DIPLOMASI DAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DALAM UPAYA MENGHADAPI MASALAH GLOBAL TERKAIT KELOMPOK MILITAN ISIS
DIPLOMASI DAN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DALAM UPAYA MENGHADAPI MASALAH GLOBAL TERKAIT KELOMPOK MILITAN ISIS
Faustina Tamisari
Program Studi Ilmu Politik – Konsentrasi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran Jl. Bukit Dago Utara No.25 Bandung e-mail: faustina.tamisari@gmail.com
Abstract
Post 9/11 tragedy, the which is Considered as a defining moment for the threat of terrorism today, many things have been done by countries - Including Indonesia, to eradicate and end the terror. The threat has been escalated and spreaded Widely to Southeast Asia. As a country that is still growing, Indonesia has a national interest, one of the which is to maintain the stability of Southeast Asia - because of the stability of this region is one of the external factors that Affects the national security and stability of Indonesia itself. Maintaining the stability of one of them is through diplomacy, soft power or smart power precisely to prevent the values and ideologies of radical group, ISIS, to not enter and Widely spread in Indonesia. The Indonesian government needs to perceive from the strategic perspectives of foreign policy, not only in terms of domestic only. Preventive efforts undertaken by Indonesia not only in the domestic alone but must pay attention to external factors as well as through its foreign policy.
Keywords: terrorism, diplomacy, foreign policy, soft power, smart power, militant, ISIS
Abstrak
Setelah peristiwa 9/11 yang merupakan suatu defining moment bagi awal mulanya ancaman tindakan terorisme yang berkembang saat ini, sudah banyak kiat-kiat yang dilakukan berbagai negara – termasuk Indonesia, untuk dapat mengehentikan tindakan tersebut. Tindakan teror ini sudah semakin berkembang dan meluas hingga Asia Tenggara. Sebagai negara yang masih terus berkembang, Indonesia memiliki kepentingan nasional, salah satunya adalah, untuk menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara – karena kestabilan kawasan ini menjadi salah satu faktor eksternal yang juga dapat mempengaruhi keamanan dan kestabilan nasional Indonesia itu sendiri. Menjaga stabilitas tersebut salah satunya adalah dengan melalui diplomasi soft power atau justru smart power untuk mencegah supaya nilai-nilai radikal kelompok ISIS tidak masuk dan menyebar luas di Indonesia. Pemerintah Indonesia perlu melihat dari segi persoalan strategis kebijakan luar negeri, bukan hanya dari segi domestik saja. Persiapan upaya preventif yang dilakukan Indonesia tidak hanya dalam domestik saja tetapi harus memperhatikan faktor eksternalnya juga melalui kebijakan luar negerinya.
Kata Kunci: terorisme, diplomasi, kebijakan luar negeri, soft power, smart power, militan, ISIS
1. Pendahuluan
masalah keamanan. Cakupan luas konsep
keamanan itu sendiri dapat dibagi menjadi Negara sebagai aktor utama dalam studi
1.1 Latar Belakang
keamanan nasional, keamanan internasional, Hubungan
dan bahkan sekarang konsep yang lebih luas memiliki kepentingan nasionalnya sendiri
Internasional,
masing-masing
lagi, yakni keamanan global. Keamanan dalam yang berbeda-beda, dan memiliki tanggung
disiplin Hubungan Internasional merupakan jawab untuk dapat mempertahankan keamanan
konsep yang paling penting – terutama jika negaranya beserta masyarakatnya. Salah satu
dikaitkan dengan pendekatan Realisme . konsep yang tidak akan pernah terlepas dari
Penganut paham Realisme berkeyakinan pembahasan Hubungan Internasional adalah
bahwa keamanan merupakan hal yang paling
JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Vol um e VII No. 1/ Juni 2017
utama, sebagai sesuatu bersifat primer – 3 ekonomi, politik, maupun militer. Misalnya sedangkan di luar keamanan merupakan hal
dalam tindakan Amerika Serikat yang sekunder. Salah satu peneliti CSIS, Rizal
melakukan invasi ke Irak, pada akhirnya hal Sukma, dalam paparannya pada seminar
tersebut mempengaruhi banyak persoalan akan Keamanan di Bali, mengemukakan bahwa 4 hubungan antar negara di dunia. Serangan
tatanan dunia (World Order) kerap kali tersebut entah bertujuan sebagai salah satu berubah ketika terjadi suatu hal yang disebut
bentuk pemerangan terorisme, karena diduga sebagai defining moment. Misalnya dengan
Rezim Saddam Hussein ‘menyembunyikan’ perang dingin yang berakhir seiring dengan
Osama Bin Laden sebagai salah satu otak dan runtuhnya tembok Berlin, dan juga bubarnya
pemimpin dalam peristiwa serangan 9/11, Uni Soviet sebagai defining moment 1 awal ataukah karena dugaan bahwa Irak memiliki
mulanya terjadi tindakan terorisme global, dan dan mengembangkan Weapon of Mass ketika perang dingin berakhir, isu-isu non-
Destruction (WMD). Namun yang terpenting tradisional mulai banyak muncul dan menarik
ialah, bahwa menurut kritikus kebijakan perhatian, salah satunya terorisme.
Amerika Serikat terkemuka, Noam Chomsky, Tindakan terorisme yang mengguncang
mengatakan bahwa invasi Amerika Serikat ke dunia pertama kali dan menjadi perhatian
Irak justru memperluas jaringan terorisme adalah peristiwa yang kita kenal betul dengan
dalam skala global, dan menjadikan Irak istilah 9/11, runtuhnya gedung Pentagon dan 5 sebagai basis untuk latihan para teroris.
World Trade Center (WTC), dalam pandangan Ancaman tentu saja tidak hanya dari perang beberapa pihak, menjadi defining moment dari
besar berskala global, seperti perang dunia I berakhirnya perang dingin dan titik awal
dan II, namun di era global sekarang ini, kegiatan terorisme mulai berkembang dan
ancaman terhadapa kehidupan manusia bisa menjadi fokus beberapa ahli di berbagai
datang di mana saja, kapan, saja dan dari siapa belahan dunia. 2 Sebagaimana serangan itu saja. Bisa saja ancaman tersebut berasal dari
tertuju dan terjadi di Amerika Serikat, yang kekuatan radikal yang berkembang di notabene merupakan negara superpower, 6 masyarakat. Ancaman tidak hanya berasal
agaknya peristiwa ini dianggap sebagai dari tentara, persenjataan dan militer yang defining moment sulit untuk dibantah, terlebih
canggih – mereka tidak lagi memegang lagi dengan adanya peristiwa tersebut, berhasil
monopoli kekerasan terhadap kemanusiaan. mengubah landscape tatanan global dan
Justru ancaman tersebut berasal dari kekuatan mengubah orientasi politik internasional, yang
yang tidak pernah kita duga sebelumnya. ujungnya akan menggeser juga orientasi
Terorisme dapat terjadi dimana saja, kapan politik global karena posisinya, baik dari segi
