Optimasi Model Himpunan Keanggotaan Fuzzy Menggunakan Algoritme Evolution Strategies (Pada Data Diagnosis Penyakit Sapi Potong)

  Vol. 1, No. 8, Juni 2017, hlm. 668-677 http://j-ptiik.ub.ac.id

  

Optimasi Model Himpunan Keanggotaan Fuzzy Menggunakan Algoritme

Evolution Strategies (Pada Data Diagnosis Penyakit Sapi Potong)

1 2 3 Dyan Putri Mahardika , Wayan Firdaus Mahmudy , Agus Wahyu Widodo

  Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

  

Abstrak

  Semakin meningkatnya jumlah konsumsi harian daging sapi maka diperlukannya pengawasan terhadap ketersediaan daging sapi yang berkualitas baik, yaitu daging sapi yang terbebas dari bibit penyakit. Pada penelitian ini akan dibuat sebuah sistem yang dapat menyelesaikan persoalan bersifat subjektif, tidak jelas dan samar, yaitu diagnosis penyakit pada sapi potong, adanya informasi yang bersifat subjektif mengenai gejala penyakit, maka diagnosis dapat dilakukan menggunakan sistem inferensi fuzzy. Untuk mendapatkan akurasi yang tinggi, maka himpunan keanggotaan fuzzy perlu ditentukan secara tepat. Untuk mendapatkan solusi terbaik atau dalam hal ini merupakan himpunan keanggotaan fuzzy yang tepat dapat dilakukan menggunakan metode Evolution Strategies. Akurasi dari sistem ini didapatkan dengan mencocokan hasil diagnosis sistem dan hasil diagnosis pakar dengan menggunakan 51 data uji menghasilkan tingkat akurasi sebesar 95.49% menggunakan metode fuzzy. Setelah dilakukan optimasi terhadap himpunan keanggotaan fuzzy menggunakan metode ES menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik yaitu 97.45% dengan parameter ES terbaik yang didapatkan yaitu ukuran populasi sebesar 80, ukuran offspring sebesar 10µ, dan banyaknya generasi sebesar 50.

  Kata Kunci

  : diagnosis penyakit sapi potong, optimasi, logika fuzzy, evolution strategies

  

Abstract

The increasing number of daily consumption of beef, it is need to monitoring the availability of good-

quality beef, which is free from germs. In this research will be created a system that can be solve the

subjective, unclear and vague problem, that is cattle disease diagnose, the existence of subjective

information about the symptoms of the disease, then the diagnosis can be done using a fuzzy inference

system. To obtaining the high accuracy, the set of fuzzy membership needs to be determined precisely.

To get the best solution or in this case is the set of fuzzy membership can be done using Evolution

Strategies method. The accuracy of the system is obtained by matching the results of the diagnosis and

the diagnosis expert system using 51 generates test data accuracy rate of 95.49% using fuzzy. After

optimization of the fuzzy set membership using evolution strategies (ES) produces better accuracy rate

is 97.45% with the best parameters obtained ES is the population siz e of 80, offspring size of 10μ, and

  . the amount of generation by 50 Keywords : cattle disease diagnose, optimization, fuzzy logic, evolution strategies

  angka jumlah penduduk setiap tahun 1. menyebabkan jumlah konsumsi harian daging

   PENDAHULUAN

  sapi juga terus mengalami peningkatan (Ilham, Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan

  1998). Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan pokok bagi kehidupan manusia. Beberapa bahan konsumsi daging sapi maka diperlukan pangan yang biasa dikonsumsi dapat berasal dari pengawasan terhadap ketersediaan daging sapi nabati dan hewani. Salah satu kebutuhan hewani yang berkualitas baik. Daging sapi yang yang sering dikonsumsi oleh manusia biasanya memiliki kualitas baik haruslah terbebas dari berasal dari produk ternak yang dapat memenuhi bibit penyakit (Tyas, Soebroto & Furqon, 2015). asupan gizi bagi manusia yaitu daging sapi

  Dalam menentukan daging sapi yang berkualitas (Gustiani, 2009). Dengan semakin tingginya baik, dapat dilihat dari hewan sapi yang memang

