Analisis konsentrasi kemiskinan

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011

ANALISIS KONSENTRASI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH
Hastarini Dwi Atmanti
Fakultas Ekonomi WDIP, kmbalang, Semarang,
(emai I : has tar ini _dw i _atmanti
@y aho

o.

c

om)

Wiratno R Mulyo Hendarto
WDIP, Tembalang, Semarang,

Fakultas Ekonomi

Abstract

problemfaced by all countries, especially developing countries. Problem of povere is a
complex, in terms of cause and views of its size. This is because poverty is multidimensional, meaning
that all dimensions of poverQ concerning human needs that are extremely diverse. In addition, the
dimensions of the human needs of its diverse rose intertwined with one another.Central Java located
between the provinces of West Java, DKI Jakarta and East Java provinces are 'fast
forward" through
industrialization centered in the "Greater" and Surabaya. It is true that Java got the "transfer ofwealth,,
(trickle down) from the neighboring provinces ofprogress, but at the same time also receiving a negative

PoverQ is

a

impact because a supplier of cheap labor is only enj oyed by those who lesve the village. A number o/
poor people, concentrated in certain areas. There are several things that caused the concentration o.f
poverQ. Dffirences in the progress of development of an area would cause the income gap, which also
would cause dffirent levels of poverQ. Based on the classification of the intensity distribution of poor
population, show that in Central Java, there are several areas which classified high or very high. There
are


still many poor people in some areas. Based on entropy Theil index, in Central Jaya occur spatial

concentration of economic activiQ. Smoll value index, which showed a small inequality and a large index
value indicates greater inequality. The majority of urban ereas more advanced than the district. Growth
occurs only in some places that are centers of growthwith
Key words : concentration

dffirent intensie.

ofpoverty

LatarBelakang Masalah
Kemiskinan Q:overty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara,terutama negara
berkembang. Masalah kemiskinan merupakan suatu yang kompleks, baik dilihat dari penyebabnya
maupun dilihat dari ukurannya. Hal

ini dikarenakan kemiskinan bersifat multidimensional,

artinya


kemiskinan menyangkut seluruh dimensi kebutuhan manusia yang sifatnya sangat beragam. Selain itu,
dLmensi kebutuhan manusiayang beranekaragam itupun saling terkait satu dengan lainnya.

Demikian jugayang dialami di JawaTengah. Jawa Tengah "terjepit" di antara propinsi besar Jawa
Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur, propinsi-propinsi tersebut "maju pesat" melalui industrialisasi yang
berpusat di "Jabodetabek" dan Surabaya. Memang benar Jawa Tengah memperoleh "pelimpahan
kemakmuran" (trickle down) dari kemajuan propinsi-propinsi tetangganya ini, tetapi pada saat yang
samajugamenerimadampaknegatif karenamenjadipemasoktenagakerjamurahyanghanyadinikmati
mereka yang meninggalkan de sanya. (Mubyarto, 2002)

ISSN : 0854-1442

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011

juta atau sekitar 28,64 persen
dari total penduduk Jawa Tengah. Garis kemiskinan pada tahun tersebut mencapai 7 5.579 rupiah per
kapita. Jumlah penduduk miskin tahun 2002 menurun menjadi 7,3 (23,06 persen) dengan batas miskin
Pada tahun 1999 jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 8,8


sebesar 1 06,43

8

rupiah per kapita.

Jumlah penduduk miskin tahun 2005 menurun lagi menjadi 6,53 juta (20,49 persen) dengan
batas miskin sebesar 130.013 rupiah per kapita per bulan. Pada tahun 2006 penduduk miskin naik
menjadi 7 ,10 juta(22.19 persen) dayabatas miskin 176.859 rupiah per kapita perbulan. Padatahun2007 ,

jumlah keluarga pra sejahtera di Jawa Tengah mencapai 3,I4 jfia atau34,46 persen dari total keluarga.
(8PS,2008)
Dari jumlah penduduk miskin tersebut, terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu. Ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konsentrasi kemiskinan. Perbedaan kemajuan pembangunan

suatu wilayah akan menimbulkan kesenjangan pendapatan, yang sekaligus akan menimbulkan
perbedaantingkatkemiskinan. Padaumumnya, perkembangan ekonomitidakterjadi secara serempak di
semua sektor dan wilayah. Beberapa tumbuh dengan cepat, sedangkan beberapa sektor mengalami
perkembanganyang lebih lambat. ( DianaWij ayantidan Heri Wahono, 2005)
Konsentrasi spasial kemiskinan sendiri memiliki definisi yang berbeda dengan kemiskinan


