Analisis konsentrasi kemiskinan
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
ANALISIS KONSENTRASI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH
Hastarini Dwi Atmanti
Fakultas Ekonomi WDIP, kmbalang, Semarang,
(emai I : has tar ini _dw i _atmanti
@y aho
o.
c
om)
Wiratno R Mulyo Hendarto
WDIP, Tembalang, Semarang,
Fakultas Ekonomi
Abstract
problemfaced by all countries, especially developing countries. Problem of povere is a
complex, in terms of cause and views of its size. This is because poverty is multidimensional, meaning
that all dimensions of poverQ concerning human needs that are extremely diverse. In addition, the
dimensions of the human needs of its diverse rose intertwined with one another.Central Java located
between the provinces of West Java, DKI Jakarta and East Java provinces are 'fast
forward" through
industrialization centered in the "Greater" and Surabaya. It is true that Java got the "transfer ofwealth,,
(trickle down) from the neighboring provinces ofprogress, but at the same time also receiving a negative
PoverQ is
a
impact because a supplier of cheap labor is only enj oyed by those who lesve the village. A number o/
poor people, concentrated in certain areas. There are several things that caused the concentration o.f
poverQ. Dffirences in the progress of development of an area would cause the income gap, which also
would cause dffirent levels of poverQ. Based on the classification of the intensity distribution of poor
population, show that in Central Java, there are several areas which classified high or very high. There
are
still many poor people in some areas. Based on entropy Theil index, in Central Jaya occur spatial
concentration of economic activiQ. Smoll value index, which showed a small inequality and a large index
value indicates greater inequality. The majority of urban ereas more advanced than the district. Growth
occurs only in some places that are centers of growthwith
Key words : concentration
dffirent intensie.
ofpoverty
LatarBelakang Masalah
Kemiskinan Q:overty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara,terutama negara
berkembang. Masalah kemiskinan merupakan suatu yang kompleks, baik dilihat dari penyebabnya
maupun dilihat dari ukurannya. Hal
ini dikarenakan kemiskinan bersifat multidimensional,
artinya
kemiskinan menyangkut seluruh dimensi kebutuhan manusia yang sifatnya sangat beragam. Selain itu,
dLmensi kebutuhan manusiayang beranekaragam itupun saling terkait satu dengan lainnya.
Demikian jugayang dialami di JawaTengah. Jawa Tengah "terjepit" di antara propinsi besar Jawa
Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur, propinsi-propinsi tersebut "maju pesat" melalui industrialisasi yang
berpusat di "Jabodetabek" dan Surabaya. Memang benar Jawa Tengah memperoleh "pelimpahan
kemakmuran" (trickle down) dari kemajuan propinsi-propinsi tetangganya ini, tetapi pada saat yang
samajugamenerimadampaknegatif karenamenjadipemasoktenagakerjamurahyanghanyadinikmati
mereka yang meninggalkan de sanya. (Mubyarto, 2002)
ISSN : 0854-1442
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
juta atau sekitar 28,64 persen
dari total penduduk Jawa Tengah. Garis kemiskinan pada tahun tersebut mencapai 7 5.579 rupiah per
kapita. Jumlah penduduk miskin tahun 2002 menurun menjadi 7,3 (23,06 persen) dengan batas miskin
Pada tahun 1999 jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 8,8
sebesar 1 06,43
8
rupiah per kapita.
Jumlah penduduk miskin tahun 2005 menurun lagi menjadi 6,53 juta (20,49 persen) dengan
batas miskin sebesar 130.013 rupiah per kapita per bulan. Pada tahun 2006 penduduk miskin naik
menjadi 7 ,10 juta(22.19 persen) dayabatas miskin 176.859 rupiah per kapita perbulan. Padatahun2007 ,
jumlah keluarga pra sejahtera di Jawa Tengah mencapai 3,I4 jfia atau34,46 persen dari total keluarga.
(8PS,2008)
Dari jumlah penduduk miskin tersebut, terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu. Ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konsentrasi kemiskinan. Perbedaan kemajuan pembangunan
suatu wilayah akan menimbulkan kesenjangan pendapatan, yang sekaligus akan menimbulkan
perbedaantingkatkemiskinan. Padaumumnya, perkembangan ekonomitidakterjadi secara serempak di
semua sektor dan wilayah. Beberapa tumbuh dengan cepat, sedangkan beberapa sektor mengalami
perkembanganyang lebih lambat. ( DianaWij ayantidan Heri Wahono, 2005)
Konsentrasi spasial kemiskinan sendiri memiliki definisi yang berbeda dengan kemiskinan
yang konvensional. Kemiskinan konvensional adalah kemiskinan yang menunjuk
pada
individu/keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya atau membelanjakan lebih
dari proporsi tertentu dari pendapatannya untuk mencapai standar hidup tertentu sedangkan konsentrasi
spasial kemiskinan melihat tingkat kemiskinan pada suatu komunitas tertentu Komunitas dapat disebut
miskin jika lebih dari 20 persen populasinya orang miskin. Tingkat kemiskinan suatu komunitas ini
memberikan informasi perbandingan antar wilayah seperti halnya perbandingan kemiskinan antar
ne gar a. (Ardyanto F itrady,
3 dalam
200
S
unarwan Arif Wic aksan a, 2007 ).
Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Tengah
Tahun 2002 -2007
Kabupaten/Kota
(000
Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Miskin
orane)
Jumlah Penduduk
t28671
135406
1,52121 158253
ru45rs
146178
136765
149986
138748
139766
14
1
840
1641
11
148735
126543
137095
128427
134488
113279 1201 11
120685 L36787
18008s 191910
129392 145884
130016 13724r
148987 1.56733
14653r
16230r
r48607
t47361
1s8011
1681 85
13
1
8103
51
1
33
120701 1269s7
141530 r52',740
159558 172821
156462 164758
144809
126638
152169
20320s
16 163 8
t44144
164r34
16358
1
132933
r63449
1
8
5490
172683
Persentase PendudukMiskin
dari Jumlah Penduduk
2007
2006
200s
22,25
22,02
29,95
27,35
29,83
22,77
31,68
15,42
17,75
22,48
13,67
25,21
16,14
24,28
28,00
21,73
30,72
19,82
10,93
24,93 22,59
24,44 22,46
32,38 30,24
29,40 27,18
32,49 30,25
22,75 20,49
34,43 32,29
17,37
r7 ,36
20,00 18,06
22,99 22.27
1.5,63 14,02
27,01 24,44
18,69 17,39
23,72 21,24
27,60 25,14
23,95 21,46
33,20 30,7 |
22,14 19,79
12,05 10,73
ISSN:0854-1442
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk Mskin
000
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kota Magelang
2005
2006
2007
t55376
t42593
163028
155282
170338
t67405
143695
ls0294
13,16
2006
2007
10,39
77,7 5
r0,44
23,60
26,03
23,5
13,62
12,34
ll1}49
120580
14,50
16,62
16,55
140676
106644
15649r
t7t598
20,06
2I,59
I I 8985
16 1603
133680
I 8,15
20,7
20,79
172110
20,47
t28309
14044r
144570
160 105
)) \q
19,99
22,90
25,30
150438
20,7r
18,5
151922
159988
165893
19,60
137298
27,79
30,36
27,93
1
t7t722
12,94
13,34
8,81
17187s
L',))
5??
t51517
6,37
96
10,40
150604
167813
177920
183766
161527
167404
144066
1969s9
Kota Pekalongan 136266
Kota T
171462
r84872
197683
Jawa Tensah
142337
l54l1l
BPS
2005
156597
129495
157233
:
kin
dari Jumlah Penduduk
Kota Surakarta
169956
Kota Salatiga
150584
Kota Semarang 162723
Swtber
Persentase Pendud uk Mis
130013
Prop. JawaTengah, 2008
20,31
22,79
l,1g
10,01
15,2I
13,64
9,01
5,26
6,62
9,36
8,90
7,38
l9
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut, di Jawa Tengah terdapat perbedaan
tingkat kesejahteraan
"riardaerah yang pada akhimya akan menyebabkan kesenjangan anatardaerahdi Jawa Tengah semakin
:,3
)af.
Tuj uan dan Manfaat Penelitian
l;uan
penelitian ini adalah
:
Menganalisis distribusi penduduk miskin di Jawa Tengah dan menganalisis kesenjangan
antar
daerah diJawaTengah.
\l-:.::aar penelitian ini adalah
'
:
Sebagai masukan kepada pemerintah daerah untuk melakukan penyebaran
kegiatan ekonomi ke
seluruh wilayah, sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi di tiap
wilayah di Jawa
Ten_eah.
-
Dari hasil penelitian ini, apabila terdapat daerah yang tertinggal, maka daerah
tersebut dapat
:renjadi daerah binaan, sehingga penelitian ini berkelanjutan.
ffiruril dan Pembahasan
Miskin di Jawa Tengah
' *:rlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2002-2007 berfluktuasi dari tahun ke
axtrnrm :':\ipun terlihat adanya kecenderungan menurun. Sedangkan
menurut persebarannya,
Ihrwnnh
u*r
i
P
end ud uk
Fc'rr41:-1**. :enduduk
lllMllllll'
i&:s'
r-r.i
miskin di pedesaan lebih besar dibandingkan dengan di perkotaan.
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
Tabel 3
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
di Provinsi Jawa Tengah2002-2007
Tahun
Perkotaan
Kota * Desa
o/
/o
Jumlah
Perdesaan
o/
/o
Jumlah
(000)
20,50
2002 2762,28
2003 2520,30
19,66
17,52
2004 2346,50
17,24
2005 267r,20
2006 2958,10
18,90
17,23
2687,30
2007
Jumlah
o
(000)
4546,05 24,96
4459,70 23,19
4497,30 23,64
3862,30 23,57
4142,50 25,28
3869,90 23,45
(000)
7308,33
6980,00
6843,80
6533,50
7100,60
6557,20
23,06
21,78
zl,ll
20,49
22,I9
20,43
Snrnber: 8P5,2007
Tabel4
Distribu si Persentase Pendud uk Miskin
di Provinsi Jawa Tengah2002-2007
Tahun
Perkotaan
o/
Jumlah
/o
Pedesaan
Jumlah
o/
/o
62,20
63,89
2002
2003
2004
2005
2.762,28
37,80
2520,30
2.346,50
2.677,20
36,11
34,29
40,88
4.546,05
4.459,70
4.497,30
3.862,30
2006
2.958,10
41,66
4.r42,50
58,34
2007
2.687.30
40,98
3.869,90
59,20
65,71
59,12
Kota * Desa
o
Jumlah
7.308,33
6.980,00
6.843,80
6.533,50
7.100,60
6.557,20
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Surnber: BPS,2007
Berdasarkan pada metode klasifikasi intensitas berdasarkan distribusi yang dikeluarkan oleh
Tim KPPOD (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah), distribusi penduduk miskin di Jawa
Tengah selama tahun penelitian 2002-2007 menunjukkan bahwa terdapat daerah yang masuk pada
klasifikasi sangat tinggi selama tahun penelitian (Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten
Grobogan, dan Kabupaten Brebes), dan ada beberapa daerah yang masuk klasifikasi sangat rendah
selama tahun penelitian (Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Tegal). Sedangkan
daerah lain klasifikasinya lebih beragam. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
ISSN:0854-1442
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Tabel 5
Klasifi kasi Internitas Berdasarkan Distnbusi
2002
2003
20i)4
2005
2006
20u7
Cilacap
smgattinggi sangattinggi sangattinggi sargattinggi sargattinggi
Banyumas
trnggr
tinggr
sargattinggi sargattinggi sangattinggi
Rrrbalingga
sedang
tinggt
tnggl
tinCg
Barjarregara
sedang
sedang
sedang
tinggr
Keburnen
sargattinggi sargttinggi
sangattinggi sangattinggi sangattinggi
sargattinggi
fumor{o
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Wonosobo
sedang
sodang
tinggi
tingg
sedang
tinggi
Magelang
sedang
sedang
sedang
scdang
sedang
sedang
Boyolali
sedang
sdang
scdang
sedang
sedang
sodang
Klaten
tinggl
tinggr
tinggt
t[1gg
sedang
tingg
Sukoh{o
rendah
rctrdah
rcndah
rendah
rendah
rendah
Wonogiri
sedang
sedang
tinggr
tingel
tinCg
tinCg
IGranganya
rendah
sedang
sedang
sedang
sedang
sodang
Sragen
sedang
sodang
sedang
sedang
sdang
sodang
c:robogan
smgattinggi sangttinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi
sangattlnggi
Blora
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Rembang
scdang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Pati
sedang
sodang
tinggi
tmgg
sodang
sodang
Ifudw
sangatrendah
rendah
rendah
rendah
rcndah
rendah
rendah
sedang
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
tinggr
tinggl
tlnggl
tingg
Senrarang
rendah
sedang
rendah
reirdah
rendah
rcndah
rendah
Temaggung
rendah
rendah
rendah
rendah
IGndal
sedang
sodang
sedang
sodang
Batang
sodang
sodang
sedang
sedang
rrrrdah
sodang
rendah
sodang
Pekalongan
sedang
scdang
scdang
sedang
scdang
sedang
Pernalarg
tnggr
sargttinggi
tinggr
sargattinggi sargattinggi
Tegal
tinggr
tinggl
Tinggi
tinggi
Brebcs
sangattinggi
sangttinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi
Jepara
Dmak
tinCCr
sedang
tingS
sangattinggi
sargattinggi
tinCg
tingg
rerdah
sedang
sangattinggi
tingg
KotaMagclang sangatrendah sangatrendah sangatrcndah sangatrendah sangatrendah
sangatrandah
KotaSurakata sangatrendah sangatrordah Rendah
rendah
rendah
rendah
Kota Salatiga
salgatrendah salgatrendah sangatrendah smgatrexldah sangatrendah
sangatrordah
KotaSanarang
rendah
rcndah
rordah
rendah
sangatrendah rendah
KotaPekalongan salgatrendah sangatrendah sangatrurdah sargatrendah
sargatrordah sargatrardah
itetwt
qelgatrenclall
sar9qq4ah cq4eqlrell4ah
Swnber : Daa selzlnds diotah. 2009
s,s\
0854-1442
sqqcalrenqah gqeelrqndah
sangatrendah
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Berdasarkan pada tabel tersebut, beberapa daerah yang distribusi penduduk
miskinnya masuk
dalam klasifikasi tinggi hingga sangat tinggi. Bahkan pada awal tahun penelitian
yang semula distribusi
penduduk miskinnya masuk dalam klasifikasi sedang, pada pertengahan
ataupun akhir tahun penelitian
distribusi penduduk miskinnya masuk dalam klasifikasi tinggi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang
dilakukan oleh Diana
wij ayantidan Heri wahono
(2005), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Jawa Tengah distribusi penduduk miskin masuk dalam klasifikasi
sangat tinggi.
Gambar
I
Klasifi kasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2002
f
sansattinssi
GI
C'
CT
GI
G
a
t--=
h
sangal rendah
Sumber : Data sekunder diolah
Gambar2
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2003
r
'1
,.,t,
sangal ttnggr
sedang
yt
C'
C'
rendah
b
tinggi
.
ffi
sangat rendah
C{
3
t--=
F
Sumber : Data sekunder diolah
ISSN : 0854-1442
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
Gambar 3
Klasifi kasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2004
I
sangat iinggi
i-t
tinggi
W
sedang
7:::L3
F+il3
E:#,ii
n
rendah
sangat rendah
ri
C'
C'
C{
c:
=
t-=
ts
Sumber : Data sekunder diolah
Gambar 4
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2005
sangat tinggi
tanggi
ffi
ffi
n
sedang
rendah
sangat rendah
Sumber : Data sekunder diolah
ISSN :0854-1442
ra
e
e
GI
e
-
-G
l-
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
Gambar 5
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2006
sangat tinggi
€
C'
rc.;
tinggi
C)
Gr
sedang
e
rendair
ffi
=
-tb
I
sangat rendah
F
Sumber : Datasekunder diolah
Gambar 6
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2007
sangat tingga
F
C'
C'
tinggi
, .:1j
I
seoang
rendah
i *"*-r.
.
ii
ii
ri
r.J,'
it;;
e"i+"d"
riiil.r
i6'i!r, ri'e
i:1rt.,.,
-tiln:j
!;;nt
: l:1,: rl
r! fqrlqqit
* ra.i
r
sangat rendah
C{
e
a
-G
F
Sumber : Data sekunder diolah
Konsentrasi Kemiskinan
Konsentrasi kemiskinan dalam penelitian
dengan menggrinakan Indeks Entropy
indeks entropy
Theil, dengan menggunakan pangsa jumlah penduduk sebagai pembobot (weights). Nilai
(Mudrajad Kuncoro,
yang lebih rendah menunjukkan kesenjangan yang lebih rendah, dan sebaliknya.
ini diukur
2002).
