Implementasi Low Power Wireless Sensor Network Untuk Pengukuran Suhu Berbasis NRF Dengan Penjadwalan Pengiriman Data

  Vol. 1, No. 6, Juni 2017, hlm. 524-533 http://j-ptiik.ub.ac.id

  

Implementasi Low Power Wireless Sensor Network Untuk Pengukuran

Suhu Berbasis NRF Dengan Penjadwalan Pengiriman Data

1 2 3 Ahmad Faris Adhnaufal , Sabriansyah Rizqika Akbar , Rakhmadhany Primananda

  Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 3 Email: ahmadfarisofficial@gmail.com rakhmadhany@ub.ac.id

  

Abstrak

  Kebutuhan akan monitoring dalam jangka panjang di sebuah lingkungan yang jauh dari sumber energi yang cukup menjadi tantangan tersendiri dalam proses pengembangan wireless sensor node. Dalam penerapannya wireless sensor node diterapkan dengan jumlah lebih dari 1 unit dan tersebar dalam 1 area. Sehingga dibutuhkan suatu metode untuk mengatur jadwal pengiriman data dari masing-masing

  

node menuju base station. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkonfigurasi penjadwalan

waktu pengiriman data lebih dari 1 buah node agar kompatibel dengan metode penghematan energi.

  Pada penelitian ini berhasil menerapkan low power mode menggunakan library Jeelib yang telah teruji dari penelitian sebelumnya mampu menurunkan penggunaan arus pada mikrokontroler Arduino sebesar 14,5 mA pada saat pembacaan sensor, 11,2 mA pada saat pengiriman data dan 14,3 mA pada saat idle. Selanjutnya adalah mengkonfigurasi low power mode agar kompatibel dengan metode Time Division

  

Multiple Access (TDMA) yang membuat node memiliki jadwal yang pasti. Didapati bahwa waktu pada

  node dapat tersinkronisasi dengan base station menggunakan algoritma Timing-sync Protocl for Sensor

  

Network (TPSN) dengan rata-rata proses sinkronisasi membutuhkan waktu 30 detik. Setelah itu setiap

  node berhasil mengirimkan data sesuai jadwal dan integrasi antara low power mode dengan metode TDMA dan TPSN berhasil tanpa mengganggu kinerja dari node.

  Kata kunci: Wireless sensor node, low power mode, TPSN, TDMA.

  

Abstract

The needs of an extended time of observation monitoring in a remote location without suffice energy

resource to accommodate has become the challenge of the future development of wireless sensor node.

  

Wireless sensor node can deploy more than 1 unit in the remote area. So there must be a method to

arrange a schedule of data delivery from the node to base station. So this research conducts to configure

a time scheduling for data sending and sleepy low power mode to more than 1 node to make it compatible

without affecting the system. Researcher applying a low power mode that using the Jeelib library that

have been approved to lowering current usage in Arduino microcontroller for almost 14.5 mA at sensor

reading phase, 11.2 mA at data sending phase, 14.3 mA at idle phase. Then the next part is to configure

low power mode with compatible Time Division Multiple Access (TDMA) so the node can have a fix

schedule about their phase. After the research, the result came that the clock time in the node can

synchronized with the base station using Timing-sync Protocol for Network (TPSN) algorithm method

in 30 seconds average of synchronization process. The node gets a fix schedule for data sending phase

for each and low power mode kick in the microcontroller to sleep until next data sending phase without

affecting the system works.

  Keywords: Wireless sensor node, low power mode, TPSN, TDMA

  Sehingga dibutuhkan sinkronisasi waktu antar 1.

  node agar dapat mengirim data ke base station PENDAHULUAN dengan jadwal yang teratur (Erwanda, 2016).

  Permasalahan selanjutnya adalah pada Oleh karena itu penggantian baterai harus sebuah sistem wireless sensor node biasanya dilakukan secara terus menerus sedangkan node- menggunakan lebih dari satu node sensor yang node diletakkan tersebar di sebuah daerah yang saling berkoordinasi dalam mengirimkan data. biasanya sulit dijangkau oleh manusia. Sehingga

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

524 dibutuhkan sebuah metode untuk membuat blok diagram gambar 1. penggunaan energi menjadi sangat rendah sehingga dapat menghemat penggunaan energi pada baterai. Ada beberapa studi yang meneliti berbagai metode penghematan energi baik secara hardware maupun software. Salah satunya adalah penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan oleh Gatut Prasaja dalam laporan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI LOW POWER MODE PADA WIRELESS SENSOR NODE” yang menjelaskan bahwa dengan penggunaan library tertentu dapat menghemat penggunaan daya pada node sehingga penggunaan sumber daya dapat dihemat sedemikian rupa (Prasaja,2016). Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti penghematan energi dari penelitian sebelumnya yang akan diterapkan pada lebih dari 1 buah node dengan penjadwalan waktu pengiriman

  Gambar 1. Diagram Alir Penelitian masing-masing node yang telah ditentukan.

  Berdasarkan uraian latar belakang tersebut Perancangan sistem adalah tahap yang maka permasalahan yang ada adalah bagaimana dilakukan pada proses setelah analisis kebutuhan cara membuat sistem wireless sensor node yang sistem sudah terpenuhi sesuai kebutuhan. Tujuan hemat energi sehingga penggunaan energi dapat dilakukan perancangan sistem adalah supaya ditekan serendah mungkin dengan mengubah implementasi sistem berjalan secara terstruktur

  state processor pada Arduino pada low power

  dan sistematis. Perancangan sistem yang akan

  mode dan membuat metode penjadwalan

  diterapkan pada penelitian digambarkan pada pengiriman data secara software dengan library blok diagram gambar 2. khusus yang ada pada library Arduino untuk kemudian diterapkan menggunakan strategi

  dynamic power management (DPM).

2. PERANCANGAN & IMPLEMENTASI

  Penelitian ini diawali dengan studi literatur yang terkait dengan dasar teori dan kajian pustaka. Penelitian yang akan dilakukan bersifat implementatif yaitu penerapan metode sinkronisasi waktu TPSN yang digabungkan dengan metode pengiriman data berbasis pembagian waktu TDMA serta proses pengiriman data ke base station dengan metode

  low power mode. Diawali dengan menentukan

  alur metode penelitian untuk memulai proses penyelesaian penelitian secara sistematis. Alur

  Gambar 2. Diagram Blok Perangkat Keras

  metode proses penelitian yang akan dilakukan Berdasarkan gambar 2 perancangan sistem untuk membuat sistem ini terdapat pada diagram penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : alir pada gambar 1.

  1. Fase input Perancangan sistem adalah tahap yang Fase ini berjalan pada node transmitter. dilakukan pada proses setelah analisis kebutuhan

  Dimana node transmitter melakukan sistem sudah terpenuhi sesuai kebutuhan. Tujuan sinkronisasi waktu dengan node receiver dilakukan perancangan sistem adalah supaya serta penetapan jadwal pengiriman data implementasi sistem berjalan secara terstruktur menuju node receiver. Setelah itu barulah dan sistematis. Perancangan sistem yang akan

  node akan berjalan sesuai dengan jadwal.

  diterapkan pada penelitian digambarkan pada

  Sensor yang ada pada node transmitter akan mengakuisisi data lalu melalui media

  transceiver data tersebut akan dikirim

  Setelah tahap perancangan selesai, selanjutnya sistem akan dibangun dan akan diimplementasikan. Pertama yang akan diimplementasikan adalah dari segi perangkat keras. Perangkat keras yang digunakan pada

  node receiver.

