s ind 0800432 chapter5

107

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mantra dangdan di
Banjarsari, penulis dapat menyimpulkan bahwa mantra dangdan Banjarsari
(MDB) yang terdiri atas jangjawokan dan jampe dibagi ke dalam tiga kelompok,
yakni mantra pradandan, sedang dandan, dan pascadandan. Mantra-mantra yang
dimaksud antara lain jampe mandi, jangjawokan diwedak, dan dibaju.
Dari segi bentuk lingual yang berhubungan dengan fonologi, MDB dapat
dibedakan melalui intonasi, panjang nada, dan tone. Penggunaan unsur-unsur
fonologis (unsur suprasegmental) memberikan gambaran kedekatan hubungan
fonologi dengan budaya mantra. Apabila diteliti dari elemen prosodi (tekanan,
titinada, dan jangka), MDB memiliki tekanan yang ditautkan pada kenyaringan
yang menaik dan menurun. Selain itu, dalam MDB pun ditemukan sinonim dan
antonim. Sementara itu, pada analisis referensi leksikon, referensi leksikon dalam
MDB dapat digolongkan menjadi bermacam-macam, yakni (1) permohonan, (2)
bagian tubuh, (3) binatang, (4) benda, (5) aktivitas mata, (6) keadaaan, (7)
kekerabatan, dan


(8) harapan. Referensi leksikon bagian tubuh merupakan

referensi yang paling dominan digunakan dalam MDB dibandingkan referensi
lainnya.
Pada tataran analisis pencerminan mengenai konsep cantik orang Sunda di
Banjarsari yang terdapat dalam MDB dapat dideskripsikan oleh kalimat-kalimat
berikut ini. Pada data (1), kalimat (7) Cur mancur ning rarayku ‘sorot memancar

Nuri Novianti Afidah, 2012
Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

108

ke wajahku’ merupakan kalimat yang mempunyai makna cahaya memancar ke
wajah seseorang (perempuan Sunda) dan wajahnya terlihat bersinar. Kalimat (8)
Rarayku kaya wulan opat belasé ‘wajahku seperti bulan purnama’ merupakan
sebuah ungkapan yang mempunyai makna wajah cantik perempuan Sunda yang
memancar seperti bulan purnama. Selanjutnya pada data (2), kalimat (5) Dina

tarang lancah mentrangan ‘pada keningnya laba-laba bercahaya’ merupakan
sebuah ungkapan yang mempunyai makna kening seseorang sangat indah dan
memancarkan cahaya. Kalimat (6) Na irung kuwung-kuwungan ‘hidung
melengkung’ merupakan sebuah ungkapan yang mempunyai makna hidung
seseorang yang sangat indah atau mancung. Kalimat (7) Na pipi katumbirian
‘pipinya seperti layung’ merupakan sebuah ungkapan yang mempunyai makna
pipi seseorang yang indah (memancarkan cahaya kuning kemerahan). Kalimat (8)
Ditilik ti gigir lenggik ‘dilihat dari samping ramping’ merupakan kalimat yang
mempunyai makna seseorang dilihat dari samping terlihat ramping. Selanjutnya,
kalimat (9) Diteuteup ti hareup sieup ‘ditatap dari depan manis’ merupakan
kalimat yang mempunyai makna seseorang ditatap dari depan terlihat manis
(pantas). Di samping itu, pada data (3) kalimat (4) Ditilik ti gigir lenggik ‘dilihat
dari samping ramping’ merupakan kalimat yang mempunyai makna seseorang
dilihat dari samping terlihat ramping. Kalimat (5) Diteuteup ti hareup sieup
‘ditatap dari depan manis’ merupakan kalimat tersebut mempunyai makna
seseorang ditatap dari depan terlihat manis (pantas).
Selain itu, frekuensi penggunaan leksikon pun dapat memberikan
pencitraan akan perempuan cantik menurut orang Sunda di Banjarsari. Wanita

Nuri Novianti Afidah, 2012

Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

109

cantik menurut orang Sunda di Banjarsari adalah wanita yang memiliki wajah
cantik bersinar seperti bulan purnama, kening yang indah (bercahaya), hidung
mancung, pipi seperti pelangi, serta tubuh ramping dan manis (pantas). Sementara
itu, dari segi pengklasifikasian, MDB dibagi dalam beberapa kategori, yakni
kategori tempat, kategori kegitan, kategori pelaku, dan frekuensi.

5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap MDB dan melakukan berbagai
penelusuran, penulis mengajukan beberapa saran berikut ini. Karena penelitian ini
terbatas pada penelitian terhadap MDB, penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menganalisis lebih banyak varian MDB dalam studi penelitian linguistik
antropologis. Di samping itu, penelitian ini menghasilkan beberapa temuan
penelitian yang secara teori belum dapat ditelusuri. Penulis berharap agar
penelitian-penelitian lainnya dalam bidang yang sama dapat meneliti lebih dalam
dan meluruskan hasil temuan penelitian ini berdasarkan ilmu dan teori yang

relevan.
Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat bermanfaat untuk
memperkaya khazanah kebahasaan, fenomena budaya, sosial, dan kemanusiaan.
Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan model dan rujukan sebagai
sumbangan pemikiran untuk penelitian bahasa secara umum, linguistik
antropologi khususnya, dan penelitian selanjutnya yang relevan.

Nuri Novianti Afidah, 2012
Mantra Dangdan Banjarsari : Cermin Konsep Cantik Orang Sunda Di Banjarsari
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu