ASKEP ANEMIA NANDA NOC NIC

ASKEP ANEMIA (NANDA, NOC, NIC)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
2.1.1 Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
2.1.2 Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
2.1.3 Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
2.2 Etiologi
Penyebab anemia antara lain :
• Perdarahan
• Kekurangan gizi seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat
• Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, bronkietasis, empiema

• Kelainan darah
• Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
2.3 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah
merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak

terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

2.4 Manifestasi klinis
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).

2.5 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena
infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah
lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan
rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).
2.6 Pemeriksaan penunjang

• Jumlah hemoglobin lebih rendah dari normal (12-14 g/dl)
• Kadar hemalokrit menurun.( normal 37 %-41 %)
• Peningkatan Bilirubin total
• Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
• Terdapat pansitopenia, sum-sum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik)
2.7 Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
- Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.

- Pemberian preparat fe
- Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
- Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise umum.Kehilangan produkifitas, penurunan semangat untuk
bekerja Toleransi terhadap latihan rendah.Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
2) Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis,Riwayat endokarditis infektif kronis, palpitasi
3) Integritas ego
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya penolakan

transfusi darah
4) Eliminasi
Gagal ginjal, Hematemesi, Diare atau konstipasi
5) Makana/cairan
Nafsu makan menurun, mual/muntah, berat badan menurun.
6) Nyeri/ kenyamanan
Lokasi nyeri terutama didaerah abdomen dan kepala
7) Pernapasan
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
8) Seksualitas
Perubahan menstruasi misalnya menoragia, amenore . Menurunnya fungsi seksual
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).


Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen/nutrisi ke sel.
Ditandai dengan :Palpitasi : kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh,
perubahan tekanan darah
• Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

Ditandai dengan : kelemahan dan kelelahan, Mengeluh penurunan aktifitas/latihan,lebih
banyak memerlukan istirahat/ tidur
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan kegagalan untuk mencerna,
absorbsi makanan
Ditandai dengan : Penurunan berat badan normal, penurunan turgor kulit, perubahan mukosa
mulut, nafsu makan menurun, mual, kehilangan tonus otot
• Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses
pencernaan, efek samping penggunaan obat
Ditandai dengan : Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik dan jumlah feses, mual,

muntah, penurunan nafsu makan
C. Intervensi//Perencanaan
• Diagnosa 1 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen/nutrisi ke sel.
- Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku
- Beri posisi semi fowler
- Kaji nyeri dan adanya palpitasi
- Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien
- Hindari penggunaan penghangat atau air panas
Kolaborasi

- Monitor pemeriksaan laboratorium misalnya Hb/Ht dan jumlah sel darah merah
- Berikan sel darah merah darah lengkap
- Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi

-

Diagnosa 2 Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
Kaji kemampuan aktifitas pasien
Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas
Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan
Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi
Gunakan teknik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk.

• Diagnosa 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
jumlah makanan, perubahan proses pencernaan, efek samping penggunaan obat
- Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
- Observasi dan catat masukan makanan pasien
- Timbang berat badan tiap hari
- Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering
- Observasi mual, muntah

- Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik
Kolaborasi
- Konsul pada ahli gizi
- Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya vitamin dan mineral suplemen
- Berikan suplemen nutrisi
• Diagnosa 4 Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan,
perubahan proses pencernaan, efek samping penggunaan obat
- Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah
- Kaji bunyi usus 7
- Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung
- Hindari makan berbentuk gas
Kolaborasi
- Konsul ahli gizi untuk pemberian diet seimbang
- Beri laktasif
- Beri obat anti diare
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)


Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.

BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Anemia sering dijumpai di masyarakat dan mudah dikenali (di dioagnosa).Tanda dan
gejalanya beragam seperti pucat, lemah, mual dll.Pendiagnosaan anemia dapat ditunjang
dengan pemeriksaan laboratorium yakni adanya penurunan kadar Hb.
b. Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda-tanda anemia dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.