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

668 sehat atau tidak terjangkit penyakit. Untuk mencegah sejak dini adanya penyakit yang menyerang sapi dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang mungkin timbul akibat penyakit yang menyerang sapi sehingga dapat dilakukan diagnosis penyakit sejak dini. Gejala- gejala yang muncul akan dijadikan sebagai informasi dalam melakukan diagnosis terhadap sapi potong, namun setiap informasi yang diberikan bersifat subjektif atau dalam arti lain dapat berbeda-beda pada masing-masing orang yang memberikan informasi. Adanya ketidakjelasan terhadap suatu informasi gejala yang diberikan menyebabkan diagnosis penyakit akan susah dilakukan.

  Logika fuzzy merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk memecahan sebuah persoalan yang bersifat subjektif, tidak jelas dan samar. Sehingga proses diagnosis yang bersifat subjektif dapat menggunakan metode fuzzy. Dengan perkembangan teknologi saat ini dapat memudahkan peternak sapi dalam mendiagnosis penyakit yang diderita oleh sapi, salah satunya sistem pakar yang telah dikembangkan oleh Nisak, Soebroto, dan Furqon (2015) dengan menggunakan metode FIS Tsukamoto. Pada penelitian tersebut melakukan diagnosis penyakit pada sapi potong dengan metode FIS

  Tsukamoto menggunakan 20 parameter dan 11

  jenis penyakit yang di deteksi dengan menghasilkan tingkat akurasi sebesar 92,3%, 55,38%, dan 96,15%.

  Logika fuzzy juga sudah banyak digunakan dalam beberapa permasalahan diagnosis penyakit, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Parewe dan Mahmudy (2016) menggunakan logika fuzzy untuk mendiagnosis penyakit gigi dengan nilai akurasi yang cukup tinggi yaitu 85%, namun nilai akurasi tersebut masih dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan optimasi terhadap fungsi keanggotaan dan rule nya (Parewe, 2016).

  Dalam peyelesaian masalah optimasi biasanya digunakan metode metaheuristik yang menerapkan perhitungan kecerdasan buatan. Terdapat beberapa algoritme yang biasa digunakan dalam permasalahan optimasi adalah algoritme evolusi, seperti algoritme Particle

  Swarm Optimazation (PSO), Algoritme

  Genetika(AG), dan algoritme Evolution

  Strategies (ES). Salah satu algoritme yaitu ES merupakan algoritme yang menggunakan vektor bilangan pecahan dalam menyajikan solusi.

  Algoritme ini lebih menekankan pada operator mutasi. Dalam mengontrol nilai parameter yang selalu berubah ES menggunakan mekanisme self-adaptation (Mahmudy, 2013). Penelitian sebelumnya oleh Azizah, Cholissodin dan

  Mahmudy (2015) menggunakan Algoritma

  Genetika untuk menentukan fungsi keanggotaan pada fuzzy Tsukamoto dalam permasalahan menentukan harga jual rumah, penggunaan Algoritma Genetika pada penelitian tersebut dapat mengurangi adanya nilai eror, nilai eror yang dihasilkan dengan mengoptimasi batasan dari fuzzy Tsukamoto sebesar 0.1369. Penelitian lainnya oleh Zulfa dan Mahmudy (2016) yang menggunakan algoritme Evolution Strategies untuk mengoptimasi batasan dari metode Fuzzy Mamdani dalam menentukan kualitas air sungai dapat meningkatkan akurasi menjadi 98% dari sebelumnya yaitu 93,33% tanpa melakukan optimasi menggunakan algoritme Evolution Strategies.

  Pada penelitian ini dilakukan optimasi terhadap himpunan keanggotaan fuzzy pada setiap parameter gejala penyakit pada data diagnosis penyakit sapi potong menggunakan metode Evolution Strategies sehingga dapat menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik.

  2. PENYAKIT PADA SAPI POTONG Tidak sedikit yang melakukan

  pemotongan sapi dengan kriteria sapi ternak non produktif untuk bisa mencukupi permintaan pasar akan daging sapi yang bisa menurunkan populasi sapi (Yuliati et. al., 2014). Namun selepas dari itu semua, kesehatan dari sapi potong merupakan hal penting dari keberhasilan usaha peternakan. Terdapat sebuah perumpamaan, mencegah lebih baik daripada mengobati. Artinya, akan muncul tindakan untuk mencegah datangnya penyakit sapi potong dengan melakukan sanitasi, vaksinasi dan pelaksanaan. Cukup banyak penyakit yang menyerang sapi potong seperti Mastitis, Anthrax, Brucellosis, Septicemia Epizootica, Cacingan dan lainnya (Zulfikar,2014). Pada umumnya penyakit yang menyerang hewan adalah penyebab hewan menjadi tidak produktif lagi. Ciri-ciri dari hewan yang sehat adalah bebas dari penyakit yang menular dan tidak menular, tidak mengandung bahan yang bisa merugikan konsumen, dan mampu berproduksi secara maksimal (Zulfikar, 2014).

  Sebuah peternakan biasanya berada di daerah terpencil, dengan kondisi sulit untuk mendiagnosis penyakit. Umumnya, sulit untuk mendiagnosis penyakit dengan cepat dan akurat. Tapi peternakan bisa mendiagnosis penyakit menggolongkan anggota dari himpunannya hewan dengan cepat dan akurat dengan bantuan memiliki nilai 0 atau 1, nilai 1 berarti nilai sebuah sistem(Long, 2014). Daftar penyakit dan tersebut termasuk dalam anggota himpunan dan gejalanya yang bisa menyerang sapi potong nilai 0 berarti tidak termasuk dalam anggota berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh himpunan (Djunaidi, 2005). Namun pada Nisak (2015) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut himpunan fuzzy nilai keanggotaanya berada ini. antara nilai 0 dan 1 (Fechera et al., 2012).

  3.1. Sistem Inferensi Fuzzy Tabel 1. Daftar Penyakit Sapi Potong Beserta

  Gejalanya

  Pada proses inferensi fuzzy terdapat tiga

  N

  tahapan utama yang harus dilakukan, yaitu

  Penyakit Gejala o

  (parewe, 2016):

  Bengkak Tinggi

  1 Abses Demam Sedang dan Tinggi

  1. Fuzzyfikasi

  Bulu Kusam

  Proses fuzzyfikasi adalah mengubah data

  Bulu Berdiri Kurus Sedang dan Tinggi

  yang memiliki nilai tegas menjadi variable

  2 Askariasis Nafsu Makan Berkurang Sedang dan

  linguistik dengan menggunakan fungsi

  Tinggi

  keanggotaan sehingga dapat dihasilkan derajat

  Diare Sedang dan Tinggi Diare Berdarah Sedang dan Tinggi

  keanggotaan yang memiliki nilai linguistik dari

  Demam Tinggi

  masing-masing variable linguistik. Nilai dari

  Nafsu Makan Berkurang Sedang

  3 BEF

  derajat keanggotaan inilah yang akan digunakan

  Keluar Ingus Sedang Pincang sebagai input pada proses inferensi sistem sesuai Nafsu Makan Berkurang Sedang dan dengan aturan-aturan yang ada.

  Tinggi Diare Sedang

  2.

  4 Bloat Inferensi Kembung

  Proses inferensi dilakukan dengan

  Sesak Nafas Sedang dan Tinggi

  memenuhi atura-aturan pada rule base yang

  Demam Sedang Endometriti

  5 Nafsu Makan Berkurang Sedang

  sudah ditetapkan. Pada metode ini fungsi

  s Keluar Lendir Vulva

  implikasi menggunakan operator AND atau

  Demam Sedang

  fungsi min dan fungsi ini akan memotong output

  Kurus Sedang dan Tinggi

  6 Entritis Nafsu Makan Berkurang Sedang himpunan fuzzy.

  Diare Tinggi 3.

