REKLAMASI LAHAN TANAH TAMBANG MAKALAH

MAKALAH
REKLAMASI LAHAN TANAH TAMBANG

OLEH :
HERMANSYAH TONGASA
DIBI 12 055

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2016

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertambangan merupakan salah satu sektor yang dapat menghasilkan
devisa besar bagi negara. Tercatat bahwa pada tahun 2007, penerimaan Negara
perpajakan umum dari sektor pertambangan mencapai Rp 24.000 miliar

(www.esdm.go.id). Tetapi selain devisa, industri pertambangan (terutama dengan
metode pertambangan terbuka) telah menghasilkan dampak ikutan berupa
kerusakan lingkungan yang sangat parah terutama pada hutan hujan tropika yang
merupakan dominasi lapisan penutup dari permukaan bentang lahan yang
ditambang.
Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan,
sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem
yang selanjutnya mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup manusia
itu sendiri. Kegiatan seperti pembukaan hutan, penambangan, pembukaan lahan
pertanian dan pemukiman, bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem yang
terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan biologis tanah
menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk
density (pemadatan), kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah,
pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan
populasi mikroba tanah. Untuk itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai
upaya pelestarian lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya
tersebut dapat ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak. Dengan
rehabilitasi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki ekosistem yang rusak

sehingga dapat pulih, mendekati atau bahkan lebih baik dibandingkan kondisi

semula (Rahmawaty, 2002).
Untuk itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian
lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut dapat
ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak. Dengan rehabilitasi
tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki ekosistem yang rusak sehingga
dapat pulih, mendekati atau bahkan lebih baik dibandingkan kondisi semula. Dan
salah satu cara yang dapat dilakuakan adalah dengan melakukan reklamasi lahan.
B.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana kegiatan pertambangan dan aspek lingkungan ?
2. Bagaimana tekhnik atau konsep usaha perbaikan yang digunakan untuk
lahan bekas tambang?

II. PEMBAHASAN

A. Kegiatan Pertambangan Dan Aspek Lingkungan
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan
sangat rumit, sarat risisko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan
teknologi tinggi, padat modal, dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari beberapa

sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai daya ubah lingkungan yang
besar, sehingga memerlukan perencanaan total yang matang sejak tahap awal
sampai pasca tambang. Pada saat membuka tambang, sudah harus difahami
bagaimana menutup tambang. Rehabilitasi/reklamasi tambang bersifat progresif,
sesuai rencana tata guna lahan pasca tambang.
Tahapan kegiatan perencanaan tambang meliputi penaksiran sumberdaya
dan cadangan, perancangan batas penambangan (final/ultimate pit limit),
pentahapan tambang, penjadwalan produksi tambang, perancangan tempat
penimbunan (waste dump design), perhitungan kebutuhan alat dan tenaga kerja,
perhitungan biaya modal dan biaya operasi, evaluasi finansial, analisis dampak
lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)
termasuk pengembangan masyarakat (Community Development) serta Penutupan
tambang. Perencanaan tambang, sejak awal sudah melakukan upaya yang
sistematis untuk mengantisipasi perlindungan lingkungan dan pengembangan
pegawai dan masyarakat sekitar tambang (Arif, 2007).
Kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan
sebagai berikut :








Eksplorasi
Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan
Pengolahan bijih dan operasional pabrik pengolahan
Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya
Pembangunan infrastuktur, jalan akses dan sumber energi
Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman

Pengaruh pertambangan pada aspek lingkungan terutama berasal dari
tahapan ekstraksi dan pembuangan limbah batuan, dan pengolahan bijih serta
operasional pabrik pengolahan.
B. Dampak Dari Aktivitas Pertambangan
Akibat dari proses Pertambangan jangka panjang menimbulkan kerusakan
lingkungan baik aspek iklim mikro setempat dan tanah. Kerusakan klimatis terjadi
akibat hilangnya vegetasi sehingga menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur
tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen, pengatur
suhu. Lahan bekas tambang batubara juga mengalami kerusakan. Kerapatan tanah

makin tinggi, porositas tanah menurun dan drainase tanah, pH turun, kesedian
unsur hara makro turun dan kelarutan mikro meningkat. baik, dan mengandung
sulfat. Lahan seperti ini tidak bisa ditanami. Bila tergenang air hujan berubah
menjadi rawa-rawa.
Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan,
sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem
yang selanjutnya mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup manusia
itu sendiri, Untuk itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian
lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut dapat
ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak. Dengan rehabilitasi
tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki ekosistem yang rusak sehingga
dapat pulih, mendekati atau bahkan lebih baik dibandingkan kondisi semula. Dan
salah satu cara yang dapat dilakuakan adalah dengan melakukan reklamasi lahan.