  Selanjutnya adalah implementasi dari sisi perangkat lunak. alur kerja node transmitter seperti yang terdapat pada gambar 5 dimulai dari inisialisasi awal node. Hal pertama yang dilakukan pada saat inisialisasi adalah pengecekan baudrate, pin sensor, channel dan waktu tunggu. Pengecekan baudrate dilakukan untuk menentukan rate kerja dari mikrokontroler apakah sudah sesuai dengan rate yang sudah ditentukan. Pengecekan pin sensor dilakukan untuk memeriksa apakah sensor dapat bekerja dengan baik setelah dikoneksikan dengan pin yang telah ditentukan. Inisialisasi channel dilakukan untuk menentukan channel komunikasi wireless antara node transmitter dengan node transmitter lainnya maupun dengan

  Gambar 3. Rangkaian Node Transmitter Gambar 4. Diagram Alir Node Transmitter

  Perbedaan dapat dilihat dari gambar 3 dan gambar 4.

  receiver hanya dijadikan root dan penampil hasil dari data yang dikumpulkan node transmitter.

  sebagai mikroprosessor pada node, sensor DHT- 11 sebagai sensor suhu, NRF24L01 sebagai media transceiver dari node tersebut dan FTDI untuk menggunakan fungsi serial monitor yang memantau jalannya sistem pada node. Tidak banyak perbedaan rancang bangun perangkat keras antara node transmitter dan node receiver. yang membedakan adalah pada node receiver tidak menggunakan sensor DHT-11 karena node

  node transmitter adalah Arduino Pro Mini

  node receiver .

  menuju node receiver. Jika sudah memasuki jadwal untuk mengirimkan data. Ketika sudah melewati jadwal pengiriman data yang sudah ditentukan, selanjutnya node

  sudah diterima dan diolah sedemikian rupa untuk ditampilkan pada serial monitor dari

  node receiver akan menampilkan data yang

  3. Fase output Fase ini berjalan pada node receiver. Dimana

  berasal dari node-node transmitter yang ada pada jaringan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pada fase ini data yang sudah didapat akan diolah untuk kemudian ditampilkan pada serial monitor.

  node receiver akan menerima data yang

  2. Fase Proses Fase ini berjalan pada node receiver. Dimana

  menghemat daya hingga tiba jadwalnya untuk kembali mengirimkan data.

  transmitter akan memasuki mode sleep untuk

  Setelah node transmitter telah aktif maka selanjutnya node akan melakukan proses sinkronisasi waktu menggunakan metode TPSN dengan memastikan apakah node menerima paket data atau tidak. Jika node menerima paket data maka paket tersebut adalah paket discovery yang diterima dari node yang menjadi root. Selain berisi pesan discovery, paket itupun berisi jadwal slot alokasi waktu yang akan menjadi jadwal permanen dari masing-masing node untuk mengirimkan data. Alokasi slot waktu tersebut akan disimpan pada sebuah variabel untuk dijalakan ketika waktu pengiriman data akan dilakukan.

  Setelah semua node di asumsikan sudah menerima pesan discovery maka selanjutnya adalah memasuki fase synchronization dimana

  Pada setiap jeda yang terjadi antara fase satu dengan fase yang lain, fungsi sleep akan berjalan secara berulang-ulang. Dalam satu kali

  akan menegirimkan paket discovery selama 12 kali dalam waktu 12 detik pertama. Jika ada satu atau lebih node yang menerima paket tersebut maka root akan mendapatkan paket permintaan sinkronisasi waktu dari node tersebut. Paket discovery yang dikirim juga berisi alokasi waktu yang akan digunakan oleh node transmitter untuk jadwal pengiriman data. Kemudian root akan mengirimkan paket konfirmasi sinkronisasi yang berisi konfirmasi dan waktu sinkronisasi agar node transmitter tersebut memiliki waktu yang sama dengan waktu yang dimiliki oleh root. Setelah waktu telah tersinkronisasi maka node root akan mulai menerima data yang dikirimkan oleh node

  root

  Setelah berjalan dengan baik, selanjutnya

  payload yang berisi protokol TPSN dan TDMA.

  Pada gambar 6, alur kerja node receiver yang akan bertugas sebagai root pada sistem dimulai dengan melakukan inisialisasi baudrate, inisialisiasi pin, channel, payload dan waktu tunggu. Inisialisasi baudrate dilakukan untuk menyesuaikan rate kerja mikrokontroller. Inisialisasi pin dilakukan untuk menentukan pin yang digunakan oleh modul yang telah dipasang. Inisialisasi channel digunakan untuk menyesuaiakan channel komunikasi yang digunakan modul wireless berkomunikasi satu sama lain. Inisialisasi payload menentukan besar

  program cycle sistem akan tertidur selama kurang lebih 300 milidetik.

  receiver sesuai dengan alokasi jadwal waktu yang telah disimpan sebelumnya.

  node transmitter akan menerima paket

  Pengiriman data akan dimulai ketika sampai pada waktu yang ditentukan. Masing- masing node akan mengirimkan data menuju

  Gambar 5. Diagram Alir Node Transmitter

  discovery untuk node yang berada di Level 2 dan seterusnya.

  Level 1 akan memulai pengiriman paket

  node akan setara. Kemudian untuk node dengan

  sinkronisasi waktu dari root. Setelah menerima paket tersebut, maka waktu yang ada pada semua

  transmitter secara bergantian ketika waktu dan jadwal yang sudah ditentukan. waktu kedalam beberapa slot. Seperti yang diilustrasikan pada gambar 7.

  Gambar 7. Ilustrasi Konsep TDMA Library Jeelib yang berfungsi sebagai sleepy mode akan disisipkan di sela-sela

  pengiriman dimana kondisi node dalam keadaan

  idle untuk mengurangi konsumsi arus. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 8.

  Gambar 6. Diagram Alir Node Receiver Gambar 8. Penerapan Sleep Mode

  Untuk memulai prosedur sinkronisasi waktu dengan TPSN. Dibutuhkan perhitungan Tujuan dari penggabungan TPSN, TDMA selisih waktu antara node transmitter dan node dan jeelib low power mode adalah membuat

  receiver serta selisih waktu delay propagasi yang

  sebuah sistem penjadwalan yang tertata sehingga diakumulasikan menjadi selisih total perbedaan dapat menyisipkan low power mode di setiap waktu diantara keduanya. jadwal state dari node untuk membuat sebuah sistem yang menggunakan strategi dynamic

  Rumus dasar delay propagansi TPSN power management . Contoh penerapan DPM dapat dilihat pada tabel 1.

  (2.1) Tabel 1. Ilustrasi Manajemen Penjadwalan DPM

  A = Node Receiver as root (2.2) B = Node Transmitter as node (2.3) T1 = waktu awal pengiriman sinkronisasi (2.4) 3.

   PENGUJIAN T2 = waktu penerimaan sinkronisasi (2.5)

  Pengujian akan dilakukan pada sebuah

  T3 = waktu pengiriman ACK (2.6)

  ruangan dengan masing-masing node akan diletakan secara terpisah sesuai jangkauan kabel

  T4 = waktu penerimaan ACK (2.7)

  USB yang terkoneksi pada masing-masing

  Rumus clock drift

  FTDI. Node yang akan digunakan berjumlah 8

  (T2−T1)−(T4−T3)

  buah node yang masing-masing terdiri dari 1

  (2.8) ∆= 2 buah node receiver dan 7 buah node transmitter.

  Rumus delay propagasi

  Untuk mensimulasikan topologi dengan hierarki pada metode TPSN yang diterapkan,

  ( 2− 1)+( 4− 3) (2.9) =

  2

  maka akan dilakukan skenario percobaan dengan berasumsi bahwa semua node transmitter akan Setelah waktu tersinkronisasi, selanjutnya tersinkronisasi di level yang sama yaitu level 1.

  node transmitter akan memulai pengiriman data

  Parameter yang diuji adalah fase per fase dari yang terjadwal dengan pembagian waktu proses sinkronisasi TPSN, Penjadwalan TDMA

  TDMA. Konsep dasarnya adalah membagai dan fungsionalitas sensor serta pengaruh low

  power mode pada sistem baik dari node transmitter maupun node receiver. Gambar 9

  transmitter pada sekali percobaan disaat penelitian ini adalah 30 detik.

  Sementara pengujian sensor suhu dilakukan untuk menguji apakah sensor suhu dapat bekerja dengan baik dalam melakukan pengambilan data suhu yang selanjutnya akan dikirimkan menuju

  Protokol TDMA pada penelitian ini berfungsi sebagai protokol yang digunakan untuk melakukan pengiriman data dengan jadwal yang telah ditentukan sesuai dengan alokasi waktu. Sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya tabrakan pengiriman data antar node transmitter menuju node receiver .

  Gambar 11. Fase Synchronize Pada Node Transmitter

  Waktu yang telah didapatkan itu langsung digunakan untuk menyetarakan waktu di masing-masing node transmitter. Keberhasilan fase synchronize dapat dilihat pada gambar 11.

  transmitter berhasil mendapatkan paket yang berisi waktu dari node receiver sebagai level 0.

  Pada percobaan dengan menggunakan skenario 1 terlihat bahwa semua node

  Pengujian fase synchronize ditunjukkan untuk mengamati keberhasilan node transmitter yang aktif dalam melakukan proses penyetaraan waktu dengan node yang berada diatas levelnya maupun dengan root sesuai dengan ketentuan pada protokol TPSN.

  Gambar 10. Fase Discovery Pada Node Transmitter

  Jadwal pengiriman data diatur agar masing- masing node memiliki selisih waktu 5 detik sesuai dengan waktu yang dimiliki masing- masing node. Alokasi jadwal berdurasi 60 detik sehingga terdapat 12 jadwal yang bisa diterima secara acak oleh node-node transmitter yang ada. Beberapa node yang mendapatkan jadwal yang sama dikarenakan node-node tersebut mendapatkan paket discovery yang sama. Beberapa hasil dari keberhasilan fase discovery dapat dilihat pada gambar 10.

  dari node receiver pada level 1 disetel sedemikian rupa agar mendapatkan waktu tunggu secara acak dari range 28 detik hingga 32 detik. Rata-rata dari waktu tunggu semua node

  merupakan implementasi hardware pada node transmitter .

  transmitter untuk tersinkronisasi dengan waktu

  alamat terbaru untuk node tersebut serta waktu tunggu hingga mendapatkan paket penyetaraan waktu. Waiting time atau waktu tunggu node

  discovery , level tree node tersebut pada hierarki,

  dipantau melalui serial monitor pun berhasil terdaftar. Node mendapatkan jadwal yang telah ditawarkan dari receiver, alamat pengirim paket

  transmitter yang dijadikan percobaan tanpa

  Pengujian fase discovery ditunjukkan untuk mengamati keberhasilan node transmitter yang aktif dalam membentuk sebuah topologi dengan hierarki yang tersusun pada level 1-2. Pada percobaan pertama dimana menggunakan skenario semua node transmitter berada di level 1. 9 node transmitter yang aktif berhasil terdaftar pada hierarki yang ada. Dari masing-masing berhasil mendapatkan jadwal alokasi waktu pengiriman data, alamat baru dan waktu tunggu masing-masing node. Sementara ada 1 node

  synchronize , fungsionalitas TDMA dan sensor suhu, serta fungsi low power mode.

  Dari sisi node transmitter, pengujian yang dilakukan meliputi fase discovery , fase

  Gambar 9. Node Transmitter

  node receiver untuk ditampilkan pada serial

  monitor .

  Pada pengujian dengan skenario 1 dimana semua node transmitter berada pada level 1, 8 dari 9 node transmitter yang digunakan pada pengujian berhasil mengambil data suhu dari sensor suhu yang digunakan serta mampu mengirimkan data ke node receiver sesuai dengan jadwal menurut waktu yang ada pada

  node transmitter . Sementara 1 buah node transmitter yang tidak dipantau dengan serial monitor berhasil melakukan pengiriman data

  sama baiknya dengan node transmitter lain yang terpantau dari serial monitor masing-masing. Contoh keberhasilan pengambilan dan pengiriman data dapat dilihat pada gambar 12.

  Low power mode atau mode daya rendah pada

  penelitian ini berfungsi untuk mengatur sistem agar berjalan dengan daya yang rendah terutama pada saat node transmitter sedang tidak melakukan pengiriman data. Banyak library

  Arduino yang mengkhusukan pada penggunaan

  daya yang rendah. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pengiriman data menggunakan wireless sensor

  Gambar 12. Hasil Pengiriman Data Pada Node

  yang telah disisipkan kode program

  node Transmitter

  berbasis library Arduino Jeelib telah membuat penggunaan arus pada sistem dapat ditekan lebih Pada penelitian sebelumnya, peneliti rendah dibandingkan dengan biasanya (Prasojo, tersebut melakukan perbandingan antara sistem

  2016). Pada penelitian ini peneliti akan yang menggunakan mode sleepy dan tidak pada menggunakan library yang sama untuk menekan saat Idle maupun pada saat aktif mengirim data. penggunaan arus serendah mungkin pada sistem.

  Hingga didapat hasil sebagaimana berikut pada Jika pada pengujian sebelumnya hanya tabel 2. menggunakan 1 buah node receiver dan 1 buah

  node transmitter untuk meneliti penggunaan Tabel 2. Hasil Pengujian Arus

  arus pada node, maka penelitian kali ini lebih mengarah kepada penerapan hasil penelitian sebelumnya dengan jumlah node transmitter lebih dari 1 buah dan diatur menggunakan protokol TDMA.

  Setelah pengujian dari sisi node transmitter, dilakukan pengujian terhadap node receiver. parameter yang diuji adalah fungsionalitas protokol TPSN dan fungsionalitas protokol TDMA. Implementasi perangkat keras dari node receiver dapat dilihat pada gambar 14. semua node transmitter yang aktif. Setelah itu

  node receiver sebagai level 0 akan memberikan

  waktu penyetara ke node transmitter yang meminta penyetaraan waktu. Protokol TDMA pada node receiver berada pada penerimaan data dari node transmitter yang mengirimkan data pada waktu yang telah ditentukan dengan selisih beberapa detik dari waktu yang ada pada node receiver.

  Selanjutnya fase synchronize pada node

  receiver berfungsi untuk mengkonfirmasi

  permintaan penyetaraan waktu dari node

  transmitter dengan mengirimkan perhitungan

  TPSN dan waktu aktual yang ada pada node

  receiver . Pada gambar 16 memperlihatkan Gambar 14. Node Receiver

  bahwa pesan permintaan penyetaraan waktu dari semua node transmitter yang aktif. Setelah itu Protokol TPSN pada node receiver berfungsi sebagai node dengan level tertinggi node receiver sebagai level 0 akan memberikan waktu penyetara ke node transmitter yang pada hierarki yang akan memberikan waktunya meminta penyetaraan waktu. untuk disetarakan dengan node lain dibawahnya. Fase discovery di node receiver bertugas Protokol TDMA pada node receiver berada pada penerimaan data dari node transmitter yang melakukan pencarian node transmitter yang mengirimkan data pada waktu yang telah belum terdaftar pada level 1. Paket discovery yang dikirim berisi konfirmasi terdaftar dan ditentukan dengan selisih beberapa detik dari waktu yang ada pada node receiver. alokasi slot waktu yang akan digunakan oleh

  node tersebut seperti yang terdapat pada gambar 15.

  Gambar 16. Penerimaan Penyetaraan Waktu

  Pada pengujian ini semua node transmitter

  Gambar 15. Pengiriman Paket Discovery Oleh

  aktif berhasil berkomunikasi untuk

  Node Receiver

  menampilkan data pada serial monitor dari node Selanjutnya fase synchronize pada node

  receiver sebagaimana yang bisa dilihat pada

receiver berfungsi untuk mengkonfirmasi gambar 17 yang memperlihatkan sebagian data

  permintaan penyetaraan waktu dari node yang telah dikirmkan oleh node transmitter.

  transmitter dengan mengirimkan perhitungan

  Jumlah data yang diterima pada node TPSN dan waktu aktual yang ada pada node

  receiver bervariasi tergantung penerimaan dan receiver . Pada gambar 16 memperlihatkan

  data yang masuk pada alokasi waktu tertentu. bahwa pesan permintaan penyetaraan waktu dari

  Node transmitter dengan slot waktu yang sama memiliki kemungkinan untuk mengalami data

  collision sehingga penampilan data bisa berselang seling atau saling tertutupi.

  Retrieved January 2017, from Adafruit Company : https://learn.adafruit.com/adafruit- ft232h-breakout/serial-uart

  Jeelabs. (2016). Sleepy Class Reference (Jeelib documentation). Retrieved October

  Ganeriwal, Saurabh. Et al,. (2003). Timing-sync Protocol for Sensor Network. Los Angeles : University of California.

  Erwanda, A. N. (2016). IMPLEMENTASI TIME SYNCHRONIZATION PADA WSN UNTUK METODE TDMA MENGGUNAKAN ALGORITMA TPSN. Malang, Indonesia: Universitas Brawijaya.

  Elson, J. (n.d.). Time Synchronization for Wireless Sensor Networks. Los Angeles: University of California.

  Dynamic Power Management in Wireless Sensor Networks. Cambridge: Massachusetss Institute of Technology.

  ASA Nordic Semiconductor. (2016). Nordic Semiconductor NRF24L01 Product Specification. Retrieved September 2016, from Nordic Semiconductor : Chandrakasan, Anantha dan Sinha Amit. (2001).

  Arduino. (2016). Product Arduino. Retrieved September 2016, from Arduino Company : http://www.arduino.cc/en/Main/Product s

  DAFTAR PUSTAKA Adafruit. (2017). Adafruit FT232H Breakout.

  Selain itu terdapat beberapa node yang memiliki selisih waktu yang cukup banyak sehingga waktu pengiriman data dari node

  3. Penerapan metode low power mode dapat dilakukan dengan menyisipkan pada siklus program ketika dalam keadaan idle dan jeda low power pada program diatur sebesar 300 ms agar tidak mengganggu fungsi lain yang berjalan pada program sehingga penerapan DPM dapat dikatakan berhasil. Penerapan penelitian penggunaan arus yang rendah dengan library Jeelib yang dikombinasikan dengan protokol TDMA dan TPSN untuk diterapkan pada node yang jumlahnya lebih dari 1 buah pada penelitian kali ini berhasil terintegrasi dengan baik. Dapat dilihat dari berhasilnya node transmitter mengirimkan data menuju node receiver tanpa ada gangguan yang berarti. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu integrasi hasil penelitian penggunaan low power mode pada WSN dengan penerapannya pada node transmitter yang berjumlah lebih dari 1 buah.

  2. Masing-masing node transmitter dapat melakukan pengiriman data berupa suhu menuju node receiver sesuai dengan slot waktu dengan metode TDMA yang telah ditentukan sebesar 5 detik.

  Hampir semua node transmitter dapat melakukan sinkronisasi waktu dengan waktu yang ada pada node receiver dengan perhitunga rata-rata sampai 30 detik.

  Berdasarkan hasil penelitian mulai dari tahap perancangan, implementasi hingga pengujian dan analisis hasil pengujian yang telah selesai dilaksanakan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.

  Gambar 17. Node Receiver Menampilkan Data Dari Node Transmitter

  semua node dan setiap level dapat diterima dan ditampilkan pada serial monitor node receiver.

  transmitter dan waktu penerimaan data dari node receiver berbeda cukup jauh. Namun node receiver masih dapat menerima data dari semua node dengan baik sehingga semua data dari

4. KESIMPULAN

  2016, from jeelabs : Kurose, Et al,. (2010). Computer Networking : A Top-Down Approach. NYU. Prasojo, Gatut. (2016). IMPLEMENTASI LOW

  POWER MODE PADA WIRELESS SENSOR NODE. Malang, Indonesia : Universitas Brawijaya.

  Roche, Michael. (2006). Time Synchronization in Wireless Networks. St. Louis : Washington University. SparkFun. (2017). SparkFun USB to serial UART Boards Hookup Guide.

  Retrieved January 2017, from Sparkfun :

  SparkFun. (2017). Reducing Arduino Power Consumption. Retrieved January 2017, from SparkFun : https://learn.sparkfun.com/tutorials/red ucing-arduino-power-consumption

  Syafril, Deni. (2016). Penghematan Daya Pada Sensor Node Menggunakan Metode Pengaturan Waktu Kirim Data. Riau, Indonesia : Politeknik Caltex Riau.