  Defuzzyfikasi

  Diare Berdarah Sedang dan Tinggi Demam Tinggi

  Proses defuzzyfikasi adalah mengubah nilai

  7 Mastitis Nafsu Makan Berkurang Sedang fuzzy menjadi nilai crisp dengan menggunakan

  Mamae Keras Demam Sedang dan Tinggi fungsi keanggotaan (Wicaksono, 2016). Pada Omphaliti Nafsu Makan Berkurang Sedang

  metode ini output dari proses defuzzyfikasi

  8 s Bengkak Sedang dan Tinggi

  didapatkan dari nilai terbesar dari nilai −

  Muncul Belatung Demam Tinggi

  dari beberapa aturan yang memenuhi,

  Nafsu Makan Berkurang Sedang dan dan dapat dilihat pada persamaan (1). Pneumoni

  9 Tinggi a Keluar Ingus Tinggi

  (1) = ( ∩ ∩ )

  1 2,… Sesak Nafas Tinggi Demam Sedang

  3.2. Siklus Sistem Inferensi Fuzzy Nafsu Makan Berkurang Sedang

  10 Retensio Plasenta Tertinggal

  Untuk menyelesaikan permasalahan

  Bau Busuk

  diagnosis penyakit pada sapi potong

  Bulu Rontok

  menggunakan metode sistem inferensi fuzzy

  Nafsu Makan Berkurang Sedang dan

11 Scabies Tinggi

  yang harus dilakukan yaitu membentuk sebuah

  Gatal-gatal

  himpunan keanggotaan fuzzy. Dengan adanya

  Kulit Kasar

  domain batasan-batasan setiap gejala yang diperoleh dari pakar, pertama melakukan proses fuzzyfikasi untuk mendapatkan nilai derajat 3.

LOGIKA FUZZY

  keanggotaan setiap gejala, selanjutnya Konsep dasar dari logika fuzzy adalah melakukan proses iferensi dengan fungsi konsep ketidakpastian. Menurut pencetus logika implikasi(aturan) sesuai dengan rule yang fuzzy dasar dari sebuah himpunan fuzzy adalah tersedia dengan menggunakan fungsi min atau himpunan crisp atau himpunan untuk mencari nilai terkecil(

  − ). Hasil

  • Diare Tinggi - Demam Sedang - Nafsu Makan Berkurang Sedang - Kurus Sedang Dari gejala yang ada dilakukan pencarian rule yang memiliki gejala-gejala yang sama. Kemudian melakukan tahapan pada logika fuzzy sebagai berikut ini.

  0.73 Diare berdarah Sedang

  1. Himpunan Fuzzy (Fuzzyfikasi) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

  Nisak, Soebroto & Furqon (2015) didapatkan 112 rule, dari 112 rule tersebut terdapat 2 rule dengan gejala-gejala yang memenuhi dengan gejala-gejala pada kasus 1 yaitu rule 78,79, dan

  81. Gejala dari ketiga rule yang memenuhi kasus 1 digunakan sebagai variabel input, dan penyakit pada kedua rule tersebut sebagai variabel output. Sedangkan nilai skor yang dijadikan sebagi variabel inputan yang diberikan berdasarkan Tabel 2 yang dijabarkan didapatkan hasil fuzzyfikasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.

  Tabel 3. Hasil Fuzzyfikasi Rule Gejala Fuzzyfikasi

  78 Kurus Sedang

  0.55 Nafsu makan berkurang Sedang

  0.73 Diare berdarah Tinggi

  0.14 Demam Sedang

  0.3 Diare Tinggi

  0.2

  79 Kurus Sedang

  0.55 Nafsu makan berkurang Sedang

  0.4 Demam Sedang

  20 Plasenta tertinggal Ya 90 0-100

  0.3 Diare Tinggi

  0.2

  81 Kurus Sedang

  0.55 Nafsu makan berkurang Sedang

  0.73 Diare Tinggi

  0.2 Demam Sedang

  0.3 2.