C. Konsep Dan Tujuan Reklamasi Lahan
Reklamasi bekas tambang yang selanjutnya disebut reklamasi adalah
usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan
hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar
dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. (Permenhut Nomor:
146-Kpts-II-1999). Rehabilitasi hutan dan lahan adalah kegiatan yang

dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktifitas, dan peranannya dalam
mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. (Anonim, 2004)
Parotta (1993) dalam Setiawan (2003) menyatakan bahwa tujuan
rehabilitasi ekosistem hutan yang mengalami degradasi ialah
menyediakan,mempercepat berlangsungnya proses suksesi alami. Selain itu juga
untuk menambah produktivitas biologis, mengurangi laju erosi tanah, menambah
kesuburan tanah dan menambah kontrol biotik terhadap aliran biogeokimia dalam
ekosistem yang ditutupi tanaman.
Usaha perbaikan melalui reklamasi dapat di lakukan dengan beberapa cara
antara lain:
1. Bioremediasi
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada
banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan

beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun (Wikipedia, 2010).

Menurut Anonim (2010) menyatakan bahwa bioremediasi adalah proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur,
bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
 Contoh : Pemanfaatan Bakteri (Desulfotomaculum orientis ICBB 1204,
Desulfotomaculum sp ICBB 8815) sebagai Pereduksi Sulfat dalam Penanganan
Air Asam Tambang.
2. Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan
dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Akhir-akhir ini teknik reklamasi
dengan fitoremediasi mengalami perkembangan pesat karena terbukti lebih murah
dibandingkan metode lainnya, misalnya penambahan lapisan permukaan tanah.
Sudah banyak hasil penelitian yang membuktikan keberhasilan penggunaan
tumbuhan untuk remediasi dan tidak sedikit tumbuhan yang dibuktikan sebagai
hiperakumulator adalah species yang berasal dari daerah tropis.
Indonesia memiliki keragaman jenis tumbuhan endemik/lokal yang tinggi.
Dengan banyaknya jenis flora yang dimiliki Indonesia, diperkirakan tidak sedikit
pula jenis tumbuhan yang memiliki potensi sebagai hiperakumulator yang dapat
digunakan untuk meremediasi lingkungan yang tercemar. Seiring bertambahnya
waktu, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk mencari jenis-jenis tumbuhan yang

pontesial untuk fitoremediasi.
Fitoremediasi adalah Teknologi pembersihan, penghancuran atau
pengurangan polutan berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan senyawa

organik atau anorganik beracun dalam tanah atau air dengan menggunakan
bantuan tanaman (hiperacumulator plant).
 Contoh tanaman yang dapat di manfaatkan :
Jenis Tanaman
Thiaspi caerulescens
Alyssum sp, Berkheya sp, Sebertia
acuminate
Brassicacea sp
Pteris vittata, Pityrogramma
calomelanos
Pteris vittata, Nicotiana tabacum,
Liriodendron tulipifera
Thlaspi caerulescens, Alyssum
murale, Oryza sativa
Brassica sp
Brassica juncea


Unsur Yang Diserap
Zink (Zn) dan Kadmium (Cd)
Nikel (Ni)
Sulfate
Arsenik (As)
Mercuri (Hg)
Senyawa organik (petroleum
hydrocarbons, PCBs, PAHs, TCE juga
TNT )
Emas (Au)
Selenium (Se)

Sasaran akhir dari reklamasi adalah terciptanya lahan bekas tambang yang
kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat dimanfaatkan
kembali sesuai dengan peruntukkannya.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan
sangat rumit, sarat risisko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan

teknologi tinggi, padat modal, dan aturan regulasi yang dikeluarkan dari beberapa
sektor.
Reklamasi yang berkaitan tentang kegiatan Pertambangan yaitu suatu
usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan

hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar
dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.
B.

Saran
Perlunya penegasan hukum terhadap pelaku usaha penambang sehingga

setiap kegiatan penambangan tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat untuk Bioremediasi Tanah
Bekas Tambang Batubara.
http://goblog06.blogspot.com/2010/05/pemanfaatan-bakteri-pereduksi

sulfat_02.html. diakses 2 Januari 2016
http://E09fab.pdf.blogspot.com/2008/05/fitoremidiasi.html, diakses 2 Januari
2016
http://digilib-ampl.net/file/pdf/fitoremediasi.pdf, diakses 2 Januari 2016

Pribadi Agung, 2012. Reklamasi lahan bekas tambang batu bara. Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yokyakarta. Blog diakses 2 Januari
2016
Rahmawaty, 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah Ekologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Wikipedia. 2010. Bioremediasi – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi.diakses 2 Januari 2016