DAFTAR PUSTAKA
• Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
• Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
• Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
• Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
• http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
• http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
• Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
• Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA DENGAN NANDA, NOC, NIC

A. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.

B. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).

Apabila

konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia

viskositas darah menurun


resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

C. Etiologi:
1.

Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2.

Perdarahan

3.

Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

4.

Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper

D. Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.

Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:

a.

Anemia aplastik à Penyebab:
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi
- antibiotic tertentu
- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
- benzene
- infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai


Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopoitin
c.

Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).

Kelainan ini

meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid,
dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e.

Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit,
penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar
yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2.

Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
- Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

E. Tanda dan Gejala

o Lemah, letih, lesu dan lelah
o Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
F. Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o gagal jantung,
o parestisia dan
o kejang.
G. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
o Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran
kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.
H. Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1.

Anemia aplastik:

o Transplantasi sumsum tulang
o Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.

Anemia pada penyakit ginjal
o Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3.

Anemia pada penyakit kronis

o Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.

Anemia pada defisiensi besi

o Dicari penyebab defisiensi besi

o Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5.

Anemia megaloblastik

o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG MUNGKIN
MUNCUL

1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb
dalam darah.
4. Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan Hb), prosedur invasive
5. PK anemia
6. Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang informasi.
7. Sindrom deficite self care b.d kelemahan
RENPRA ANEMIA
No
Diagnosa
1
Intoleransi aktivitas
B.d
ketidakseimbangan
suplai & kebutuhan
O2

Tujuan
Intervensi
Setelah
Terapi aktivitas :
dilakukan
 Kaji kemampuan ps
askep .... jam melakukan aktivitas
Klien
dapat
Jelaskan pada ps
menunjukkan
manfaat
aktivitas
toleransi
bertahap
terhadap
 Evaluasi dan motivasi
aktivitas
dgn keinginan
ps
u/
KH:
meningktkan aktivitas
 Klien mampu
Tetap
sertakan
aktivitas minimal oksigen saat aktivitas.
 Kemampuan

aktivitas
Monitoring V/S
meningkat secara
Pantau V/S ps
bertahap
sebelum, selama, dan
 Tidak ada setelah aktivitas selama
keluhan
sesak 3-5 menit.
nafas dan lelah
selama
dan Energi manajemen
setelah aktivits Rencanakan aktivitas
minimal
saat ps mempunyai
 v/s dbn selama energi
cukup
u/
dan
setelah melakukannya.
aktivitas

Bantu klien untuk
istirahat
setelah
aktivitas.
Manajemen nutrisi
 Monitor intake nutrisi
untuk
memastikan
kecukupan
sumbersumber energi
Emosional support
 Berikan reinfortcemen
positip
bila
ps
mengalami kemajuan
2

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d intake nutrisi
inadekuat, faktor
psikologis

Setelah
Manajemen Nutrisi
dilakukan asuhan Kaji adanya alergi
keperawatan … makanan.
jam
klien Kaji makanan yang
menunjukan
disukai oleh klien.
status
nutrisi Kolaborasi team gizi
adekuat dengan untuk penyediaan nutrisi
KH:
TKTP
BB
stabil, Anjurkan klien untuk
tingkat
energi meningkatkan
asupan
adekuat
nutrisi
TKTP
dan
masukan
nutrisi banyak
mengandung
adekuat
vitamin C
 Yakinkan diet yang
dikonsumsi mengandung
cukup
serat
untuk
mencegah konstipasi.
 Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.

Berikan informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi.

Monitor Nutrisi

Monitor BB jika
memungkinkan
 Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan
klien
makan.
 Jadwalkan pengobatan
dan
tindakan
tidak
bersamaan dengan waktu
klien makan.
 Monitor adanya mual
muntah.

Kolaborasi untuk
pemberian terapi sesuai
order

Monitor
adanya
gangguan dalam input
makanan
misalnya
perdarahan,
bengkak
dsb.
 Monitor intake nutrisi
dan kalori.
 Monitor kadar energi,
kelemahan
dan
kelelahan.
3

Perfusi jaringan tdk
efektive
b.d
perubahan ikatan
O2 dengan Hb,
penurunan
konsentrasi
Hb
dalam darah.

