur ke antara usim semi-gugur daun akan gugur sebelum musi penghujan.
Perbungaan tumbuh di dasar tunas baru dan bunga pohon muncuk sebelum daun baru berwarna perunggu muncul,
meskipun dilaporkan jenis ini berbunga hampir sepanjang tahun.
Habitat :
Ditemukan di hutan primer atau sekunder, atau ekosistem semi-gugur (monsoon) di ketinggian rendah hingga 500
mdpl. Juga ditemukan di area dengan curah hujan yang tinggi atau kebih jarang di daerah dengan musim kemarau
yang pendek. Terserbar di wilayah berdrainase baik hingga buruk, berlumpur hingga tanah berbatu, umumnya di
daerah alluvial dan rawa.
Persebaran : Tersebr di India Timur, Pulau Andaman, China Selatan, Myanmar, Indochina. Thailand, Semenanjung
Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini hingga kepulauan Salomon.
Potensi : Kayu sangat lembut dan tidak tahan lama, sehingga sering digunakan untuk bahan furniture, lantai dan
kotak. Buah dapat dimakan, meskipun tidak populer. Bunga dan daun dapat dimakan juga. Kulit bisa menjadi bahan
obat-obatan.
Status konservasi : Di alam populasi dan keberadaanya cukup melimpah, jenis ini belum termasuk jenis yang
dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Annonaceae
Sigam
Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr.
Sinonim : Guatteria rumphii Blume ex Hensch.
Perawakan :
Pohon dengan tinggi mencapai 15 m. Dilihat secara seksama
cabang berwarna karat ketika muda dan segera gundul.
Tangkai daun 1-15 mm, bentuk daun seperti pisau lonjong
hingga lanset, tipis hingga kasar, gundul, permukaan atas
hijau gelap mengkilap. Terdiri dari 7-10 urat sekunder pada
setiap sisi urat dan menonjol pada kedua permukaan, dasar
membaji hingga membulat kadang-kadang
miring, apex
acuminate. Perbungaan aksilaris, 1 bunga, kelopak panjang,
hijau kekuningan, ditempatkan di cabang-cabang. Berbuah
pedicel, gundul,
Biologi : Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950
mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke
lereng bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah
berpasir-liat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup
sering ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai sisa pra-gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan pada
ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder Sedang.
Persebaran : Jenis ini tersebar di Semenanjung Malaysia,
Sumatera, Jawa, Borneo (Serawak, Brunei, Sabah,
Kalimantan), Filipina, Sulawesi, Moluccas, Papua Nugini
dan Kepulauan Salomon
Potensi : Ekstrak dari akar ini sedang diuji untuk pengobatan
kanker.
Status konservasi : Kelimpahan populasi jenis ini di alam
masih banyak, meskipun jenis
ini sudah mulai
dimanfaatkan untuk bahan obat-obatan, namun Sigam
belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Annonaceae
Kenanga Hutan
Desmos chinensis Lour.
Sinonim : Perawakan :
Semak yang menjalar, cabang berambut ketika muda, gundul
setelah dewasa. Letak daun alternate, elips, bulat telur atau
lonjong-lanset, tumpul, memotong, jarang sedikit berbentuk hati
di dasar, acute atau acuminate di ujung daun, memiliki kulit,
gundul pada bagian bawah, dan pubescent. Urat lateral 7-12
pasang. Bunga ekstra-aksilaris atau daun berlawanan, berwarna
kuning-kehijauab, bracts berbentuk bulat telurr, terdapat di
tengah-tengah pedicel. Sepal berbentuk bulat telur, acuminate.
Kelopak luar berbentuk elips hingga lanset, acute. Buah
berbentuk bulat telur, berparuh degan panjang bantang 1 cm.
Biologi :
Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950
mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke lereng
bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah berpasirliat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup sering
ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai tanaman sebelum gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan
pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder.
Persebaran : Tersebar di Asia Timur-selatan Cina, India, Bhutan,
Nepal, Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia, Cambodia,
Laos, Vietnam, Philippines..
Potensi : Ekstrak aka digunakan untuk obat disentri, minyak
esensial dari bunga di gunakan bahan pembuatan parfum.
Status konservasi : Kelimpahan populasi jenis ini di alam masih
banyak, meskipun jenis ini sudah mulai dimanfaatkan untuk
bahan obat-obatan, namun belum termasuk jenis yang
dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Annonaceae
Kenanga hutan/Borneo
Popowia pisocarpa Blume.
Sinonim : Bocagea pisocarpa (Bl.) Bl.
Guatteria pisocarpa Bl.
Perawakan :
Semak atau pohon kecil yang
memiliki ketinggian 3 hingga 7 m
dengan
diameter
17
cm.
Percabangan menyebar, ramping
dan lunak. Ranting berwarrna gelap,
pubescent berwarna karat ketika
muda, terdapat banyak bekas luka
saat tua pada daun.
Daun
berbentuk pisau bulat telur, elips,
lanset, atau kadang-kadang sedikit
bulat telur, mempunyai kulit, abaxial tertekan warna karat pubescent di tengah urat atau rat sekunder daun. Urat
sekunder terdiri 6-10 pasang, melengkung kemudian menjadi lurus. Perbungaan terdiri dair 1 bunga atau 2-3 bunga
fasciculate, berwarna putih kekuningan. Buah ditempatkan di apocarp, berwarna merah dan berdaging.
Biologi : Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu
hingga 950 mdpl. Berkembang di seluruh hutan,
dari situs aluvial ke lereng bukit dan pegunungan.
Sebagian besar pada tanah berpasir-liat, tetapi
juga ditemukan di daerah kapur. Cukup sering
ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya
sebagai sisa pra-gangguan. Di KPHK Dangku
ditemukan pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan
sekunder Sedang.
Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung
Malaysia, Sumatera, Jawa, Borneo, Filipina,
Sulawesi, Moluccas, hingga Papua Nugini.
Potensi : Bunga dari jenis ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum
Status konservasi : Merupakan jenis yang umum dan tersebar luas , meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai
populasi jenis ini. Jenis ini pun belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Apocynaceae
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Sinonim : Alstonia kurzii Hook.f. ; Alstonia scholaris (L.) R.Br. ssp. avae A.DC.
Perawakan :
Pulai
Berupa pohon dengan tinggi
10-50 m. Batang tegak,
berkayu,
percabangan
menggarpu dan berwarna
hijau gelap. Daun tunggal,
bentuknya lanset, ujungnya
membulat dan pangkalnya
meruncing,
tepinya
rata,
panjang daun 10-20 cm dan
lebar 3-6 cm, pertulangan
menyirip, permukaan atas
licin, panjang tangkai ±1 cm dan warnanya hijau. Bunga majemuk,
bentuknya malai, terdapat di ujung batang, bentuk kelopak bunga bulat
telur, panjang tangkainya 2,5-5 cm, berambut dan warnanya hijau.
Benang sari melekat pada tabung mahkota dengan panjang tangkai putik
3-5 mm, kepala putik meruncing, bakal buah berbulu dan berwarna putih. Bentuk tabung mahkota bunga bulat telur
dengan panjang 7-9 mm dan berwarna putih kekuningan. Buah bumbung dengan bentuk pita dan panjangnya 2050 mm, warnanya putih. Biji kecil dengan panjang 1,5-2 cm dan berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna
coklat.
Biologi :
Pohon pulai berbunga pada bulan oktober hingga maret dan
berbuah pada bulan april hingga juni
Habitat :
Ditemukan sampai ketinggian 1.250 mdpl, pada berbagai
tipe bergai tipe hutan, sering dijumpai pada sisa hutan
terganggu. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45
mdpl.
Persebaran :Ditemukan di Australia; China; India;
Indonesia; Malaysia; Myanmar; Nepal; Papua New Guinea;
Philippines; Solomon Islands; Sri Lanka; Thailand; Viet Nam
Potensi : . Kayunya dapat digunakan sebagai peti, papan
acuan beton dan pekerjaan tuangan. Selain itu kayu dari jenis ini baik untuk dipergunakan sebagai bahan baku pada
pabrik korek api. Daun dan kayu digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Status konservasi : Pulai termasuk jenis yang tidak dilindungi, mengingat populasinya masih cukup banyak di alam.
Menurut data IUCN, populasi jenis ini memiliki status Least concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Burseraceae
Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam.
Sinonim : Canarium caudatifolium Merr.
Sulai
Perawakan :
Pohon evergreen dengan tinggi
mencapai 40 m dan diameter
batang mencapai 1 m (dbh) dan
penopang yang rendah. Letak
daun
alternate,
menyirip,
lembaran daun berbentuk ovateoblong,
tipis
dengan
dasar
asimetris, apex daun memanjang
dan melebar diujungnya; rachis
daun membengkak di pertemuan
tangkai
daun
dan
berbulu,
tangkai daun dengan atau tanpa
saluran resin. Panicles berupa
aksila, sering dikombinasikan
menjadi perbungaan terminal. Bunga terdiri dari tiga hingga banyak, berukuran kecil 3 mm, berwarna putih
kekuningan, kelopak copular dan tak lama berubah dentate. Bunga jantan memiliki enam benang sari, bunga betina
memiliki enam staminodes. Buah berbentuk bulat telur hingga lonjong, buah berbiji berdaging, berwarna kuningcoklat ketika mentah hingga keunguan-hitam ketika matang, mengandung satu biji keras ditengah.
Biologi :
Penyebaran biji dibantu oleh hewan.
Habitat :
Tersebar
terganggu
di
hutan
sampai
dipterokarpa
ketinggian
campuran
700
mdpl.
Ditemukan di seluruh hutan (tapi jarang di rawarawa) pada berbagai jenis tanah, termasuk batu
kapur. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian
45 mdpl.
Persebaran : Tersebar di Indo-China, Thailand,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo, Filipina
hingga Celebes.
Potensi : Kayu digunakan untuk papan dan penumbuk padi. Resin digunakan untuk menyalakan obor dan buah dapat
dimakan.
Status Konservasi :
Jenis ini sudah banyak dimanfaatka oleh masyarakat, dan keberadaan populasi dan keberadaannya di alam
semakin menurun. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam kategori Least Concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Cannabaceae
Siluk
Gironniera nervosa Planch.
Sinonim : Gironniera hirta Ridl.
Gironniera penangiana Gandog.
Perawakan :
Pohon berukuran kecil sampai medium dengan tinggi mencapai 40 m
dan diameter 64 cm. Terkadang juga terdapat banir yang rendah. Kulit
batang luar licin atau bercelah halus, berwarna hijau–abu-abu sampai
coklat–abu-abu gelap, kadang terdapat tanda seperti lingkaran maupun
lentisel. Daun keras dan kaku, bentuk ellips-lanset sampai ellipsoblong, bagian terlebar ada di pertengahan daun; Permukaan bawah
daun tertutupi oleh rambut lembut berwarna coklat kekuningan, tulang
primer dan tulang sekunder di bagian atas permukaan daun halus tak
berambut; dasar daun membulat atau meruncing,; tepi daun rata,
terkadang melengkung; ujung atas membulat atau runcing; pertulangan
daun terlihat menonjol di bagian bawah permukaan daun, pada permukaan
atas tulang daunnya datar atau tertekan; pertulangan sekunder berjumlah
(12-)14 – 16(-17) pasang, melengkung tetapi tidak menyatu di tepi daun,
Perbungaan jantan atau betina terletak di ketiak, muncul pada kuncup yang
terpisah, bract berbentuk ovate-acute sempit juga berambut coklatkekuningan, panjang 1-2 mm dan lebar 1 mm. Tata bunga berupa malai
bercabang dari cyme yang rapat, menggantung, ramping, 3 bunga dalam 510 klaster di sepanjang sumbu,; Perbungaan betina berupa malai sederhana
atau bercabang, berbunga sejumlah 5-10; 9 bunga duduk/tak bertangkai
sepanjang sumbu, berbentuk bulat telur-kerucut tertekan. Buah berbentuk
hampir bulat atau bulat telur
Biologi :
Habitat :
Pada hutan dipterokarpa campuran yang alami da sudah terganggu
(terbuka) dan hutan rawa dengan ketinggian mencapai 1300 m dpl.
Sering juga ditemukan pada tanah alluvial dan sepanjang aliran
sungai, tetapi juga umum ditemukan pada lereng dan punggung bukit. Pada tanah ultrabasic sampai tanah berpasir,
juga pada tanah liat.
Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera,
Kalimantan, Maluku, dan New Guinea.
Potensi : Kayunya digunakan dalam konstruksi bangunan. Buah dapat
dimakan.
Status Konservasi : Keberadaan jenis Siluk di alam masih sangat
melimpah, jenis ini belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Cannabaceae
Siluk Daun Lebar
Gironniera subaequalis Planch. Ann. Sc. Nat.
Sinonim : Gironniera amboinensis Lauterb
Gironniera blumei Gand.
Perawakan :
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian 2o m dan diameter
25 cm (dbh). Batang pohon silindris, kulit batang halus-halus
pecah-pecah, berwarna abu-abu, di dalam kulit berserat
berwarna kuning tua-kecoklatan, bergetah berwarna kuning
pucat, lenticellate. Ranting gundul, cabang dengan tunas
terminal bentuk kerucut. Daun sederhana, alternate, berbentuk
bulat panjang, pinggir daun bergerigi dari tengah ke ujung daun.
Daun moda kecoklatan, tangkai daun panjang berbulu, stipula
tumpang tindih. Perbungaan di ketiak, panjang, pubescent,
pedikal sangat pendek. Bunnga jantan dan betina pada tanaman
yang sama. Buah soliter berbiji, berbentuk elips hingga bulat
telur, berwarna hijau kekuningan, gundul.
Biologi :
Tumbuh hanya dengan 1 biji.
Habitat :
Di lembah hutan, hingga di tepi sungai, hingga ketinggian 100-1300 mdpl. Di hutan harapan ditemukan dihutan
campuran, sering ditemukan dihutan sekunder sedang.
Persebaran : Tersebar di Burma (Myanmar), Cambodia, Chine, Malaysian peninsular, Thailand, Vietnam and Laos.
Potensi : Kayu digunakan untuk furniture dan bahan konstruksi. Getah kulit digunakan bahanutama rayon dan daunn
untuk bahan obat-obatan
Status Konservasi : Keberadaannya di alam sangat melimpah, belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Cardiopteridaceae
Serkit
Gonocaryum littorale (Bl.) Sleum
Sinonim : Gonocaryum affine Becc.
Gonocaryum fuscum Hochr.
Perawakan :
Perdu hingga 4 m dan 6 cm dbh. Stipula absen. Daun
alternatif, sederhana,
diameter,
putih
berbulu. Bunga ca. 2,5 mm
kekuningan,
corolla
tabung,
ditempatkan dalam tandan kecil. Buah ca. 27 mm, biruungu, berdaging buah berbiji.
Biologi :
Habitat :
Ditemukan di hutan-hutan Dipterocarpaceae campuran
sedikit terganggu sampai dengan 200 m ketinggian.
Sepanjang sungai, di lereng bukit dan di sepanjang
jalan. Dalam sangat terganggu hutan biasanya hadir
sebagai sisa pohon sebelum kerusakan.
Persebaran : Status konservasi : -
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Combretaceae
Ketapang
Terminalia catappa L.
Sinonim : Termin
Draft
Pengenalan Jenis Tumbuhan
Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah
Sumatera Selatan
(SM Dangku-Hutan Lindung Meranti-Hutan Harapan)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Panduan lapangan Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Kawasan Ekosistem Hutan Dataran Rendah, Sumatera
Selatan
Penyunting:
Tukirin Partomihardjo
Penyusun:
Dafid Pirnanda
Hendi Sumantri
Rendra Bayu Prasetyo
Palembang, December 2016
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Citation :
Pirnanda, D., H. Sumantri., dan R. B. Prasetyo. 2016. Pengenalan Jenis Tumbuhan di Kawasan Hutan Dataran
Rendah Sumatera Selatan. Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project. Deutsche Gesellschaft
für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Palembang
National Library: Cataloging in Publication
Copy Right
© BIOCLIME - GIZ
Cites this book is allowed by mentioning the source and publisher.
Front Cover (from left to right):
Detail Contact
Dafid Pirnanda ([email protected] )
Hendi Sumantri ([email protected])
Rendra Bayu Prasetyo ([email protected])
Kantor Palembang :
Jl. Jend. Sudirman No. 2837
KM. 3,5 Palembang
Tel.: +62-711-353176
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Kata Pengantar
GIZ Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME) Project merupakan program kerjasama teknis antara Pemerintah
Republik Federal Jerman dan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di
bidang keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Melalui program BIOCLIME, Pemerintah Jerman mendukung
upaya Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, konservasi keanekaragaman hayati
hutan bernilai tinggi, mempertahankan kapasitas penyimpanan stok karbon dan menerapkan pengelolaan hutan
berkelanjutan untuk kepentingan rakyat. Program ini fokus dalam mendukung Provinsi Sumatera Selatan untuk dapat
mengembangkan dan menerapkan konsep konservasi dan manajemen guna menurunkan emisi karbon dari hutan dan
memberikan kontribusi untuk komitmen penurunan emisi GRK Indonesia yang telah ditargetkan sampai 2020.
Pada Taman Nasional Sembilang telah dilakukan survey yang bertujuan untuk menginventarisasi data biodiversitas
dan kandungan karbon. Dari Hasil inventarisasi tumbuhan, dilakukan identifikasi nama ilmiah dengan cara membuat
herbarium dan juga mencocokan antara ciri-ciri yang ditemukan dilapangan dengan ciri-ciri yang tertulis pada
beberapa literatur seperti Prosea dan Malesian Seed Plants.