yang konvensional. Kemiskinan konvensional adalah kemiskinan yang menunjuk

pada

individu/keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya atau membelanjakan lebih
dari proporsi tertentu dari pendapatannya untuk mencapai standar hidup tertentu sedangkan konsentrasi
spasial kemiskinan melihat tingkat kemiskinan pada suatu komunitas tertentu Komunitas dapat disebut

miskin jika lebih dari 20 persen populasinya orang miskin. Tingkat kemiskinan suatu komunitas ini
memberikan informasi perbandingan antar wilayah seperti halnya perbandingan kemiskinan antar
ne gar a. (Ardyanto F itrady,

3 dalam

200

S

unarwan Arif Wic aksan a, 2007 ).


Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Tengah
Tahun 2002 -2007

Kabupaten/Kota

(000
Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri

Kab. Karanganyar

Kab. Sragen
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.

Grobogan

Blora
Rembang
Pati

Kudus

Miskin
orane)


Jumlah Penduduk

t28671

135406

1,52121 158253

ru45rs

146178
136765
149986
138748
139766

14

1


840

1641

11

148735

126543
137095
128427
134488
113279 1201 11
120685 L36787
18008s 191910
129392 145884
130016 13724r
148987 1.56733

14653r

16230r
r48607

t47361

1s8011

1681 85

13

1

8103

51

1

33


120701 1269s7
141530 r52',740
159558 172821
156462 164758

144809
126638
152169
20320s
16 163 8

t44144
164r34
16358

1

132933

r63449
1

8

5490

172683

Persentase PendudukMiskin

dari Jumlah Penduduk
2007
2006

200s
22,25
22,02
29,95
27,35
29,83
22,77
31,68
15,42
17,75
22,48
13,67
25,21
16,14
24,28
28,00
21,73
30,72
19,82
10,93

24,93 22,59
24,44 22,46
32,38 30,24
29,40 27,18
32,49 30,25
22,75 20,49
34,43 32,29
17,37
r7 ,36
20,00 18,06
22,99 22.27
1.5,63 14,02
27,01 24,44
18,69 17,39
23,72 21,24
27,60 25,14
23,95 21,46
33,20 30,7 |
22,14 19,79
12,05 10,73
ISSN:0854-1442

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011

Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk Mskin
000

Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kota Magelang

2005

2006

2007

t55376
t42593

163028
155282

170338

t67405

143695

ls0294

13,16

2006

2007

10,39

77,7 5

r0,44

23,60

26,03

23,5

13,62

12,34

ll1}49

120580

14,50

16,62

16,55

140676
106644

15649r

t7t598

20,06

2I,59

I I 8985
16 1603

133680

I 8,15

20,7
20,79

172110

20,47

t28309
14044r

144570

160 105

)) \q

19,99
22,90
25,30

150438

20,7r

18,5

151922

159988
165893

19,60

137298

27,79

30,36

27,93

1

t7t722

12,94
13,34
8,81

17187s

L',))

5??

t51517

6,37
96

10,40

150604

167813

177920

183766
161527
167404
144066

1969s9

Kota Pekalongan 136266
Kota T
171462

r84872

197683

Jawa Tensah

142337

l54l1l

BPS

2005

156597
129495

157233

:

kin

dari Jumlah Penduduk

Kota Surakarta
169956
Kota Salatiga
150584
Kota Semarang 162723

Swtber

Persentase Pendud uk Mis

130013

Prop. JawaTengah, 2008

20,31

22,79

l,1g

10,01

15,2I

13,64
9,01
5,26
6,62
9,36

8,90
7,38

l9

Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut, di Jawa Tengah terdapat perbedaan
tingkat kesejahteraan

"riardaerah yang pada akhimya akan menyebabkan kesenjangan anatardaerahdi Jawa Tengah semakin
:,3

)af.

Tuj uan dan Manfaat Penelitian

l;uan

penelitian ini adalah

:

Menganalisis distribusi penduduk miskin di Jawa Tengah dan menganalisis kesenjangan
antar
daerah diJawaTengah.

\l-:.::aar penelitian ini adalah

'

:

Sebagai masukan kepada pemerintah daerah untuk melakukan penyebaran
kegiatan ekonomi ke
seluruh wilayah, sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi di tiap
wilayah di Jawa
Ten_eah.

-

Dari hasil penelitian ini, apabila terdapat daerah yang tertinggal, maka daerah
tersebut dapat
:renjadi daerah binaan, sehingga penelitian ini berkelanjutan.

ffiruril dan Pembahasan

Miskin di Jawa Tengah
' *:rlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2002-2007 berfluktuasi dari tahun ke
axtrnrm :':\ipun terlihat adanya kecenderungan menurun. Sedangkan
menurut persebarannya,

Ihrwnnh

u*r

i

P

end ud uk

Fc'rr41:-1**. :enduduk

lllMllllll'

i&:s'

r-r.i

miskin di pedesaan lebih besar dibandingkan dengan di perkotaan.

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011

Tabel 3
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
di Provinsi Jawa Tengah2002-2007
Tahun

Perkotaan

Kota * Desa
o/
/o
Jumlah

Perdesaan
o/
/o

Jumlah

(000)
20,50
2002 2762,28
2003 2520,30
19,66
17,52
2004 2346,50
17,24
2005 267r,20
2006 2958,10
18,90
17,23
2687,30
2007

Jumlah

o

(000)

4546,05 24,96
4459,70 23,19
4497,30 23,64
3862,30 23,57
4142,50 25,28
3869,90 23,45

(000)
7308,33
6980,00
6843,80
6533,50
7100,60
6557,20

23,06
21,78

zl,ll

20,49

22,I9
20,43

Snrnber: 8P5,2007

Tabel4
Distribu si Persentase Pendud uk Miskin
di Provinsi Jawa Tengah2002-2007
Tahun

Perkotaan
o/
Jumlah
/o

Pedesaan

Jumlah

o/
/o
62,20
63,89

2002
2003
2004
2005

2.762,28

37,80

2520,30
2.346,50
2.677,20

36,11
34,29

40,88

4.546,05
4.459,70
4.497,30
3.862,30

2006

2.958,10

41,66

4.r42,50

58,34

2007

2.687.30

40,98

3.869,90

59,20

65,71

59,12

Kota * Desa
o
Jumlah

7.308,33
6.980,00
6.843,80
6.533,50
7.100,60
6.557,20

100,00
100,00
100,00
100,00

100,00
100,00

Surnber: BPS,2007

Berdasarkan pada metode klasifikasi intensitas berdasarkan distribusi yang dikeluarkan oleh

Tim KPPOD (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah), distribusi penduduk miskin di Jawa
Tengah selama tahun penelitian 2002-2007 menunjukkan bahwa terdapat daerah yang masuk pada

klasifikasi sangat tinggi selama tahun penelitian (Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten

Grobogan, dan Kabupaten Brebes), dan ada beberapa daerah yang masuk klasifikasi sangat rendah
selama tahun penelitian (Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Tegal). Sedangkan
daerah lain klasifikasinya lebih beragam. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