  Inferensi Fungsi implikasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah fungsi min (minimum), dengan mencari nilai minimum dari hasil fuzzyfikasi setiap antesendennya. Proses perhitungan implikasi menggunakan persamaan (2), ditunjukkan sebagai berikut:

  − = (

  1 ,

  2 ,

  3 , … ) (2)

  Contoh perhitungan fungsi implikasi pada

  Contoh gejala yang muncul :

  19 Pincang Ya 90 0-100

  keluaran proses inferensi berupa nilai diskrit atau terdapat lebih dari satu macam objek yang sudah jelas hasil diagnosis penyakitnya, sehingga setiap nilai

  6 Kurus Normal 0-30 Sedang 21 1 0-50 Tinggi

  − masing- masing rule dalam satu data uji di pilih nilai yang paling besar untuk menentukan penyakit pada data uji tersebut dari proses inferensi yang dilakukan.

  Pembentukan himpunan fuzzy dilakukan untuk setiap gejala penyakit. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nisak, Soebroto & Furqon (2015), didapatkan nilai domain dan nilai skor untuk masing-masing gejala yang dibuat oleh knowledge engineer atas persetujuan dari pakar atau dokter hewan, nilai skor yang diberikan oleh pakar berdasarkan atas semesta pembicara yang telah dibuat, dan nilai skor tersebut yang akan dijadikan sebagai nilai inputan dari rule yang terpenuhi. Nilai domain dan nilai skor dapat dilihat pada Tabel 2.

  Tabel 2. Nilai Skor dan Domain Gejala No Gejala Tingkat Nilai Skor Domain

  1 Bengkak Normal 0-50 Sedang 60 25-75 Tinggi

  95 50-100

  2 Demam Normal 0-60 Sedang 53 50-70 Tinggi

  79 60-80

  3 Diare Normal 0-65 Sedang 63 60-80 Tinggi

  83 65-85

  4 Diare berdarah Normal 0-15 Sedang

  12 1 0 - 20 Tinggi 29 15-30

  5 Keluar ingus Normal 0-60 Sedang 55 40-75 Tinggi

  79 60-80

  77 30-80

  18 Muncul belatung Ya 90 0-100

  7 Nafsu makan berkurang Normal 0-45 Sedang

  41 30-60 Tinggi 73 45-75

  8 Sesak nafas Normal 0-80 Sedang 69 40-90 Tinggi

  99 80-100

  9 Berbau Busuk Ya 90 0-100

  10 Bulu berdiri Ya 90 0-100

  11 Bulu kusam Ya 90 0-100

  12 Bulu Rontok Ya 90 0-100

  13 Gatal-gatal Ya 90 0-100

  14 Keluar lender vulva Ya 90 0-100

  15 Kembung Ya 90 0-100

  16 Kulit kasar Ya 90 0-100

  17 Mamae keras Ya 90 0-100

  rule ke 78 dengan menggunakan persamaan (2) seperti dibawah ini.

  Tabel 5. Hasil Defuzzyfikasi − = ( ]

  78 [

  6 Diagnosis Implikasi Defuzzyfikasi ∩ [ ] ∩ [ ]

  7

  4 Rule Fuzzyfikasi Pakar (MIN) (MAX) ∩ [ ] ∩ [ ] )

  2

  3 0.73 0.55 = ( [0,55] ∩ [0,73] 78 0.14 0.14 enteritis

  ∩ [0,14] ∩ [0,3] 0.2 0.3 ∩ [0,2] 0.73 0.55 = MIN(0.55 , 0.73 , 0.14 , 0.3 , 0.2) 79 0.4 0.2 0.2 enteritis 0.3

  = 0.14 0.55 0.2 Berikut ini merupakan hasil dari proses 81 0.73 0.2 enteritis implikasi yang dapat dilihat pada Tabel 4. 0.2 0.3 Tabel 4. Hasil Implikasi

  Sehingga untuk contoh gejala yang ada

  Implikasi RULE GEJALA Fuzzyfikasi menghasilkan diagnosis penyakit enteritis.

  (MIN) Kurus Sedang

  0.55 Untuk hasil perbandingan diagnosis pakar dan Nafsu makan

  diagnosis perhitungan menggunakan fuzzy

  0.73 berkurang Sedang

  terdapat pada Tabel 6.

  78 Diare berdarah

  0.14

  0.14 Tinggi Demam Sedang 0.3 4.

   ALGORITME EVOLUTION Diare Tinggi

  0.2 STRATEGIES Kurus Sedang

  0.55 Nafsu makan

  0.73 Evolution strategis (ES) merupakan sebuah berkurang Sedang

  metode heuristic yang menggunakan vektor

  79 Diare berdarah

  0.2

  0.4 Sedang

  bilangan pecahan untuk mendapatkan solusi

  Demam Sedang

  0.3

  optimal. Pada metode ini lebih menekankan pada

  Diare Tinggi

  0.2

  pengendalian mutasi bukan pada proses

  Kurus Sedang

  0.55 Nafsu makan

  rekombinasi. Notasi yang digunakan pada

  0.73 81 berkurang Sedang

  0.2

  metode ini adalah ( ) sebagai ukuran

  Diare Tinggi

  0.2

  populasi dan

  Demam Sedang 0.3 (lamda) sebagi jumlah sulusi

  yang dihasilkan. Ada 4 jenis proses pada metode ini, yaitu :

  3. Defuzzyfikasi Proses defuzzyfikasi yang dilakukan yaitu 1.

  ( , ) melakukan proses penentuan keputusan penyakit Proses yang dilakukan adalah proses dengan menarik kesimpulan berdasarkan hasil reproduksi tanpa rekombinasi dan proses inferensi aturan yang telah dilakukan merupakan seleksinya hanya melibatkan offspring. nilai diskrit sehingga dilakukan dengan menentukan nilai terbesar dari derajat

  2.

  ( , ) keanggotaannya menggunakan persamaan (1) Proses yang dilakukan adalah proses seperti dibawah ini. reproduksi yang menggunakan rekombinasi dan

  = ( − 1 ∩ − 2 ∩ proses seleksi hanya melibatnya offspring.

  − , . . . − )

  3 3.

  ( + ) Contoh perhitungan defuzzyfikasi dengan

  Proses yang dilakukan adalah proses menggunakan persamaan (1) seperti pada Tabel reproduksi tanpa rekombinasi dan proses seleksi 5 dibawah ini. melibatkan offspring dan induk.

  4.

  ( + ) Proses yang dilakukan adalah proses reproduksi menggunakan rekombinasi dan proses seleksi melibatkan offspring dan induk. Perhitungan Fitness (Sistem inferrensi fuzzy) Kromosom Terbaik

  Seleksi Mutasi Selesai For int i=1 to jumlah generasi

  Implementasi antarmuka pada sistem optimasi himpunan keanggotaan fuzzy menggunakan algoritme Evolution Strategies adalah berbasis desktop, dengan 4 buah halaman yang tersedia antara lain halaman beranda, halaman aturan, halaman proses, dan halaman hasil.

  Inisialisasi Populasi awal i++

  Gambar 3. Implementasi Halaman Aturan Mulai Input data, jumlah generasi , ukuran populasi (µ), Offspring (λ)

  Pada halaman aturan menampilkan data aturan atau rule base yang digunakan pada sistem inferensi fuzzy. Hasil implementasi antarmuka halaman aturan ditunjukkan pada Gambar 3.

  5.2. Halaman Aturan

  Gambar 2. Implementasi Halaman Beranda

  Pada halaman beranda menampilkan 51 data uji yang digunakan pada sistem, dan pada halaman ini menampilkan form input dari parameter algoritme Evolution strategies yaitu ukuran populasi, ukuran offspring , dan banyaknya generasi. Hasil implementasi antarmuka halaman beranda ditunjukkan pada Gambar 2.

  5.1. Halaman Beranda

  5. IMPLEMENTASI

  Berikut ini merupakan diagram alir dari proses algoritme Evolution Strategies yang ditunjukkan pada Gambar 1.

  acak dari batasan-batasan setiap gejala. Setelah populasi awal terbentuk dilakukan perhitungan sistem inferensi fuzzy menggunakan nilai batasan-batasan tersebut dan melakukan perulangan untuk proses reproduksi yang akan menghasilkan offspring. Proses reproduksi yang digunakan pada permasalahan kali ini adalah ES(

  generate populasi awal yang merupakan nilai

  dihadapi, setelah melakukan inputan berupa gejala-gejala yang dialami oleh sapi dan parameter ES, maka sistem akan melakukan

  fitness , dan seleksi. Dalam permasalahan yang

  populasi awal, reproduksi, perhitungan nilai

  strategies secara umum adalah generate

  Pada gambar diagram alir diatas tahapan yang dilakukan dalam algoritme evolution

  Gambar 1. Diagram Alir Algoritme Evolution Strategies

  • ), yaitu proses reproduksi yang dilakukan tanpa menggunakan proses rekombinasi dan dalam proses seleksinya melibatkan induk dan offspring. Hasil dari proses reproduksi akan digunakan untuk menghitung nilai fitness setiap individu yang selanjutnya akan diseleksi dan dipilih individu yang memiliki nilai fitness terbaik.

  5.3. Halaman Proses

  Penggunaan algoritme Evolution Strategies berhasil digunakan dalam menentukan nilai batasan dari himpunan keanggotaan fuzzy yang dapat memberikan nilai diagnosis yang lebih akurat, hal tersebut dapat ditunjukkan dengan hasil diagnosis yang lebih mendekati dengan diagnosis dari pakar setelah melakukan optimasi terhadap himpunan keanggotaan pada fuzzy.

  Gambar 4. Implementasi Halaman Proses

  5.4. Halaman Hasil

  Pada halaman hasil menampilkan hasil batasan dari himpunan keanggotaan fuzzy yang baru setelah dilakukan proses optimasi, selain itu juga menampilkan nilai akurasi sistem sebelum dan sesudah dilakukan optimasi. Hasil implementasi antarmuka halaman hasil ditunjukkan pada Gambar 5.

  Gambar 5. Implementasi Halaman Hasil

  Dalam penelitian mengenai optimasi model himpunan keanggotaan fuzzy yang telah dilakukan, proses yang digunakan adalah ( + ) , untuk kedepannya dapat dilakukan pengembangan lagi dengan menggunakan 3 proses lainnya dari algoritme Evolution

  Kelayakan/akurasi dari optimasi sistem inferensi fuzzy menghasilkan peningkatan sebesar 1.96%. Pada sistem inferensi fuzzy menghasilkan nilai akurasi sebesar 95.49%, sedangkan setelah dilakukan optimasi menggunakan Evolution Strategies menghasilkan nilai akurasi sebesar 97.45%.

  representasi solusi. Adapun parameter terbaik yang didapatkan yaitu ukuran populasi sebesar 80, ukuran offspring sebesar 10µ, dan banyaknya generasi sebesar 50. Pada percobaan yang telah dilakukan, nilai fitness terbaik yang pernah didapatkan sebesar 97.45%.

  Strategies yang tepat dalam memberikan sebuah

  Dari pengujian yang telah dilakukan sesuai dengan skenario yang telah dibuat sebelumnya, berhasil mendapatkan parameter Evolution

  Pada halaman proses menampilkan individu pada populasi awal dan individu pada generasi terakhir setelah proses optimasi dilakukan. Hasil implementasi antarmuka halaman proses ditunjukkan pada Gambar 4.

  7. KESIMPULAN

6. PENGUJIAN

  pengaruh jumlah ukuran populasi dan lamda yang diberikan untuk inputan, yang ketiga pengujian banyaknya generasi dengan menggunakan ukuran populasi dan lambda terbaik dari pengujian sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh banyaknya generasi yang digunakan sebagai input an.

  (lambda) yang bertujuan untuk mengetahui

  pengujian ukuran populasi (miu) dan offspring

  Evolution Strategies ada 3 macam yaitu

  Pengujian yang dilakukan pada algoritme

  Strategies , sehingga dapat dijadikan

  pembanding dengan proses yang telah digunakan pada penelitian ini. Selain itu metode seleksi yang digunakan juga dapat menggunakan metode lainnya selain elitism selection, misalnya

  roulette wheel dan binary tournament.

  Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, parameter Evolution Strategies terbaik yang didapatkan yaitu ukuran populasi sebesar 80, ukuran offspring sebesar 10µ, dan banyaknya generasi sebesar 50. Dari percobaan yang telah dilakukan berhasil mendapatkan himpunan keanggotan fuzzy yang tepat sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih akurat dengan nilai akurasi sebesar 97.45%. Hasil nilai batasan dari himpunan keanggotaan fuzzy terdapat pada Tabel 6 dan hasil perbandingan diagnosis terdapat pada Tabel 7.

  S, SIVAGOWRY., M, DURAIRAJ. 2015. An Intelligent System based on Fuzzy Inference System to prophesy the brutality of Cardio Vascular Diseases.

DAFTAR PUSTAKA

  ZULFIKAR. 2012. Gambaran Penyakit Infeksius Pada Ternak Sapi dan Cara Pencegahan. Jurnal Lentera Vol.12 No.4 Desember 2012.

  Strategies . DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK. Universitas Brawijaya. Vol.7, no.25.

  ZULFA, I, MAHMUDY, WF. 2016. Optimasi Model Fuzzy Mamdani Dalam Penentuan Kualitas Air Sungai Dengan Menggunakan Algoritma Evolution

  II Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan).

  2014. Analisis Proffitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus Di Kelompok Tani Ternak Gunungrejo Makmur

  F., MURDIANSYAH, D.T. 2016. Optimization of Fuzzy Inference System’s Parameter Using Evolutionary Programming Algorithm for Teacher Certification In Indonesia. Fourth International Conference on Information and Comunication Technologies (IColCT). YULIATI, I., FANANI, Z., HARTONO, B.

  B., NHITA,

  WICAKSONO,

  WAN. L., BAO, W. 2014. Animal Disease Diagnoses Expert System Basedon SVM. Department of Computer Science and Engineering, The North University for Ethnics, Yinchuan Ningxia, P. R. China 750021.

  TYAS, R. D. O., SOEBROTO, A.A. & FURQON, M. T. 2015. Pengembangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Sapi Potong Dengan Metode Fuzzy K- Nearest Neighbour. Journal of Enviromental Engineering and Sustainable Technology, 2, 58-66.

  SUHARTO, M. 2004. Dukungan Teknologi Pakan Dalam Usaha Sapi Potong Berbasis Sumberday Lokal. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004. Surakarta.

  ACSIJ Advances in Computer Science: an International Journal, Vol. 4, Issue 6, No. 18, November 2015.

  AZIZAH,

  E, N., CHOLISSODIN, I., MAHMUDY, W. F. 2015. Optimasi fungsi keanggotaan fuzzy tsukamoto menggunakan algoritma genetika untuk penentuan harga jual rumah. Journal of

  2016. Dental Diseases Identification Using Fuzzy Inference System. Journal

  PAREWE, A. M. A. K., MAHMUDY, W.F.

  Universitas Brawijaya. Vol.6, no.5.

  NISAK, A., SOEBROTO, A. A. & FURQON, M. T. 2015. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Pada Sapi Potong Dengan Metode Fuzzy Inference System Tsukamoto (Studi Kasus Pos Keswan Kecamatan Nganjuk). DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK.

  Universitas Brawijaya. Vol.5, no.11.

  Implementasi Algoritma Evolution Strategies untuk Optimasi Komposisi Pakan Ternak Sapi Potong, DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK.

  Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. Universitas Brawijaya. Malang. MILLAH, H., MAHMUDY, W. F. 2015.

  Januari 2017] KUSUMADEWI, S. & PURNOMO, H. 2013. Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan. Graha Ilmu: Yogyakarta. MAHMUDY, W. F. 2013. Algoritma Evolusi.

  KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ,2017 [Online] Available at : [Accessed 1

  GUSTIANI, E. 2009. Pengendalian Cemaran Mikroba Pada Bahan Pangan Asal Ternak (Daging dan Susu) Mulai Dari Peternak Sampai DIhidangkan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Barat.

  Penentuan Jumlah Produksi Dengan Aplikasi Metode Fuzzy – Mamdani. Jurusan Teknik Industri. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

  pp. 79-82. DJUNAIDI, M., SETIAWAN, A. 2005.

  Environmental Engineering & Sustainable Technology. vol. 2, no. 2,

  of Enfironmental Engineering & Sustainable Technology. Vol. 03 No. 01, July 2016, Pages 33-41.