Kami menyadari keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di ekosistem mangrove TN Sembilang tidak terbatas pada
apa yang ada dalam buku ini, tetapi kami berharap buku ini dapat menjadi acuan dan memberi kemudahan dalam
kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan pada kawasan TN Sembilang yang bertujuan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati yang ada pada TN Sembilang.
Palembang, Desember 2016
Bioclime-GIZ Team Leader
Berthold Haasler
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Kata Sambutan
Keanekaragaman hayati (kehati) memiliki peran serta kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional di semua
bidang. Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam pengelolaan kehati pada tataran global dan nasional melalui
ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati/Convention on Biological Diversity (CBD) menjadi UU nomor 5 tahun
1994. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2015-2020. Dokumen ini memaparkan arah kebijakan RPJM yang ditujukan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, selain
meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanannya.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa permasalahan dan isu terkait pengelolaan keanekaragaman hayati
sungguh sangat dinamis. Hal ini menjadi sangat menarik dan sekaligus menjadi tantangan bagi kita semua untuk
dapat mengelola keanekaragaman hayati secara adil dan lestari, dengan berpedoman pada 3 (tiga) pilar penting
yaitu: pengawetan, perlindungan, dan pemanfaatan yang lestari. Maka sangat penting adanya sebuah data dasar
yang bisa menjadi pedoman, baik dalam kegiatan survey maupun dalam kegiatan rehabilitasi hutan. Dengan data
dasar keanekarangan jenis tumbuhan yang ada di Ekosistem Mangrove Taman Nasional Sembilang dapat dilihat,
sehingga akan memudahkan dalam pengenalan jenis lokal dan pencarian nama ilmiahnya.
Kami berharap buku “Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan” ini dapat
bermanfaat menjadi salah satu referensi penting bagi pihak-pihak yang ingin melaksanakan kegiatan survey vegetasi
dan kegiatan rehabilitasi/ restorasi di Ekosistem Hutan Dataran Rendah yang ada di Sumatera Selatan.
Palembang,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Nama
Jabatan
Instansi
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Ucapan terima kasih
Kami mengucapkan terim kasih yang sebesar-besarnya kepada Berthold Haasler (Team Leader GIZ-BIOCLIME), sertu
seluruh Senior Adviser dan Technical assistant serta supporting staff yang telah mendukung dan membantu semua
kegiatan lapangan dan administrasinya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan kepada Bapak Helmi (BIROCAN KLHK) yang telah berkenan
memberikan kata sambutan dalam buku ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pak M. Amir dan Ibu
Megawati dari Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, yang telah membantu dalam
proses identifikasi jenis pohon baik dilapangan maupun saat di laboratorium. Serta terima kash juga kepada tim
survey Bioclime yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pengambilan data lapangan selama ini.
Kami juga sangat menghargai bantuan dari masyarakat desa, yang telah banyak membantu dalam proses
pengambilan data dan sampel tumbuhan untuk herbarium. Serta seluruh pihak yang telah terlibat aktif dalam proses
survei di lapangan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, kami ucapkan banyak terima kasih.
Palembang, Desember 2016
Tim Penyusun
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan menempati
urutan kedua setelah Brazil, baik flora maupun fauna dengan penyebaran yang sangat luas. (Sujarwo & Darma, 2011).
Hutan tropis Indonesia merupakan bagian dari paru-paru dunia. Hutan di Indonesia mengalami kerusakan dengan laju
2,4 juta ha/tahun. Saat ini kawasan tersebut mengalami tekanan sangat berat, mulai dari praktek legal logging,
illegal logging, kebakaran hutan serta tumpang tindih peruntukan antara hutan dan perkebunan kelapa sawit, Hak
Pengelolaan Hutan (HPH), serta pertambangan (Solviana & Chairul, 2012). Saat ini keanekaragaman spesies,
ekosistem, dan sumberdaya genetik semakin menurun pada tingkat yang cukup membahayakan akibat kerusakan
lingkungan.
Tantangan dalam pengelolaan hutan di Indonesia semakin mengemuka seiring meningkatnya permasalahan
lingkungan pada ringkat lokal hingga global yang terjadi saat ini. Kerusakan hutan akibat deforestasi dan degradasi
hutan menjadi sorotan dunia internasional, seperti kebakaran hutan, pengalihan lahan hutan menjadi lahan
perkebunan dan hutan produksi, serta aktifitas illegal logging yang terjadi dengan intensitas tinggi, sehingga
mengakibatkan hilangnya keanekaragaman jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Kita tahu Indonesia dikenal
sebagai Negara yang memiliki keanekaragaman jenis tertinggi kedua setelah Brasil.
Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang laju kerusakan hutannya sangat tinggi. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan No. 76/Kpts-II/2001 tanggal 15-03-2001, luas kawasan hutan Sumatera Selatan adalah ±
4.416.837 Ha. Luas kawasan hutan ini mencakup 40,43 % dari luas propinsi Sumatera Selatan, yang terdiri atas
kawasan Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan kawasan Hutan Produksi. Dari kawasan hutan yang cukup luas,
diyakini Sumatera Selatan kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan.
Biodiversity and Climate Change (BIOCLIME), merupakan program kerjasama antara The Deutsche Gesellschaft fur
Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Jerman dengan kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program
BIOCLIME bertujuan untuk membantu upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi GRK dari sektor
kehutanan, konversi keanekaragaman hayati pada hutan-hutan bernilai tinggi (high value forest’s), dan menerapkan
pengelolaan hutan lestari untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan Provinsi Sumatera
Selatan. Untuk mencapai hal tersebut, BIOCLIME telah melakukan pemantauan keanekaragaman jeniss tumbuhan
pada beberapa kawasan hutan yang ada di Sumatera Selatan.
Kegiatan pemantauan keanekaragaman jenis tumbuhan yang telah dilakukan mencakup 3 kawasan hutan, yaitu
Kawasan Hutan Lindung Meranti, Hutan Harapan yang dikelola oleh PT. REKI, dan Hutan Suaka Margasatwa Dangku.
Berdasarkan data yang ada, keanekaragaman jenis tumbuhan di ketiga kawasan hutan ini cukup tinggi. Demi
menunjang data yang ada, kami berupaya menyusun data dasardan mendokumentasikan ciri-ciri pohon untuk dapat
digunakan sebagai panduan lapang bagi pihak-pihak terkait dalam upaya menjaga kelestarian keanekargaman
hayati di Sumatera Selatan.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Suaka Margasatwa Dangku
Suaka Margasatwa Dangku memiliki fungsi ekologi yang sangat penting ditinjau dari segi potensi flora dan fauna yang
cukup tinggi dengan ekosisten hutan hujan dataran rendah dengan topografi medan bergelombang ringan. Di
dalamnya terdapat berbagai jenis satwa liar dilindungi seperti Harimau Sumatera (), Gajah ( Elephas maximus), Tapir
(Tapirus indicus), serta berbagai jenis burung yang dilindungi serta tumbuh-Panthera tigris sumatranus tumbuhan
Meranti (Shorea sp), Merawan (Hopea mangarawan), Medang (Litsea spp.), Manggeris (Kompassia spp.), Balam
(Palagium sp.), Jelutung (Dyera cstulata), Merbau (Instia bijuga) dan Tembesu (Fragrarea frageant).
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Suaka Margasatwa (SM) Dangku ini memerlukan pengelolaan secara khusus
agarterjamin kelestariannya
dan dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, dan wisata alam terbatas serta kegiatan lain yang menunjang budidaya sesuai fungsi
kawasan suaka margasatwa. SM Dangku akan dapat berfungsi dan bermanfaat secara optimal, jika pengelolaan
kawasan dilakukan dengan baik serta ditunjang oleh sarana prasarana yang memadai dengan personil pengelola yang
berkualitas.
Hutan Lindung Meranti
Hutan Lindung Meranti merupakan kawasan hutan lindung yang berada di Kabupaten Musi Banyuasin dan berada di
bawah pengawasan KPHP Model Unit III Meranti. KPHP Model Unit III Meranti telah ditetapkan sebagai KPHP Model
dengan SK Menteri Kehutanan Nomor SK. 439/MenhutII/ 2012 tanggal 09/08/2012 dengan luas ± 41.126 ha,
terdiri atas Hutan Produksi (HP) dengan luas ± 21.995 ha dan Hutan Lindung (HL) dengan luas ± 19.131 ha
(Pustaka....).
Hutan Harapan, PT. Restorasi Ekosistem Indonesi (PT. REKI)
Hutan harapan merupakan kawasan hutan produksi yang ditunjuk sebagai hutan untuk direstorasi, berada di bawah
pengelolaan PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI). RESTORASI EKOSISTEM adalah upaya untuk mengembalikan
unsur hayati (flora dan fauna) beserta unsur non hayatinya (tanah dan air) dari suatu ekosistem kawasan dengan jalan
menanam jenis asli, sehingga akan tercapai keseimbangan ekosistem mendekati atau sama dengan kondisi semula
(Pustaka....).
Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi adalah upaya untuk mengembalikan unsur hayati (tegakan hutan) dan
ekosistemnya pada kawasan hutan produksi, sehingga tercapai kondisi optimal potensi dan pemanfaatannya sebagai
hutan alam produksi lestari (Permenhut Nomor : P. 64/Menhut-II/2014 tentang penerapan silvikultur dalam areal izin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi ekosistem pada hutan produksi).
PT. REKI telah mendapat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) berupa Kegiatan Restorasi Ekosistem di
Hutan Produksi pada tanggal 28 Agustus 2007 melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 293/Menhut-II/2007
dengan luas areal + 52.170 ha. Areal kerja PT. REKI terletak di kelompok hutan Sungai Meranti – Sungai kapas,
Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Pada tanggal 25 Mei 2010 melalui Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 327/ Menhut-II/2010 dengan luas areal + 46.385 ha.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Tujuan Pembuatan Buku
Pengetahuan mengenai pengenalan jenis tumbuhan saat ini mulai berkurang. Akhli botani cakap dan senior yang ada
di Indonesia sekarang telah termakan usia dan telah memutuskan pensiun, disamping itu tak banyak akhli-akhli
botani muda yang bisa melanjutkan. Hal ini dapat menjadi kekhawatiran banyak pihak terhadap keberlanjutan ilmu
pengenalan pohon. Pengenalan pohon sangat dibutuhkan agar dapat menjaga kelestarian dan keanekaragaman
jenis.
Kerusakan hutan yang terjadi saat ini dikhawatirkan akan menghilangkan jenis-jenis langka yang ada di kawasan
hutan. Oleh karena itu diharapkan buku ini dapat menjadi acuan para pihak dan juga sebagai informasi dasar
mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan hutan Sumatera Selatan.
Manfaat Buku
Buku ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai panduan lapangan dalam identifikasi jenis tumbuhan
berdasarkan ciri umum yang disajikan serta nama lokal pada daerah penelitian. Selanjutnya, diharapkan kegiatan
survei hutan yang memerlukan pengenalan pohon , dapat menggunakan buku ini sebagai salah satu acuan dalam
penentuan nama jenis lokal dan ilmiah.
Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan memiliki keanekaragaman jenis yang besar sperti ditunjukkan oleh adanya persamaan dan perbedaan
karakter atau sifat-sifat tertentu dari setiap jenis tumbuhan. Kesamaan karakter atau sifat-sifat yang dimiliki
olehsetiap jenis tumbuhan dapat dijadikan acuan dalam melakukan klasifikasi atau pengelompokan tumbuhan.
Klasifikasi tumbuhan biasanya didasari atas 2 karakter utama , yaitu ciri-ciri fisiologis dan morfologis. Ciri fisiologis
meliputi proses fisika kimia yang terjadi dalam tubuh tumbuhan, sedangkan ciri morfologis biasanya lebih sering
digunakan di lapangan untuk identifikasi, yang mencakup bentuk luar dan juga anatomi atau organografi tumbuhan.
Tumbuhan memiliki bagian-bagian yang berguna untuk melangsungkan kehidupannya, terutama untuk penyerapan
unsur hara, pengolahan, pengangkutan dan penimbunan zat makanan yang disebut organ vegetatif. Organ vegetatif
tumbuhan meliputi akar, batang dan daun.
Batang (Caulis)
Berdasarkan perawakan (habitus) yang meliputi bentuk dan struktur batang, tumbuhan dibedakan menjadi beberapa
bentuk hidup (growth form), yaitu:
a) Herbaceus (terna), tumbuhan berbatang lunak dan mengandung banyakair. Contohnya: Keladi - keladian
(Araceae), pisang-pisangan (Musaceae) dan jahe-jahean (Zingiberaceae)
b) Lignosus, tumbuhan yang batangnya mengayu. Berdasarkan bentuk hidup (growth form), kedua
kelompok tumbuhan dibedakan menjadi: pohon (tree), semak/perdu (shrub), liana (liana), pemanjat
(climber), epifit (epiphyte) dan parasit (parasite).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
•
Perdu/semak (shrub), tumbuhan mengayu dengan percabangan dekat permukaan tanah atau
berbatang lebih dari satju, tinggi umumnya kurang dari 5 m. Contoh: Sikeduduk (Melastoma
malabathricum), Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa),
•
Pohon (tree), tumbuhan mengayu berbatang tunggal dengan percabangan jauh dari permukaan
tanah, tinggi umumnya lebih dari 5 m. Contoh: Surian (Toona sureni), kulim (Scorodocarpus
borneensis), jelutung (Dyera costulata), grunggang (Cratoxylum sumatranum). Akan tetapi masyarakat
umum sering menggunakan istilah pohon hanya berdasar pada ukuran batang tanpa
memperhatikan ciri yang lain. Misal pohon pisang dan pepaya (batang tidak bercabang dan tidak
mengayu) bambu, kelapa, pinang (batang tidak bercabang meskipun keras).
•
Liana (Liana), tumbuhan memanjat dengan batang mengayu, . Contoh: Secang (Caesalpinia sapan),
kelompok rotan (Calamus spp., Daemonorops spp., Korthalsia spp.), bambu kadalan (Dinochloa
scandens).
•
Pemanjat (Climber), tumbuhan memanjat dengan cara menempel pada batang pohon inang dengan
melilit atau menggunakan organ khusus seperti sulur, sirus, kait dan akar tempel untuk naik guna
mencapai sinar matahari. Contoh: tuba (Derris spp.), akar dariek-ariek (Tetrastigma spp.), saga
(Abrus precatorius), beringin tali (Ficus pumila)
•
Epifit (epiphyte), tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain sebagai inang tanpa
mengambil unsusr hara dari jaringan hidup tumbuhan inang. Parasit (Parasite), tumbuhan yang
selama hidupnya menempel ke tumbuhan lain sebagai inang dengan mengambil unsur hara dari
dalam jaringan inangya.
Secara morfologis, beberapa karakter batang yang perlu diamati meliputi bentuk, kulit, warna, bau, getah dan ciri
khusu lainnya seperti bentuk percabangan, dan modifikasi batang yang diuraikan sebagai berikut :
Bentuk batang
Ada Beberapa bentuk batang :
a) silindris (Teres), yakni batang dengan penampang melintang berbentuk lingkaran. Contoh: bambu, surian
(Toona sureni)
b) pipih (Cladodia), penampang melintangnya berbentuk lonjong. Contoh: batang dari bangsa kaktus
(Opuntia spp.)
c) bersegi (angularis), yaitu penampang melintangnya berbentuk segitiga (triangularis), contoh: teki - tekian
(Cyperus spp. Scirpus spp. Scleria spp)
d) segiempat (quadrangularis), penampang melintang batang berbentuk bujur sangkar contoh: markisah
(Passiflora quadrangularis).
Percabangan batang
a) Monopodial, batang lebih menonjol, tinggi dan besar dibandingkan dengan percabangannya. Contoh:
batang Durian (Durio zibethinus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
b) Sympodial, batang lebih pendek, atau tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan pertumbuhan
percabangannya. Contoh: Achras zapota
c) Dichotomus, setiap percabangan selalu terdiri atas dua cabang yang sama atau disebut percabangan
menggarpu.
Permukaan Kulit Batang
a) Kulit batang halus ; permukaan kulit batang halus dan tidak pecah atau berkerak. Contoh : Mengeris
(Koompasia malaccensis, K. exelsa)
b) Kulit batang beralur : Terdapat retakan-retakan yang membujur atau memanjang batang. Contoh :
Meranti payau (Shorea dasyphylla) meranti kuning (Shorea leprosula), keruing (Dipterocarpus cinereus)
c) Kulit batang bersisik : kulit batang mengelupas membentuk lembaran-lembaran tipis seperti sisik.
Contoh : Rengas Burung (Melanorrhea wallichii)
d) Batang kasar/menyerpih : permukaan kulit kasar dan lepas berbentuk serpihan, kulit seperti lapuk.
Contoh : Punak (Tetramerista glabra)
e) Batang berlapis : Permukaan kulit batang berupa lapisan-lapisan tipis. Contoh : Gelam (Melaleuca
cajuputi).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Tipe Banir /Akar Papan
a) Banir kembang lateral: Banir berukuran pendek tetapi melebar dekat permukaan tanah
b) Banir Kuncup: Banir tinggi namun pada bagian bawahnya tidak melebar, sehingga terlihat seperti
menguncup.
c) Banir papan: Banir tinggi dan lebar, membentuk seperti dinding dan papan, sehingga orang
menyebutnya banir papan. Biasanya terdapat pada famili Dipterocarpaceae.?????
Daun (Folium)
Daun memiliki beberapa ciri utama yang penting dalam mengamati karakteristik daun, antara lain sebagai
berikut:??????
Duduk daun pada batang
a) Pada setiap buku hanya ada satu helai daun, dibedakan dalam beberapa posisi duduk daun yakni:
tersebar (folia sparsa), bergantian (folia disticha), berkumpul/mengelompok (clump).
b) Pada setiap buku terdapat dua helai daun, disebut duduk daun berhadapan (opposite).
c) Pada setiap buku ada lebih dari dua helai daun, yang disebut berkarang (rosette).
Bagian-bagian pokok daun
a) Tangkai daun (petiole),
b) pelepah daun (vagina) dan
c) helai daun (lamina)
Daun dibedakan menjadi daun lengkap (folium completus) yaitu daun yang mempunyai ketiga organ daun,
dan daun yang tidak lengkap (folium incompletus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Bentuk umum helaian daun (Circum scriptio)
a) Menjarum/bentuk jarum = needle shape/acerose (acerosus)
b) Memita/seperti pita = linear (linearis)
c) Bundar = orbicular (orbicularis)
d) Lonjong = Elliptica (ellipticus)
e) Bundar panjang = oblong (oblongus)
f) Melanset = lanceolate (lanceolatus)
g) Melanset sungsang = oblanceolate (oblanceolatus)
h) Membundar telur = ovate (ovatus)
i) Membundar telur sungsang = obovate (obovatus)
j) Bundar telur = oval (ovalis)
k) Menjantung = cordate (cordatus)
l) Menjantung sungsangsungsang = obcordate (obcordatus)
m) Bentuk ginjal = reniform (reniformis)
n) Bentuk delta = deltoid (deltoideus)
o) Bentuk sudip = spathulate (spathulatus)
p) Bentuk tombak = hastate = (hastatus)
q) Bentuk anak panah = sagittate (sagittatus)
r) Bentuk belah ketupat = rhomboideus
Bagian ujung daun (Apex)
a) Lancip = acute (acutus)
b) Melancip = acuminate (acuminatus)
c) Tumpul = obtuse (obtusus)
d) Membundar = rotundate (rotundatus)
e) Rata/rompang = truncate (truncatus)
f) Terbelah = retuse (retusus) Bagian pangkal daun (Basis)
g) Menyempit = attenuate (attenuatus)
h) Tumpul = obtuse (obtusus)
i) Membundar = rotundate (rotundatus)
j) Rata/rompang = truncate (truncatus)
k) Seperti hati = cordate (cordatus)
l) Bentuk anak panah = sagittate (sagittatus)
m) Bentuk tombak = hastate (hastatus)
n) Seperti telinga = auriculate (auriculatus)
Pertulangan daun (Nervatio)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
o) Pertulangan menyirip = pinnate (pinnati nervis)
p) Pertulangan menjari = palmate (palmati nervis)
q) Pertulangan melengkung = curvate (curvi nervis)
Pinggir daun (Margo)
a) rata = entire (integer)
b) beriak = undulate (repandus)
c) berombak = sinuate (sinuatus)
d) bergerigi = serrate (serratus)
e) bergerigi ganda = serrate (biserratus)
f) bergigi = dentate (dentatus)
g) berlekuk menyirip = pinnately
h) lobed (pinnati lobus) berlekuk
i) menjari = palmately lobed (palmati lobus)
j) bercangap menyirip = pinnately parted (pinnati partitus)
k) bercangap menjari = palmately parted (palmat partitus)
l) terbagi menyirip = pinnately divided (pinnati visus)
m) terbagi menjari = palmately divided (palmati divisus)
n) daun kaki = pedate (pedatus).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Lekukan atau torehan pinggir daun yang mempengaruhi bentuk daun
a) Berlekuk menyirip (pinnati lobus), lekukannya dangkal atau kurang dari setengah panjang tulang daun
sekundernya, contoh: daun terung (Solanum melongena).
b) Bercangap menyirip (pinnati fidus), lekukannya lebih dalam sekitar setengah dari panjang tulang daun
sekunder, contoh: daun Kalawi (Artocarpus communis).
c) Berbagi menyirip (pinnati partitus), lekukannya paling dalam hampir sepanjang tulang daun
sekundernya, contoh: daun Acanthus illicifolius
d) Berlekuk menjari (palmati lobus),empat tulang daun sekunder berkembang dari pangkal tangkai daun
lekukannya dangkal, contoh: daun Jarak (Jatropha curcas).
e) Bercangap menjari (palmati vidus), lekukannya lebih dalam, hampir setengah pertulangan daun
sekundernya, contoh: daun Kaliki alang (Ricinus communis).
f) Berbagi menjari (palmati partitus), lekukannya paling dalam, hampir mencapai bagian dasar tulang
daun sekundernya, contoh: daun Ubi Kayu (Manihot esculentha).
Permukaan daun (surfaces)
a) Licin atau tidak berbulu (laevis)
b) Mengkilat (nitidus), contoh: daun beringin (Ficus benjamina)
c) Suram (opacus???), contoh: daun Ubi jalar (Ipomoea batatas)
d) Berlapis lilin (glaucus), contoh: daun pisang (Musa paradisiaca)
e) Gundul (glabrous), permukaan daun licin.
f) Kesat (scabrous), terdapat bulu-bulu pendek, rapat dan kaku dipermukaan daun.
g) Bersisik (lepidus), permukaan daun ditutupi oleh bintik- bintik halus dan rapat, biasanya jelas dilihat
dengan binoculer.
h) Bintik-bintik seperti bintang (stellate), permukaan daun dipenuhi oleh spot-spot seperti bintang,
biasanya berwarna lain dibandingkan dengan warna dasar daun.
i) Berambut abu-abu atau putih (canescent), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus berwarna
abu-abu atau putih yang langsung memberikan warna permukaan daun tersebut.
j) Berbulu halus dan berkelompok (tomentose), permukaan daun ditutupi oleh bulu-bulu halus, pendek
sampai sedang.
k) Berbulu halus (lanatus), hampir sama dengan tomentose, tetapi bulubulunya semua sama panjang.
l) Berbulu kelenjar (glandular), permukaan daun ditutupi oleh bulu- bulu kelenjar yang rapat.
m) Berambut miring (strigose), bulu-bulu pada permukaan daun dengan posisi miring.
n) Berbulu (pubescens), biasanya dikatakan kepada semua permukaan yang berbulu, atau lawan dari
glabrous.
o) Berambut sunsang (sericeus), permukaan daun mempunyai rambut/ bulu halus yang panjang, posisinya
agak miring, sehingga bila dielus searah dengan posisinya terasa sangat halus dan lembut, dan
sebaliknya bila berlawanan dengan posisinya akan terasa kesat dan kadang-kadang bergetah.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
p) Berambut halus (Villosus), permukaan daun ditutupi oleh rambutrambut halus dan lembut.
q) Berambut halus dan lembut (Pilose), permukaan daun ditutupi oleh rambut-rambut halus, panjang,
lembut dan posisi tegak, kadangkadang susah juga membeda kannya dengan villous.
Daun Majemuk
Daun majemuk merupakan daun yang berjumlah dua atau lebih lembarandaun dalam satu tangkai daun,
contohnya daun Patai (Parkia speciosa), dan daun Sungkai (Peronema canescens). Masing-masing
lembaran daunnya disebut anak daun (foliolum). Berdasarkan susunan anak daun pada tangkai daun
majemuknya dibedakan 2 macam daun majemuk yakni : Daun majemuk menyirip (pinnatus) Daun majemuk
menjari (palmatus). Daun majemuk juga ada yang bercabang, yaitu cabang pertama dari tangkai daun
majemuk, dan ada juga cabang pertama bercabang lagi yang disebut percabangan tingkat dua.
Berdasarkan kedudukan anak daun pada percabangan tingkat satu atau tingkat dua dan seterusnya maka
dibedakan menjadi:
a) Daun majemuk menyirip tingkat dua (bipinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan pertama.
b) Daun majemuk menyirip tingkat tiga (tripinnatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat
dua.
c) Daun majemuk menjari tingkat dua (biternatus), bila anak daun terdapat pada percabangan tingkat
pertama.
Organ tambahan/Modifikasi organ daun
a) Sulur (tendril), contohnya pada ujung daun Nepenthes tempat menggantungnya kantong (pitcher).
b) Kantong (pitcher), seperti disebutkan diatas yaitu pada kantong semar
( Nepenthes spp.).
c) Duri (spina), umumnya pada ujung atau dipermukaan daun, contohnya daun Rotan (Calamus spp.,
Daemonoroph spp. dsb.), daun terung duri (Solanum aculeatissimum) dan terung susu (Solanum
mammosum).
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Daftar Jenis Tumbuhan Di Taman Nasional Sembilang
01 Raman : (Anacardiaceae) Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn.
02. Mangga hutan : (Anacardiaceae) Mangifera laurina Blume.
03 Mangga hutan : (Anacardiaceae) Pentaspodon motleyi Hook. F.
04 Dao : (Anaardiaceae) Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe.
05 Sigam : (Annonaceae) Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr
06 Kenanga hutan : (Annonaceae) Desmos chinensis Lour.
07 Banitan : (Annonaceae) Popowia pisocarpa Blume.
08 Pulai : (Apocynaceae) Alstonia scholaris (L.) R. Br.
09 Sulai : (Burseraceae) Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam.
10 Siluk : (Cannabaceae) Gironniera nervosa Planch.
11 Serkit : (Cardiopteridaceae) Gonocaryum litorale (Bl.) Sleum
11 Siluk daun lebar : (Cannabaceae) Gironniera subaquealis Planch. Ann. Sc. Nat.
12 Ketapang : (Combretaceae) Terminalia catappa L.
13 Kelumpang : (Combretaceae) Terminalia bellirica (Gaertn.) Roxb.
14 Ketapang : (Combretaceae) Terminalia subspathulata King.
15 Bidani : (Combretaceae) Combretum latifolium Blume.
16 Akar ampelas : (Dilleniaceae) Tetracera sandens Merr.
17 Bedih : (Euphorbiaceae) Balakata baccata (Roxb.) Esser.
18 Mahang : (euphorbiaceae) Macaranga tricocarpa (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
19 Mahang ketam : (Euphorbiaceae) Macaranga conifera (Rchb.f. & Zoll.) Mull. Arg.
20 Mahang : (Euphorbiaceae) Macaranga denticulata (Blume.) Mull. Arg.
21 Kayu Labuh : (Euphorbiaceae) Endospermum diadenum (Miq.) Airy. Shaw.
22 Balik angin/ketepen : (Euphorbiaceae) Croton argyratus Blume.
23 Melinjo akar : (Gnetaceae) Gnetum cuspidatum Blume
24 Sempegar : (Ixonanthaceae) Ixonanthes icosandra Jack.???
25 Setepung/ketepung : (Lamiaceae) Callicarpa pentandra Roxb.
26 Laban : (Lamiaceae) Vitex vestita Wall.
27 Laban : (Verbenaceae) Vitex pinnata L.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
28 Medang merah : (Lauraceae) Phoebe elliptica Blume.
29 Putat : (Lecythidaceae) Barringtonia macrostachya (Jack.) Kurz.
30 Meribungan : (Leguminosae) Millettia atropurpurea Bth.
31 Liana : (Leguminosae) Bauhinia semibifida Roxb.
32 Liana/Akar : (Leguminosae) Spatholobus littoralis Hassk.
33 Bunga cempaka : (Magnoliacae) Magnolia liliifera (L.) Baill var liliifera
34 Kelumpang : (Malvaceae) Sterculia laevis Wall.
35 Merpayang : (Malvaceae) Scaphium macropodum (Miq.) Beumee.
36 Semubi : (Melastomataceae) Pternandra caerulecens Jack.
37 Semubi/Gembok : (Melastomataceae) Pternandra azurea (Bl.) Burk.
38 Jambu Belanda : (Melatomataceae) Bellucia pentamera Naudin
39 Aro/Berkum : (Moraceae) Ficus altissima Bl.
40 Kayu Aro : (Moraceae) Ficus variegata Blume.
41 Kayu aro : (Moraceae) Ficus hispida Linn. F
42 Pala hutan : (Myristicaceae) Myristica elliptica Wall.
43 Balun ijuk : (Myristicaceae) Gymnacranthera forbesii (King) Warb.
44 Petaling beruang : (Ochnaceae) Ochanostachys amentacea Mast.
45 Rindan : (Sapindaceae) Xerospermum noronhianum Blume
46 Gaharu : (Thymelaeaceae) Aquilaria malaccensis Lam.
47 Ramin : (Thymelaceae) Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Jenis-Jenis Tumbuhan Di Ekosistem Hutan dataran Rendah
Sumatera Selatan (SM Dangku, HL Meranti dan Hutan Harapan)
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Raman
Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn.
Sinonim : Bouea angustifolia Blume
Bouea brandisiana Kurz
Perawakan :
Pohon dengan tinggi hingga mencapai 43 m dan diameter
mencapai 90 cm (dbh). Kulit batang halus atau pecah-pecah
dan mengelupas, abu-abu, coklat gelap hingga keunguan.
Kulit bagian dalam kemerahan hingga jingga pucat, getah
mula-mula kemerahan atau bening, lengket dan berubah
menjadi hitam.. Daun kaku seperti kulit letak berhadapan
dalam sayu baris, helaian daun bundar memanjang hingga lonjong melanset atau bundar telur hingga lanset dengan
ujung daun lebih lancip. Permukaan daun tidak berambut,
pangkal daun meliuncip hingga membaji atau tumpul, ujung
daun meluncip jarang tumpul, urat daun terdiri atas 8-14
pasang, urat daun hampir tidak terlihat, kadang-kadang
samar, reticulate. Tangkai daun panjang 0.5 - 1 cm.
Perbungaan tersusun dalam cabang kecil, bunga putih,
kuning pucat hingga kuning. Kelopak bunga umumnya
bundar telur.. Buah bertipe buah batu elipsoid, kuning,
oranye atau merah saat sudah masak.
Biologi :
Berbunga umumny pada akhir musim hujan Yakni
September – Nopember. Buah mulai muncul pada
Desember dan masak pada Februari
Habitat :
Tumbuh di hutan campuran dipterokarpa yang tidak terganggu, hutan gambut, kerangas dan kadang di hutan ultra
mavik. Jenis ini tumbuh baik pada daerah rendah pada ketinggian 50 hingga 600 m.
Persebaran : Jenis ini tersebar dari bagian tenggara China, Indochina, Myanmar, Thailand, Kepulauan Andaman,
Malaysia hingga Indonesia meliputi Sumatera, Jawa hingga Kalimantan.
Potensi : Buah dapat dimakan dan kadang-kadang menjadi bahan rujak
ketika masih setengah masak. Kayu tahan lama, keras dapat digunakan
untuk bahan ukiran.
Status konservasi : Kelimpahan populasi Raman di alam masih
banyak dan jenis ini belum banyak dimanfaatkan, Oleh karena itu
Raman belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Mangga hutan
Mangifera laurina Blume.
Sinonim : Mangifera longipes Griff. (1854); Mangifera parih Miq.
Perawakan :
Pohon selalu hijau sepanjang tahun, tinggi mencapai 25 m,
dengan diameter batang yang bisa mencapai 1,5 m. Kulit
batang coklat, percabangan ke atas dan membenuk kanopi
yang tebal dan rapat. Batang bergetah saat dilukai, dan
mengeluarkan aroma minyak tusam, dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, khususnya pada bagian yang paling sensitif. Getah
segera berubah warna menjadi kehitaman-hitam. Daun berb
entuk lonjong hingga lanset, kasar dan mengkilap hijau di
bagian atas dan hijau gelap di bagian bawah daun. Perbugaan
terminal, malai tegak dengan panjang 25-40 cm, dan bunga
dengan diameter sekkitar 10 mm. Buah berbentuk bulat teur
atau drupes(buah batu) berbentuk ginjal, berwarna kuning
pucat atau kuning kehijauan.
Biologi :Habitat :
Tersebar dari dari datran rendah sampai ketinggian
1000 m, sering ditemukan di pinggir sungai. Di KPHK
Dangku ditemukan pada ketinggian 45 mdpl.
Persebaran :
Potensi : Buah dijadikan sebagai bahan makanan.
Status konservasi : Kelimpahan jenis mangga hutan di
alam sangat melimpah. Jenis ini pun belum termasuk
jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Mangga Hutan
Pentaspodon motleyi Hook. F.
Sinonim : Nothoprotium sumatranum Miq.
Pentaspadon officinalis Holmes ex King
Perawakan :
Pohon besar tumbuh sampai 51 m dengan diameter
batang 70 cm (dbh). Daun alternatif, majemuk menyirip
dengan lembaran membujur ujung meruncing, memiliki
domatia untuk tempat perlindungan serangga yang
menguntungkan. Tangkai daun majemuk berwarna mera
keunguan. Cabang batang berwarna merah keunguan
tertutup rapat membulat hingga linear. Bunga berukuran
kecil, berbentuk bintan g yang terdiri dari 5 bunga
berwarna putih hingga krem, petal dengan ujung
membulat. Bunga tersusun padat, cabang panikel (malai)
memiliki tangkai merah keunguan.
Buah berdaging
dengan jenis buah batu (drupes).
Biologi :
Habitat :
Tumbuh di kawasan asli tropis, ditemukan di
hutan primer dataran rendah yang belum
tertanggu hingga ketinggian 200 mdpl.
Sebagian besar di rawa, kadang-kadang di
area tergenang dan sepanjang sungai dan arus
pada tanah berpasir hingga berlumpur. Pada
hutan sekunder selalu hadir sebagai jenis sissa
pra-gangguan.
Persebaran : Tersebar di Peniinsula malaysia, Sumatera, Borneo (Sarawak,
Brunei, Sabah, Kalimantan), Moluccas, Papua New Guinea, dan Kepulauan
Solomon.
Potensi : Kayu digunakan untuk lantai rumah karena tidak tahan lama. Getah
untuk minyak mengobati penyakit kulit dan buah dapat dimakan
Status konservasi : Menurut World Conservation Monitoring jenis ini telah
terdaftar jenis yang terancam. Namun, kelimpahan di alam masih cukup
banyak. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam status Data Deficient
atau masih kurangnya data.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Anacardiaceae
Dracontomelon dao (Blanco.) Merr. & Rolfe..
Sinonim : Comeurya cumingianum Baill.
Dracontomelon brachyphyllum Ridl.
Dao
Perawakan :
Pohon
besar
dengan
ketinggiann mencapai 45-55 m
dengan diameter mencapai
100 cm. Berbanir kecil tinggi
mencaoai 6 m. Permukaan kulit
batang
tidak
bersisik,
teratur
berwarna
dan
coklat
keabu-abuan hingga coklat
atau belang kehijauan, bagian
dalam kulut berwarna merah
muda
atau
tersusun
merah.
spiral,
Daun
alternatif
hingga berlawanan, perukaan
gundul dengan domatia yang berbulu. Bunga majemuk, Perbungaan aksiler atau terminal, paniculate. Terdapat
Bract dan bracteoles caducous; bunga biseksual, memiliki bau yang wangi, berwarna putih hingga putih kehijauan,
terdapat di dalam malai.nkelopak bunga berkelopak tetapi berkumpul di bagian apikal. Buah berbiji dan berdaging
Biologi :
DI Semenanjung Malaysia, Serawak dan Brunei, daun akan gugur sesaat untuk menandai periode musim kemarau.
Di Papua Nugini, pada musim gugur ke antara usim semi-gugur daun akan gugur sebelum musi penghujan.
Perbungaan tumbuh di dasar tunas baru dan bunga pohon muncuk sebelum daun baru berwarna perunggu muncul,
meskipun dilaporkan jenis ini berbunga hampir sepanjang tahun.
Habitat :
Ditemukan di hutan primer atau sekunder, atau ekosistem semi-gugur (monsoon) di ketinggian rendah hingga 500
mdpl. Juga ditemukan di area dengan curah hujan yang tinggi atau kebih jarang di daerah dengan musim kemarau
yang pendek. Terserbar di wilayah berdrainase baik hingga buruk, berlumpur hingga tanah berbatu, umumnya di
daerah alluvial dan rawa.
Persebaran : Tersebr di India Timur, Pulau Andaman, China Selatan, Myanmar, Indochina. Thailand, Semenanjung
Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini hingga kepulauan Salomon.
Potensi : Kayu sangat lembut dan tidak tahan lama, sehingga sering digunakan untuk bahan furniture, lantai dan
kotak. Buah dapat dimakan, meskipun tidak populer. Bunga dan daun dapat dimakan juga. Kulit bisa menjadi bahan
obat-obatan.
Status konservasi : Di alam populasi dan keberadaanya cukup melimpah, jenis ini belum termasuk jenis yang
dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Annonaceae
Sigam
Polyalthia rumphii (Blume ex Hensch.) Merr.
Sinonim : Guatteria rumphii Blume ex Hensch.
Perawakan :
Pohon dengan tinggi mencapai 15 m. Dilihat secara seksama
cabang berwarna karat ketika muda dan segera gundul.
Tangkai daun 1-15 mm, bentuk daun seperti pisau lonjong
hingga lanset, tipis hingga kasar, gundul, permukaan atas
hijau gelap mengkilap. Terdiri dari 7-10 urat sekunder pada
setiap sisi urat dan menonjol pada kedua permukaan, dasar
membaji hingga membulat kadang-kadang
miring, apex
acuminate. Perbungaan aksilaris, 1 bunga, kelopak panjang,
hijau kekuningan, ditempatkan di cabang-cabang. Berbuah
pedicel, gundul,
Biologi : Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950
mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke
lereng bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah
berpasir-liat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup
sering ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai sisa pra-gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan pada
ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder Sedang.
Persebaran : Jenis ini tersebar di Semenanjung Malaysia,
Sumatera, Jawa, Borneo (Serawak, Brunei, Sabah,
Kalimantan), Filipina, Sulawesi, Moluccas, Papua Nugini
dan Kepulauan Salomon
Potensi : Ekstrak dari akar ini sedang diuji untuk pengobatan
kanker.
Status konservasi : Kelimpahan populasi jenis ini di alam
masih banyak, meskipun jenis
ini sudah mulai
dimanfaatkan untuk bahan obat-obatan, namun Sigam
belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Annonaceae
Kenanga Hutan
Desmos chinensis Lour.
Sinonim : Perawakan :
Semak yang menjalar, cabang berambut ketika muda, gundul
setelah dewasa. Letak daun alternate, elips, bulat telur atau
lonjong-lanset, tumpul, memotong, jarang sedikit berbentuk hati
di dasar, acute atau acuminate di ujung daun, memiliki kulit,
gundul pada bagian bawah, dan pubescent. Urat lateral 7-12
pasang. Bunga ekstra-aksilaris atau daun berlawanan, berwarna
kuning-kehijauab, bracts berbentuk bulat telurr, terdapat di
tengah-tengah pedicel. Sepal berbentuk bulat telur, acuminate.
Kelopak luar berbentuk elips hingga lanset, acute. Buah
berbentuk bulat telur, berparuh degan panjang bantang 1 cm.
Biologi :
Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu hingga 950
mdpl. Berkembang di seluruh hutan, dari situs aluvial ke lereng
bukit dan pegunungan. Sebagian besar pada tanah berpasirliat, tetapi juga ditemukan di daerah kapur. Cukup sering
ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya sebagai tanaman sebelum gangguan. Di KPHK Dangku ditemukan
pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan sekunder.
Persebaran : Tersebar di Asia Timur-selatan Cina, India, Bhutan,
Nepal, Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia, Cambodia,
Laos, Vietnam, Philippines..
Potensi : Ekstrak aka digunakan untuk obat disentri, minyak
esensial dari bunga di gunakan bahan pembuatan parfum.
Status konservasi : Kelimpahan populasi jenis ini di alam masih
banyak, meskipun jenis ini sudah mulai dimanfaatkan untuk
bahan obat-obatan, namun belum termasuk jenis yang
dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Annonaceae
Kenanga hutan/Borneo
Popowia pisocarpa Blume.
Sinonim : Bocagea pisocarpa (Bl.) Bl.
Guatteria pisocarpa Bl.
Perawakan :
Semak atau pohon kecil yang
memiliki ketinggian 3 hingga 7 m
dengan
diameter
17
cm.
Percabangan menyebar, ramping
dan lunak. Ranting berwarrna gelap,
pubescent berwarna karat ketika
muda, terdapat banyak bekas luka
saat tua pada daun.
Daun
berbentuk pisau bulat telur, elips,
lanset, atau kadang-kadang sedikit
bulat telur, mempunyai kulit, abaxial tertekan warna karat pubescent di tengah urat atau rat sekunder daun. Urat
sekunder terdiri 6-10 pasang, melengkung kemudian menjadi lurus. Perbungaan terdiri dair 1 bunga atau 2-3 bunga
fasciculate, berwarna putih kekuningan. Buah ditempatkan di apocarp, berwarna merah dan berdaging.
Biologi : Habitat :
Sering ditemukan di hutan yang tidak terganggu
hingga 950 mdpl. Berkembang di seluruh hutan,
dari situs aluvial ke lereng bukit dan pegunungan.
Sebagian besar pada tanah berpasir-liat, tetapi
juga ditemukan di daerah kapur. Cukup sering
ditemukan di hutan terganggu, tetapi biasanya
sebagai sisa pra-gangguan. Di KPHK Dangku
ditemukan pada ketinggian 45 mdpl. Pada Hutan
sekunder Sedang.
Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung
Malaysia, Sumatera, Jawa, Borneo, Filipina,
Sulawesi, Moluccas, hingga Papua Nugini.
Potensi : Bunga dari jenis ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum
Status konservasi : Merupakan jenis yang umum dan tersebar luas , meskipun tidak ada informasi spesifik mengenai
populasi jenis ini. Jenis ini pun belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Apocynaceae
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Sinonim : Alstonia kurzii Hook.f. ; Alstonia scholaris (L.) R.Br. ssp. avae A.DC.
Perawakan :
Pulai
Berupa pohon dengan tinggi
10-50 m. Batang tegak,
berkayu,
percabangan
menggarpu dan berwarna
hijau gelap. Daun tunggal,
bentuknya lanset, ujungnya
membulat dan pangkalnya
meruncing,
tepinya
rata,
panjang daun 10-20 cm dan
lebar 3-6 cm, pertulangan
menyirip, permukaan atas
licin, panjang tangkai ±1 cm dan warnanya hijau. Bunga majemuk,
bentuknya malai, terdapat di ujung batang, bentuk kelopak bunga bulat
telur, panjang tangkainya 2,5-5 cm, berambut dan warnanya hijau.