ISSN:0854-1442

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011

Tabel 5
Klasifi kasi Internitas Berdasarkan Distnbusi

2002

2003

20i)4

2005

2006

20u7

Cilacap

smgattinggi sangattinggi sangattinggi sargattinggi sargattinggi

Banyumas

trnggr

tinggr

sargattinggi sargattinggi sangattinggi

Rrrbalingga

sedang

tinggt

tnggl

tinCg

Barjarregara

sedang

sedang

sedang

tinggr

Keburnen

sargattinggi sargttinggi

sangattinggi sangattinggi sangattinggi

sargattinggi

fumor{o

sedang

sedang

sedang

sedang

sedang

sedang

Wonosobo

sedang

sodang

tinggi

tingg

sedang

tinggi

Magelang

sedang

sedang

sedang

scdang

sedang

sedang

Boyolali

sedang

sdang

scdang

sedang

sedang

sodang

Klaten

tinggl

tinggr

tinggt

t[1gg

sedang

tingg

Sukoh{o

rendah

rctrdah

rcndah

rendah

rendah

rendah

Wonogiri

sedang

sedang

tinggr

tingel

tinCg

tinCg

IGranganya

rendah

sedang

sedang

sedang

sedang

sodang

Sragen

sedang

sodang

sedang

sedang

sdang

sodang

c:robogan

smgattinggi sangttinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi

sangattlnggi

Blora

sedang

sedang

sedang

sedang

sedang

sedang

Rembang

scdang

sedang

sedang

sedang

sedang

sedang

Pati

sedang

sodang

tinggi

tmgg

sodang

sodang

Ifudw

sangatrendah

rendah

rendah

rendah

rcndah

rendah

rendah
sedang
rendah

rendah

rendah

rendah

rendah

tinggr

tinggl

tlnggl

tingg

Senrarang

rendah
sedang
rendah

reirdah

rendah

rcndah

rendah

Temaggung

rendah

rendah

rendah

rendah

IGndal

sedang

sodang

sedang

sodang

Batang

sodang

sodang

sedang

sedang

rrrrdah
sodang
rendah

sodang

Pekalongan

sedang

scdang

scdang

sedang

scdang

sedang

Pernalarg

tnggr

sargttinggi

tinggr

sargattinggi sargattinggi

Tegal

tinggr

tinggl

Tinggi

tinggi

Brebcs

sangattinggi

sangttinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi

Jepara

Dmak

tinCCr
sedang

tingS

sangattinggi

sargattinggi
tinCg

tingg

rerdah
sedang

sangattinggi

tingg

KotaMagclang sangatrendah sangatrendah sangatrcndah sangatrendah sangatrendah

sangatrandah

KotaSurakata sangatrendah sangatrordah Rendah

rendah

rendah

rendah

Kota Salatiga

salgatrendah salgatrendah sangatrendah smgatrexldah sangatrendah

sangatrordah

KotaSanarang

rendah

rcndah

rordah

rendah

sangatrendah rendah

KotaPekalongan salgatrendah sangatrendah sangatrurdah sargatrendah
sargatrordah sargatrardah

itetwt

qelgatrenclall

sar9qq4ah cq4eqlrell4ah

Swnber : Daa selzlnds diotah. 2009

s,s\

0854-1442

sqqcalrenqah gqeelrqndah

sangatrendah

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011

Berdasarkan pada tabel tersebut, beberapa daerah yang distribusi penduduk
miskinnya masuk
dalam klasifikasi tinggi hingga sangat tinggi. Bahkan pada awal tahun penelitian
yang semula distribusi
penduduk miskinnya masuk dalam klasifikasi sedang, pada pertengahan
ataupun akhir tahun penelitian

distribusi penduduk miskinnya masuk dalam klasifikasi tinggi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang
dilakukan oleh Diana

wij ayantidan Heri wahono

(2005), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

Jawa Tengah distribusi penduduk miskin masuk dalam klasifikasi
sangat tinggi.

Gambar

I

Klasifi kasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2002

f

sansattinssi

GI

C'
CT

GI

G

a

t--=
h

sangal rendah

Sumber : Data sekunder diolah

Gambar2
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2003

r
'1

,.,t,

sangal ttnggr

sedang

yt
C'
C'

rendah

b

tinggi

.

ffi

sangat rendah

C{

3
t--=
F

Sumber : Data sekunder diolah

ISSN : 0854-1442

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011

Gambar 3
Klasifi kasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2004

I

sangat iinggi

i-t

tinggi

W

sedang

7:::L3

F+il3
E:#,ii

n

rendah
sangat rendah

ri

C'
C'
C{

c:

=

t-=

ts

Sumber : Data sekunder diolah

Gambar 4
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2005

sangat tinggi
tanggi

ffi

ffi

n

sedang
rendah
sangat rendah

Sumber : Data sekunder diolah

ISSN :0854-1442

ra
e
e
GI

e
-

-G
l-

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011

Gambar 5

Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2006

sangat tinggi


C'

rc.;

tinggi

C)

Gr

sedang

e

rendair

ffi

=
-tb
I

sangat rendah

F

Sumber : Datasekunder diolah

Gambar 6

Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2007

sangat tingga

F
C'
C'

tinggi

, .:1j
I

seoang
rendah

i *"*-r.
.
ii
ii
ri

r.J,'
it;;
e"i+"d"
riiil.r

i6'i!r, ri'e
i:1rt.,.,
-tiln:j
!;;nt
: l:1,: rl

r! fqrlqqit
* ra.i

r

sangat rendah

C{

e
a

-G
F

Sumber : Data sekunder diolah

Konsentrasi Kemiskinan
Konsentrasi kemiskinan dalam penelitian

dengan menggrinakan Indeks Entropy
indeks entropy
Theil, dengan menggunakan pangsa jumlah penduduk sebagai pembobot (weights). Nilai
(Mudrajad Kuncoro,
yang lebih rendah menunjukkan kesenjangan yang lebih rendah, dan sebaliknya.

ini diukur

2002).

ISSN : 0854-1442

[/1EDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011

Kelebihan Indeks Entropy Theil dibandingkan dengan indeks konsentrasi spasial lainny

a

adalah

titik waktu, indeks menyediakan ukuran derajad konsentrasi (ataupun dispersi.l
distribusi spasial pada sejumlah daerah dan sub daerah dalam suatu negara. (Mudrajad Kuncoro. 2001
bahwa pada suatu

dalam Diana Wij ayanti dan Heri Wahono, 2005).