3 Ibid.
1 Rizal Sukma. 2003. “Keamanan Internasional Pasca 4 Invasi Amerika Serikat ke Irak diduga menelan biaya 11 September 2001: Terorisme, Hegemoni AS dan
yang paling mahal sejak Perang Dunia II. Estimasi Implikasi Regional” Makalah ini disampaikan pada
sebelum invasi dilakukan, pemerintah Amerika Serikat Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII dengan
memproyeksikan biaya perang akan menelan biaya Tema ‘Penegakan Hukum dalam Era Pembangunan
sejumlah US$ 50 miliar. Namun, dalam praktiknya, Berkelanjutan’ yang diselenggarakan oleh Badan
biaya perang membengkak mencapai US$ 3 triliun, dan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman
agaknya masih belum bisa mengakhiri perang itu secara dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia di
total. Lihat Joseph E. Stiglitz dan Linda J. Bilmes. 2008. Denpasar,
The Three Trillion Dollar: The True Cost of the Iraq http://www.lfip.org/english/pdf/bali-
14-18 Juli
2003. Tersedia dalam:
Conflict . New York: WW Norton & Company,Inc. seminar/keamanan%20Intl%20-%20rizal%20sukma.pdf
Noam Chomsky. 2006. Failed State: The Abuse of Budi Winarno. 2014. Dinamika Isu-isu Global Power and the Assault on Democracy . New York:
Kontemporer. Gejayan, Jogjakarta: CAPS (Center of
Metropolitan Books.
Academic Publishing Service ) 6 Budi Winarno. 2014. loc.cit.
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi
Volum e VII No. 1/ Juni 2017
saja, dan menjadi ancaman serius bagi
upaya untuk keamanan global. 7 Hal tersebut juga secara pemberantasan teorisme. Berawal dari defining
melakukan
berbagai
langsung mengancam keamanan setiap moment tersebut, kelompok-kelompok serupa individu. Walaupun terorisme bukan lagi
dengan tindakan yang tergolong serupa mulai menjadi salah satu ancaman utama, namun
banyak mencuat ke permukaan. Beberapa tidak bisa diabaikan begitu saja karena kita
organisasi yang berafiliasi dengan Al-Qaeda – tidak akan pernah tahu kapan serangan itu
atau organisasi yang merupakan perpecahan akan datang. Seperti halnya Amerika, sebagai
dari Al-Qaeda sendiri. Seperti halnya Al- negara adidaya yang sangat menjunjung tinggi
Qaeda, sebenarnya ISIS sudah mulai muncul demokrasi
sekitar tahun 1999 – dengan nama yang menganggap bahwa serangan terorisme
berbeda. Kemudian ISIS terus berganti nama merupakan hal yang sangat berbahaya. Titik
sampai pada akhirnya tahun 2014 merupakan mula meluasnya tindakan terorisme diawali
titik mula tindakan ISIS yang tersorot oleh oleh Al-Qaeda, sebuah organisasi teroris yang
media. Masalah ISIS di Indonesia akhir-akhir sangat besar – setidaknya sebelum munculnya
ini sudah semakin menjadi perhatian utama ISIS, yang merupakan perpecahan dari Al-
semua pihak – mengingat berbagai propaganda Qaeda itu sendiri. Pemimpin Al-Qaeda
yang dilakukan berhasil menarik simpati terdahulu, Osama Bin Laden, menjadi dalang
sebagian dari masyarakat. Terbukti sudah dalam peristiwa paling bersejarah di dunia,
banyak WNI yang berangkat menuju Timur yaitu peristiwa 11 September 2001 di New
Tengah untuk bergabung dengan ISIS serta York, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
ada yang secara terang-terangan menyatakan 9/11. Peristiwa kelam itu menyebabkan
menjadi simpatisan ISIS dengan berbagai cara runtuhnya jantung pertahanan dan gedung
termasuk mengibarkan bendera berlambang penting di Amerika. Al-Qaeda berdiri sejak
ISIS di depan rumahnya. Beberapa dari tahun 1988 oleh Osama bin Laden.
mereka merupakan TKI yang menjadikan Keberadaan organisasi ini masih belum
status tersebut sebagai dalih, atau bahkan para menunjukkan sepak terjang nyata, dan belum
TKI tersebut tertarik bergabung setelah begitu dikenal masyarakat. Baru pada
beberapa saat berada di negara tempat mereka akhirnya, peristiwa pertama oleh Al-Qaeda
dikirim. Tentu saja fenomena semacam ini yang
harus disikapi dengan bijak dan tegas agar pembajakan empat pesawat komersil Amerika
sangat menyita
publik adalah,
tidak menjadi ancaman bagi keamanan Serikat. Sebanyak dua pesawat menabrak
nasional.
gedung World Trade Center, satu pesawat menabrak gedung Pentagon di Washington,
1.2 Objek Kajian
dan satu pesawat di Pennsylvania. 8 Kejadian Dalam studi Hubungan Internasional,
yang paling terkesan adalah saat pesawat objek yang dikaji merupakan negara sebagai tersebut menabrak gedung World Trade aktor utama. Namun tidak hanya negara, Center dan Pentagon, karena dua gedung Hubungan Internasional dewasa ini mengkaji tersebut merupakan gedung penting, sebagai berbagai aktor lain selain negara, yakni jantung pertahanan dan ekonomi negara
multinasional, organisasi adidaya tersebut. Peristiwa naas itu benar- internasional, bahkan induvidu. Berbagai benar membawa pukulan bagi Amerika, dan perdebatan mengasumsikan agar suatu disiplin
perusahaaan
itu ada, membutuhkan objek yang jelas atau
7 Ann E. Robertson. 2007. Terrorism and Global
berbeda, dan juga persetujuan pada definisi.
Security . New York: Fact on File, INC
Pandangan yang paling luas yang paling
History. 9/11 Attack. Tersedia: http://www.history.com/topics/9-11-attacks
mungkin adalah poin yang pertama, dengan 33
JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Vol um e VII No. 1/ Juni 2017
kata lain disiplin itu ada karena meluas dari 12 serta pelaksanaannya. Pada dasarnya adanya objek ilmu tersebut. 9 Hubungan
Diplomasi tidak bisa dipisahkan dengan politik Internasional sendiri awalnya ada untuk
luar negeri, dan keduanya merupakan mengakaji fenomena yang terjadi di antara
kebijakan eksekutif untuk menetapkan strategi, hubungan antar aktor, khususnya hubungan 13 diplomasi dan taktik. Dengan demikian
antar negara – untuk mencari sebab terjadinya diplomasi itu juga merupakan suatu cara yang perang dan solusinya. Setelah berakhirnya
dilakukan oleh pemerintah suatu negara untuk perang, banyak sekali terjadi perubahan yang
mencapai tujuan (kepentingan nasionalnya) menyebabkan adanya pergeseran dalam objek
dan memperoleh dukungan mengenai prinsip kajian itu sendiri. Memang sebenanrnya tidak 14 yang diambil. Secara luas, tujuan diplomasi
– atau belum ada objek kajian yang sudah 15 dibagi menjadi empat : pakem dalam hubungan internasional, karena
1) Tujuan Ekonomi
pilihan utama dalam lahir dengan bantuan teori dari disiplin ilmu
bagaimanapun juga, hubungan internasional
Merupakan
berdiplomasi. Dengan adanya sistem lain, seperti sosiologi, hukum, ekonomi, dan
perdagangan bebas dan liberalism ekonomi masih banyak lagi. Memungkinkan terjadinya
yang menimbulkan dampak terhadap berbagai perubahan dari objek kajian di ke
ekonomi nasional, membuat negara sadar depannya, namun disini dengan sedikit
bahwa perdagangan dan keuangan dapat pemaparan di atas, penulis berusaha
digunakan untuk mencapai kepentingan menyimpulkan dengan menggunakan negara
nasional.
sebagai objek kajian utama, dimana Indonesia
2) Tujuan Budaya
yang menjadi kajiannya, dan juga langkah Salah satu tujuan diplomasi dalam ranah yang diambil Indonesia dalam menghadapi
budaya adalah dengan memberikan ancaman global terorisme, khususnya ISIS.
keagungan budaya suatu negara yang diharapkan
dapat mempengaruhi
2. Tinjauan Teoritis
pandangan masyarakat.
2.1 Diplomasi
3) Tujuan Ideologi
Pada masa ini memang diplomasi Ideologi merupakan hal yang penting mengalami perluasan makna dan fungsi,
karena kekuatan dan kemampuannya untuk seiring dengan perkembangan zaman dan
menggerakkan pikiran masyarakat. semakin meluasnya isu internasional – dari
4) Tujuan Politik
yang hanya dilakukan pihak tertentu dan hanya Inti dari tujuan politik adalah pengamanan dilakukan antar-negara, sekarang diplomasi
kebebasan politik dan integritasnya, juga meliputi hubungan antar masyarakat
10 mencapai tujuan nasional secara damai dan internasional dan aktor non-negara lainnya.
mencegah negara lain bergabung untuk Secara singkatnya, diplomasi merupakan
melawan suatu negara tertentu. Pratik pelaksaan hubungan antar negara
melalui perwakilan resmi. 11 Diplomasi dapat
2.2 Kebijakan Luar Negeri
mencakup seluruh proses hubungan luar Kebijakan Luar Negeri menurut Mark R. negeri, pembentukan kebijakan luar negeri
Amstutz yaitu: “Explicit and implicit actions of governmental officials design to promote
9 Ole Weaver. 2007. Still a Discipline After All These Debates? dalam Tim Dunne, Milja Kurki, dan Steve
12 Jack Plano dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Smith
Internasional. Bandung: Pustaka Abidin Discipline, and Diversity . Oxford University Press.
(eds.) International
Relations
Theories,
13 Sumaryo Suryokusumo. 2004. Praktik Diplomasi. 10 Aelina Surya. 2010. Praktik Diplomasi Terpilih Pada
Jakarta: STIH “IBLAM
Masa Perang Dingin. Bandung: PT Kibar Internasional.
14 Ibid.
11 Ibid.
15 Aelina Surya. 2010. op.cit.
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi
Volum e VII No. 1/ Juni 2017
national interest beyond a country’s territorial yang diambil oleh pemerintah tidak hanya boundaries. 16 ” Sedangkan menurut Holsti: berkenaan dengan perihal di dalam negeri,
“Lingkup kebijakan luar negeri meliputi namun juga butuh kebijakan luar negeri, semua tindakan serta aktivitas negara terhadap
karena bagaimanapun, dibutuhkan suatu lingkungan
pedoman untuk mengetahui pola perilaku dan memperoleh keuntungan dari lingkungan 18 interaksi negara. Seringkali ancaman bukan
tersebut, serta hirau akan berbagai kondisi datang dari sisi internal, namun justru dari sisi internal yang menopang formulasi tindakan
eksternal dari negara lain. Hal ini tersebut” 17 Secara singkatnya, kebijakan luar menimbulkan International Affairs yang
negeri merupakan suatu instrumen kebijakan memicu negara-negara untuk mengerluarkan yang dimiliki oleh pemerintah suatu negara
berbagai kebijakan luar negeri sebagai langkah berdaulat untuk menjalin hubungan dengan 19 bertahan. Kebijakan luar negeri tidak hanya
aktor lain dalam politik dunia demi mencapai mengenai masalah perang walau pada awalnya kepentingan wnasionalnya. Masing-masing
dibentuk setelah perang dunia kedua, namun negara memiliki kepentingan nasionalnya
seiring berjalannya waktu dan dalam masing-masing, dan tentunya kepentingan
perkembangannya tidak hanya lagi mengkaji nasional
masalah perang, namun juga soal ekonomi, tergantung dari tujuan yang hendak dicapai
sosial, budaya dan yang lainnya. suatu negara tertentu – walaupun mungkin
merumuskan suatu kepentingan nasional suatu negara serupa,
Untuk
dapat
kebijakan luar negeri yang kuat, suatu negara tentu saja masing-masing negara memiliki
harus memiliki kebijakan dalam negeri yang caranya masing-masing untuk mencapai
kuat juga – sebagaimana suatu negara harus kepentingan nasional tersebut. Suatu negara
memiliki dasar, memiliki fondasi yang kuat belum tentu dapat mencapai kepentingan
untuk dapat memperluas jaringannya keluar nasionalnya secara domestik, di dalam negara
batas wilayah negara tersebut. Jika suatu itu sendiri. Oleh karena itu suatu negara harus
negara memiliki kebijakan dalam negeri yang memperluas
lemah, bagaimana ia dapat mengatur memperluas pergaulannya supaya dapat
hubungannya dengan negara lain, jika internal mencapai tujuan dengan lebih mudah dan
negara tersebut tidak dapat diatur dengan efisien – dengan melakukan kerjasama baik
kebijakan dalam negeri yang baik dan kuat. bilateral maupun multilateral. Oleh karena itu,
Kecenderungan suatu negara untuk dibutuhkan suatu kebijakan luar negeri untuk
merumuskan kebijakan luar negerinya, salah menjalin hubungan dengan aktor lain di luar
satunya tergantung dari pemerintahan negara suatu batas teritorial wilayah negara tersebut.
tersebut. Jika negara tersebut demokratis, Kebijakan Luar Negeri menekankan kepada
maka yang difokuskan adalah keseimbangan aksi atau tindakan suatu negara terhadap
antara human security dan juga national lingkungan eksternal dalam memperjuangkan
security . Pemerintahan demokratis tidak hanya atau mempertahankan kepentingan nasional.
melihat pentingnya menjaga keamanan Suatu negara dalam menjalankan
nasional, namun juga pentingnya menjaga kerjasama internasional, selalu berhubungan
individu. Sedangkan dengan negara lain. Maka dari itu kebijakan
keamanan
setiap
pemerintahan yang otoriter, yang biasanya
16 Mark R. Amstutz. 1995. International Conflict and 18 Marijke Breuning. 2007. Foreign Policy Analysis: A Cooperation: An Introduction to World Politics .
Comparative Indtroduction. New York: Palgrave Dubuque: Brown and Benchmark. Hal. 146.
MacMillan.
17 K.J. Holsti. 1992. International Politics: A 19 I.G. Wahyu Wicaksana. 2007. Epistemologi Politik Framework for Analysis . New Jersey: Prentice Hall Inc.
Luar Negeri: “A Guide to Theory” . Global & Strategis.
JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Vol um e VII No. 1/ Juni 2017
didominasi oleh kekuatan militer, akan 22 Keamanan , atau security, menurut Paul D. cenderung memfokuskan untuk merumuskan
William, dapat dipahami sebagai akumulasi kebijakan untuk national security saja.
dari kekuatan (accumulation of power). Pencapaian suatu kebijakan luar negeri sangat
Semakin besar kekuatan dari dari suatu pihak, ditentukan oleh adanya kesempatan atau 23 maka keamanannya semakin terjamin.
peluang (opportunities) dan juga kendala Terkait dengan konsep keamanan, banyak juga (constraints) yang ada di lingkungan internal
konsep-konsep lain yang terkait dengan maupun eksternal. Para pembuat kebijakan
keamanan itu sendiri, di antaranya perang, diharapkan dapat memanfaatkan peluang
keamanan kolektif, perdamaian, mediasi, sebesar mungkin yang ada di tengah
resolusi konflik, dilema keamanan, dan masih persaingan yang semakin ketat, dan juga 24 banyak lagi konsep terkait lainnya.
menjelaskan konsep isu mengatasi kendala yang ada. Kebijakan luar
memikirkan tindakan secara cepat dalam
Untuk
keamanan tersebut, maka akan dibagi menjadi negeri yang dirumuskan sangat berkaitan erat
dua jenis keamanan, yang pertama adalah dengan kepentingan nasional suatu negara,
keamanan tradisional, yang kedua adalah maka dari itu, karena cakupannya luas, Paul R.
keamanan non-tradisional. Jika berbicara Viotti dan Mark V. Kauppi membagi tujuan
mengenai keamanan tradisional, maka yang kebijakan luar negeri berdasarkan jangka
menjadi acuan adalah negara sebagai referent waktunya, yaitu jangka pendek – jangka
object dan terdiri dari tiga elemen pokok: the pendek, tingkat kepentingannya bervariasi,
idea of the state, the institutional expression of namun sering urgensinya tinggi, jangka 25 the state, dan physical base of the state –
menengah – tidak terlalu mendesak, namun sedangkan jika berbicara mengenai keamanan tetap penting, dan jangka panjang – tidak
non-tradisional, maka yang dijadian referent mendesak namun tingkat kepentingannya lebih
object adalah individu. Secara singkat, tinggi, karena menyangkut nasib beberapa
membicarakan masalah keamanan tradisional, waktu ke depan dalam jangka yang lama. 20 maka berdasarkan kategorisasi Barry Buzan,
maka state security menjadi fokus keamanan
2.2 Keamanan dan Teorisme
tradisional, dan keamanan non-tradisional Untuk dapat mencapai kepentingan 26 akan membicarakan human security. Isu
nasional, suatu negara perlu merumuskan yang dibahas dalam konsep keamanan kebijakan untuk dapat menjaga keamanannya.
tradisional, yaitu mengenai militer dan Cakupan luas konsep keamanan itu sendiri
dapat dibagi menjadi keamanan nasional,
22 Keamanan dapat dilihat sebagai ‘komoditas’ (supaya
keamanan internasional, dan bahkan sekarang
suatu pihak aman, makan harus ada senjata, uang,
konsep yang lebih luas lagi, yakni keamanan
tentara, dan hal lainnya). Dari pandangan lain, security
global. Konsep keamanan ini sendiri masih
dapat dipahami dalam kaitan dengan relasi antar-aktor
dapat dikatakan sebagai konsep yang abstrak, yang berbeda, bisa secara negatif (tidak ada ancaman,
dengan militer atau lainnya), atau bisa juga positif
karena tidak ada penjelasan yang pasti,
21 (tidak ada ancaman dan mampu untuk melakukan suatu mengacu kepada apa dan apa kajiannya. hal ke depannya). Dalam konteks ini keamanan dilihat
dalam konteks kebebasan (freedom from and freedom for ). Untuk referensi lebih lanjut, dapat dilihat dalam: Paul D. William. 2008. Security Studies: An
Introduction. New York: Routledge 20 Paul R. Viotti and Mark V. Kauppi. 1997.
23 William. 2008. op.cit. hal. 6. International Relations and World Politics: Security
24 Aleksius Jemadu. 2014. loc.cit. Economy and Identity . Upper Saddle River: Prentice
25 Barry Buzan. 1991. People, States and Fear. New Hall.
York: Harvester Wheatsheaf.
21 Aleksius Jemadu. 2014. Politik Global dalam Teori 26 David A. Baldwin. 1997. The Concept of Security. dan Isu Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal. 105.
British International Studies Association. 36
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi
Volum e VII No. 1/ Juni 2017
ideologi. Lalu isu apa yang dibahas dalam yang dapat dianggap sebagai seorang teroris? keamanan non-tradisional? Isu yang dibahas
Beberapa pihak dan hampir semua pihak dalam keamanan non-tradisional, merujuk
mendefinisikan terorisme dari sudut pandang kepada permasalahan non-militer dan ideologi.
subyektif, sebagaimana dikemukakan oleh Seperti halnya kesehatan, Hak Asasi Manusia,
Bruce Hoffman, “the decision to call penyelundupan,
somebody or label some organization terorisme, dan lainnya.
demokrasi,
lingkungan,
‘terrorist’ become almost unavoidably Isu tradisional tentu saja masih menjadi
subjective, depending largely on one kajian dalam hubungan internasional, karena
sympathizes with or opposes the person or bagaimanapun, penggunaan kekuatan militer 28 group or cause concerned. ” Menurut Bruce
tidak akan terlepaskan dari titik awal Hoffman, biasanya tindakan teroris dirancang munculnya studi Hubungan Internasional,
untuk mengkomunikasikan sebuah pesan, yakni war and peace . Namun sejak
biasanya, hal ini dipahami dan dilakukan berakhirnya
secara simultan kesempatan untuk membahas isu-isu lain, yang
merefleksikan tujuan-tujuan khusus dan pada awalnya dianggap sebagai low politics,
motivasi suatu kelompok tertentu, yang yaitu isu non-tradisional itu sendiri. 27 Dewasa disesuaikan dengan sumber-sumber dan
ini, isu non-tradisional tidak kalah pentingnya kapabilitas, dan mengambil sejumlah target di dengan isu tradisional. Walaupun untuk saat 29 mana tindakan tersebut ditunjukkan.
ini, permasalahan ideologi dan penggunaan Pemerintah Amerika Serikat mendefinisikan kekuatan militer masih ada. Penggunaan
terorisme sebagai: “Premeditated politically kekuatan militer yang berfungsi di luar
motivated violence against non-combatant kegunaannya selain untuk berperang, dan
targets by subnational groups or clandestine perang sendiri masih dapat terjadi, walau
agents, usually intendedto influence an perang dengan skala global untuk saat ini
audience. ” (US Department of State, kemungkinannya kecil. Masalah Kesehatan 30 2001:13) Sedangkan Perserikatan Bangsa-
misalnya, beberapa waktu terakhir cukup Bangsa (PBB) memberikan definisi terorisme menyita perhatian dunia dengan adanya virus 31 sebagai berikut :
ebola, dan beberapa penyakit dengan virus Terrorism is an anxiety-inspiring method of yang diduga sebagai salah satu bentuk dari
repeated violent action, employed by (semi-) bioterrorism. Namun tidak lain dan tidak
clandestine individual, group, or state actors, bukan, permasalahan yang selalu menyita
for idiosyncratic, criminal, or political beberapa dekade terakhir ini adalah
reasons, whereby – in contrast to permasalahan terorisme. Bagaimana suatu
assassination – the direct targets of attacks negara adidayapun membutuhkan kerjasama
are not the main targets. The immediate dari negara-negara lain untuk memberantas
human victims of violence are generally tindakan terorisme tersebut.
chosen randomly (targets of opportunity) or Sebenarnya apakah yang dimaksud
selectively (representative or symbolic targets) dengan terorisme itu? Sampai saat ini, belum
ada definisi tetap dan belum mencapai
28 Ibid.
konsensus akan apa yang dimaksud dengan
29 Ibid.
terorisme, lalu tindakan seperti apa yang 30 Williams. 2008. op.cit. hal. 172. tergolong ke dalam terorisme, serta siapa saja 31 Yanyan Mochamad Yani. 2010. “Kemenangan Parta
Demokrat dan Masa Depan Perang Global Melawan Terorisme,” tersedia
dalam: 27 Richard Crockatt. 1999. “The End of the Cold War” http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
dalam John Baylis dan Steve Smith, The Globalization content/uploads/2010/06/kemenangan_partai_demokrat of World Politics . Oxford: Oxford University Press.
_dan_masa_depan.pdf
JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Vol um e VII No. 1/ Juni 2017
from a target population, and serve as menjadi shadow enemy, ataukah, memang message generators. Threat – and violence –
terkandung muatan-muatan politik dan based communication processes between
berdasarkan pada ideologi dan juga ajaran terrorist (organization), (imperiled) victims,
agama yang dewasa ini meluas dan menjadi and main targets are used to manipulate the
aksi mayoritas. Ada tiga ciri utama terorisme main target (audience(s)), turning it into a 34 menurut analisa Robertson:
target of terror, a target of demand, or a
1) Terorisme menggunakan kekerasan untuk target of attention, depending on whether
menarik perhatian akan suatu maksud atau intimidation, coercion, or propaganda is
alasan di balik tindakan mereka. Seperti primarily sought.
yang diketahui oleh kebanyakan orang, Mengambil garis besar dari dua definisi
mereka melakukan tindakan, berusaha yang sudah dijabarkan sebelumnya, terorisme
untuk membuat rasa takut kepada dianggap sebagai suatu kegiatan dengan
masyarakat, atau bahkan pemerintah menggunakan kekerasan, dan didukung oleh
dengan melukai beberapa orang. Rata-rata adanya motif politik dengan mengarahkan
teroris lebih sering menggunakan senjata serangan kepada target tertentu, dan targetnya
tradisional, seperti menanam bom, senjata kebanyakan adalah non-kombatan. Beberapa
tajam, atau bahkan menabrakkan mobil pendapat menyatakan
truk dengan muatan penuh bom. terorisme ini tidak hanya sekedar menciptakan
bahwa
tindakan
2) Teroris menjadikan orang-orang yang tidak teror dalam masyarakat, namun juga targetnya
bersalah sebagai target, meskipun tidak adalah media. Publikasi media massa menjadi
seluruh aksi terorisme hanya menargetkan salah satu tujuan adanya aksi terorisme
non-kombatan. Dalam beberapa peristiwa tersebut. Semakin luas berita tersebut beredar,
tertentu, mereka turut menargetkan tokoh maka akan semakin penebar aksi teror tersebut
politik penting. Namun tetap saja, target merasa senang dan sukses karena tujuannya
utama mereka adalah para non-kombatan. tercapai – terlebih jika media menyampaikan
3) Tindakan yang dilakukan para teroris rentetan peristiwa secara aktif dan kritis serta
berusaha menarik perhatian atas maksud- detil. 32 Tindakan kejahatan terorisme ini tidak maksud dari tindakan mereka. Mereka
tunduk kepada aturan apapun, karena nilai ingin menciptakan suatu image yang tidak kebenarannya terletak pada dirinya sendiri. 33 akan terlupakan akan kehadiran mereka
Tindakan kekerasan yang biasanya dilakukan dan apa yang sudah dan akan lakukan di oleh teroris adalah dengan bom bunuh diri,
Seperti halnya penculikan, pembajakan, dan lainnya.
kemudian
hari.
dikemukakan ahli media dan terorisme, Terlepas dari itu semua, sebenarnya
Brigitte Nacos, “Terrorist do not want to masih tidak pasti apakah kategorisasi tindakan
win the hearts of … the people their target terorisme seperti itu, karena pada dasarnya
and even not those who look on in the definisi terorisme itu sendiri belum pakem dan 35 international realm. ”
mencapai konsensus. Hanya saja karena mayoritas dari aksi tersebut mengacu kepada
Tipologi Terorisme
tindakan tertentu, maka PBB dan beberapa Wilkinson memaparkan klasifikasi dan pakar membuat suatu definisi dan kategorisasi
analisis mengenai tipologi terorisme menjadi yang menjadi titik acu. Apakah memang
Ia tujuan dari terorisme adalah hanya sekedar
kerangka
analisis
paling jelas.
mengkategorisasikan terorisme menjadi empat
32 Piliang. 2004. Dalam Hendropriyono. 2009. “Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam.”
Jakarta: Kompas. Hal. 25 34 Robertson. 2007. op.cit.
33 Ibid.
35 Ibid.
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi
Volum e VII No. 1/ Juni 2017
36 tipe 38 : (1) Terorisme Kriminal, merupakan KTT ASEAN Summit di Myanmar. Dalam tindakan teror yang dilakukan untuk
pertemuan dengan Sekretaris Jendral tersebut, memperoleh keuntungan finansial, maupun
Ban Ki-Moon mengajak turut serta Presiden material, (2) Terorisme Psikis, merupakan
Jokowi untuk Indonesia ikut berperang bentuk terorisme yang berkaitan dengan 39 melawan teroris ISIS. Namun Presiden Joko
keyakinan dan kepercayaan secara spiritual, Widodo menolak hal tersebut dengan alasan, (3) Terorisme Perang, merupakan pemusnahan
pendekatan metodologi dinilai lebih baik dan atau pembasmian musuh melalui bebagai cara,
ampuh – karena menurutnya kekerasan yang (4) Terorisme Politis, yakni suatu upaya
dibalas dengan kekerasan seperti serangan sistematis menggunakan kekerasan dan teror
yang dilakukan negara lain, tidak akan untuk mencapai tujuan politis. Untuk terorisme
masalah, malah akan politis, Wilkinson membagi menjadi tiga
menyelesaikan
menambah masalah baru – yang mungkin kategori 40 lagi, yaitu revolusioner, sub- menggunakan kekerasan juga. Misalkan
revolusioner, dan represif. 37 Kategori pertama, dengan pendekatan agama dan juga ideologi terorisme revolusioner merepresentasikan
untuk memahami aliran radikal tersebut. suatu taktik dalam terorisme yang sistematis
Melihat dari kurun waktu ISIS mulai dengan tujuan untuk membawa perubahan
beraksi, sekitar tahun 2014 sampai sekarang, radikal dalam tatanan politik, baik dalam skala
sekiranya belum banyak hal yang benar-benar nasional, internasional, maupun global.
nyata dan berdampak yang dilakukan Kategori
Indonesia khusus untuk menangani masalah menggunakan kekerasan teroristik untuk
kedua ,
sub-revolusioner,
ini. Namun Indonesia mengambil sikap tegas mengubah suatu kebijakan publik, tanpa harus
untuk menolak aliran ini masuk ke tanah air, mengubah tatatan politiknya. Kategori ketiga,
dan tentunya dapat menjadi penghancur terorisme represif, merupakan penggunaan
kesatuan negara. Indonesia yakin bahwa kekerasan
masalah ISIS dapat diatasi, walaupun tetap mengekang individu atau kelompok dari
tidak bisa melepaskan kewaspadaan dan bentuk-bentuk perilaku yang dianggap tidak
tahun 2014, masa berkenan oleh oppressor.
kesiagaan.
Pada
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dengan Menteri Luar Negeri
3. Pembahasan dan Analisis Marty Natalegawa, menganggap, bahwa
3.1 Respon Indonesia
masalah ISIS ini merupakan masalah ideologi. Kepentingan nasional Indonesia salah
Untuk mengatasi hal ini tidak bisa dengan satunya adalah, untuk menjaga stabilitas
pendekatan hard power, melainkan perlahan kawasan Asia Tenggara – karena kestabilan
dengan soft power atau justru smart power kawasan ini menjadi salah satu faktor eksternal
dengan pendekatan sosial dan budaya. yang juga dapat mempengaruhi keamanan dan
Mengapa? Marty Natalegawa berpendapat kestabilan nasional Indonesia itu sendiri.
bahwa tindakan yang diambil tidak bisa hanya Beberapa waktu yang lalu, Presiden Joko
semata, karena Widodo melakukan pertemuan dengan
kekuatan
kekerasan
kemungkinan besar tidak akan langgeng. Maka Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon di
36 James M. Poland. 2005. Understanding Terrorism: Groups, Strategies, and Response Second Edition .
38 Bang Joel. 2015. “Indonesia Tolak Perang dengan Pearson Education, Inc.: Prentice Hall. akses on-line
Negara ISIS Secara Kekerasan,” tersedia dalam: tersedia
https://www.idjoel.com/indonesia-tolak-perang-dengan- http://wps.pearsoncustom.com/wps/media/objects/2520/
dalam:
negara-isis-dengan-kekerasan/
2580827/CJ330_Ch01.pdf
39 Ibid.
37 Ibid.
40 Ibid.
JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Vol um e VII No. 1/ Juni 2017
kemudian berusaha Memang 44 tindakan kejam ISIS yang menyusupkan beberapa doktrin ISIS. Wakil
harus 41 dengan tindakan komprehensif. TKI
yang
ada,
menggunakan senjata juga membuat beberapa Presiden Jusuf Kalla juga memberikan sanksi orang berpikir untuk melawannya dengan
sesuai dengan UUD, bahwa Warga Negara senjata juga. Namun Indonesia mengambil
Indonesia yang diketahui terlibat dengan sikap dengan melalui diplomasi soft power –
jaringan terorisme, baik ISIS atau jaringan hal ini dinilai lebih efektif dalam menghadapi
apapun – apalagi sampai terlibat perang, maka radikalisme dan paham ISIS, karena
sanksi pencabutan penyebaran ISIS di Indonesia terutama, 45 kewarganegaraan. Tidak hanya itu, hal ini
akan
dikenakan
disebabkan adanya pemahaman yang salah menjadi dasar untuk imigrasi melakukan mengenai konsep jihad. Bisa dengan
pencabutan paspor sebagai tanda identitas melakukan 46 pemberdayaan masjid dan diri.
pesantren dengan kerjasama dengan beberapa Dalam konteks nasional, Indonesia lebih tokoh keagamaan dan juga tokoh masyarakat
berperan dalam upaya pencegahan supaya sosial.
nilai-nilai ISIS tidak masuk. Dengan Beberapa hal yang dilakukan seperti
melakukan pendekatan soft power dimulai dari mengajarkan baca Al-Quran kepada anak-anak
masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang sejak dini supaya mereka tidak mudah
Yudhoyono bahkan sampai pada masa terpengaruh, dan memperkuat Mengambil dari
pemerintahan Presiden Jokowi – keduanya contoh kasus beberapa saat lalu, Wakil
berpendapat untuk melakukan tindakan Presiden Jusuf Kalla memberikan tanggapan
preventif melalui diplomasi soft power. akan beberapa TKI di Korea Selatan yang
Peranan polri, TNI, badan intelejen dan tokoh diduga terlibat dengan jaringan ISIS dengan
adat, tokoh agama, bahkan masyarakat sendiri menjalin komunikasi – yang diketahui saat
mengambil peranan penting. Semua pihak Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan
terlibat dalam pencegahan dan bahkan ke Negeri Ginseng tersebut. 42 Wakil Presiden pemberantasan tersebut. Kepala Divisi Humas
Jusuf Kalla mengatakan bahwa ini bukan Polri, Irjen Pol Ronny Sompie mengatakan, menjadi masalah dan dapat diatasi ketika TKI
pihaknya akan berupaya untuk mencegah itu kembali ke Indonesia. 43 Dilanjutkan dengan masuknya ISIS ke Indonesia. Salah langkah
tindakan yang diambil Presiden Joko Widodo, yang akan dilakukan adalah upaya preventif dengan meminta Kepala BNP2TKI, Nusron 47 atau pembinaan. Badan Nasional
Teroris (BNPT) juga terhadap TKI yang akan diberangkatkan.
Wahid, untuk memperketat pembinaan
Penanggulangan
penanggulangan dengan Delapan TKI tersebut diketahui melakukan
melakukan
melakukan sosialisasi dan dialog, pencanangan komunikasi dengan situs media sosial yang
tahun damai di dunia maya – karena memang terkoneksi dengan ISIS. Dengan iming-iming
jalur yang ditempuh ISIS dalam menarik kehidupan yang menyenangkan dan juga dalih
adalah dengan pengajian, ISIS berusaha menarik beberapa
2015. “JK: Ikut ISIS, Pada 25 September 2014. Tersedia dalam:
41 Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2014.
45 Silvanus
Alvin.
Kewarganegaraan Hilang,” dalam Liputan6 18 Maret http://setkab.go.id/menlu-penyelesaian-kasus-isis-harus-
Tersedia dalam: komprehensif/
http://news.liputan6.com/read/2193061/jk-ikut-isis- 42 Ahmad Romadoni, 2016. “Komentar JK Soal 8 TKI
kewarganegaraan-hilang
di Korsel Terlibat ISIS,” dalam Liputan6, 24 Mei 2016.
46 Ibid.
Tersedia
47 Intelejen Indonesia. “Ini Dia Upaya Polri Cegah Bibit http://news.liputan6.com/read/2514825/komentar-jk-
dalam:
tersedia dalam: soal-8-tki-di-korsel-terlibat-isis
https://www.intelijen.co.id/ini-dia-upaya-polri-cegah- 43 Ibid.
bibit-isis-di-indonesia/
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi
Volum e VII No. 1/ Juni 2017
menggunakan media sosial dan media ekonomi untuk menopang kemandirian komunikasi
ekonomi nasional, (4) meningkatkan peran whatsapp , dan yang lainnya, dengan
aktif Indonesia di kawasan dan dunia menggandeng berbagai lembaga terkait berupa
internasional. Merupakan tugas bagi diplomat kontra ideologi, kontra propaganda, kontra
untuk ke luar negeri dan membentengi narasi, dan kontra radikal. 48 Prosedur Standar Indonesia dari kemungkinan munculnya
Operasional (SOP) pengawasan daerah
yang mengganggu perbatasan, perlindungan objek vital dan
ancaman
eksternal
melalui gerakan lingkungan strategis, serta melakukan program
kedaulatan
Indonesia
separatis. ASEAN akan selalu menjadi deradikalisasi baik di dalam Lembaga
prioritas utama politik luar negeri Indonesia. Pemasyarakat (Lapas) maupun di luar Lapas
Namun hal tersebut juga sepertinya tidak bisa juga disiapkan. 49 BNPT juga menyelesaikan dijadikan prioritas satu-satunya. Menurut SOP 50 pengawasan daerah perbatasan. Mohammad
Rosyidin, peneliti politik Indonesia juga saat ini sudah melakukan
internasional dari Universitas Diponegoro, kerjasama dengan beberapa negara terkait
pemerintah perlu mengkaji langkah kebijakan dengan perang terhadap ISIS, seperti dengan
luar negeri untuk mencegah ancaman Turki, Rusia, Australia dalam masalah 54 keberadaan ISIS. Pemerintah perlu melihat
kontraterorisme. dari segi persoalan strategis kebijakan luar Indonesia menganut politik luar negeri
negeri, bukan hanya dari segi domestik saja. yang bebas aktif. Diplomasi Indonesia sendiri
pemerintah harus menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
Beliau
menegaskan
meningkatkan hubungan diplomatik dengan akan menonjolkan karakter sebagai negara
negara-negara Timur Tengah. Sumber daya mariti 51 . Diplomasi Indonesia akan terkoneksi diplomatik juga harus digunakan semaksimal
dengan kepentingan rakyat (diplomacy for the mungkin. Hubungan diplomatik di negara people ) yang akan dilakukan secara tegas dan
Timur Tengah sebagai basis ISIS dinilai
kurang efisien karena Indonesia terlalu implementasi visi dan misi Presiden – Wakil
bermartabat 52 serta membumi. Sebagai
memfokuskan pada Asia Tenggara. Hubungan Presiden, maka prioritas politik luar negeri
bilateral dengan negara Timur Tengah harus Indonesia akan difokuskan pada: 53 (1) menjadi lebih intensif agar menjadi batu loncatan bagi
kedaulatan Indonesia, (2) perlindungan Warga
pemerintah Indonesia.
Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia di luar negeri, (3) diplomasi
3.2 Respon Dunia Internasional
Berbicara mengenai terorisme, tentu saja
48 Saiful Munir. 2015. “Beberapa Upaya BNPT
akan familiar dan tidak terlepas oleh Amerika,
Bentengi Indonesia dari Ancaman ISIS,” dalam
karena memegang perang penting dalam upaya
Sindonews 4 Desember 2015. Tersedia dalam:
untuk memerangi terorisme. Selain karena
http://nasional.sindonews.com/read/1066861/14/beberap
Amerika menjadi sasaran, sebagai negara
a-upaya-bnpt-bentengi-indonesia-dari-ancaman-isis-
adidaya, negara superpower, tentu saja
1449228539 49 Ibid.
kebijakan yang yang dikeluarkan oleh
Ibid. Amerika mempengaruhi tatanan global juga.
51 Retno L.P. Marsudi. 2015. “Diplomasi Indonesia akan Terkoneksi dengan Kepentingan Rakyat,” dalam
Tabloid Diplomasi Februari 2015. Tersedia dalam: 54 Andrey Gromico. 2016. “Islam Moderat Dinilai Bisa http://www.tabloiddiplomasi.org/current-issue/210-4-
Menangkal propaganda ISIS,” dalam Geotimes 28 articles-februari-2015/1827-diplomasi-indonesia-akan-
tersedia dalam: terkoneksi-dengan-kepentingan-rakyat.html
Januari
http://geotimes.co.id/islam-moderat-dinilai-bisa- 52 Ibid. menangkal-propaganda-isis/
53 Ibid.
55 Sukma. 2003. op.cit.
JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
Vol um e VII No. 1/ Juni 2017
Seringkali Amerika juga bertindak unilateral Eropa tempat yang aman, memungkinkan dalam menghadapi sesuatu pasca perang
warga negara untuk tinggal di wilayah yang
56 dingin. 58 Mengutip kata-kata George Bush, mana, bebas, dan adil. Tujuan ini dicapai “either you are with us or you are with the
melalui empat pilar utama dalam strategi terrorist ”, memberikan pandangan bahwa
melawan terorisme, yaitu: (1) Prevention, dunia ada terdapat struktur bipolar, akan
mencegah orang-orang supaya tidak masuk ke kekuatan baik (sekutu Amerika) dan kekuatan
dalam jaringan teror baik dalam lingkup UE jahat (teroris). Sejak peristiwa 9/11, Amerika
itu sendiri, maupun internasional, (2) sepertinya lebih peduli akan masalah terorisme
Protection , melindungi seluruh warga negara dibandingkan dengan
serta infrastruktur UE, dan meminimalisir demokrasi, dan menjadikan Amerika memiliki
isu HAM dan
kerentanan mereka terhadap serangan yang suatu ukuran atau parameter untuk menilai
ada, (3) Pursue, memperkuat upaya kolektif suatu negara. Rata-rata kebijakan yang diambil
UE untuk menjalankan keamanan kolektif oleh Amerika memicu ketegangan antara
demi menghadapi ancaman serangan, seperti Amerika
memperkuat badan yang sudah ada, (4) Sebabnya Amerika yang ‘takut’ akan aksi teror
Response , menuntu UE untuk bekerjasama tersebut berusaha menarik dan membentuk
lebih erat dengan organisasi internasional, dan aliansi melalui new containtment policy atau
juga bekerjasama dengan negara lain. Seperti politik pembendungan baru. Dengan doktrin
dan juga NATO. bahwa
misalnya
PBB
Sayangnya beberapa pihak menganggap melakukan invasi atau dengan mengerahkan
bahwa apa yang dilakukan UE semata-mata kekuatan militer, justru akan memperluas
hanya demi kepentingan wilayahnya saja. jaringan terorisme, disebabkan kelompok-
Tantangan yang dihadapi UE saat ini adalah kelompok yang merasa terintimidasi akan
bagaimana menyatukan sikap dan pandangan berusaha mencari cara untuk memerangi
seluruh warga negara terhadap kebijakan yang tindakan Amerika, dengan melakukan latihan, 59 hendak diterapkan.
mencari dan menarik orang untuk bergabung Kawasan Asia Tenggara memiliki dan berafiliasi dengan kelompok dengan
potensi besar terhadap ancaman terorisme membentuk jaringan di negara lain yang
dilihat dari letak geografisnya, yang meberikan memiliki ideologi yang sama, untuk melawan
sumbangsih terhadap penyebaran militan yang Amerika. Tindakan anti-Amerika ini tentu
dipermudah dengan penjagaan dank arena menyulut sebagian pihak yang juga merasa ada
kebanyakan negara Asia Tenggara fokus ketidakadilan dan terintimidasi.
masalah konflik Lain halnya di Eropa, sejak terjadinya 60 perbatasan. Namun beberapa upaya sudah
terhadap
banyaknya
serangan terorisme pada tahun 2003 yang dilakukan ASEAN dalam mengentaskan mengguncang Amerika dan Eropa, Uni Eropa 61 terorisme, seperti:
1) Menandatangani deklarasi bersama untuk dimana mereka memasukkan terorisme dan
membuat draft European Security Strategies,
terorisme (ASEAN Weapon of Mass Destruction sebagai dua dari
memberantas
Declaration on Joint Action to Counter ancaman besar keamanan terhadap UE. 57 Pada
Terrorism ).
tahun 2005, UE mengadopsi European Union
2) Menjalankan beberapa latihan perang. Counter-Terrorism Strategy dengan komitmen
3) Konferensi ASEAN Chief of Police utama untuk menanggulangi terorisme dengan
(ASEANAPOL)
tetap menghormati HAM dan menjadikan
58 Ibid.
Ibid. Winarno. 2014. op.cit.hal 181. 57 60 Ibid. Winarno. 2014. op.cit.hal 185. 61 Ibid.
Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi
JIPSi
Volum e VII No. 1/ Juni 2017
4) Pertemuan Forum Regional ASEAN ISIS – didorong dari peristiwa bom di Paris (ARF): pembekuan asset teroris, penerapan 62 beberapa waktu lalu. Resolusi 2249 tersebut
standar internasional, kerjasama dengan mendesak seluruh anggota PBB untuk bertukar informasi dan lainnya
melakukan semua cara, semua langkah yang
5) Melakukan kerjasama dengan Amerika diperlukan dalam rangka perlawanan terhadap Serikat
ISIS. Resolusi tersebut dicanangkan oleh Paris
6) ASEAN Summit ke-8: mengeluarkan
mandat untuk deklarasi akan mendukung secara penuh
dan
memberikan
mengkoordinasikan seluruh tindakan yang akan dilakukan
‘menggandakan
dan
semua upaya mereka untuk mencegah dan untuk memberantas terorisme. 63 menekan serangan teroris.’ Termasuk juga
7) Mengadopsi konvensi ASEAN untuk untuk memberantas sarang-sarang ISIS pemberantasan terorisme dalam ASEAN
terutama di Irak dan Suriah sendiri. Akan Political Security Community Plan of
tetapi, resolusi tersebut tidak menyebutkan Action .
Bab VII Piagam PBB yang memungkinkan digunakannya kekuatan militer. Padahal,