Benang sari melekat pada tabung mahkota dengan panjang tangkai putik
3-5 mm, kepala putik meruncing, bakal buah berbulu dan berwarna putih. Bentuk tabung mahkota bunga bulat telur
dengan panjang 7-9 mm dan berwarna putih kekuningan. Buah bumbung dengan bentuk pita dan panjangnya 2050 mm, warnanya putih. Biji kecil dengan panjang 1,5-2 cm dan berwarna putih. Akar tunggang dan berwarna
coklat.
Biologi :
Pohon pulai berbunga pada bulan oktober hingga maret dan
berbuah pada bulan april hingga juni
Habitat :
Ditemukan sampai ketinggian 1.250 mdpl, pada berbagai
tipe bergai tipe hutan, sering dijumpai pada sisa hutan
terganggu. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian 45
mdpl.
Persebaran :Ditemukan di Australia; China; India;
Indonesia; Malaysia; Myanmar; Nepal; Papua New Guinea;
Philippines; Solomon Islands; Sri Lanka; Thailand; Viet Nam
Potensi : . Kayunya dapat digunakan sebagai peti, papan
acuan beton dan pekerjaan tuangan. Selain itu kayu dari jenis ini baik untuk dipergunakan sebagai bahan baku pada
pabrik korek api. Daun dan kayu digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Status konservasi : Pulai termasuk jenis yang tidak dilindungi, mengingat populasinya masih cukup banyak di alam.
Menurut data IUCN, populasi jenis ini memiliki status Least concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Burseraceae
Dacryodes rostrata (Blume.) H.J. Lam.
Sinonim : Canarium caudatifolium Merr.
Sulai
Perawakan :
Pohon evergreen dengan tinggi
mencapai 40 m dan diameter
batang mencapai 1 m (dbh) dan
penopang yang rendah. Letak
daun
alternate,
menyirip,
lembaran daun berbentuk ovateoblong,
tipis
dengan
dasar
asimetris, apex daun memanjang
dan melebar diujungnya; rachis
daun membengkak di pertemuan
tangkai
daun
dan
berbulu,
tangkai daun dengan atau tanpa
saluran resin. Panicles berupa
aksila, sering dikombinasikan
menjadi perbungaan terminal. Bunga terdiri dari tiga hingga banyak, berukuran kecil 3 mm, berwarna putih
kekuningan, kelopak copular dan tak lama berubah dentate. Bunga jantan memiliki enam benang sari, bunga betina
memiliki enam staminodes. Buah berbentuk bulat telur hingga lonjong, buah berbiji berdaging, berwarna kuningcoklat ketika mentah hingga keunguan-hitam ketika matang, mengandung satu biji keras ditengah.
Biologi :
Penyebaran biji dibantu oleh hewan.
Habitat :
Tersebar
terganggu
di
hutan
sampai
dipterokarpa
ketinggian
campuran
700
mdpl.
Ditemukan di seluruh hutan (tapi jarang di rawarawa) pada berbagai jenis tanah, termasuk batu
kapur. Di KPHK Dangku ditemukan pada ketinggian
45 mdpl.
Persebaran : Tersebar di Indo-China, Thailand,
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Borneo, Filipina
hingga Celebes.
Potensi : Kayu digunakan untuk papan dan penumbuk padi. Resin digunakan untuk menyalakan obor dan buah dapat
dimakan.
Status Konservasi :
Jenis ini sudah banyak dimanfaatka oleh masyarakat, dan keberadaan populasi dan keberadaannya di alam
semakin menurun. Menurut data IUCN jenis ini masuk ke dalam kategori Least Concern.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Cannabaceae
Siluk
Gironniera nervosa Planch.
Sinonim : Gironniera hirta Ridl.
Gironniera penangiana Gandog.
Perawakan :
Pohon berukuran kecil sampai medium dengan tinggi mencapai 40 m
dan diameter 64 cm. Terkadang juga terdapat banir yang rendah. Kulit
batang luar licin atau bercelah halus, berwarna hijau–abu-abu sampai
coklat–abu-abu gelap, kadang terdapat tanda seperti lingkaran maupun
lentisel. Daun keras dan kaku, bentuk ellips-lanset sampai ellipsoblong, bagian terlebar ada di pertengahan daun; Permukaan bawah
daun tertutupi oleh rambut lembut berwarna coklat kekuningan, tulang
primer dan tulang sekunder di bagian atas permukaan daun halus tak
berambut; dasar daun membulat atau meruncing,; tepi daun rata,
terkadang melengkung; ujung atas membulat atau runcing; pertulangan
daun terlihat menonjol di bagian bawah permukaan daun, pada permukaan
atas tulang daunnya datar atau tertekan; pertulangan sekunder berjumlah
(12-)14 – 16(-17) pasang, melengkung tetapi tidak menyatu di tepi daun,
Perbungaan jantan atau betina terletak di ketiak, muncul pada kuncup yang
terpisah, bract berbentuk ovate-acute sempit juga berambut coklatkekuningan, panjang 1-2 mm dan lebar 1 mm. Tata bunga berupa malai
bercabang dari cyme yang rapat, menggantung, ramping, 3 bunga dalam 510 klaster di sepanjang sumbu,; Perbungaan betina berupa malai sederhana
atau bercabang, berbunga sejumlah 5-10; 9 bunga duduk/tak bertangkai
sepanjang sumbu, berbentuk bulat telur-kerucut tertekan. Buah berbentuk
hampir bulat atau bulat telur
Biologi :
Habitat :
Pada hutan dipterokarpa campuran yang alami da sudah terganggu
(terbuka) dan hutan rawa dengan ketinggian mencapai 1300 m dpl.
Sering juga ditemukan pada tanah alluvial dan sepanjang aliran
sungai, tetapi juga umum ditemukan pada lereng dan punggung bukit. Pada tanah ultrabasic sampai tanah berpasir,
juga pada tanah liat.
Persebaran : Tersebar di Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera,
Kalimantan, Maluku, dan New Guinea.
Potensi : Kayunya digunakan dalam konstruksi bangunan. Buah dapat
dimakan.
Status Konservasi : Keberadaan jenis Siluk di alam masih sangat
melimpah, jenis ini belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Cannabaceae
Siluk Daun Lebar
Gironniera subaequalis Planch. Ann. Sc. Nat.
Sinonim : Gironniera amboinensis Lauterb
Gironniera blumei Gand.
Perawakan :
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian 2o m dan diameter
25 cm (dbh). Batang pohon silindris, kulit batang halus-halus
pecah-pecah, berwarna abu-abu, di dalam kulit berserat
berwarna kuning tua-kecoklatan, bergetah berwarna kuning
pucat, lenticellate. Ranting gundul, cabang dengan tunas
terminal bentuk kerucut. Daun sederhana, alternate, berbentuk
bulat panjang, pinggir daun bergerigi dari tengah ke ujung daun.
Daun moda kecoklatan, tangkai daun panjang berbulu, stipula
tumpang tindih. Perbungaan di ketiak, panjang, pubescent,
pedikal sangat pendek. Bunnga jantan dan betina pada tanaman
yang sama. Buah soliter berbiji, berbentuk elips hingga bulat
telur, berwarna hijau kekuningan, gundul.
Biologi :
Tumbuh hanya dengan 1 biji.
Habitat :
Di lembah hutan, hingga di tepi sungai, hingga ketinggian 100-1300 mdpl. Di hutan harapan ditemukan dihutan
campuran, sering ditemukan dihutan sekunder sedang.
Persebaran : Tersebar di Burma (Myanmar), Cambodia, Chine, Malaysian peninsular, Thailand, Vietnam and Laos.
Potensi : Kayu digunakan untuk furniture dan bahan konstruksi. Getah kulit digunakan bahanutama rayon dan daunn
untuk bahan obat-obatan
Status Konservasi : Keberadaannya di alam sangat melimpah, belum termasuk jenis yang dilindungi.
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Cardiopteridaceae
Serkit
Gonocaryum littorale (Bl.) Sleum
Sinonim : Gonocaryum affine Becc.
Gonocaryum fuscum Hochr.
Perawakan :
Perdu hingga 4 m dan 6 cm dbh. Stipula absen. Daun
alternatif, sederhana,
diameter,
putih
berbulu. Bunga ca. 2,5 mm
kekuningan,
corolla
tabung,
ditempatkan dalam tandan kecil. Buah ca. 27 mm, biruungu, berdaging buah berbiji.
Biologi :
Habitat :
Ditemukan di hutan-hutan Dipterocarpaceae campuran
sedikit terganggu sampai dengan 200 m ketinggian.
Sepanjang sungai, di lereng bukit dan di sepanjang
jalan. Dalam sangat terganggu hutan biasanya hadir
sebagai sisa pohon sebelum kerusakan.
Persebaran : Status konservasi : -
Jenis Tumbuhan Di Hutan Dataran Rendah Sumatera Selatan
Combretaceae
Ketapang
Terminalia catappa L.
Sinonim : Termin