PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PEKERJA SEKS TENTANG HIV AIDS BERDASARKAN KARAKTERISTIK USIA DAN TINGKAT PENDIDIKAN DI LOKALISASI PEMBATUAN LANDASAN ULIN TIMUR BANJARBARU

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PEKERJA SEKS TENTANG HIV/
AIDS BERDASARKAN KARAKTERISTIK USIA DAN TINGKAT
PENDIDIKAN DI LOKALISASI PEMBATUAN LANDASAN ULIN TIMUR
BANJARBARU
1,2,3

Zainab1 ,Rizkiyah2, Siti Nurhayani3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
e-mail: keperawatan.banjarmasin@gmail.com

Abstrak: Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS Berdasarkan
Karakteristik Usia Dan Tingkat Pendidikan Di Lokalisasi Pembantuan Landasan Ulin Timur
Banjarbaru. HIV-AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah
sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV/ AIDS adalah
merupakan masalah darurat global. Penyakit ini merupakan salah satu dampak dari pelacuran dan
kegiatan seks yang menyimpang. Di seluruh dunia lebih dari 20 juta orang meninggal.Penelitian ini
bersifat deskriptif, dengan pendekatan secara Cross Sectional. Teknik Pengambilan data secara Simple
Random Sampling yaitu melakukan pengundian pada seluruh populasi untuk mendapatkan sampel
sebanyak 67 responden. Secara statistik penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden
tentang penyakit HIV-AIDS paling banyak yaitu pada kategori pengetahuan kurang sebanyak 31
responden (46,3%). Sikap responden tentang penyakit HIV-AIDS paling banyak yaitu pada kategori sikap

negatif sebanyak 42 responden (62,7%). Pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan usia terbanyak adalah
26 responden (38,8%) pada responden berpengetahuan kurang dengan usia dewasa sedangkan sikap
tentang HIV-AIDS dengan usia terbanyak adalah 32 responden (47,8%) pada responden bersikap negatif
dengan usia dewasa. Pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan pendidikan terbanyak adalah 19 responden
(28,4%) memiliki pengetahuan kurang dengan pendidikan tinggi (Tamat SMA) sedangkan sikap tentang
HIV-AIDS dengan pendidikan terbanyak adalah 24 responden (35,8%) pada responden bersikap negatif
dengan pendidikan tinggi (Tamat SMA).
Kata Kunci: pengetahuan- sikap- HIV-AIDS

HIV/AIDS adalah
merupakan masalah
darurat global. Penyakit ini merupakan salah satu
dampak dari pelacuran dan kegiatan seks yang
menyimpang. Di seluruh dunia lebih dari 20 juta
orang meninggal. Sementara 40 juta orang telah
terinfeksi. HIV/AIDS merupakan salah satu
ancaman terbesar terhadap pembangunan sosialekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara–
negara berkembang. HIV/ AIDS telah menyebabkan
kemiskinan yang semakin parah. Fakta yang lebih
memperihatinkan adalah bahwa di seluruh dunia

setiap hari virus HIV menular pada setiap 2000 anak
dibawah 15 tahun, terutama berasal dari penularan
ibu-bayi, menghilangkan nyawa 1.400 anak dibawah
15 tahun dan menginfeksi lebih dari 6.000 orang
muda dalam usia produktif antara 15–24 tahun
yang juga merupakan mayoritas dari orang–orang
yang hidup dengan HIV/AIDS. (KPA Nasional:
Strategi Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS
2007–2010).
HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran
di berbagai belahan bumi. HIV/AIDS adalah salah
satu penyakit yang harus diwaspadai karena
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
sangat berakibat pada penderitanya. Acquired

Wanita Pekerja Seks ialah para pekerja yang
bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan
untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang
telah memakai jasa mereka tersebut. Di beberapa
Negara istilah prostitusi dianggap mengandung

pengertian yang negatif. Di Indonesia, para
pelakunya diberi sebutan Pekerja Seks Komersial
(PSK). Ini artinya bahwa para perempuan itu adalah
orang yang tidak bermoral karena melakukan suatu
pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai
kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat. Karena
pandangan semacam ini, para pekerja seks
mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang
kotor, hina, dan tidak bermartabat. Tetapi orangorang
yang
mempekerjakan
mereka
dan
mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan ini
tidak mendapatkan cap demikian.
Eksploitasi
seksual,
pelacuran
dan
perdagangan manusia semuanya adalah tindakan

kekerasan terhadap perempuan dan karenanya
merupakan pelanggaran martabat perempuan dan
adalah pelanggaran berat hak asasi manusia. Jumlah
Pekerja Seks Komersial (PSK) meningkat secara
dramatis di seluruh dunia karena sejumlah alasan
ekonomis, sosial dan kultural.
89

90 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 89-95

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan
sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh
manusia setelah sistem kekebalannya dirusak oleh
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
mencatat jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh
dunia meningkat jumlahnya hingga mencapai 5,2

juta jiwa. Sedangkan pada tahun lalu, jumlahnya
hanya 1,2 juta jiwa saja. Berdasarkan data
Kemenkes pada akhir Juni 2011 terdapat 21.770
kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV positif dengan
persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni 48,1%
dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9%. Pada periode
triwulan kedua tahun 2012 terdapat penambahan
kasus AIDS sebanyak 1.206 kasus. Sedangkan di
Indonesia dari 220 juta penduduk terdapat sekitar
170.000 sampai 210.000 yang mengidap HIV/AIDS
dari jumlah tersebut. Dengan cara penularan
utamanya adalah melalui hubungan seksual tanpa
menggunakan
pelindung.
Penyebaran
virus
HIV/AIDS di Kabupaten Kediri semakin
besar.Hingga akhir Maret 2013 jumlah menderita
terdeteksi mencapai 162 orang. Penderita HIV/AIDS
terus meningkat setiap tahunnya (Hairul S, 2012).

Menurut Data Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2013 mengungkapkan,
dari jumlah penderita HIV/AIDs dari wanita pekerja
seks atau WPS tersebut sebanyak 222 kasus terkena
HIV dan 18 kasus AIDS. Tingginya angka kasus
HIV dan AIDS pada WPS yaitu mencapai 33,9%
dari total kasus yang terjadi, karena intensifnya
program penanggulangan penyakit mematikan
tersebut. Penyebaran penyakit yang belum
ditemukan obatnya tersebut di lokasi-lokasi tempat
bekerja para Pekerja Seks Komersial hal menjadi
indikasi kuat bahwa HIV/AIDs tidak hanya berada
pada populasi kunci yang rawan menularkan atau
ditularkan, tapi sudah memasuki populasi umum
atau masyarakat (Dinkes Kalimantan Selatan, 2013).
Berdasarkan data Kasus HIV/AIDS di
Kotamadya Banjarbaru pada tahun 2013 terdapat
hampir 74 orang terkena penyakit tersebut
diantaranya para pekerja WPS, dan para pengguna
WPS tersebut hampir rata-rata sekitar 44 orang

terkena HIV dan 30 orang terkena AIDS. Banjarbaru
merupakan kota ketiga terbanyak yang memiliki
resiko penyebaran penyakit HIV/AIDS setelah
Batulicin dan Banjarmasin. Menurut data Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013
tentang kejadian menurut jenis pekerjaan ialah:

Pekerjaan
IbuRumah
Tangga
Narapidana
TenagaNon
Profesional
WPS
Wiraswasta/Tidak
diketahui

HIV/ AIDS

% Kejadian

79

11,3

46
78

6,5
11,2

240
198

33,9
26

WPS merupakan berkontribusi memiliki
paling besar dalam penularan HIV/AIDS. Faktor
yang menyebabkan tinggi angka ini dikarenakan
Aktifitas pertambangan, letak geografik, sehingga

memicu prostitusi dan terjadinya perubahan budaya
pergaulan bebas.
Beberapa cara untuk mengubah pengetahuan
maupun sikap perlu ditingkatkan pengetahuan
tentang HIV/AIDS serta mendapat dukungan dari
orang lain sehingga sikap positif dapat diwujudkan
dalam bentuk pencegahan HIV/AIDS. Selain itu
upaya yang dapat di lakukan untuk menurunkan
angka kejadian seks bebas dapat ditempuh melalui
penyuluhan dan konseling dan adanya peningkatan
komitmen serta tekad dari Dinas Kesehatan
Indonesia dan lembaga kemasyarakatan untuk
bersama-sama
mengupayakan
peningkatan
pengetahuan tentang HIV/AIDS untuk mencegah
terjadinya seks bebas (Budiono, 2009).
Diharapkan dengan adanya peningkatan
pengetahuan akan timbul sikap positif untuk
mencegah seks bebas. Untuk itu cara yang tepat

untuk mencegah terjadinya seks bebas adalah
dengan cara menambah pengetahuan kita tentang
akibat terkena penyakit HIV/AIDS baik dari buku,
penyuluhan maupun media massa (Syaifullah,
2010).
Salah satu faktor yang mempengaruhi
pencegahan HIV/AIDS adalah pengetahuan. Hasil
penelitian Juliastika (2011), menyebutkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek
penggunaan kondom untuk pencegahan HIV/AIDS
oleh para wanita pekerja seks dikota Jakarta.
Dan mungkin bila para pekerja seks komersial
sudah mempunyai pengetahuan pencegahan
HIV/AIDS, maka resiko untuk tertular HIV/AIDS
akan lebih kecil. Dan pengetahuan itu mulai
didapatkan salah satunya dari penyuluhan maupun
bimbingan konseling. Pekerja seks komersial yang
memiliki potensi yang sangat besar untuk tertular
HIV/AIDS.
Cara penularan HIV dapat melalui hubungan

seksual, penggunaan obat suntik, ibu ke anak-anak
dan lain-lain. Mengenai penyakit HIV/AIDS,
penyakit ini telah menjadi pandemi yang
mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena
disamping belum ditemukan obat dan vaksin
pencegahan penyakit ini juga memiliki “window
periode” dan fase asimtomatik (tanpa gejala) yang

Zainab, Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS 91

relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal
tersebut menyebabkan pola perkembangannya
seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena).
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di
seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun
berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari
beberapa cara penularan tersebut, masing-masing
penularan memiliki resiko penularan cukup besar.
Oleh karena itu, penularan HIV harus diberi
pengobatan
agar
penyebaran
mengalami
perlambatan.
Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri
dari sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi
konseling dan test mandiri (VCT), dukungan bagi
pencegahan penularan HIV/AIDS, konseling tidak
lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi,
pengobatan IMS, pengelolaan efek
nutrisi,
pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik
(IOS), dan pemberian obat-obat antiretroviral. Obat
antiretroviral digunakan dalam pengobatan infeksi
HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu
sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV
dalam tubuh. Perkembangan ilmu pengetahuan
dibidang matematika memberikan peranan penting
untuk menganalisa pendekatan dan manajemen
penularan penyakit.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan
kuesioner serta wawancara dengan sesi tanya jawab
terhadap 10 pekerja seks komersial, menyatakan
mereka dalam pencegahan penyakit menular
menggunakan meminum jamu-jamuan ada 6 orang,
yang menggunakan kondom 2 orang, yang hanya
mencuci cukup dengan mencuci dengan air bersih
ada 2 orang. Paling banyak Pekerja Seks Komersial
masih salah mengenai cara pencegahan yang benar
dalam mengatasi resiko penularan HIV/AIDS. Dan
menurut mereka peralatan makan bekas penderita
positif HIV dapat menularkan HIV/AIDS, serta
berjabatan tangan bias terkena penyakit tersebut.
Dari fenomena yang terjadi diatas peneliti ingin
melakukan
penelitian
tentang
Gambaran
Pengetahuan dan Wanita Pekerja Seks tentang HIV/
AIDS Berdasarkan Karakteristik Usia dan Tingkat
Pendidikan di Lokalisasi Pembatuan Landasan Ulin
Timur Banjarbaru.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
dengan pendekatan Cross Sectional Pengumpulan
data dengan menggunakan kuesioner tertutup yang
dikumpulkan dari responden langsung pada saat di
lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan adalah
data dari klien yang meliputi tentang pengetahuan

dan sikap serta data tentang usia dan tingkat
pendidikan responden. Penelitian dilakukan di
Lokalisasi Pembatuan Guntung Payung Banjarbaru
Kalimantan Selatan dari bulan Februari s.d bulan
Juni 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua wanita pekerja seks yang ada di Lokalisasi
Pembatuan Guntung Payung Banjarbaru sebanyak
200 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian dari wanita pekerja seks yang ada di
Lokalisasi sebanyak 67 orang. Teknik sampling
digunakan adalah simple random sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Karakteristik Responden
1. Pendidikan Responden
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pendidikan Responden
Pendidikan
Rendah(SD- SLTP)
Tinggi (SMA-PT)
Jumlah

Responden
Frekuensi
26
41
67

%
38,8%
61,2%
100%

Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan bahwa
responden yang berperan serta dalam penelitian
memiliki pendidikan terbanyak yaitu berpendidikan
tinggi (SMA-PT)sebanyak 41 responden (61,2%)
dan paling sedikit berpendidikan rendah (SDSLTP)sebanyak 26 responden (38,8%).

2. Usia Responden
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
Responden
Usia
Remaja (17-25)
Dewasa (26-45)
Jumlah

Responden
Frekuensi
14
53
67

%
20,9
79,1
100%

Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa
responden yang berperan serta dalam penelitian
memiliki usia terbanyak yaitu usia 26-45 tahun
sebanyak 53 responden (79,1%) dan usia paling
sedikit ialah yaitu usia 17-25 tahun sebanyak 14
responden (20,9%).

92 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 89-95

Berdasarkan tabel 4.10 dengan hasil tabulasi
silang didapatkan paling banyak responden
memiliki sikap negatif dan cakupan usia dewasa
dengan temuan 32 orang (47,8%) dan paling sedikit
memiliki sikap positif dan cakupan usia remaja
dengan temuan 4 orang (6%).
Gambaran Khusus Hasil Penelitian.
1. Pengetahuan Responden
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden Tentang HIV-AIDS
Responden

Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi
14
22
31
67

%
20,9
32,8
46,3
100%

Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa
Pengetahuan responden tentang HIV-AIDS paling
banyak yaitu pada kategori pengetahuan kurang
sebanyak 31 responden (46,3%) dan paling sedikit
pada kategori pengetahuan baik sebanyak 14
responden (20,9%).

5. Tabulasi Silang Sikap dengan Pendidikan
Tabel 4.11. Tabulasi Silang Sikap dengan
Pendidikan
Sikap

Positif
Negatif
Jumlah

Usia
Remaja
n
4
10
14

Total
Dewasa
%
6
14,9
20,9

n
21
32
53

%
31,3
47,8
79,1

N
25
42
67

%
37,3
62,7
100

Berdasarkan tabel 4.11 dengan hasil tabulasi
silang didapatkan paling banyak responden memiliki
sikap negatif dan cakupan pendidikan tamat SMA
(tinggi) dengan temuan 24 orang (35,8%) dan paling
sedikit memiliki sikap positif dan cakupan
pendidikan rendah dengan temuan 8 orang (12%%).
2. Sikap Responden
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi SikapResponden
Tentang HIV-AIDS
Responden

Sikap
Positif
Negatif
Jumlah

Frekuensi
25
42
67

%
37,3
62,7
100%

Pendidikan
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Total

Rendah

Tinggi

n

%

n

%

N

%

4
10
12

6
14,9
17,9
26

10
12
19
38,
8

14,9
17,9
28,4
41

14
22
31
61,2

20,9
32,8
46,3
6 100
7

Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa sikap
responden tentang HIV-AIDS paling banyak yaitu
pada kategori sikap negatif sebanyak 42 responden
(62,7%) dan paling sedikitp ada kategori sikap
positif sebanyak 25 responden (37,3%).

3. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Usia

PEMBAHASAN
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa pengetahuan responden tentang HIV-AIDS
paling banyak yaitu pada kategori pengetahuan
kurang sebanyak 31 responden (46,3%), pada

Zainab, Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS 93

kategori pengetahuan cukup sebanyak 22 responden
(32,8%), sedangkan yang paling sedikit ialah pada
pengetahuan baik sebanyak 14 responden (2,9%).
Menurut peneliti banyaknya responden yang
memiliki pengetahuan kurang karena rata-rata
responden kurang mengetahui bagaimana cara
penyebaran penularan dan pencegahan tentang
penyakit HIV-AIDS, dan tanda-tanda orang terkena
HIV-AIDS itu sendiri, serta dalam hal pencegahan
mereka tidak mengetahui secara pasti cara
pencegahan selain menggunakan kondom saat
berhubungan intim. Pada dasarnya WPS yang
kurang dalam hal pengetahuan umumnya mereka
kurang mendapatkan informasi tentang apa itu
penyakit HIV-AIDS, pencegahan, cara penularan,
dan hal perilaku hidup bersih dan sehat kebutuhan
dan tuntutan ekonomi merupakan salah satu dari
penyebab kurangnya pengetahuan dan acuhnya
menjaga kesehatan organ intim WPS itu sendiri.
Menurut pernyataan dr Subuh (2009)
sependapat dengan peneliti yakni masyarakat masih
rendahnya pengetahuan dan pemahaman yang benar
akan HIV-AIDS membuat pencegahan HIV-AIDS
belum maksimal serta memunculkan stigma dan
diskriminasi bagi orang dengan HIV-AIDS
(ODHA). Pernyataan ini disampaikan oleh dr. HM.
Subuh, MPPM pada acara seminar nasional
mengenai HIV-AIDS yang diselenggarakan oleh
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember di
Hotel Bintang Mulia. Seminar kali ini mengambil
tema “Wujudkan Masyarakat Sehat Bebas HIVAIDS, Langkah Strategis mencapai MDG’s 2015”.
Pada penelitiannya mengemukakan sosialisasi HIVAIDS bagi penduduk usia 15-40 tahun yang berjalan
semenjak tahun 2010. Targetnya, pada tahun 2014
nanti, penduduk Indonesia usia 15-40 tahun yang
tahu dan paham akan HIV-AIDS telah mencapai
95% dari angka sekarang yang masih di kisaran
65%. Menurutnya pada data statistik di Indonesia
HIV-AIDS pada akhir Juni 2014 terdapat ± 821
kasus AIDS dan ± 541 kasus HIV positif dengan
persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni 48,1%
dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9% (Subuh,
2009).
Pengetahuan kesehatan (health knowledge)
yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan
seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, termasuk tindakan untuk mencegah
penyakit, kebersihan perorangan atau perilaku hidup
bersih dan sehat (Rahmat, 2009).
Media massa/ sumber informasi baik visual
maupun audio visual seperti televisi, surat kabar dan
informasi dari tenaga kesehatan mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan opini, sikap,
perilaku dan kepercayaan seseorang maka
pengetahuan masyakat tentang penyakit HIV-AIDS
dikategorikan kurang hal ini dapat dikarenakan oleh
banyak faktor diantaranya yaitu kurang banyaknya
sumber pengetahuan dan informasi mengenai
pencegahan penyakit HIV-AIDS secara mendetail
kepada masyarakat maupun WPS yang ada di tempat
penelitian seperti kurangnya menjaga PHBS organ
intim, menggunakan kondom saat berhubungan
intim, sama hal nya pendidikan di WPS sangat
mempengaruhi pengetahuan. Hal ini disebabkan
oleh umur, perilaku serta tingkat pendidikan
responden yang sebagian besar tamat SLTA (Anwar,
2004).
2. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sikap
responden tentang HIV-AIDS paling banyak yaitu
pada kategori sikap negatif sebanyak 42 responden
(62,7%).
Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap
WPS di Pembatuan Kelurahan Landasan Ulin Timur
masih bersikap negatif hal ini dikarenakan WPS itu
sendiri memiliki respon dalam pencegahan HIV
sangat rendah seperti hal WPS di daerah pembatuan
merupakan daerah lokalisasi yang dalam konsep
lingkungan merupakan daerah tempat adanya
kegiatan Seks serta dalam lingkungannya Lokalisasi
pembatuan sudah menjadi mata pencaharian wanita
pekerja seks, artinya sangat sulit mengubah sikap,
pengetahuan, perilaku karena adanya faktor
kebiasaan, lingkungan.
Pernyataan di atas sependapat dengan
pernyataan Khairi (2008) yang menyatakan sikap
merupakan pola pikir dari perilaku lingkungan
sekitarnya apa yang dilakukan dilingkungan sekitar
tentu menjadi dasar dalam berperilaku misalkan
seorang anak tumbuh berkembang di lingkungan
pesantren tentu dia akan rajin sholat dan bisa
mengaji dan sebaliknya jika seorang tumbuh di
lingkungan yang negatif akan mempengaruhi pola
pikir dalam bersikap. Jadi dalam konsep ini pola
pikir dan sikap seseorang sangat berpengaruh dari
lingkungannya dimana dia tinggal (Khairi, 2008).
Sikap adalah reaksi, tindakan atau respon yang
dilakukan pekerja dalam melakukan pencegahan
HIV-AIDS. Solusi dari masalah ini hendak kita
selaku tenaga kesehatan memberikan informasi
kepada masyarakat maupun WPS agar melakukan
pencegahan penyakit yang sangat mematikan itu
(HIV-AIDS) yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan penyebaran hingga tidak terjadi
HIV-AIDS lagi. Kegiatan pencegahan tersebut
adalah menjaga perilaku hidup bersih dan sehat

94 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 89-95

(PHBS) dari diri WPS dan adanya peran serta lintas
sektor dalam memberikan informasi untuk
mengurangi dampak dari penyakit HIV-AIDS yang
semakin meluas di masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
3. Gambaran Pengetahuan tentang HIV-AIDS
dengan Usia
Berdasarkan hasil ini didapatkan dari 67 orang
ternyata 3 orang (4,5%) berpengetahuan baik dengan
usia remaja dan usia dewasa sebanyak 11 orang
(16,4%). Pada kategori berpengetahuan cukup
dengan usia remaja sebanyak 6 orang (9%) dan usia
dewasa sebanyak 16 orang (23,9%). Untuk kategori
berpengetahuan kurang dengan usia remaja
sebanyak 5 orang (7,5%) dan usia dewasa sebanyak
26 orang (38,8%).
Dari data di atas ternyata pengetahuan dengan
usia
terbanyak
adalah
pada
responden
berpengetahuan kurang dengan usia dewasa 26-45
tahun. Artinya usia dan pengetahuan tidak memiliki
hubungan yang mendasar tentang pengetahuan
seseorang baik dilihat dari segi usianya. Menurut
Hari (2009) Pengetahuan dan Usia memang sangat
berhubungan namun tidak semua pengetahuan dan
usia seseorang menjadi acuan dalam hal
pengalaman. Semakin lama usia seseorang belum
tentu pengalamannya lebih baik dari usia yang lebih
muda.
Saran peneliti dalam hal ini pengetahuan
WPS yang sudah baik ditingkatkan dan pengetahuan
yang masih kurang diberikan KIE (Komunikasi
Informasi dan Edukasi) dari pemerintah setempat
serta masih ada faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu
perilaku, sikap dan lingkungan budaya sekitar.
4. Gambaran Pengetahuan dengan Pendidikan
dengan Responden
Hasil penelitian didapatkan dari 67 orang
ternyata memiliki pengetahuan baik pendidikan
SLTP sebanyak 4 orang (6%) dan berpendidikan
SMA sebanyak 10 orang (14,9%) sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan cukup
pendidikan SD sebanyak 3 orang (4,5%),
pendidikan SLTP sebanyak 7 orang (10,4%) dan
berpendidikan SMA sebanyak 12 orang (17,9%).
Pada responden yang memiliki pengetahuan kurang
pendidikan SD sebanyak 4 orang (6%), pendidikan
SLTP sebanyak 8 orang (11,9%) dan berpendidikan
SMA sebanyak 19 orang (28,4%).
Dari data di atas pengetahuan dan pendidikan
terbanyak responden terdapat pada pengetahuan
kurang dengan pendidikan Tamat SMA. Artinya
pendidikan masih menjadi unsur paling penting
dalam
meningkatkan
pengetahuan.
Namun
ditemukan fakta walaupun pendidikan tinggi

(Tamat SMA) belum menjamin memiliki
pengetahuan yang baik dalam mengetahui HIVAIDS itu sendiri, para WPS hanya mengetahui apa
HIV-AIDS dan tidak mengetahui apa saja dampak,
penularan dan bagaimana cara penyebaran HIVAIDS secara mendetail.
5. Gambaran Sikap tentang HIV-AIDS dengan
Usia
Hasil penelitian didapatkan dari 67 orang
ternyata responden yang memiliki sikap positif
dengan usia remaja sebanyak 4 orang (6%) dan usia
dewasa sebanyak 21 orang (31,3%). Pada kategori
memiliki sikap negatif dengan usia remaja sebanyak
10 orang (14,9%) dan usia dewasa sebanyak 32
orang (47,8%). Dari data di atas paling banyak
responden memiliki sikap negatif dengan usia
dewasa. Pada kasus ini WPS di lokalisasi pembatuan
memang rata-rata banyak pada usia di atas 30 tahun
jadi hasil penelitian memang lebih condong ke WPS
usia 30 tahun keatas.
Menurut penelitian Sama halnya pengetahuan,
perilaku, sikap juga masih berperan penting dengan
usia seseorang. WPS itu sendiri memiliki respon
dalam pencegahan HIV sangat rendah seperti hal
WPS di daerah pembatuan merupakan daerah
lokalisasi yang dalam konsep lingkungan merupakan
daerah tempat adanya kegiatan seks serta dalam
lingkungannya Lokalisasi pembatuan sudah menjadi
mata pencaharian wanita pekerja seks, artinya sangat
sulit mengubah sikap, pengetahuan, perilaku karena
adanya faktor kebiasaan, lingkungan dan sudah
kebudayaan yang sangat sulit untuk dihilangkan.
6. Gambaran Sikap tentang HIV-AIDS dengan
Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari
67 orang ternyata memiliki sikap positif pendidikan
SD sebanyak 2 orang (3%) dan berpendidikan SLTP
sebanyak 6 orang (9%) dan berpendidikan SMA
sebanyak 17 orang (25,4%) sedangkan responden
yang memiliki sikap negatif pendidikan SD
sebanyak 5 orang (7,5%), pendidikan SLTP
sebanyak 13 orang (19,4%) dan berpendidikan SMA
sebanyak 24 orang (35,8%).
Data tebanyak pada hasil penelitian ini adalah
WPS banyak memiliki sikap negatif dan hanya
berpendidikan tamat SMA. Sangat sulit mengubah
sikap seseorang dari segi pendidikan dengan
predikat tamat SMA para WPS hanya mengandalkan
ijazah SMA dan hal tersebut sangat sulit untuk
mencari pekerjaan yang layak pada zaman sekarang.
Pada konsep ini sering kali pekerjaan dan
pendidikan menjadi penghalang untuk menambah
kebutuhan ekonomi Hal ini dapat juga terjadi karena
adanya faktor–faktor lain selain pengetahuan, sikap

Zainab, Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pekerja Seks Tentang HIV/AIDS 95

dan pekerjaan yang disebabkan oleh kesibukan dari
responden bekerja setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan hidup, sehingga perilaku, sikap dan
kebiasaan untuk lebih memperhatikan kebersihan
organ intim sangat jarang diperhatikan oleh WPS.
Menurut peneliti sikap, pengetahuan yang di
dapat oleh para responden perlu ditingkatkan serta
mengubah perilaku dalam menjaga kebersihan organ
intim untuk mencegah penularan HIV-AIDS yang
semakin berkembang seperti menggunakan kondom
dll, karena dalam mengurangi angka kejadian HIV
di daerah lokalisasi tersebut sangat rentan adanya
berbagai macam penyakit kelamin serta perlu
banyak pengetahuan tentang pengenalan bagaimana
penularan HIV-AIDS dari masyarakat, lintas sektor,
instansi terkait serta pemerintah daerah, bagaimana
siklus kejadian HIV-AIDS sangat rentan terjadi di
daerah lokalisasidalam upaya pelayanan promitif
(penyuluhan, KIE).
SIMPULAN

1. Pengetahuan respondententang penyakitHIVAIDSpaling banyak yaitu pada kategori
pengetahuan kurang sebanyak 31 responden
(46,3%).
2. Sikap responden tentang penyakit HIV-AIDS
paling banyak yaitu pada kategori sikap negatif
sebanyak 42 responden (62,7%).
3. Pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan usia
terbanyak adalah 26 responden (38,8%) pada
responden berpengetahuan kurang dengan usia
dewasa sedangkan sikap tentang HIV-AIDS
dengan usia terbanyak adalah 32 responden
(47,8%) pada responden bersikap negatif dengan
usia dewasa.
4. Pengetahuan tentang HIV-AIDS dengan
pendidikan terbanyak adalah 19 responden
(28,4%) memiliki pengetahuan kurang dengan
pendidikan tinggi (Tamat SMA) sedangkan sikap
tentang HIV-AIDS dengan pendidikan terbanyak
adalah 24 responden (35,8%) pada responden
bersikap negatif dengan pendidikan tinggi (Tamat
SMA).

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Azwar Aimul. 2009. Riset Keperawatan dan Teknik
Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Budiono, 2009.Pengetahuan Tentang HIV/AIDS
Untuk Mencegah Terjadinya Seks Bebas.
Makna Jurnalisme & AIDS. Jakarta. Dinkes
Kalimantan Selatan, 2013.Laporan Kejadian
HIV/ AIDS Provinsi Kalsel.
Djaali 2008, Skala Likert.Diakses tanggal 19 April
2014.
http://www.Djaali.blogspot.co.id/2014/03/17/s
kala Likert.html.
Hairul S, 2012.Kasus HIV/AIDS di Indonesia Terus
Naik. Diakses tanggal 17 Maret 2014.
http://www.surya.co.id/2014/03/17/kasushivaids-di-indonesia-terus-naik.html.
Irmayanti, 2007.MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga
Penerbitan FEUI.
Juliastika, 2011.Kondom Untuk Pencegahan
HIV/AIDS.Karya Tulis Ilmiah Politeknik
Kesehatan Makasar.Makasar.
KPA Nasional, Strategi Nasional Penanggulangan
HIV/ AIDS 2007 – 2010.
Nasrounydin, 2007.Anamnesis seropositif HI.Makna
Jurnalisme & AIDS. Jakarta.
Nida,
2006.Diagnosis
AIDS.Pelajaran
dari
Penderita HIV/AIDS. Diakses pada tanggal 11
Maret 2014.
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/11685

/Pelajaran_Dari_Penderita_HIV/AIDS.
Notoatmodjo,
2002.
Metodelogi
Penelitian
Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku.Rineka cipta. Jakarta.
Normayanti, 2011.Gambaran dan Sikap ibu hamil
tentang
pencegahan
penyakit
HIV/
AIDS.Karya
Tulis
Ilmiah
Politeknik
Kesehatan Makasar.Makasar.
Nursalam, 2003. Konsep Penerapan Metodelogi
Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Prawirohardjo, 2009.Ilmu Kebidanan. Yogyakarta :
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo.
Syaifullah, 2010.Pengetahuan Tentang HIV/
AIDS.Tonggak Hijrah Seorang Beresiko
HIV/AIDS.JayaKarya. Yogyakarta
Syamsuridjat, 2001. Gejala AIDS. Makna
Jurnalisme&AIDS. Jakarta.
UNAIDS, WHO 2009 AIDS Epidemic Update.
2009. Diakses tanggal 13 Februari 2014.
URL: http://www.who.int. Wikipedia, 2009.
Pengetahuan.
Diambil
dari
www.wikipedia.co.id di akses Februari 2014.

96 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 89-95