Hasil perhitungan konsentrasi kemiskinan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6
Indeks Ent ropy Theil 20U2-2007

KabupatenfKota
Cilacap
Banyumas

furbalingga

2002- 2003 2ffi4
2,636 2,626 2,726
2,485 2490 2,580
2,093 2259 ? ?1s

Grobogan

Blora
Rembang
Pati
Kudus

Jepaa
Demak
Semarang

Temanggung

Kendal
Batang
Pekalongan

Pemalarg
Tegal
Brebes

Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota

Magelang
Surakarta
Salatiga
Semarang

Pekalongan
Tegal

2,M4

2,074

3,n6

3,317
1,204
2,246

1,244

2,2ffi

) ))?

2,202

1,355

r,329

l,4ll

1,3 10

r286

2,144
0,832
2,023

2,106

2,103

0,814

1,364
1,q78
0,869

2,160

2,112

2,055

1,006
1,770

1,076

1,093
1,506

0,907 1,029
1,922 1,909
3,214 3,179
1,680 1,527
1,543 1,596
1,938 1,972
0,558 0,593
0,609 0,635

1,826 2,001
1,010 0,939
0,745 0,766
1,5?2 1,590

I,145

2,818
2,254

1,338

1,927

Sragen

2,831
2,213

r3ffi

Sukoharjo
Karanganyar

2,758

3,248

Wonogiri

1,8&

3,082

2,027

1,326 t+r2
2,076 2,163
1,587 tA47
1,352 1266
2,156 2,121
0,909 0,952

Boyolali
Klaten

3,161

l,g4g

Purworejo
Wonosobo

3,055

3,150

2,045

Magelarg

n07

22e4
2,142
3,\95

Banjamegara
Kebumen

3,04

2005 20M

1,093

1,651 1,556
2,491 2,516
2,294 2,360
4,709 4,699
0,104 0,122
0,443 0,505
0,722 0,177
0,511 0A72
0,149 0,1 13
0,198 0,137

0,969

1,329
0,838

32s8
tA89

1,565
2,924
1,536

r,643

T,613

1,597

1,601

l,9M

r,909

1,951

1,868

0,559

0,547

0,6M
2,154

0,726
2,107

0,577
0,772

1,883

3,32r
1,545

2,882
I,477

0,841

0,826

0,793

0,556
0,744
2,047
0,779

0,768

0,753

0,803

0,892

7,461
1,021

1434

1,501

1,595

1,001

0,993

1,158

r,3gg
2,609

2,W6

1,437

1,408

1,457

2,399

2,69

7)q

2,55r
2282

4,474

4,399

0,r22
0,o99

0,118
0,503
0,095

0,391

0270

0,100

0,097
0,138

)

0,493

0,142

2,162
4,415

2,072

0,089

0,085
0,510
0,099

0,528
0,086
0,355
0,104
0,149

Jumlah 54,817 54,852 54,935 54.989 54.n1

ISSN : 0854-1442

r,574

4,475

0,395
0,101

0,r43
54,916

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011

Berdasarkan pada tabel

di

atas, selama tahun penelitian terdapat daerah yang memiliki
kecenderungan turun ketimpangannya, tetapi ada banyak daerah yang memiliki kecenderungan naik
ketimpangannya.

Untuk daerah yang memiliki kecenderungan ketimpangan yang

meningkat,

mengindikasikan bahwa ketimpangan di daerah tersebut semakin besar. Sedangkan daerah yang nilai
indeksnyakecil dibandingkan dengan daerah lain, hal ini menunjukkan bahwaketimpangannyakecil.
Selain mengetahui sebaran penduduk miskinnya dan ketimpangan di suatu daerah, maka suatu
daerah dapat diklasifikasikan berdasarkan dua indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB

per kapita. Klasifikasi ini dikenal dengan tipologi klassen. Dengan tipologi daerah, maka suatu daerah
dapat dibagi empat kuadaran klasifikasi daerahyaitu :

1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran
daerah dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah

yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki)
yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan gki>gk.

2.

Daerah maju tapi tertekan (Kuadran

II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki nilai

pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki)
yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gigk.

3.

Daerah relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang memiliki nilai

pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (g) dan sekaligus perhrmbuhan PDRB per kapita (gki) yang
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (gk).

4.Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan
kuadran untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi pertumbuhan
PDRB per kapita daerah tersebut (gki) lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB per
kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifrkasi ini biasa dilambangkan
dengan gi>g dan gki