Setelah dilakukan perawatan sirkulasi :
tindakan
arterial insuficiency
keperawatan

Lakukan penilaian
selama … jam secara
komprehensif
perfusi jaringan fungsi sirkulasi periper.
klien adekuat (cek nadi priper,oedema,
dengan criteria : kapiler refil, temperatur
Membran ekstremitas).
mukosa merah Evaluasi nadi, oedema
muda

Inspeksi kulit dan
Conjunctiva Palpasi anggota badan
tidak anemis
 Kaji nyeri
- Akral hangat  Atur posisi pasien,
- TTV dalam
ekstremitas bawah lebih
batas normal
rendah
untuk
memperbaiki sirkulasi.

Berikan
therapi
antikoagulan.
 Rubah posisi pasien
jika memungkinkan

 Monitor status cairan
intake dan output

Berikan makanan
yang adekuat untuk
menjaga viskositas darah
4

Risiko infeksi b/d
imunitas
tubuh
menurun, prosedur
invasive

Setelah
Konrol infeksi :
dilakukan askep  Bersihkan lingkungan
…. jam tidak
setelah dipakai pasien
terdapat faktor
lain.
risiko infeksi dg 
Batasi pengunjung
KH:
bila perlu dan anjurkan
 bebas dari u/ istirahat yang cukup
gejala infeksi, 
Anjurkan keluarga
 angka lekosit untuk
cuci
tangan
normal
(4- sebelum dan setelah
11.000)
kontak dengan klien.
 V/S dbn
 Gunakan sabun anti
microba untuk mencuci
tangan.
 Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.

Gunakan baju dan
sarung tangan sebagai
alat pelindung.

Pertahankan
lingkungan yang aseptik
selama pemasangan alat.

Lakukan perawatan
luka
dan
dresing
infus,DC setiap hari jika
ada

Tingkatkan intake
nutrisi. Dan cairan yang
adekuat

berikan antibiotik
sesuai program.
Proteksi terhadap
infeksi
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal.

Monitor
hitung
granulosit dan WBC.
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi.
 Pertahankan teknik

aseptik untuk setiap
tindakan.
 Inspeksi kulit dan
mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas.
 Monitor perubahan
tingkat energi.
 Dorong klien untuk
meningkatkan mobilitas
dan latihan.
 Instruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai program.
 Ajarkan keluarga/klien
tentang tanda dan gejala
infeksi.dan melaporkan
kecurigaan infeksi.
5

PK:Anemia

Setelah
 Monitor tanda-tanda
dilakukan
anemia
askep ..... jam 
Observasi keadaan
perawat dapat
umum klien
meminimalkan 
Anjurkan
untuk
terjadinya
meningkatkan
asupan
komplikasi
nutrisi klien yg bergizi
anemia :

Kolaborasi untuk
Hb >/= 10 gr/dl.
pemeberian
terapi
Konjungtiva tdk initravena dan tranfusi
anemis
darah
Kulit tidak pucat
Kolaborasi kontrol
hangat
Hb, HMT, Retic, status
Fe

6

Deficite Knolage
tentang
penyakit
dan perawatannya
b.d Kurang paparan
thdp
sumber
informasi,
terbatasnya
kognitif

setelah diberikan Teaching : Dissease
penjelasan
Process
selama …. X
Kaji
tingkat
pengetahuan
pengetahuan klien dan
klien
dan keluarga tentang proses
keluarga
penyakit
meningkat
dg
Jelaskan
tentang
KH:
patofisiologi penyakit,
 ps mengerti tanda dan gejala serta
proses
penyebabnya
penyakitnya dan
Sediakan informasi
Program prwtn tentang kondisi klien
serta Th/ yg
Berikan informasi
diberikan dg:
tentang perkembangan
 Ps mampu: klien
Menjelaskan
 Diskusikan perubahan

kembali tentang gaya
hidup
yang
apa
yang mungkin
diperlukan
dijelaskan
untuk
mencegah

Pasien
/ komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
keluarga
kontrol proses penyakit
kooperatif

Diskusikan tentang
pilihan tentang terapi
atau pengobatan

Jelaskan
alasan
dilaksanakannya
tindakan atau terapi

Gambarkan
komplikasi
yang
mungkin terjadi
 Anjurkan klien untuk
mencegah efek samping
dari penyakit
 Gali sumber-sumber
atau dukungan yang ada
 Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
7

Sindrom defisit self
care
b/d
kelemahan,
penyakitnya

Setelah
Bantuan
perawatan
dilakukan askep diri
… jam klien dan  Monitor kemampuan
keluarga dapat pasien
terhadap
merawat diri : perawatan diri yang
activity
daily mandiri
living
(adl)  Monitor kebutuhan
dengan kritria :
akan personal hygiene,

kebutuhan berpakaian, toileting dan
klien sehari-hari makan, berhias
terpenuhi
 Beri bantuan sampai
(makan,
klien
mempunyai
berpakaian,
kemapuan
untuk
toileting, berhias, merawat diri
hygiene,
oral  Bantu klien dalam
higiene)
memenuhi kebutuhannya
 klien bersih sehari-hari.
dan tidak bau.
 Anjurkan klien untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari
sesuai
kemampuannya
 Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara
rutin


dorong
untuk
melakukan
secara
mandiri tapi beri bantuan
ketika
klien
tidak
mampu melakukannya.
 Berikan reinforcement
positif atas usaha yang
dilakukan.
Diposkan oleh Rizki Kurniadi Hari Maret 14, 2012
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA DENGAN NANDA, NOC, NIC
A. Pengertian
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
B. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.

Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat
akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).

Apabila

konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus
ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

C. Etiologi:
1.

Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2.

Perdarahan

3.

Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

4.

Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin,
vitamin C dan copper

D. Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1.

Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:

a.

Anemia aplastik à Penyebab:
- agen neoplastik/sitoplastik
- terapi radiasi
- antibiotic tertentu
- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
- benzene
- infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik

b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopoitin
c.

Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal).

Kelainan ini

meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid,
dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e.

Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit,
penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar
yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu


Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2.

Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
destruksi sel darah merah:
- Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

E. Tanda dan Gejala
o Lemah, letih, lesu dan lelah
o Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
o Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
F. Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
o gagal jantung,
o parestisia dan
o kejang.
G. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang

o Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran
kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
o Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
o Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.
H. Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang:
1.

Anemia aplastik:

o Transplantasi sumsum tulang
o Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.

Anemia pada penyakit ginjal
o Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
o Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3.

Anemia pada penyakit kronis

o Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4.

Anemia pada defisiensi besi

o Dicari penyebab defisiensi besi
o Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5.

Anemia megaloblastik

o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.
o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup
pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG MUNGKIN
MUNCUL

1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb
dalam darah.
4. Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan Hb), prosedur invasive
5. PK anemia
6. Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang informasi.
7. Sindrom deficite self care b.d kelemahan
RENPRA ANEMIA
No
Diagnosa
1
Intoleransi aktivitas
B.d
ketidakseimbangan
suplai & kebutuhan
O2

Tujuan
Intervensi
Setelah
Terapi aktivitas :
dilakukan
 Kaji kemampuan ps
askep .... jam melakukan aktivitas
Klien
dapat
Jelaskan pada ps
menunjukkan
manfaat
aktivitas
toleransi
bertahap
terhadap
 Evaluasi dan motivasi
aktivitas
dgn keinginan
ps
u/
KH:
meningktkan aktivitas
 Klien mampu
Tetap
sertakan
aktivitas minimal oksigen saat aktivitas.
 Kemampuan
aktivitas
Monitoring V/S
meningkat secara
Pantau V/S ps
bertahap
sebelum, selama, dan
 Tidak ada setelah aktivitas selama
keluhan
sesak 3-5 menit.
nafas dan lelah
selama
dan Energi manajemen
setelah aktivits Rencanakan aktivitas
minimal
saat ps mempunyai
 v/s dbn selama energi
cukup
u/
dan
setelah melakukannya.
aktivitas

Bantu klien untuk
istirahat
setelah
aktivitas.
Manajemen nutrisi
 Monitor intake nutrisi

untuk
memastikan
kecukupan
sumbersumber energi
Emosional support
 Berikan reinfortcemen
positip
bila
ps
mengalami kemajuan
2

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d intake nutrisi
inadekuat, faktor
psikologis

Setelah
Manajemen Nutrisi
dilakukan asuhan Kaji adanya alergi
keperawatan … makanan.
jam
klien Kaji makanan yang
menunjukan
disukai oleh klien.
status
nutrisi Kolaborasi team gizi
adekuat dengan untuk penyediaan nutrisi
KH:
TKTP
BB
stabil, Anjurkan klien untuk
tingkat
energi meningkatkan
asupan
adekuat
nutrisi
TKTP
dan
masukan
nutrisi banyak
mengandung
adekuat
vitamin C
 Yakinkan diet yang
dikonsumsi mengandung
cukup
serat
untuk
mencegah konstipasi.
 Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.

Berikan informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi.
Monitor Nutrisi

Monitor BB jika
memungkinkan
 Monitor respon klien
terhadap situasi yang
mengharuskan
klien
makan.
 Jadwalkan pengobatan
dan
tindakan
tidak
bersamaan dengan waktu
klien makan.
 Monitor adanya mual
muntah.

Kolaborasi untuk
pemberian terapi sesuai
order

Monitor
adanya

gangguan dalam input
makanan
misalnya
perdarahan,
bengkak
dsb.
 Monitor intake nutrisi
dan kalori.
 Monitor kadar energi,
kelemahan
dan
kelelahan.
3

Perfusi jaringan tdk
efektive
b.d
perubahan ikatan
O2 dengan Hb,
penurunan
konsentrasi
Hb
dalam darah.

Setelah dilakukan perawatan sirkulasi :
tindakan
arterial insuficiency
keperawatan

Lakukan penilaian
selama … jam secara
komprehensif
perfusi jaringan fungsi sirkulasi periper.
klien adekuat (cek nadi priper,oedema,
dengan criteria : kapiler refil, temperatur
Membran ekstremitas).
mukosa merah Evaluasi nadi, oedema
muda

Inspeksi kulit dan
Conjunctiva Palpasi anggota badan
tidak anemis
 Kaji nyeri
- Akral hangat  Atur posisi pasien,
- TTV dalam
ekstremitas bawah lebih
batas normal
rendah
untuk
memperbaiki sirkulasi.

Berikan
therapi
antikoagulan.
 Rubah posisi pasien
jika memungkinkan
 Monitor status cairan
intake dan output

Berikan makanan
yang adekuat untuk
menjaga viskositas darah

4

Risiko infeksi b/d
imunitas
tubuh
menurun, prosedur
invasive

Setelah
Konrol infeksi :
dilakukan askep  Bersihkan lingkungan
…. jam tidak
setelah dipakai pasien
terdapat faktor
lain.
risiko infeksi dg 
Batasi pengunjung
KH:
bila perlu dan anjurkan
 bebas dari u/ istirahat yang cukup
gejala infeksi, 
Anjurkan keluarga
 angka lekosit untuk
cuci
tangan
normal
(4- sebelum dan setelah
11.000)
kontak dengan klien.

 V/S dbn

 Gunakan sabun anti
microba untuk mencuci
tangan.
 Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.

Gunakan baju dan
sarung tangan sebagai
alat pelindung.

Pertahankan
lingkungan yang aseptik
selama pemasangan alat.

Lakukan perawatan
luka
dan
dresing
infus,DC setiap hari jika
ada

Tingkatkan intake
nutrisi. Dan cairan yang
adekuat

berikan antibiotik
sesuai program.
Proteksi terhadap
infeksi
 Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal.

Monitor
hitung
granulosit dan WBC.
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi.
 Pertahankan teknik
aseptik untuk setiap
tindakan.
 Inspeksi kulit dan
mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas.
 Monitor perubahan
tingkat energi.
 Dorong klien untuk
meningkatkan mobilitas
dan latihan.
 Instruksikan klien
untuk minum antibiotik
sesuai program.
 Ajarkan keluarga/klien
tentang tanda dan gejala
infeksi.dan melaporkan
kecurigaan infeksi.

5

PK:Anemia

Setelah
 Monitor tanda-tanda
dilakukan
anemia
askep ..... jam 
Observasi keadaan
perawat dapat
umum klien
meminimalkan 
Anjurkan
untuk
terjadinya
meningkatkan
asupan
komplikasi
nutrisi klien yg bergizi
anemia :

Kolaborasi untuk
Hb >/= 10 gr/dl.
pemeberian
terapi
Konjungtiva tdk initravena dan tranfusi
anemis
darah
Kulit tidak pucat
Kolaborasi kontrol
hangat
Hb, HMT, Retic, status
Fe

6

Deficite Knolage
tentang
penyakit
dan perawatannya
b.d Kurang paparan
thdp
sumber
informasi,
terbatasnya
kognitif

setelah diberikan Teaching : Dissease
penjelasan
Process
selama …. X
Kaji
tingkat
pengetahuan
pengetahuan klien dan
klien
dan keluarga tentang proses
keluarga
penyakit
meningkat
dg
Jelaskan
tentang
KH:
patofisiologi penyakit,
 ps mengerti tanda dan gejala serta
proses
penyebabnya
penyakitnya dan
Sediakan informasi
Program prwtn tentang kondisi klien
serta Th/ yg
Berikan informasi
diberikan dg:
tentang perkembangan
 Ps mampu: klien
Menjelaskan
 Diskusikan perubahan
kembali tentang gaya
hidup
yang
apa
yang mungkin
diperlukan
dijelaskan
untuk
mencegah

Pasien
/ komplikasi di masa yang
keluarga
akan datang dan atau
kooperatif
kontrol proses penyakit

Diskusikan tentang
pilihan tentang terapi
atau pengobatan

Jelaskan
alasan
dilaksanakannya
tindakan atau terapi

Gambarkan
komplikasi
yang
mungkin terjadi
 Anjurkan klien untuk
mencegah efek samping

dari penyakit
 Gali sumber-sumber
atau dukungan yang ada
 Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada
petugas kesehatan
7

Sindrom defisit self
care
b/d
kelemahan,
penyakitnya

Setelah
Bantuan
perawatan
dilakukan askep diri
… jam klien dan  Monitor kemampuan
keluarga dapat pasien
terhadap
merawat diri : perawatan diri yang
activity
daily mandiri
living
(adl)  Monitor kebutuhan
dengan kritria :
akan personal hygiene,

kebutuhan berpakaian, toileting dan
klien sehari-hari makan, berhias
terpenuhi
 Beri bantuan sampai
(makan,
klien
mempunyai
berpakaian,
kemapuan
untuk
toileting, berhias, merawat diri
hygiene,
oral  Bantu klien dalam
higiene)
memenuhi kebutuhannya
 klien bersih sehari-hari.
dan tidak bau.
 Anjurkan klien untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari
sesuai
kemampuannya
 Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara
rutin

dorong
untuk
melakukan
secara
mandiri tapi beri bantuan
ketika
klien
tidak
mampu melakukannya.
 Berikan reinforcement
positif atas usaha yang
dilakukan.

Diposkan oleh Rizki Kurniadi Hari Maret 14, 2012
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest