analisis kemiskinan jawatimur tahun 1990

ANALISIS KEMISKINAN JAWA TIMUR
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang ada di Indonesia.
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang juga tak terlepas
dari masalah kemiskinan tersebut. Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sesuai dengan
taraf

kehidupan

lingkungannya

sehingga

seseorang

tersebut

mengalami

kesengsaraan dalam hidupnya. Variabel atau indikator kemiskinan sangatlah
beragam, antara lain karena rendahnya tingkat pendidikan, banyaknya masyarakat.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Sumber data utama
yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.
Perkembangan Penduduk Miskin Jawa Timur
Jawa Timur merupakan sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian timur Pulau Jawa memiliki luas wilayah 47.922 kmĀ², dan jumlah
penduduknya 37.070.731 jiwa (2005). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di
antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua
di Indonesia setelah Jawa Barat (Anonim, 2011). Provinsi Jawa Timur memiliki
penduduk yang sangat miskin mencapai 16 persen dari penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim,
jumlah penduduk miskin di Jawa Timur saat ini sekitar 12,28 persen. Daerah
kantong kemiskinan masih saja seputar Kabupaten Sampang, Pamekasan, dan
Bondowoso serta d aerah tapal kuda lain. Untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan


program

pembangunan

terutama

yang

berkaitan

dengan

penanggulangan kemiskinan di Provinsi Jawa Timur diperlukan suatu penelitian
yang dapat mengelompokkan kabupaten/kota yang mempunyai ciri-ciri atau
karakteristik kemiskinan yang hampir sama atau homogen.

Grafik 1 Jumlah Penduduk Miskin Jawa Timur Tahun 1999-2014
Berdasarkan grafik diatas jumlah penduduk miskin di Indonesia khususnya
daerah Jawa Timur selama 16 tahun terakhir mengalami penurunan yang

signifikan baik daerah kota maupun daerah desa. Jumlah penduduk tertinggi
terjadi pada tahun 1999 sebanyak 10.286.500 yang merupakan penjumlahan dari
jumlah penduduk kota dan jumlah penduduk desa. Pada periode 1999-2014
terlihat adanya tren penurunan jumlah penduduk miskin di Jawa Timur, meskipun
jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 mengalami sedikit kenaikan jika
dibandingkan dengan tahun 2005. Secara absolut jumlah penurunan penduduk
miskin pada periode 1999-2014 sebesar 5,54 juta jiwa, yaitu 10,28 juta jiwa
(29,47 persen) pada tahun 1999 menjadi 4,74 juta jiwa (12,28) pada tahun 2014.
Penurunan angka kemiskinan tidak lepas dari berbagai program
pengentasan kemiskinan baik yang bersifat pusat atau kedaerahan. Adapun
program pusat antara lain PNPM Perkotaan maupun perdesaan, Program Keluarga
Harapan, Perbantuan Pemodalan. Sementara itu program pengentasan kemiskinan

yang bersifat kedaerahan misalnya Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Rakyat (Jalin
Kesra). Disamping itu juga berbagai inovasi yang dilakukan daerah otonom untuk
mengentaskan kemiskinan misalkan pembangunan jalan poros desa (misal Kab
Tuban dan Lumajang), optimalisasi dan fokusitas dana CSR (Kab. Jombang).

Grafik 2 Presentase Penduduk Miskin Jawa Timur Tahun 1999-2014
Penduduk miskin tersebar di perkotaan dan perdesaan di Jawa Timur.

Untuk penduduk miskin yang tinggal di perkotaan mencapai 24,69 persen pada
tahun 1999 dari total penduduk miskin atau sebanyak 3.047.500 jiwa. Sedangkan
pada penduduk miskin desa pada tahun 1999 mencapai 32,10 persen atau
sebanyak 7.238.800 jiwa. Namun seiring dengan peningkatan ekonomi yang di
lakukan oleh Pemprov Jawa Timur, kemiskinan Jawa Timur 16 tahun terakhir ini
mulai mengalami penurunan yang relatif signifikan pada daerah pedesaan maupun
perkotaan Jawa Timur. Pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin perkotaan di
Jawa Timur berjumlah 1.531.890 jiwa (8.30 persen) dan jumlah penduduk miskin
pedesaan berjumlah 3.216.530 jiwa (15,92 persen).

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (000)
Kota
Desa
Kota+Desa

% Penduduk Miskin
Kota
Desa

Kota+Desa

1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

3.047,50

2.271,51
1.829,71
2.859,00
2.474,60
2.230,60
2.176,40
2.836,30
2.575,70
2.310,60
2.148,50
1.873,50
1.768,23
1.606,00
1.622,03
1.531,89

7.238,80
5.573,89
5.678,59
4.842,15

5.103,80
5.081,90
4.423,50
4.841,80
4.579,60
4.340,60
3.874,10
3.655,80
3.587,98
3.354,60
3.243,79
3.216,53

10.286,50
7.845,40
7.508,30
7.701,15
7.578,40
7.312,50
7.139,90

7.678,10
7.155,30
6.651,30
6.022,60
5.529,30
5.356,21
4.960,50
4.865,82
4.748,42

24,69
16,29
12,56
18,90
16,84
14,62
15,52
15,85
14,71
13,15

12,17
10,58
9,87
8,90
8,90
8.30

32,10
27,17
28,20
24,18
23,74
24,02
24,19
26,11
25,02
23,64
21,00
19,74
18,19

16,88
16,23
15,92

29,47
22,77
21,64
21,91
20,93
20,08
19,95
21,09
19,98
18,51
16,68
15,26
14,23
13,08
12,73
12,28


Tabel 1 Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Jawa Timur
Perubahan Garis Kemiskinan Jawa Timur
Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin. Perkembangan penduduk miskin dari
tahun ke tahun tidak lepas dari besarnya garis kemiskinan pada tahun
bersangkutan. Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok
acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan
kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan,
pendidikan, transportasi dan lainnya. Garis kemiskinan Jawa Timur dari tahun
1999-2014 relatif mengalami peningkatan yang signifikan.

Grafik 3 Garis Kemiskinan Jawa Timur Tahun 1999-2014
Garis kemiskinan Jawa Timur dalam periode 2002-2014 terus mengalami
peningkatan yang signifikan. Sekalipun pada tahun 2005 garis kemiskinan pada
tahun tersebut mengalami kenaikan di banding dengan tahun sebelumnya. Namun
pada tahun 2006 garis kemiskinan Jawa Timur mulai mengalami penurunan
kembali. Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa garis kemiskinan Jawa Timur
perkotaan lebih tinggi dari garis kemiskinan pedesaan.
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Kota
Desa
Kota+Desa
123.399
96.962
106.777
131.594
112.855
121.695
146.743
115.272
128.598
196.877
155.080
172.060
159.586
133.032
145.205
166.546
140.322
153.145
183.408
155.432
169.112
202.624
174.628
188.317
213.383
185.879
199.327
234.546
206.275
219.727
253.947
234.556
243.783
278.653
269.294
273.758
287.582
278.429
282.796
Tabel 2 Garis Kemiskinan Jawa Timur

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Keparahan Kemiskinan Jawa Timur
Permasalahan kemiskinan tidak hanya besarnya penduduk miskin saja.
Akan tetapi seberapa jauh pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan dan tingkat homogenitas penduduk miskin. Pengetahuan ini
diperlukan, agar pemahaman kemiskinan dan proses pengentasannnya dapat
dipahami secara integral. Untuk mengetahui informasi diatas dapat diperoleh dari
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2).
Nilai P1 dalam kurun 5 tahun ini menunjukan penurunan dari tahun ke tahun.
Dimensi lain selain jumlah dan persentase penduduk miskin yang perlu
diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain
harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga
sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan.

Grafik 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Timur Tahun 2004-2014
Pada periode 2002-2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) mengalami
penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan paling tinggi terjadi pada tahun 2007,
sebesar 3,91 persen yang merupakan penjumlahan dari P1 kota maupun P1 desa.

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa tahun-tahun selanjutnya kemiskinan di
Jawa Timur mulai membaik. Hal itu di buktikan dengan adanya angka penurunan
kedalaman kemiskinan, baik kemiskinan perkotaan maupun kemiskinan pedesaan.

Grafik 5 Indeks Keparahan Kemiskinan Jawa Timur Tahun 2004-2014
Seperti halnya Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang mengalami
penurunan pada periode 2002-2014, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa
Timur juaga mengalami hal yang sama yaitu adanya penurunan. Indeks
Keparahan Kemiskinan paling tinggi terjadi pada tahun 2007, sebesar 1,15 persen
yang merupakan penjumlahan dari P2 kota maupun P2 desa. P2 kota dan P2 desa
memiliki presentase keparahan tertinggi terjadi pada tahun 2007. Kemudian pada
tahun-tahun selanjutnya indeks keparahan kemiskinan di Jawa Timur mulai
membaik. Hal itu di buktikan dengan adanya presentase angka penurunan yang
terjadi, baik yang menyangkut keparahan kemiskinan perkotaan maupun
keparahan kemiskinan pedesaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah
ini:

Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Kota
2,93
2,71
2,71
2,76
2,34
2,18
1,53
1,51
1,29
1,42
1,16

P1 (%)
Desa
Kota+Desa
3,97
3,53
4,84
3,94
4,84
3,94
5,01
3,91
4,38
3,38
3,54
2,88
3,18
2,38
2,96
2,27
2,52
1,93
2,66
2,07
2,49
1,85

Kota
0,84
0,76
0,76
0,79
0,61
0,60
0,37
0,34
0,30
0,34
0,27

P2 (%)
Desa
Kota+Desa
1,10
0,99
1,33
1,09
1,33
1,09
1,49
1,15
1,23
0,93
0,91
0,76
0,79
0,59
0,72
0,54
0,57
0,44
0,66
0,50
0,60
0,44

Tabel 3 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Jawa Timur
Indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Timur turun dari 3,53 pada tahun
2004 menjadi 1,85 pada 2014. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan
turun dari 0,99 menjadi 0,44 pada periode yang sama (Tabel 3). Penurunan nilai
kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin
cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran
penduduk miskin juga semakin menyempit. Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan masih tetap
lebih tinggi daripada perkotaan. Pada 2014, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) untuk perkotaan hanya 1,16 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,49.
Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,27 sementara
di daerah perdesaan mencapai 0,60. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan
di daerah perdesaan lebih buruk dari daerah perkotaan. Secara spasial, nilai P1
dan P2 antara perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di
daerah perdesaan lebih parah dari pada daerah perkotaan. Akan tetapi percepatan
peningkatan kualitas kemiskinan di daerah perdesaan lebih cepat daripada
perkotaan.