Hasil KTIS Sahal Mahfudh tahun 2015.pdf

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SANTRI TAHFIDZ ALQUR’AN DI PONDOK PESANTREN MATHALI’UL HUDA PUSAT KAJEN PATI RELIGIOUS CHARACTER FORMATION MODEL ON STUDENT OF TAHFIDZ ALQUR’AN QURAN MEMORIZER AT MATHALI’UL HUDA ISLAMIC BOARDING SCHOOL, KAJEN PATI

Faiqoh

Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Jl. MH Thamrin No. 6 Jakarta Pusat Email: faiqoh_mhum@yahoo.com

Sahal Mahfudh

Santri PP Mathali’ul Huda Pusat Kajen Pati Jl. Polgarut Selatan Kajen – Margoyoso - Pati Jawa Tengah Email: sahla.mahfudz@gmail.com

Naskah diterima 25 Nopember 2015, direvisi 2 Desember 2015, disetujui 15 Desember 2015

Abstrak

Tulisan ini mengkaji tentang model pembentukan karakter religius santri tahfi dz di Pondok Pesantren Mathali’ul Huda Pusat Kajen. Kajian ini penting, karena implementasi pendidikan karakter di lembaga pendidikan yang ada di Indonesia membutuhkan good model, dan pesantren dinilai mampu menjadi model yang baik dalam mengimplementasikan pendidikan karakter khususnya karakter religius. Selama ini banyak sekolah belum mampu menjadi tempat untuk memindahkan pengetahuan sekaligus membentuk karakter peserta didiknya. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif verifi katif, dimana peneliti terjun secara langsung di Pondok Pesantren Mathali’ul Huda dengan membawa teori yang dijadikan frame untuk menganalisa hasil temuan penelitian. Tekhnik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian ini menemukan bahwa ada lima tahapan pembentukan karakter religius santri tahfi dz di Pondok Pesantren Mathali’ul Huda Pusat, yaitu:

1. tahapan pengetahuan nilai karakter religius; 2. tahapan kesadaran nilai karakter religius; 3.

tahapan pengamalan karakter religius; 4. tahapan pembiasaan karakter religius; kelima, tahapan penjagaan karakter religius sepanjang hayat.

Kata Kunci: model pembentukan karakter religius, santri tahfi dz al-Qur’an.

Abstract

This writing is intended to review a formation model on religious student character for tahfi dz at Mathali’ul Huda Boarding School, Kajen. This study is important since the implementation of character education at educational institution existing in Indonesia requires a good model, and boarding school is assessed able to become a good model in implementing the character education especially for

a religious character. There are numerous schools unable to become a place to transfer knowledge and to form character of its student. This research includes type of onsite research using a verifi cative qualitative approach where the research is directly conducted at Mathali’ul Huda Boarding School by presenting theory to become a frame to analyze the research fi nding outcome. Data collection method used is carried out through interview, observation and documentation. Meanwhile, this research fi nds that there are fi ve stages on the formation of the religious student of tahfi dz at Mathali’ul Huda Boarding School, namely: 1. stage on religious character value knowledge; 2. stage on religious character value awareness; 3. stage on religious character implementation; 4. religious character habituation; fi fth, stage on long life religious character preservation.

Keyword : Religious character formation model, student of tahfi dz al-Qur’an.

FA I Q O H DA N SAHAL MAHFUDH

PENDAHULUAN

sesuatu yang tetap, karena ia bisa dibentuk melalui berbagai cara. Salah satunya adalah

Isu mengenai pendidikan karakter melalui pendidikan. 4 Sekolah-sekolah

merebak, setelah diketahui berdasarkan seharusnya mampu memberikan solusi

berbagai peristiwa yang terjadi, bahwasanya atas dekadensi moral anak bangsa dengan

moral anak bangsa telah merosot begitu mengimplementasikan pendidikan berbasis

tajamnya. Hal ini disebabkan antara lain karakter, sehingga peserta didiknya

karena pada kenyataannya, banyak sekolah disamping memiliki kemampuan profesional

di Indonesia hanya menjadi tempat untuk pada ilmu yang ditekuni, sekaligus juga

memindahkan pengetahuan (transfer of memiliki etika, moral dan karakter yang

knowledge) baik pengetahuan secara umum membedakan dirinya dengan orang-orang

maupun pengetahuan tentang etika, dan yang tidak mengenyam pendidikan.

belum sampai pada taraf pembentukan moral dan etika (character building). Banyak

Secara tekhnis, pendidikan berbasis orang tua dan guru-guru belum mampu karakter dapat diimplementasikan melalui

menjadi good model bagi anak-anaknya. beberapa cara, yaitu dengan mengajarkan Banyak lingkungan sosial rusak karena tidak

mata pelajaran khusus yang berisi tentang memiliki sistem kontrol yang baik untuk pelajaran moral, mengelompokkan mata mengawasi anak-anak sehingga mereka bisa

pelajaran yang memuat nilai karakter,

membuat peraturan yang berbasis menjadi sebuah permasalahan besar bagi nilai-nilai karakter, atau melalui proses

bebas melakukan apa saja. 1 Sehingga hal ini

bangsa Indonesia, terutama bagi lembaga pendidikan sepanjang hayat. 5 Adapun pendidikan di Indonesia sebagai tempat tahapan-tahapan yang dapat ditempuh mendidik anak-anak bangsa.

dalam mengimplementasikan pendidikan karakter adalah sebagai berikut: pertama,

Idealnya, lembaga pendidikan yang ada memberikan pengetahuan tentang kebaikan

di Indonesia disamping menjadi tempat (moral knowing); kedua, menumbuhkan

mentrasfer ilmu, juga mampu menjadi kesadaran tentang kebaikan (moral feeling);

tempat membentuk karakter dan moral dan ketiga, mendorong peserta didik untuk

peserta didiknya. Karakter merupakan melakukan kebaikan (moral behavior). 6

sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Di tengah persoalan dekadensi moral yang lain. 2 Salah satu nilai karakter yang erat

yang melanda anak-anak bangsa, muncul kaitannya dengan moral adalah karakter sebuah gerakan untuk kembali kepada religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh

pondok pesantren, yakni dengan menjadikan dalam melaksanakan ajaran agama yang pondok pesantren sebagai percontohan

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan dalam pelaksanaan pendidikan berbasis ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain. 3 Karakter manusia

termasuk juga karakter religius bukanlah

4 Doni A Koesoema. 2011. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta:

1 Muhlas Samani & Haryanto. 2013. Pendidikan

Grasindo, , h. 6.

Karakter: Konsep dan Model. Bandung: Remaja Rosda 5 Doni Koesoema. 2012. Pendidikan Karakter Utuh Karya, h. 3-5

dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius, h. 7. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar

6 Thomas Lickona. 2013. Educating for Character. Bahasa Indonesia,.. h. 623.

Bandung: Nusa Media, h. 71-72.

3 Op. Cit., h. 22.

EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SANTRI TAHFIDZ AL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MATHALI’UL HUDA PUSAT KAJEN PATI

karakter. 7 Pesantren dipandang mampu dengan pesantren lain. Pesantren Mathali’ul menjadi good model dalam pelaksanaan Huda (selanjutnya PMH Pusat) disamping pendidikan karakter di Indonesia, karena

mendidik para santri agar mahir dalam pesantren merupakan lembaga pendidikan

membaca kitab kuning, juga mempersiapkan

para santrinya agar menjadi seorang yang sangat mengedepankan etika (akhlaq) atau hafi dz 11 al-Qur’an yang memiliki karakter moral, yang mengajarkan ilmu-ilmu agama

tradisional keagamaan yang mandiri 8 dan

religius. Dari tahun ke tahun, sudah begitu kepada para peserta didiknya (baca: santri),

banyak alumni santri tahfi dz PMH Pusat dan senantiasa berusaha untuk membentuk

yang menjaga karakter religius sehingga kepribadian mulia (akhlaqul karimah) para mampu memberikan kontribusi positif santri yang sesuai dengan nilai-nilai agama,

bagi masyarakat. 12 Dengan demikian, PMH bangsa dan negara. Selain itu, pesantren juga

Pusat Kajen bisa dijadikan good model dalam mengajarkan para santri ketika sudah lulus

pelaksanaan pendidikan karakter khususnya untuk selalu berjuang mengabdi kepada pembentukan karakter religius di lembaga- masyarakat sebagai wujud pengabdian lembaga pendidikan di Indonesia. kepada agama dan negara.

Berdasarkan deskripsi tersebut, maka

Mathali’ul Huda sebagai salah satu tujuan dari penulisan ini adalah : pertama,

pesantren tertua 9 di Kajen 10 memiliki ciri bagaimana peranan elemen pesantren dan karakter khas yang membedakannya yang ada di PMH Pusat dalam membentuk karakter religius santri tahfi dz; kedua, bagaimana model pembentukan karakter

7 Baru-baru ini sedang hangat diperbincangkan

religius santri tahfi dz di Pesantren Mathaliul

gerakan #AyoMondok yang diluncurkan secara resmi

Huda Pusat Kajen Pati Jawa Tengah.

oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) atas prakarsa Rabithah Ma’ahid Islami (RMI) sebagai solusi dan jawaban atas permasalahan pendidikan moral

Kerangka Konseptual

anak bangsa. Gerakan nasional yang diluncurkan pada tanggal 1 Juni 2015 ini merupakan seruan

Pengertian Karakter Religius

sekaligus ajakan kepada masyarakat untuk kembali ke pesantren, karena pesantren dinilai mampu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

menyelesaikan krisis moral anak bangsa yang sedang

karakter dimaknai sebagai sifat-sifat

merosot begitu tajamnya. Lihat: Gerakan Nasional Ayo Mondok Dilincurkan, NU Online, 01/06/2015.

11 Hafi dz berasal dari kata hafi dza-yahfdzu yang 8 Sejak pertama kali muncul (tidak dapat

secara etimologi berarti: menjaga, menghafal. (Lihat: dipastikan kapan), pesantren merupakan symbol

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, perlawanan penduduk pribumi terhadap penjajahan

Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997, 279). Secara Belanda. Pesantren sama sekali tidak mau bekerjasama

istilah yang berkembang di kalangan pesantren dengan pemerintah colonial Belanda. Karena ia punya

Indonesia, hafi dz dimaknai sebagai seorang yang hafal prinsip dan memegang teguh prinsip-prinsipnya

al-Qur’an dan senantiasa menjaga hafalannya dengan tersebut. Dengan berkejasama dengan pemerintah

membacanya dan mengamalkan ayat-ayatnya. Belanda, sama juga mendukung penjajahan atas

12 Diantara santri tahfi dz al-Qur’an alumnus Indonesia. Lihat: Zamakhsyari Dhofi er, Tradisi

Pondok Pesantren Mathali’ul Huda adalah: KH Ulin Pesantren…, hlm. 60-61. Dan sampai sekarang pun,

Nuha Arwani & KH Ulil Albab Arwani (Pengasuh pesantren masih mandiri dan mengambil bentuknya

PonPes Tahfi dz Yanbu’ul Quran Kudus), KH sendiri baik pemerintah peduli ataupun tak peduli.

In’amutaqqi (Pengasuh PonPes Tahfi dz BUQ Betengan Didirikan oleh KH Abdussalam sekitar tahun

Demak), KH Mahfudh Sulaiman (Pengasuh PonPes 1912, kemudian diteruskan oleh KH Abdullah Salam,

Tahfi dz Roudlotul Mubtadiin Jepara) KH Ubaidillah dan sekarang diasuh oleh KH Ahmad Nafi ’ Abdillah.

(Pengasuh PonPes Tahfi dz Darul Quran Islamy Tegal) 10 Sebuah desa yang terletak di Kecamatan

dst. (Lihat: Pondok Pesantren Mathali’ul Huda, Buku Margoyoso Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah.

Induk Santri dari tahun 1963-sekarang)

Volume 13, Nomor 3, Desember 2015

351

EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan

FA I Q O H DA N SAHAL MAHFUDH

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain. 13 Dari

pengertian karakter yang dijelaskan dalam KBBI ini, dapat dipahami bahwa karakter memiliki dua dimensi, yaitu: 1. Dimensi dalam (aspek psikologis) meliputi sifat-sifat kejiwaan manusia yang ada dalam diri manusia. 2. Dimensi luar (aspek psikomotorik) meliputi sikap, akhlak dan budi pekerti yang dilakukan seseorang dalam suatu keadaan. Dimensi luar ini dapat diindera karena ia merupakan sikap, perbuatan dan tindakan. Hal ini senada dengan kajian pendidikan karakter dalam Islam yang membedakan dimensi dalam yang dibahasakan dengan khuluq dan dimensi luar yang dibahasakan dengan khalq yang keduanya merupakan satu kesatuan dari akhlaq yang berarti etika,

budi pekerti atau karakter. 14

Pendidikan karakter yang tengah dicanangkan oleh pemerintah didasarkan pada delapan belas nilai karakter yang bersumber dari nilai-nilai agama, nilai-nilai pancasila dan nilai-nilai budaya. Kedelapan belas nilai karakter tersebut adalah: (1) Religius (2) Jujur (3) Toleransi (4) Disiplin (5) Kerja Keras (6) Kreatif (7) Mandiri (8) Demokratis (9) Rasa Ingin Tahu (10) Semangat Kebangsaan (11) Cinta Tanah Air (12) Menghargai Prestasi (13) Bersahabat (14) Cinta Damai (15) Gemar Membaca (16) Peduli Lingkungan (17) Peduli Sosial (18)

Tanggung Jawab. 15 Salah satu nilai karakter yang menjadi

obyek kajian dalam penelitian ini adalah nilai karakter religius. Karakter religius

13 Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, h. 623. 14 Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-

Munawwir Yogyakarta: Pustaka Progresif, , Cet ke-14, h 364.

15 Muhlas Samani & Haryanto. 2013. Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Bandung: Remaja Rosda

Karya, h 52.

dimaknai sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain. 16 Bisa difahami bahwa karakter religius dalam pengertian tersebut merupakan sinergitas antara ibadah yang berhubungan dengan Tuhan (hablun minallah) dan ibadah yang berhubungan dengan manusia (hablun minan

naas). 17 Pengertian tentang karakter religius

yang telah disebutkan di atas masih bersifat umum, sehingga membutuhkan penjelasan agar penelitian ini terfokus pada satu obyek kajian. Adapun nilai karakter religius jika dihubungkan dengan obyek penelitian yakni pembentukan karakter religus santri tahfi dz al-quran, maka dapat dipahami bahwa nilai karakter religius dalam menghafalkan al-quran (tahfi dz al-quran) adalah sebagai berikut: (1) Mengaji al-quran dengan sungguh-sungguh; (2) Membaca al-quran kapan pun dan dimana pun; (3) Mengamalkan isi dan kandungan al-quran; (4) Menjaga hafalan yang telah dihafalkan; (5) Mengajarkan al-quran kepada siapa saja yang membutuhkan dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan.

Pembentukan Karakter Religius

Penulis sepakat dengan pendapat bahwa karakter manusia dapat terbentuk melalui faktor-faktor bawaan dan juga faktor-

16 Kementrian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,

h 10-11.

17 Zayadi. 2001. Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Pramedia Group, h. 73.

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SANTRI TAHFIDZ AL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MATHALI’UL HUDA PUSAT KAJEN PATI

(fi eld research), dimana peneliti terjun maka karakter religius pun dapat dibentuk.

faktor lingkungan. 18 Berdasarkan teori ini,

secara langsung di tempat yang diteliti, Pembentukan karakter seseorang termasuk

yaitu Pondok Mathaliul Huda (PMH) Pusat juga karakter religius dapat dilakukan Kajen. Sedangkan pendekatan yang dipakai melalui tiga tahap, yaitu:

dalam penelitian ini adalah kualitatif Pertama, tahapan pengetahuan tentang

verifi katif dimana teori ditempatkan kebaikan (moral knowing). Pengetahuan sebagai frame, bukan sebagai pisau analisis. tentang kebaikan atau moral dapat dicapai

Teknik pengambilan data dilakukan melalui melalui langkah-langkah berikut: (1) wawancara, observasi dan dokumnetasi.

Kesadaran moral (2) Mengetahui tentang Wawancara dilakukan dengan pimpinan nilai-nilai moral (3) Pengambilan perspektif

pondok, para ustad, alumni dan santri PMH (4) Penalaran moral (5) Membuat keputusan

bertujuan mengetahui tentang peranan (6) Memahami diri sendiri. 19 elemen pesantren dan bagaimana model

pembentukan karakter religius santri tahfi dz Kedua, tahapan sikap dalam kebaikan

(moral feeling). Sikap dalam kebaikan atau di Pesantren Mathaliul Huda Pusat Kajen. Teknik observasi atau pengamatan yaitu

moral dapat dicapai melalui langkah-langkah berikut: (1) Merasakan moral dalam hati mengamati terhadap kehidupan sehari-hari

para santri tahfi dz al-Quran kaitannya dengan nurani (2) Penghargaan diri (3) Berempati

karakter religius. Sementara dokumentasi (4) Mencintai kebaikan (5) Mengontrol diri

(6) Kerendahan hati. 20 dilakukan untuk menelusuri dokumen- dokumen penting untuk memperkuat

Ketiga, tahapan tindakan terhadap sebagai bahan bukti untuk memperkuat

kebaikan (moral behaviour). Tindakan penelitian tentang model pembentukan

terhadap kebaikan dapat dicapai melalui karakter religius santri tahfi dz al-quran di langkah-langkah berikut: (1) Kompetensi

Pondok Pesantren Mathali’ul Huda Pusat moral (2) Kehendak untuk melakukan

Kajen. Sementara Analisa data menggunakan kebaikan (3) Kebiasaan melakukan

tekhnik Miles & Hubermen terdiri dari kebaikan. 21

mereduksi data, penyajian data, korelasi data, konseptualisasi data, penyimpulan

METODOLOGI PENELITIAN

data dan diberikan saran.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bersifat lapangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profi l Pondok Pesantren Mathali’ul Huda

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Penerbit Andi, Tahun 2004), hlm. 45.

Pusat Kajen

Sebagai penguat, perhatikan hadits berikut: “Tiada

PMH Pusat merupakan salah satu

seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dilahirkan

diantara puluhan pondok pesantren yang

berdasarkan fi trahnya. Maka kedua orang tuanya lah yang

ada di Kajen. 22 PMH Pusat terletak di jalan

membuatnya menjadi Yahudi atau membuatnya menjadi Nashrani atau membuatnya menjadi Majusi… al-Hadits.”

polgarut selatan Desa Kajen Kecamatan

(HR al-Bukhari). Lihat: Abu Abdillah al-Bukhari,

Margoyoso Kabupaten Pati Propinsi Jawa

Shahih Bukhari, (Damaskus: Daar Thauq an-Najah, tt, jilid 8), h. 122.

19 Thomas Lickona, 2013. Educating for Character, Bandung: Nusa Media, h. 75-79.

20 Ibid, h. 79-85. 22 Jumlah pondok pesantren di Kajen dan 21 Ibid, h. 86-87.

sekitarnya ada sekitar 50-an pondok pesantren.

Volume 13, Nomor 3, Desember 2015

FA I Q O H DA N SAHAL MAHFUDH

Tengah. 23 PMH Pusat didirikan pada tahun (2) Santri sekolah, yaitu santri yang 1912 --- bersamaan dengan berdirinya mengenyam pendidikan di sekolah formal; Perguruan Islam Mathali’ul Falah (Matholek)

(3) Santri ndalem, yaitu santri yang menjadi --- oleh KH Abdussalam bin Abdullah bin abdi ndalem kyai. Isma’il seorang ulama ahlul quran akrab

dengan panggilan Mbah Salam 24 , yang Sistem Pendidikan Pesantren

merupakan ayah dari KH Mahfudh Salam, KH Abdullah Zein Salam, KH Ali Mukhtar

Pelaksanaan pendidikan di PMH Pusat Salam, yang juga merupakan kakek dari KH

secara umum masih menggunakan sistem MA Sahal Mahfudh. Setelah KH Abdussalam

non-klasikal atau sistem tradisional. Dalam wafat, PMH Pusat diasuh oleh KH Abdullah

pengajian kitab misalnya, metode yang Salam. Kemudian sepeninggal KH Abdullah 25 digunakan adalah metode bandongan

dan metode sorogan Salam, PMH Pusat sampai sekarang diasuh 26 . Sedangkan dalam oleh KH Ahmad Nafi ’ Abdillah. pengajian al-Qur’an, metode yang

digunakan adalah metode musyafahah. PMH Pusat merupakan pondok Musyafahah merupakan kata Bahasa Arab pesantren salafi yah yang pada umumnya berbentuk adverb (mashdar) dari kata kerja

hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja. (fi ’il madhi) syaafaha-yusyaafi hu, yang berarti: Hal ini bisa terlihat dari kenyataan bahwa berbicara dari mulut ke mulut. 27 Secara yang ditekankan di PMH Pusat adalah ilmu- istilah, musyafahah diartikan sebagai suatu ilmu yang berhubungan dengan keagamaan metode dalam membaca al-Qur’an dengan saja seperti ilmu fi qih, ilmu tauhid, ilmu prosedur sebagai berikut: pertama, kyai atau

nahwu, ilmu tajwid, ilmu tashawwuf, dan guru membaca al-Qur’an, sementara santri lain sebagainya. Sedangkan untuk ilmu- mendengarkan dan menyimak dengan ilmu selain agama tidak diajarkan karena seksama; kedua, santri membaca alquran di sudah diajarkan di sekolah-sekolah maupun hadapan kyai, sementara kyai menyimak madrasah-madrasah sekitar pesantren. dengan seksama dan mengoreksi apabila

Adapun santri yang tinggal (muqim) di ada kesalahan. 28

PMH Pusat dapat dikelompokkan menjadi Di PMH Pusat, santri tahfi dz dibebaskan tiga bagian, yaitu: (1) Santri tahfi dz, yaitu memilih kepada kyai siapa ia mengaji, santri yang menghafalkan al-Qur’an; selama kyai tempat dimana santri tersebut

23 Karena terletak di Polgarut Selatan, maka Mathali’ul Huda lebih dikenal dengan nama PMH

Pusat yang merupakan singkatan dari Pondok Pesantren Mathali’ul Huda Polgarut Selatan. Ada 25 Metode bandongan adalah sebuah pengajian

juga pesantren yang dikenal dengan PMH Putra kitab kuning dimana kyai sebagai pendidik membaca yang merupakan singkatan dari Pondok Pesantren

kitab kuning sementara santri mendengarkan dan Maslakul Huda polgarut utara, pesantren yang

memaknai di kitab kuningnya masing-masing. pernah diasuh oleh beliau KH MA Sahal Mahfudh 26 Metode sorogan adalah sebuah pengajian kitab

(alm) dan sekarang diasuh oleh putranya yaitu KH dimana santri menyetorkan bacaan kitab kuning Abdul Ghaffar Rozien. Selain itu ada juga PMH Timur

beserta maknanya kepada kyai dengan membaca yang merupakan singkatan dari Pondok Pesantren

kitab kuning yang masih gundul tanpa makna, Mathali’ul Huda polgarut timur, pesantren yang

sementara kyai menyimak dan mengoreksi apabila pernah diasuh oleh KH Shiddiq (alm) dan sekarang

ada kesalahan.

diasuh oleh Kyai Ubaida Hamid. 27 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al- 24 Pondok Pesantren Mathali’ul Huda Pusat,

Munawwir…, h 730

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga, (Pati: PMH 28 Muhammad Shodiq Qomhawi, al-Burhan fi Pusat).

Tajwid al-Qur’an, (Kaero: Maktabah al-Azhar, tt) h 5

EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SANTRI TAHFIDZ AL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MATHALI’UL HUDA PUSAT KAJEN PATI

mengaji memiliki sanad 29 yang ittshal 30 Di luar setoran hafalan al-Qur’an kepada kepada Baginda Rasul Muhammad SAW, kyai, santri-santri tahfi dz diwajibkan untuk meskipun kyai tersebut pengasuh pesantren

mengikuti beberapa kegiatan khusus santri lain atau bahkan tidak memiliki pesantren.

tahfi dz, yaitu: Pertama, mudarasah pagi. Sehingga dalam hal ini, guru mengaji santri

Mudarasah merupakan kegiatan mendaras tahfi dz al-Qur’an di PMH Pusat berbeda-beda.

hafalan al-Qur’an yang sudah disetorkan Sebelum menyetorkan hafalan al-

kepada kyai atau badal-nya secara sendiri- Qur’an dengan ber-musyafahah secara sendiri oleh santri tahfi dz. Seluruh santri

langsung kepada kyai, santri tahfi dz harus tahfi dz PMH Pusat diwajibkan mengikuti menjalani program persiapan (i’dad)

kegiatan mudarasah pagi ini. Kegiatan dimana santri tahfi dz harus mentashihkan mudarasah pagi dimulai bakda shubuh

bacaan al-Qur’an kepada seorang badal. 31 sampai pukul 06.00 WIB.

Pengajian al-Qur’an dengan ber-musyafahah Kedua, mudarasah malam. Seluruh kepada kyai atau guru dilakukan para santri

santri tahfi dz PMH Pusat diwajibkan tahfi dz PMH Pusat dua kali dalam sehari. mengikuti kegiatan mudarasah malam. Musyafahah pertama dilaksanakan untuk Kegiatan mudarasah malam dimulai bakda menambah hafalan, sedangkan musyafahah

isya setelah santri-santri tahfi dz makan kedua dilaksanakan untuk muraja’ah 32 dan malam sampai pukul 21.00 WIB. Kegiatan melancarkan hafalan. 33 ini diselenggarakan di ndalem (rumah) pengasuh pesantren.

29 Mata rantai keilmuan.

Ketiga, ayatan. Ayatan merupakan

30 Sampai.

kegiatan mendaras/membaca al-Qur’an

31 Pengganti kyai. Badal pada umumnya satu ayat satu ayat secara bergantian dalam

merupakan santri senior yang ditunjuk oleh kyai

sebuah kelompok. Seluruh santri tahfi dz

untuk membantu mentashihkan bacaan al-Qur’an santri tahfi dz pemula sebelum ber-musyafahah secara

PMH Pusat diwajibkan mengikuti kegiatan

langsung kepada kyai. Pada tahapan persiapan ini,

ayatan. Kegiatan ayatan ini dilaksanakan

disamping santri tahfi dz diharuskan mentashihkan

setelah mudarasah malam sampai pukul

bacaan al-Qur’an kepada badal, ia juga diharuskan

21.30 WIB. Kegiatan ini diselenggarakan di

menyetorkan hafalan kepada badal sebagai bekal atau

ndalem pengasuh pesantren.

tabungan kelak ketika ber-musyafahah kepada kyai. 32 Mengulang-ulang.

Keempat, majlisan dan terminalan.

33 Berdasarkan kyai atau guru tempat ber-

Majlisan merupakan kegiatan membaca

musyafahah al-Qur’an, santri tahfi dz PMH Pusat dapat

al-Qur’an bil-ghaib 34 dalam satu majlis yang

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

pada umumnya disimak oleh beberapa

(1) Santri tahfi dz PMH Pusat yang mengaji kepada

orang. Sedangkan terminalan merupakan

KH Ahmad Minan Abdillah. Musyafahah dilaksanakan setiap bakda shubuh dan bakda maghrib. Musyafahah

istilah untuk menyebut pos-pos dimana

bakda shubuh digunakan untuk muraja’ah dan

santri

tahfi dz harus melaksanakan

melancarkan hafalan, sedangkan musyafahah bakda maghrib digunakan untuk menambah hafalan. (2) Santri tahfi dz PMH Pusat yang mengaji kepada KH

Musyafahah bakda ‘ashar digunakan untuk muraja’ah Ahmad Zaky Fuad Abdillah. Musyafahah dilaksanakan

dan melancarkan hafalan, sedangkan musyafahah setiap bakda ‘ashar dan bakda maghrib. Musyafahah

bakda maghrib digunakan untuk menambah hafalan. bakda ‘ashar digunakan untuk muraja’ah dan (4) Santri tahfi dz al-Qur’an PMH Pusat yang mengaji melancarkan hafalan, sedangkan musyafahah bakda

kepada KH Muhammad Abbad Nafi ’. Musyafahah maghrib digunakan untuk menambah hafalan. (3)

dilaksanakan setiap bakda maghrib saja. Musyafahah Santri tahfi dz al-Qur’an PMH Pusat yang mengaji

bakda maghrib ini digunakan untuk menambah kepada KH Abdurrozzaq Najib. Musyafahah

hafalan.

dilaksanakan setiap bakda ‘ashar dan bakda maghrib.

34 Dengan hafalan.

Volume 13, Nomor 3, Desember 2015

FA I Q O H DA N SAHAL MAHFUDH

majlisan. Sebagai gambaran, jika terminalan hafalan kepada kyai, santri tahfi dz yang diterapkan pada setiap lipatan pendapatan

tidak lulus semester diwajibkan mengikuti hafalan 5 juz, maka setiap memperoleh 5 kombongan, yaitu kegiatan karantina yang juz, santri tahfi dz harus melakukan majlisan

bertujuan untuk membina hafalan santri dengan cara membaca seluruh pendapatan

tahfi dz sampai lulus imtihan semester. Dalam

5 juz yang didapatkan dalam setiap pos atau kegiatan kombongan ini, santri dikarantina terminal secara bil-ghaib dengan disimak di ndalem pengasuh pesantren dan tidak oleh santri tahfi dz lainnya. Kegiatan majlisan

diperkanankan pulang sebelum lulus imtihan dan terminalan ini diselenggarakan setiap semester. Hari Kamis. Seluruh santri tahfi dz PMH Pusat diharuskan untuk mengikuti kegiatan

Nilai-Nilai Karakter yang Diajarkan di ini. Adapun yang bertugas untuk majlisan Pesantren

dan membaca secara bil-ghaib, maka sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

PMH Pusat sebagai salah satu pesantren tahfi dz al-Qur’an tertua di Kajen, selalu

Kelima, tartilan. Tartilan merupakan mengajarkan, menanamkan dan berusaha kegiatan membaca al-Qur’an secara

mengimplementasikan nilai-nilai karakter pelan-pelan sesuai dengan kaidah ilmu

yang erat kaitannya dengan tahfi dz al-Qur’an. tajwid dan bergiliran yang dilakukan oleh

Dari zaman sejak diasuh oleh KH Abdussalam sekelompok santri tahfi dz. Kegiatan tartilan

sampai sekarang, nilai-nilai karakter itu ini dilaksanakan setiap Hari Jum’at bakda masih dilestarikan dan diamalkan. Diantara

shubuh sampai selesai. Batasan kegiatan nilai-nilai karakter terkait tahfi dz al-Qur’an

tidak menggunakan waktu, melainkan yang masih dilestarikan oleh santri-santri

menggunakan batasan juz al-Qur’an yang tahfi dz al-Qur’an PMH Pusat hingga sekarang

dibaca. Biasanya setiap pertemuan membaca

adalah:

3 juz. Keikhlasan. Santri tahfi dz al-Qur’an Keenam, imtihan pra semester. Imtihan

PMH Pusat senantiasa diajari tentang arti pra semester dilaksanakan setiap akhir

keikhlasan. Sejak pertama kali masuk PMH bulan. Santri tahfi dz wajib menyetorkan

Pusat, santri-santri tahfi dz diharuskan seluruh pendapatan hafalannya selama

membaca sebuah surat pernyataan yang satu bulan kepada penguji/penyimak dalam

salah satu poinnya adalah harus berniat imtihan pra semester ini. Jika tidak lulus

semata-semata karena mencari ridha Allah dalam imtihan pra semester, santri tahfi dz

SWT. Kemudian ketika santri-santri tahfi dz tidak diperkenankan menambah setoran

menghadap kepada kyai untuk menyatakan hafalan kepada kyai.

bahwa ia ingin mengaji musyafahah al- Ketujuh, imtihan semester. Imtihan

Qur’an bil-ghaib, pada umumnya kyai-kyai semester dilaksanakan setiap akhir semester

pengajar al-Qur’an akan menanyakan (6 bulan sekali). Imtihan semester tahap apakah yang menjadi tujuan utama santri

pertama dilaksanakan pada Bulan Rabi’ul yang ingin menghafalkan al-Qur’an. Jika kyai Awwal, sedangkan imtihan semester tahap menemukan bahwa tujuan menghafalkan al- kedua dilaksanakan pada Bulan Sya’ban. Qur’an yang diniatkan melenceng, maka kyai Pada imtihan semester, santri tahfi dz

akan menegur santri tahfi dz agar meluruskan harus menyetorkan seluruh pendapatan niat semata-mata karena mengharap ridha

hafalan selama enam bulan. Jika tidak lulus Allah SWT. Kemudian ketika santri tahfi dz dalam imtihan semester, disamping tidak sedang menempuh proses menghafalkan al-

diperbolehkan untuk menambah setoran Qur’an, kyai sering menasehati para santri

EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SANTRI TAHFIDZ AL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MATHALI’UL HUDA PUSAT KAJEN PATI

tahfi dz yang pada umumnya sedang tidak santri yang belum terbiasa dengan kegiatan menempuh pendidikan formal agar tidak yang diselenggarakan oleh pesantren secara usah memikirkan segala yang belum terjadi,

bertahap belajar untuk disiplin. Pertama- seperti: kalau hanya mengaji al-Qur’an, tama, bagi para santri yang belum terbiasa setelah mondok mau jadi apa? kalau hanya

dengan kegiatan-kegiatan pesantren akan mengaji al-Qur’an, setelah mondok mau terasa berat untuk menjalankan dan bahkan kerja apa? dan lain sebagainya. Sebaliknya,

merasa terpaksa untuk melakukan karena kyai akan menasehati para santri agar khawatir mendapat takzir atau hukuman. memasrahkan segala-galanya kepada Allah

Namun setelah terbiasa, hingga terbentuk SWT Yang Maha Mengatur. Kemudian sebuah pemahaman dan kesadaran tentang ketika santri tahfi dz al-Qur’an sudah khatam

arti penting peraturan dan kegiatan- dan hendak pulang ke kampung halaman, kegiatan pesantren yang harus dilakukan, kyai senantiasa berpesan agar para santri-

para santri tahfi dz akan merasa ringan dalam santri disamping harus menjaga al-Qur’an mengemban tugasnya sebagai penghafal al- secara pribadi, mereka juga diharuskan Qur’an. untuk mengamalkan dan mengajarkan al-

Kesabaran. Ada sebuah pepatah Jawa Qur’an kepada orang lain. Diantara ajaran yang terkenal di kalangan santri tahfi dz al-

kyai yang senantiasa dijadikan pegangan Qur’an PMH Pusat, yaitu: “sapa sabar, bakal hidup para santri tahfi dz al-Qur’an agar lebar”, siapa mampu bersabar, dia akan selalu memperjuangkan al-Qur’an dengan selesai. Maksudnya adalah siapa saja yang penuh keikhlasan ketika pulang ke kampung

mampu untuk bersabar dalam menghafalkan halaman adalah dhawuh 35 KH Abdussalam: al-Qur’an, insyaAllah akan kuat untuk

“Mulanga, nek nganti ora kuat mangan, mengkhatamkan al-Qur’an secara bil-ghaib, pathokku okak-okak! ” 36 meskipun al-Qur’an terdiri dari ratusan

Kedisiplinan. Santri-santri PMH halaman dan ribuan ayat. Sebaliknya, jika Pusat khususnya santri tahfi dz al-Qur’an seorang santri tahfi dz tidak bisa sabar, maka dilatih untuk disiplin dalam mengikuti ngaji-nya pun tidak akan selesai-selesai. segala kegiatan yang diselenggarakan Hal ini senada dengan salah satu kaidah oleh pesantren. Kegiatan-kegiatan yang fi qhiyyah yaitu: man ista’jala syaian qabla diselenggarakan oleh pesantren pada awaanih, walam yakun al-mashlahatu, ‘uuqiba umumnya menggunakan absensi dan kartu

bihirmanih 37 , yang artinya adalah siapa saja kehadiran. Santri yang tidak mengikuti yang tergesa-gesa untuk mendapatkan kegiatan akan mendapatkan takzir sesuatu padahal belum waktunya, atau hukuman. Hal ini dilakukan untuk sementara tidak ada kemaslahatan dalam membentuk karakter kedisiplinan para ketergesa-gesaan itu, maka ia dihukum santri. Dengan peraturan semacam ini, para

dengan kegagalan (keterhalangan dalam mendapatkan yang dicita-citakan).

Istiqamah. Salah satu nilai karakter yang

35 Perkataan/nasehat/wasiyat.

selalu diajarkan kepada para santri tahfi dz

36 “Mengajarlah (al-Qur’an)! Kalau sampai tidak

kuat makan, batu nisan makamku cabutlah!”. Dhawuh

al-Qur’an PMH Pusat adalah sikap istiqamah.

KH Abdussalam ini sering sekali didhawuhkan oleh

Istiqamah berasal dari kata istaqaama-

pengasuh-pengasuh PMH Pusat: KH Abdullah Zein

yastqiimu yang artinya adalah lurus atau

Salam dan KH Ahmad Nafi ’ Abdillah, juga sering didhawuhkan kyai-kyai yang mengajar al-Qur’an di Kajen, seperti: KH Ahmad Zaky Fuad Abdillah, KH

37 Jalaluddin As-Suyuthi. tt. Al-Asybah wa An- Ahmad Minan Abdillah, KH Abdurrozzaq Najib dsb.

Nadhai.,Surabaya: Al-Hidayah,

Volume 13, Nomor 3, Desember 2015

357

EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan

FA I Q O H DA N SAHAL MAHFUDH

konsisten. 38 Yang dimaksud dengan istiqamah dalam tahfi dz al-Qur’an adalah senantiasa membaca, menjaga hafalan dan berusaha untuk mengamalkan ayat- ayat yang telah dihafalkan dan disetorkan kepada guru dalam keadaan bagaimanapun juga. Sikap istiqamah dalam tahfi dz al-Qur’an ini lah yang menjadi salah satu karakter utama yang seharusnya dimiliki oleh santri tahfi dz al-Qur’an. Namun yang dirasakan oleh para santri tahfi dz al-Qur’an khususnya santri tahfi dz PMH Pusat adalah bahwa sikap istiqamah jauh lebih berat daripada menghafalkan dan melancarkan hafalan al- Qur’an, karena sifat istiqamah menuntut seseorang untuk melakukan sesuatu secara terus menerus sepanjang hayat. Bagi santri- santri tahfi dz, tidak ada kata selesai dalam membaca dan menjaga al-Qur’an, karena al-Qur’an harus senantiasa dibaca, dijaga dan diamalkan selama masih hidup. Dan istiqamah adalah karakter yang benar- benar dibutuhkan para santri tahfi dz demi keberlangsungan dan keberlanjutan proses tahfi dz al-Qur’an selama hidupnya.

Tawadhu’. Tawadhu’ merupakan kata Bahasa Arab yang berasal dari kata kerja tawadla’a-yatawaadla’u, yang artinya adalah

merendahkan diri. 39 Para santri tahfi dz

percaya bahwa untuk mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat salah satu sarat yang harus dipenuhi adalah bersikap tawadlu’ kepada siapa saja khususnya kepada guru yang mengajarkan al-Qur’an. Santri itu diibaratkan gelas, sedangkan kyai atau guru adalah seorang yang menuangkan air ke dalam gelas. Air yang dituangkan ke dalam gelas tidak akan penuh jika posisi gelas berada di atas tuangan air, yang merupakan perlambang dari tinggi hati dan sombong. Maka jika ingin air di dalam gelas penuh,

38 Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al- Munawwir. Yogyakarta: Pustaka Progressif, h. 1175.

39 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al- Munawwir…, h 1565.

saratnya adalah rendah hati atau tawadlu’ dan tidak merasa bisa meskipun yang diajarkan oleh kyai sudah diketahui oleh santri. Santri tahfi dz yang mampu menghafalkan al-Qur’an tidak lantas diperbolehkan untuk berbangga diri, karena al-Qur’an bukanlah sesuatu yang patut untuk dibangga-banggakan kepada orang lain. Sejak dulu, pengasuh-pengasuh PMH Pusat mulai masa Kyai Abdussalam, Kyai Abdullah Salam sampai kepada masa Kyai Nafi ’, melarang santri-santri tahfi dz al-Qur’an untuk mengikuti perlombaan- perlombaan yang berhubungan dengan tahfi dz al-Qur’an seperti musabaqah hifdzil quran (MHQ), musabaqah tilawatil quran (MTQ) dan lain sebagainya.

Falsafah al-Qur’an di Pesantren Mathaliul Huda

Selain karakter keikhlasan, kedisiplinan, kesabaran, istiqamah dan tawadlu’, di PMH Pusat dikenal sebuah falsafah tentang al- Qur’an yang mencakup karakter-karakter yang harus dimiliki seorang santri tahfi dz. Quran itu terdiri dari lima huruf, yaitu qaf, ra’, hamzah, alif, dan nun. Kelima huruf ini menyimpan falsafah mendalam dalam bagaimana santri tahfi dz berproses.

Huruf pertama adalah qaf. Huruf qaf memiliki sifat qalqalah yang artinya adalah guncang. Maksudnya adalah seorang santri tahfi dz al-Qur’an yang memulai untuk mengaji al-Qur’an harus memiliki tekad yang kuat, karena ia akan menghadapi cobaan-cobaan berat yang menghadang dan mengguncang jalannya dalam meraih tujuan. Kesabaran dalam hal ini sangat dibutuhkan, karena siapa yang tidak sabar menghadapi guncangan cobaan dalam menghafal al- Qur’an, tidak akan selesai dalam menghafal apalagi menjaga al-Qur’an sepanjang hidupnya. Qaf itu tidak bisa dibaca jika tidak diberi harakat atau syakal. Maka diberilah harakat dhommah kepadanya. Makna falsafah dari harakat dhommah dalam huruf

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SANTRI TAHFIDZ AL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MATHALI’UL HUDA PUSAT KAJEN PATI

qaf ini adalah, bahwa seorang santri tahfi dz mengulang-ulang bacaan al-Qur’an, maka yang diguncang cobaan dan godaan akan ia akan dibukakan jalan oleh Tuhan menuju mampu melewati segala rintangan tersebut

kemenangan.

jika dia bersikap seperti dhommah yang Huruf keempat adalah alif. Alif artinya adalah kumpul, yakni senantiasa merupakan huruf yang tidak bisa berdiri

berkumpul dengan orang-orang shaleh sendiri ketika ingin dibaca, Bentuknya tegak dan meminta nasehat serat bimbingannya,

lurus seperti tongkat. Dalam Bahasa Arab, dan berkumpul dengan teman-teman yang

tegak lurus dibahasakan dengan istaqaama- satu tujuan agar bisa saling menasehati dan

yastaqiimu-istiqaamah. Makna falsafah alif saling mengingatkan.

yang tegak lurus adalah bahwa seorang Huruf kedua adalah ra’. Huruf ra’

santri tahfi dz harus bersikap istiqamah dalam memiliki sifat takrir, yang artinya adalah menjalankan tahapan pertama yakni sabar mengulang-ulang. Makna dari falsafah sifat

dalam menghadapi guncangan, tahapan ra’ yang takrir ini adalah bahwa santri tahfi dz

kedua yakni senantiasa mengulang-ulang harus selalu mengulang-ulang bacaan al-

bacaan al-Qur’an, dan tahapan ketiga yakni Qur’an yang telah dihafalkannya. Tidak ada

harus selalu kuat. Jika santri tahfi dz memiliki kata selesai dalam mengaji al-Qur’an, karena

sifat alif, ia akan diberi huruf nun. setiap kali mengkhatamkan al-Qur’an, ia

Huruf kelima adalah nun. Huruf nun harus mengulanginya lagi dari awal. Jika memiliki sifat idzlaq, yang artinya adalah

santri tahfi dz mampu dan kuat untuk terus licin dan ringan diucapkan. Makna falsafah menerus mengulang-ulang bacaan al-Qur’an

dari huruf nun yang bersifat idzlaq adalah yang telah dihafalkannya, ia akan diberi bahwa ketika santri tahfi dz berhasil dalam

harakat atau syakal sukun, yang artinya melewati tahapan-tahapan sebelumnya, adalah tenang, atau mati. Maksud dari ia akan diberikan idzlaq-nya nun, yakni ia falsafah sukun ra’ adalah ketika santri tahfi dz

akan diberikan keringanan dalam hidup dan mampu senantiasa mengulang-ulang bacaan

matinya, seringan mengucapkan nun. Ia akan al-Qur’an, ia akan dianugerahi ketenangan

mendapatkan syafaat al-Qur’an di dunia dan yang luar biasa karena keinginannya kepada

akhirat. Pada akhirnya, semua yang menjadi selain al-Qur’an telah mati.

keinginannya akan terkumpul, sebagaimana Huruf ketiga adalah hamzah. Huruf dhommah yang artinya adalah kumpul. 40 hamzah memiliki sifat syiddah, yang artinya

Nilai-nilai karakter religius yang telah adalah kuat. Makna dari falsafah hamzah

disebutkan di atas yang berupa nilai karakter yang bersifat syiddah adalah bahwa santri keikhlasan, kedisiplinan, kesabaran,

tahfi dz al-Qur’an harus selalu kuat baik istiqamah, tawadlu’ dan falsafah quran, dalam menghadapi guncangan-guncangan tercermin dan teraktualisasikan dalam yang mengganggunya dari mencapai sikap-sikap yang harus dimiliki oleh santri tujuan utama, maupun kuat dalam selalu tahfi dz al-Qur’an PMH Pusat sebagai berikut: mengulang-ulang bacaan al-Qur’an yang

Pertama, mengaji al-Qur’an dengan telah dihafalkannya. Jika santri tahfi dz

sungguh-sungguh. Seorang santri yang memiliki sifat syiddah, maka ia akan diberi

harakat atau syakal fathah, yang artinya adalah terbuka, atau kemenangan. Maksud

40 Falsafah tentang makna huruf-huruf Quran

dari falsafah fathah dalam huruf hamzah

ini diambil dari taushiyah KH Abdurrozzaq Najib di

adalah, ketika santri tahfi dz mampu untuk buku album fatwa Pondok Pesantren Mathali’ul Huda kuat dalam menghadapi cobaan serta kuat

- Al-Husna. (Lihat: Pondok Pesantren Mathali’ul Huda Alhusna, Album Fatwa, Kajen, PMH Pusat, 2014)

Volume 13, Nomor 3, Desember 2015

FA I Q O H DA N SAHAL MAHFUDH

menghafalkan al-Qur’an harus mempelajari berdasarkan fi rman Allah dalam Surat al- dan menyetorkan hafalan al-Qur’an dengan

Jum’ah ayat 5, yang artinya: “Perumpamaan sungguh-sungguh agar tidak putus di tengah

orang-orang yang diberi tugas membawa jalan. Karena sebaik-baik pelajar adalah kitab taurat namun tidak membawanya

mereka yang mau mempelajari al-Qur’an. (mengamalkannya) adalah seperti seekor keledai Hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang membawa buku-buku tebal… ” 44 yang diceritakan oleh Sahabat Utsman bin

Keempat, menjaga hafalan yang ‘Affan RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

telah dihafalkan. Seorang santri yang “Sebaik-baik kalian adalah dia yang mau menghafalkan al-Qur’an harus selalu

belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR menjaga ayat-ayat al-Qur’an yang telah al-Bukhari). 41 dihafalkan agar tidak mendapatkan laknat

Kedua, membaca al-Qur’an kapan pun al-Qur’an karena telah melupakan dan dan dimana pun. Seorang santri yang lalai dalam menjaganya. Hal ini didasarkan menghafalkan al-Qur’an harus senantiasa pada fi rman Allah yang terdapat dalam membaca al-Qur’an, agar kelak di hari kiamat

Surat Thaha yang artinya: “Dan barang siapa mendapatkan syafaat al-Qur’an. Hal ini berpaling dari peringatanKu, maka sungguh berdasarkan sebuah hadits yang diceritakan

ia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan oleh Sahabat Abu Umamah al-Bahily RA, Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat bahwa beliau mendengar Nabi Muhammad

dalam keadaan buta. Dia berkata: Ya Tuhanku, SAW bersabda: “Bacalah al-Qur’an, karena ia

mengapa Engkau kumpulkan aku dalam akan datang sebagai penolong bagi pemiliknya

keadaan buta, padahal dulu aku bisa melihat? kelak di hari kiamat.” (HR Muslim). 42 Dia (Allah) berfi rman: demikianlah, dahulu telah

Ketiga, mengamalkan isi dan kandungan datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu al-Qur’an. Seorang santri yang menghafalkan

mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.” al-Qur’an bukan hanya berkewajiban 45 untuk membacanya, melainkan juga harus

Kelima, mengajarkan al-Qur’an kepada memahami kandungan al-Qur’an serta siapa saja yang membutuhkan. Seorang

mengamalkannya. Hal ini didasarkan pada santri yang menghafalkan al-Qur’an harus sebuah ayat al-Qur’an yang terdapat di berkenan mengajarkan al-Qur’an kepada Surat Fathir, yang artinya: “Sesungguhnya

siapa saja yang membutuhkan. Mengajar al- orang-orang yang selalu membaca kitab Allah

Qur’an merupakan salah satu upaya dalam dan melaksanakan shalat dan menyedekahkan

menjaga al-Qur’an agar tetap lestari. Dan sebagian dari apa yang telah kami berikan secara

Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa diam-diam maupun terang-terangan, mereka sebaik-baik pengajar adalah dia yang mau itu mengharapkan perdagangan yang tidak menagajarkan al-Qur’an sebagaimana yang

rugi. 43 ” Dalam keterangan lain, dijelaskan dijelaskan dalam sebuah hadits: “Sebaik-baik bahwa orang yang memahami kitab Allah kalian adalah dia yang mau belajar al-Qur’an namun tidak mau mengamalkan diibaratkan

dan mengajarkannya.” (HR al-Bukhari). 46 seperti seekor keledai yang membawa kitab,

41 Yahya an-Nawawy, Riyadh ash-Shalihin, (Surabaya: Al-Hidayah, tt), h 431

44 QS al-Jum’ah ayat 5.

42 Yahya an-Nawawy, Riyadh ash-Shalihin,

45 QS Thaha ayat 124-126.

(Surabaya: Al-Hidayah, tt), h. 430. 46 Yahya an-Nawawy, Riyadh ash-Shalihin, 43 QS Fathir ayat 29

(Surabaya: Al-Hidayah, tt), h. 431.

EDUKASI: Jurnal Peneli ti an Pendidikan Agama dan Keagamaan

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS SANTRI TAHFIDZ AL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MATHALI’UL HUDA PUSAT KAJEN PATI

Peranan Elemen Pesantren dalam

Keempat, sebagai suri tauladan, yang

Membentuk Karakter Religius Santri

memberikan contoh laku yang baik secara

Tahfi dz

konkret kepada santri-santrinya. Di Di PMH Pusat, terdapat beberapa elemen

pesantren, kyai menjadi tempat rujukan yang integral dan masing-masing memiliki

segala permasalahan dan pertimbangan. Apa peranan penting dalam membentuk karakter

yang dilakukan kyai adalah sebuah contoh religius santri tahfi dz al-Qur’an PMH Pusat.

yang senantiasa berusaha untuk ditiru para Elemen-elemen tersebut meliputi: kyai, santri-santrinya. pengurus pesantren, teman sejawat, pondok

Kelima, sebagai kontrol sosial. Di dalam atau asrama, dan mushalla.

sistem pendidikan pesantren, kyai menjadi salah satu kontrol sosial yang paling

Peranan Kyai berpengaruh terhadap keseimbangan

Kyai memiliki beberapa peranan yang sistem sosial lingkungan pesantren sehingga signifi kan dalam membentuk karakter tatanan nilai-nilai yang ada di dalamnya

religius santri tahfi dz PMH Pusat. Peranan tetap berjalan sebagaimana mestinya. kyai antara lain adalah: Pertama, sebagai pengasuh, yang mengasuh para santri Peranan Pengurus Pesantren tahfi dz dan mengawal mereka dalam

Pengurus pesantren merupakan para mencapai keberhasilan menghafalkan, santri pesantren yang mendapatkan mandat mengkhatamkan dan menjaga al-Qur’an. untuk mengatur dan menjalankan peraturan Sebagai pengasuh, kyai merasa bertanggung

yang ada di pondok pesantren. Diantara jawab penuh atas santri-santri yang mengaji

beberapa peranan pengurus pesantren kepadanya, karena hubungan serta ikatan dalam membentuk karakter santri tahfi dz

antara santri lebih-lebih santri tahfi dz al- al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1) sebagai Qur’an dengan kyainya bukan hanya di dunia

pelaksana tatatertib dan peraturan pesantren. Di saja melainkan sampai di akhirat sana. Kedua,

PMH Pusat, pengurus pesantren merupakan sebagai pendidik, yang mendidik santri-santri

tangan panjang kyai yang mengurus para tahfi dz baik secara lahiriyah maupun secara

santri dan menjalankan peraturan-peraturan dhahir-nya. Di dalam pesantren, dikenal pesantren dengan baik dan benar. Pengurus istilah murabbi ar-ruh, yakni pendidik ruh pesantren setiap hari berinteraksi dengan atau jiwa. Sebagai pengasuh pesantren santri-santri tahfi dz untuk melaksanakan

yang merupakan lembaga pendidikan islam program-program penunjang tahfi dz al- tradisional, kyai bukan hanya sekedar Qur’an yang telah dicanangkan bersama-

mengajarkan ilmu agama, melainkan juga sama. 2) sebagai salah satu elemen kontrol berusaha untuk mendidik para santrinya sosial. Pengurus pesantren memiliki peranan agar mengamalkan ajaran agama yang telah

mengontrol sistem nilai di pesantren agar diajarkan.

tata tertib dan etika di pesantren masih

Ketiga, sebagai pengajar. Kyai-kyai yang terjaga, sehingga dalam hal ini pesantren mengajarkan al-Qur’an kepada para santri secara konsisten mampu menjadi sebuah tahfi dz memiliki sebuah prinsip yang selalu

lingkungan yang berlandaskan pada nilai- dipegang, yaitu bahwa mengajar utamanya

nilai karakter. Lingkungan berbasis nilai mengajar al-Qur’an adalah wajib hukumnya.

karakter inilah yang menurut Lickona Maka harus selalu dijalankan, dan tidak menjadi salah satu elemen penting dalam boleh ditinggalkan kecuali untuk memenuhi

implementasi pendidikan karakter. kewajiban yang lainnya.

Volume 13, Nomor 3, Desember 2015

FA I Q O H DA N SAHAL MAHFUDH

Peranan Teman Sejawat

al-Qur’an. Santri-santri tahfi dz al-Qur’an

Bagi para santri, teman sejawat PMH Pusat sering terlihat berdiskusi dengan merupakan saudara, karena sama-sama teman sejawatnya tentang bagaimana tinggal di pondok pesantren yang diasuh cara membaca al-Qur’an yang baik dan oleh seorang kyai yang sudah dianggap benar, bagaimana cara menghafalkan al- seperti orang tua sendiri. Keberadaan teman

Qur’an yang baik dan benar, bagaimana sejawat dalam pembentukan karakter cara mendaras al-Qur’an yang baik dan religius santri tahfi dz al-Qur’an di PMH Pusat

benar, bagaimana agar hafalan yang telah sungguh signifi kan. Hal ini diakui sendiri dihafalkan tidak lekas hilang dari ingatan,

oleh para santri tahfi dz al-Qur’an PMH Pusat

dan lain sebagainya.

bahwa keberadaan teman sejawat yang sama-sama sedang menghafalkan al-Qur’an

Peranan Pondok/Asrama membantu mereka dalam menghafalkan

Pondok atau asrama yang menjadi dan menjaga al-Qur’an. Diantara peranan tempat tinggal santri sehari-hari ini penting teman sejawat dalam pembentukan

juga merupakan elemen penting dalam karakter religius santri tahfi dz PMH Pusat pembentukan karakter religius santri tahfi dz adalah: 1) sebagai partner dalam mendaras al-

al-Qur’an di PMH Pusat. Terdapat beberapa Qur’an. Di PMH Pusat, di luar pengajian al-

peranan yang dimiliki oleh pondok, yaitu: 1), Qur’an bersama kyai, dan di luar kegiatan sebagai tempat internalisasi nilai-nilai karakter santri tahfi dz yang harus diikuti, para santri

religius. Pondok atau asrama memiliki tahfi dz sering membuat sebuah halaqah-

peranan menjadi tempat dimana nilai- halaqah kecil mudarasah al-Qur’an sendiri nilai karakter diimplementasikan secara dengan teman-teman sejawat mereka. langsung dengan tata tertib yang mengikat

Secara bergiliran, mereka membaca hafalan para santri, sehingga membuat para santri al-Qur’an, sementara teman sejawatnya tahfi dz yang tinggal di sana mengetahui nilai-

menyimak dengan seksama. 2), sebagai nilai karakter yang tertanam dalam tata partner berlomba-lomba dalam menghafalkan tertib tersebut, kemudian menjalankannya al-Qur’an. Menurut santri-santri tahfi dz,

secara terus menerus, dan pada akhirnya teman adalah cermin, dimana mereka bisa

menjadi karakter yang melekat dalam diri melihat dan mengukur dirinya melalui mereka. 2) sebagai tempat mengaktualisasikan