ISSN : 0854-1442
[/1EDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Kelebihan Indeks Entropy Theil dibandingkan dengan indeks konsentrasi spasial lainny
a
adalah
titik waktu, indeks menyediakan ukuran derajad konsentrasi (ataupun dispersi.l
distribusi spasial pada sejumlah daerah dan sub daerah dalam suatu negara. (Mudrajad Kuncoro. 2001
bahwa pada suatu
dalam Diana Wij ayanti dan Heri Wahono, 2005).
Hasil perhitungan konsentrasi kemiskinan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Indeks Ent ropy Theil 20U2-2007
KabupatenfKota
Cilacap
Banyumas
furbalingga
2002- 2003 2ffi4
2,636 2,626 2,726
2,485 2490 2,580
2,093 2259 ? ?1s
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepaa
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalarg
Tegal
Brebes
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Magelang
Surakarta
Salatiga
Semarang
Pekalongan
Tegal
2,M4
2,074
3,n6
3,317
1,204
2,246
1,244
2,2ffi
) ))?
2,202
1,355
r,329
l,4ll
1,3 10
r286
2,144
0,832
2,023
2,106
2,103
0,814
1,364
1,q78
0,869
2,160
2,112
2,055
1,006
1,770
1,076
1,093
1,506
0,907 1,029
1,922 1,909
3,214 3,179
1,680 1,527
1,543 1,596
1,938 1,972
0,558 0,593
0,609 0,635
1,826 2,001
1,010 0,939
0,745 0,766
1,5?2 1,590
I,145
2,818
2,254
1,338
1,927
Sragen
2,831
2,213
r3ffi
Sukoharjo
Karanganyar
2,758
3,248
Wonogiri
1,8&
3,082
2,027
1,326 t+r2
2,076 2,163
1,587 tA47
1,352 1266
2,156 2,121
0,909 0,952
Boyolali
Klaten
3,161
l,g4g
Purworejo
Wonosobo
3,055
3,150
2,045
Magelarg
n07
22e4
2,142
3,\95
Banjamegara
Kebumen
3,04
2005 20M
1,093
1,651 1,556
2,491 2,516
2,294 2,360
4,709 4,699
0,104 0,122
0,443 0,505
0,722 0,177
0,511 0A72
0,149 0,1 13
0,198 0,137
0,969
1,329
0,838
32s8
tA89
1,565
2,924
1,536
r,643
T,613
1,597
1,601
l,9M
r,909
1,951
1,868
0,559
0,547
0,6M
2,154
0,726
2,107
0,577
0,772
1,883
3,32r
1,545
2,882
I,477
0,841
0,826
0,793
0,556
0,744
2,047
0,779
0,768
0,753
0,803
0,892
7,461
1,021
1434
1,501
1,595
1,001
0,993
1,158
r,3gg
2,609
2,W6
1,437
1,408
1,457
2,399
2,69
7)q
2,55r
2282
4,474
4,399
0,r22
0,o99
0,118
0,503
0,095
0,391
0270
0,100
0,097
0,138
)
0,493
0,142
2,162
4,415
2,072
0,089
0,085
0,510
0,099
0,528
0,086
0,355
0,104
0,149
Jumlah 54,817 54,852 54,935 54.989 54.n1
ISSN : 0854-1442
r,574
4,475
0,395
0,101
0,r43
54,916
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Berdasarkan pada tabel
di
atas, selama tahun penelitian terdapat daerah yang memiliki
kecenderungan turun ketimpangannya, tetapi ada banyak daerah yang memiliki kecenderungan naik
ketimpangannya.
Untuk daerah yang memiliki kecenderungan ketimpangan yang
meningkat,
mengindikasikan bahwa ketimpangan di daerah tersebut semakin besar. Sedangkan daerah yang nilai
indeksnyakecil dibandingkan dengan daerah lain, hal ini menunjukkan bahwaketimpangannyakecil.
Selain mengetahui sebaran penduduk miskinnya dan ketimpangan di suatu daerah, maka suatu
daerah dapat diklasifikasikan berdasarkan dua indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB
per kapita. Klasifikasi ini dikenal dengan tipologi klassen. Dengan tipologi daerah, maka suatu daerah
dapat dibagi empat kuadaran klasifikasi daerahyaitu :
1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran
daerah dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah
yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki)
yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan gki>gk.
2.
Daerah maju tapi tertekan (Kuadran
II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki nilai
pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki)
yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gigk.
3.
Daerah relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang memiliki nilai
pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (g) dan sekaligus perhrmbuhan PDRB per kapita (gki) yang
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (gk).
4.Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan
kuadran untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi pertumbuhan
PDRB per kapita daerah tersebut (gki) lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB per
kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifrkasi ini biasa dilambangkan
dengan gi>g dan gki
Vol 23. No 1 Januari 2011
ANALISIS KONSENTRASI KEMISKINAN DI JAWA TENGAH
Hastarini Dwi Atmanti
Fakultas Ekonomi WDIP, kmbalang, Semarang,
(emai I : has tar ini _dw i _atmanti
@y aho
o.
c
om)
Wiratno R Mulyo Hendarto
WDIP, Tembalang, Semarang,
Fakultas Ekonomi
Abstract
problemfaced by all countries, especially developing countries. Problem of povere is a
complex, in terms of cause and views of its size. This is because poverty is multidimensional, meaning
that all dimensions of poverQ concerning human needs that are extremely diverse. In addition, the
dimensions of the human needs of its diverse rose intertwined with one another.Central Java located
between the provinces of West Java, DKI Jakarta and East Java provinces are 'fast
forward" through
industrialization centered in the "Greater" and Surabaya. It is true that Java got the "transfer ofwealth,,
(trickle down) from the neighboring provinces ofprogress, but at the same time also receiving a negative
PoverQ is
a
impact because a supplier of cheap labor is only enj oyed by those who lesve the village. A number o/
poor people, concentrated in certain areas. There are several things that caused the concentration o.f
poverQ. Dffirences in the progress of development of an area would cause the income gap, which also
would cause dffirent levels of poverQ. Based on the classification of the intensity distribution of poor
population, show that in Central Java, there are several areas which classified high or very high. There
are
still many poor people in some areas. Based on entropy Theil index, in Central Jaya occur spatial
concentration of economic activiQ. Smoll value index, which showed a small inequality and a large index
value indicates greater inequality. The majority of urban ereas more advanced than the district. Growth
occurs only in some places that are centers of growthwith
Key words : concentration
dffirent intensie.
ofpoverty
LatarBelakang Masalah
Kemiskinan Q:overty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara,terutama negara
berkembang. Masalah kemiskinan merupakan suatu yang kompleks, baik dilihat dari penyebabnya
maupun dilihat dari ukurannya. Hal
ini dikarenakan kemiskinan bersifat multidimensional,
artinya
kemiskinan menyangkut seluruh dimensi kebutuhan manusia yang sifatnya sangat beragam. Selain itu,
dLmensi kebutuhan manusiayang beranekaragam itupun saling terkait satu dengan lainnya.
Demikian jugayang dialami di JawaTengah. Jawa Tengah "terjepit" di antara propinsi besar Jawa
Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur, propinsi-propinsi tersebut "maju pesat" melalui industrialisasi yang
berpusat di "Jabodetabek" dan Surabaya. Memang benar Jawa Tengah memperoleh "pelimpahan
kemakmuran" (trickle down) dari kemajuan propinsi-propinsi tetangganya ini, tetapi pada saat yang
samajugamenerimadampaknegatif karenamenjadipemasoktenagakerjamurahyanghanyadinikmati
mereka yang meninggalkan de sanya. (Mubyarto, 2002)
ISSN : 0854-1442
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
juta atau sekitar 28,64 persen
dari total penduduk Jawa Tengah. Garis kemiskinan pada tahun tersebut mencapai 7 5.579 rupiah per
kapita. Jumlah penduduk miskin tahun 2002 menurun menjadi 7,3 (23,06 persen) dengan batas miskin
Pada tahun 1999 jumlah penduduk miskin bertambah menjadi 8,8
sebesar 1 06,43
8
rupiah per kapita.
Jumlah penduduk miskin tahun 2005 menurun lagi menjadi 6,53 juta (20,49 persen) dengan
batas miskin sebesar 130.013 rupiah per kapita per bulan. Pada tahun 2006 penduduk miskin naik
menjadi 7 ,10 juta(22.19 persen) dayabatas miskin 176.859 rupiah per kapita perbulan. Padatahun2007 ,
jumlah keluarga pra sejahtera di Jawa Tengah mencapai 3,I4 jfia atau34,46 persen dari total keluarga.
(8PS,2008)
Dari jumlah penduduk miskin tersebut, terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu. Ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya konsentrasi kemiskinan. Perbedaan kemajuan pembangunan
suatu wilayah akan menimbulkan kesenjangan pendapatan, yang sekaligus akan menimbulkan
perbedaantingkatkemiskinan. Padaumumnya, perkembangan ekonomitidakterjadi secara serempak di
semua sektor dan wilayah. Beberapa tumbuh dengan cepat, sedangkan beberapa sektor mengalami
perkembanganyang lebih lambat. ( DianaWij ayantidan Heri Wahono, 2005)
Konsentrasi spasial kemiskinan sendiri memiliki definisi yang berbeda dengan kemiskinan
yang konvensional. Kemiskinan konvensional adalah kemiskinan yang menunjuk
pada
individu/keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya atau membelanjakan lebih
dari proporsi tertentu dari pendapatannya untuk mencapai standar hidup tertentu sedangkan konsentrasi
spasial kemiskinan melihat tingkat kemiskinan pada suatu komunitas tertentu Komunitas dapat disebut
miskin jika lebih dari 20 persen populasinya orang miskin. Tingkat kemiskinan suatu komunitas ini
memberikan informasi perbandingan antar wilayah seperti halnya perbandingan kemiskinan antar
ne gar a. (Ardyanto F itrady,
3 dalam
200
S
unarwan Arif Wic aksan a, 2007 ).
Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Jawa Tengah
Tahun 2002 -2007
Kabupaten/Kota
(000
Kab. Cilacap
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga
Kab. Banjarnegara
Kab. Kebumen
Kab. Purworejo
Kab. Wonosobo
Kab. Magelang
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
Kab. Karanganyar
Kab. Sragen
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Miskin
orane)
Jumlah Penduduk
t28671
135406
1,52121 158253
ru45rs
146178
136765
149986
138748
139766
14
1
840
1641
11
148735
126543
137095
128427
134488
113279 1201 11
120685 L36787
18008s 191910
129392 145884
130016 13724r
148987 1.56733
14653r
16230r
r48607
t47361
1s8011
1681 85
13
1
8103
51
1
33
120701 1269s7
141530 r52',740
159558 172821
156462 164758
144809
126638
152169
20320s
16 163 8
t44144
164r34
16358
1
132933
r63449
1
8
5490
172683
Persentase PendudukMiskin
dari Jumlah Penduduk
2007
2006
200s
22,25
22,02
29,95
27,35
29,83
22,77
31,68
15,42
17,75
22,48
13,67
25,21
16,14
24,28
28,00
21,73
30,72
19,82
10,93
24,93 22,59
24,44 22,46
32,38 30,24
29,40 27,18
32,49 30,25
22,75 20,49
34,43 32,29
17,37
r7 ,36
20,00 18,06
22,99 22.27
1.5,63 14,02
27,01 24,44
18,69 17,39
23,72 21,24
27,60 25,14
23,95 21,46
33,20 30,7 |
22,14 19,79
12,05 10,73
ISSN:0854-1442
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk Mskin
000
Kab. Jepara
Kab. Demak
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
Kab. Kendal
Kab. Batang
Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes
Kota Magelang
2005
2006
2007
t55376
t42593
163028
155282
170338
t67405
143695
ls0294
13,16
2006
2007
10,39
77,7 5
r0,44
23,60
26,03
23,5
13,62
12,34
ll1}49
120580
14,50
16,62
16,55
140676
106644
15649r
t7t598
20,06
2I,59
I I 8985
16 1603
133680
I 8,15
20,7
20,79
172110
20,47
t28309
14044r
144570
160 105
)) \q
19,99
22,90
25,30
150438
20,7r
18,5
151922
159988
165893
19,60
137298
27,79
30,36
27,93
1
t7t722
12,94
13,34
8,81
17187s
L',))
5??
t51517
6,37
96
10,40
150604
167813
177920
183766
161527
167404
144066
1969s9
Kota Pekalongan 136266
Kota T
171462
r84872
197683
Jawa Tensah
142337
l54l1l
BPS
2005
156597
129495
157233
:
kin
dari Jumlah Penduduk
Kota Surakarta
169956
Kota Salatiga
150584
Kota Semarang 162723
Swtber
Persentase Pendud uk Mis
130013
Prop. JawaTengah, 2008
20,31
22,79
l,1g
10,01
15,2I
13,64
9,01
5,26
6,62
9,36
8,90
7,38
l9
Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut, di Jawa Tengah terdapat perbedaan
tingkat kesejahteraan
"riardaerah yang pada akhimya akan menyebabkan kesenjangan anatardaerahdi Jawa Tengah semakin
:,3
)af.
Tuj uan dan Manfaat Penelitian
l;uan
penelitian ini adalah
:
Menganalisis distribusi penduduk miskin di Jawa Tengah dan menganalisis kesenjangan
antar
daerah diJawaTengah.
\l-:.::aar penelitian ini adalah
'
:
Sebagai masukan kepada pemerintah daerah untuk melakukan penyebaran
kegiatan ekonomi ke
seluruh wilayah, sehingga dapat mendorong pembangunan ekonomi di tiap
wilayah di Jawa
Ten_eah.
-
Dari hasil penelitian ini, apabila terdapat daerah yang tertinggal, maka daerah
tersebut dapat
:renjadi daerah binaan, sehingga penelitian ini berkelanjutan.
ffiruril dan Pembahasan
Miskin di Jawa Tengah
' *:rlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2002-2007 berfluktuasi dari tahun ke
axtrnrm :':\ipun terlihat adanya kecenderungan menurun. Sedangkan
menurut persebarannya,
Ihrwnnh
u*r
i
P
end ud uk
Fc'rr41:-1**. :enduduk
lllMllllll'
i&:s'
r-r.i
miskin di pedesaan lebih besar dibandingkan dengan di perkotaan.
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
Tabel 3
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
di Provinsi Jawa Tengah2002-2007
Tahun
Perkotaan
Kota * Desa
o/
/o
Jumlah
Perdesaan
o/
/o
Jumlah
(000)
20,50
2002 2762,28
2003 2520,30
19,66
17,52
2004 2346,50
17,24
2005 267r,20
2006 2958,10
18,90
17,23
2687,30
2007
Jumlah
o
(000)
4546,05 24,96
4459,70 23,19
4497,30 23,64
3862,30 23,57
4142,50 25,28
3869,90 23,45
(000)
7308,33
6980,00
6843,80
6533,50
7100,60
6557,20
23,06
21,78
zl,ll
20,49
22,I9
20,43
Snrnber: 8P5,2007
Tabel4
Distribu si Persentase Pendud uk Miskin
di Provinsi Jawa Tengah2002-2007
Tahun
Perkotaan
o/
Jumlah
/o
Pedesaan
Jumlah
o/
/o
62,20
63,89
2002
2003
2004
2005
2.762,28
37,80
2520,30
2.346,50
2.677,20
36,11
34,29
40,88
4.546,05
4.459,70
4.497,30
3.862,30
2006
2.958,10
41,66
4.r42,50
58,34
2007
2.687.30
40,98
3.869,90
59,20
65,71
59,12
Kota * Desa
o
Jumlah
7.308,33
6.980,00
6.843,80
6.533,50
7.100,60
6.557,20
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Surnber: BPS,2007
Berdasarkan pada metode klasifikasi intensitas berdasarkan distribusi yang dikeluarkan oleh
Tim KPPOD (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah), distribusi penduduk miskin di Jawa
Tengah selama tahun penelitian 2002-2007 menunjukkan bahwa terdapat daerah yang masuk pada
klasifikasi sangat tinggi selama tahun penelitian (Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten
Grobogan, dan Kabupaten Brebes), dan ada beberapa daerah yang masuk klasifikasi sangat rendah
selama tahun penelitian (Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Pekalongan dan Kota Tegal). Sedangkan
daerah lain klasifikasinya lebih beragam. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
ISSN:0854-1442
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Tabel 5
Klasifi kasi Internitas Berdasarkan Distnbusi
2002
2003
20i)4
2005
2006
20u7
Cilacap
smgattinggi sangattinggi sangattinggi sargattinggi sargattinggi
Banyumas
trnggr
tinggr
sargattinggi sargattinggi sangattinggi
Rrrbalingga
sedang
tinggt
tnggl
tinCg
Barjarregara
sedang
sedang
sedang
tinggr
Keburnen
sargattinggi sargttinggi
sangattinggi sangattinggi sangattinggi
sargattinggi
fumor{o
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Wonosobo
sedang
sodang
tinggi
tingg
sedang
tinggi
Magelang
sedang
sedang
sedang
scdang
sedang
sedang
Boyolali
sedang
sdang
scdang
sedang
sedang
sodang
Klaten
tinggl
tinggr
tinggt
t[1gg
sedang
tingg
Sukoh{o
rendah
rctrdah
rcndah
rendah
rendah
rendah
Wonogiri
sedang
sedang
tinggr
tingel
tinCg
tinCg
IGranganya
rendah
sedang
sedang
sedang
sedang
sodang
Sragen
sedang
sodang
sedang
sedang
sdang
sodang
c:robogan
smgattinggi sangttinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi
sangattlnggi
Blora
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Rembang
scdang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Pati
sedang
sodang
tinggi
tmgg
sodang
sodang
Ifudw
sangatrendah
rendah
rendah
rendah
rcndah
rendah
rendah
sedang
rendah
rendah
rendah
rendah
rendah
tinggr
tinggl
tlnggl
tingg
Senrarang
rendah
sedang
rendah
reirdah
rendah
rcndah
rendah
Temaggung
rendah
rendah
rendah
rendah
IGndal
sedang
sodang
sedang
sodang
Batang
sodang
sodang
sedang
sedang
rrrrdah
sodang
rendah
sodang
Pekalongan
sedang
scdang
scdang
sedang
scdang
sedang
Pernalarg
tnggr
sargttinggi
tinggr
sargattinggi sargattinggi
Tegal
tinggr
tinggl
Tinggi
tinggi
Brebcs
sangattinggi
sangttinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi sangattinggi
Jepara
Dmak
tinCCr
sedang
tingS
sangattinggi
sargattinggi
tinCg
tingg
rerdah
sedang
sangattinggi
tingg
KotaMagclang sangatrendah sangatrendah sangatrcndah sangatrendah sangatrendah
sangatrandah
KotaSurakata sangatrendah sangatrordah Rendah
rendah
rendah
rendah
Kota Salatiga
salgatrendah salgatrendah sangatrendah smgatrexldah sangatrendah
sangatrordah
KotaSanarang
rendah
rcndah
rordah
rendah
sangatrendah rendah
KotaPekalongan salgatrendah sangatrendah sangatrurdah sargatrendah
sargatrordah sargatrardah
itetwt
qelgatrenclall
sar9qq4ah cq4eqlrell4ah
Swnber : Daa selzlnds diotah. 2009
s,s\
0854-1442
sqqcalrenqah gqeelrqndah
sangatrendah
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Berdasarkan pada tabel tersebut, beberapa daerah yang distribusi penduduk
miskinnya masuk
dalam klasifikasi tinggi hingga sangat tinggi. Bahkan pada awal tahun penelitian
yang semula distribusi
penduduk miskinnya masuk dalam klasifikasi sedang, pada pertengahan
ataupun akhir tahun penelitian
distribusi penduduk miskinnya masuk dalam klasifikasi tinggi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang
dilakukan oleh Diana
wij ayantidan Heri wahono
(2005), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Jawa Tengah distribusi penduduk miskin masuk dalam klasifikasi
sangat tinggi.
Gambar
I
Klasifi kasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2002
f
sansattinssi
GI
C'
CT
GI
G
a
t--=
h
sangal rendah
Sumber : Data sekunder diolah
Gambar2
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2003
r
'1
,.,t,
sangal ttnggr
sedang
yt
C'
C'
rendah
b
tinggi
.
ffi
sangat rendah
C{
3
t--=
F
Sumber : Data sekunder diolah
ISSN : 0854-1442
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
Gambar 3
Klasifi kasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2004
I
sangat iinggi
i-t
tinggi
W
sedang
7:::L3
F+il3
E:#,ii
n
rendah
sangat rendah
ri
C'
C'
C{
c:
=
t-=
ts
Sumber : Data sekunder diolah
Gambar 4
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2005
sangat tinggi
tanggi
ffi
ffi
n
sedang
rendah
sangat rendah
Sumber : Data sekunder diolah
ISSN :0854-1442
ra
e
e
GI
e
-
-G
l-
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari 2011
Gambar 5
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2006
sangat tinggi
€
C'
rc.;
tinggi
C)
Gr
sedang
e
rendair
ffi
=
-tb
I
sangat rendah
F
Sumber : Datasekunder diolah
Gambar 6
Klasifikasi Intensitas Berdasarkan Distribusi
Tahun 2007
sangat tingga
F
C'
C'
tinggi
, .:1j
I
seoang
rendah
i *"*-r.
.
ii
ii
ri
r.J,'
it;;
e"i+"d"
riiil.r
i6'i!r, ri'e
i:1rt.,.,
-tiln:j
!;;nt
: l:1,: rl
r! fqrlqqit
* ra.i
r
sangat rendah
C{
e
a
-G
F
Sumber : Data sekunder diolah
Konsentrasi Kemiskinan
Konsentrasi kemiskinan dalam penelitian
dengan menggrinakan Indeks Entropy
indeks entropy
Theil, dengan menggunakan pangsa jumlah penduduk sebagai pembobot (weights). Nilai
(Mudrajad Kuncoro,
yang lebih rendah menunjukkan kesenjangan yang lebih rendah, dan sebaliknya.
ini diukur
2002).
ISSN : 0854-1442
[/1EDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Kelebihan Indeks Entropy Theil dibandingkan dengan indeks konsentrasi spasial lainny
a
adalah
titik waktu, indeks menyediakan ukuran derajad konsentrasi (ataupun dispersi.l
distribusi spasial pada sejumlah daerah dan sub daerah dalam suatu negara. (Mudrajad Kuncoro. 2001
bahwa pada suatu
dalam Diana Wij ayanti dan Heri Wahono, 2005).
Hasil perhitungan konsentrasi kemiskinan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Indeks Ent ropy Theil 20U2-2007
KabupatenfKota
Cilacap
Banyumas
furbalingga
2002- 2003 2ffi4
2,636 2,626 2,726
2,485 2490 2,580
2,093 2259 ? ?1s
Grobogan
Blora
Rembang
Pati
Kudus
Jepaa
Demak
Semarang
Temanggung
Kendal
Batang
Pekalongan
Pemalarg
Tegal
Brebes
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Magelang
Surakarta
Salatiga
Semarang
Pekalongan
Tegal
2,M4
2,074
3,n6
3,317
1,204
2,246
1,244
2,2ffi
) ))?
2,202
1,355
r,329
l,4ll
1,3 10
r286
2,144
0,832
2,023
2,106
2,103
0,814
1,364
1,q78
0,869
2,160
2,112
2,055
1,006
1,770
1,076
1,093
1,506
0,907 1,029
1,922 1,909
3,214 3,179
1,680 1,527
1,543 1,596
1,938 1,972
0,558 0,593
0,609 0,635
1,826 2,001
1,010 0,939
0,745 0,766
1,5?2 1,590
I,145
2,818
2,254
1,338
1,927
Sragen
2,831
2,213
r3ffi
Sukoharjo
Karanganyar
2,758
3,248
Wonogiri
1,8&
3,082
2,027
1,326 t+r2
2,076 2,163
1,587 tA47
1,352 1266
2,156 2,121
0,909 0,952
Boyolali
Klaten
3,161
l,g4g
Purworejo
Wonosobo
3,055
3,150
2,045
Magelarg
n07
22e4
2,142
3,\95
Banjamegara
Kebumen
3,04
2005 20M
1,093
1,651 1,556
2,491 2,516
2,294 2,360
4,709 4,699
0,104 0,122
0,443 0,505
0,722 0,177
0,511 0A72
0,149 0,1 13
0,198 0,137
0,969
1,329
0,838
32s8
tA89
1,565
2,924
1,536
r,643
T,613
1,597
1,601
l,9M
r,909
1,951
1,868
0,559
0,547
0,6M
2,154
0,726
2,107
0,577
0,772
1,883
3,32r
1,545
2,882
I,477
0,841
0,826
0,793
0,556
0,744
2,047
0,779
0,768
0,753
0,803
0,892
7,461
1,021
1434
1,501
1,595
1,001
0,993
1,158
r,3gg
2,609
2,W6
1,437
1,408
1,457
2,399
2,69
7)q
2,55r
2282
4,474
4,399
0,r22
0,o99
0,118
0,503
0,095
0,391
0270
0,100
0,097
0,138
)
0,493
0,142
2,162
4,415
2,072
0,089
0,085
0,510
0,099
0,528
0,086
0,355
0,104
0,149
Jumlah 54,817 54,852 54,935 54.989 54.n1
ISSN : 0854-1442
r,574
4,475
0,395
0,101
0,r43
54,916
MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol 23. No 1 Januari2011
Berdasarkan pada tabel
di
atas, selama tahun penelitian terdapat daerah yang memiliki
kecenderungan turun ketimpangannya, tetapi ada banyak daerah yang memiliki kecenderungan naik
ketimpangannya.
Untuk daerah yang memiliki kecenderungan ketimpangan yang
meningkat,
mengindikasikan bahwa ketimpangan di daerah tersebut semakin besar. Sedangkan daerah yang nilai
indeksnyakecil dibandingkan dengan daerah lain, hal ini menunjukkan bahwaketimpangannyakecil.
Selain mengetahui sebaran penduduk miskinnya dan ketimpangan di suatu daerah, maka suatu
daerah dapat diklasifikasikan berdasarkan dua indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB
per kapita. Klasifikasi ini dikenal dengan tipologi klassen. Dengan tipologi daerah, maka suatu daerah
dapat dibagi empat kuadaran klasifikasi daerahyaitu :
1. Daerah yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran
daerah dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah
yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki)
yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi>g dan gki>gk.
2.
Daerah maju tapi tertekan (Kuadran
II). Daerah yang berada pada kuadran ini memiliki nilai
pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi memiliki pertumbuhan PDRB per kapita (gki)
yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (gk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gigk.
3.
Daerah relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh daerah yang memiliki nilai
pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (g) dan sekaligus perhrmbuhan PDRB per kapita (gki) yang
lebih kecil dibandingkan pertumbuhan PDRB per kapita daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (gk).
4.Daerah yang masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III). Kuadran ini merupakan
kuadran untuk daerah yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi pertumbuhan
PDRB per kapita daerah tersebut (gki) lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB per
kapita daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (gk). Klasifrkasi ini biasa dilambangkan
dengan gi>g dan gki