Kemuhamadiyahan Sejarah lahirnya pembar
Sejarah lahirnya pembaruan dalam Islam
Sekitar abad VII sampai X M, Islam berkembang dengan pesat
diwilayah-wilayah yang sangat luas serta peradaban dan kebudayaan yang maju
dan tinggi yang berdimensi rahmatan lil ‘alamin. Wilayah islam dipenuhi dengan
kota-kota yang indah, penuh dengan masjid-masjid yang indah dan artistic,
diberbagai kota terdapat perguruan tinggi yang didalamnya tersimpan berbagai
hasanah peradaban yang bernilai tinggi. Para peneliti dengan tekunnya melakukan
penelitian dan pengembangan ilmu sehingga berkembang berbagai cabang ilmu
seperti Teknik, arsitektur, matematika, astronomi, kedokteran, kesusastraan, ilmu
optic, flsaaat dan lain sebagainya.
Pada zaman kebangkitan Islam pertama ini lahir ulama-ulama besar serta
kaum cendekiawan dalam berbagai keahlian pengetahuan. Dalam bidang ilmu
syariat terdapat Imam Malik bin Anas, Imam Abu Haniaah bin Nu’man, Imam
Muhammadi Idris as-Syaf’I, Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Dalam bidang
ilmu kalam antara lain Abu Hasan al-Say’ari, Abu Al-Jubai, Abu Mansyur Muhammad
bin Muhammad al-Maturidy, Washil bin Atha’, Ali Muhyammad dan lain sebagainya.
Dalam bidang Tasawua lahir ulama seperti Abu Mansyur al-hallaj, Abu Hamid
Muhammad al-Ghazali, Zunnun al-Mishiri. Dalam bidang Filsaaat terdapat ulama
seperti Ya’kub bin Ishak al-Kindi, Abu bakar ar-razi, Abu Nasr Muhammad al-Farabi,
Ibnu Rusyd, Abu ali al-Husein bin Abdullah Ibnu Sina yang sekaligus juga dikenal
sebagai pakar ilmu kedokteran.
Kejayaan dunia Islam sebagaimana digambarkan diatas merupakan keadaan
yang sangat bertolak belakang dengan keadaan dunia Nasrani Barat yang tengah
tenggelam dalam melawan kegelapan zaman (the darkness age). Pada saat para
cendekiawan Muslim menekuni berbagai ilmu pengetahuan diberbagai
perpustakaan besar yang tersebar di seluruh wilayah ‘alam islamy,maka pada
waktu yang bersamaan keluarga besar raja-raja Eropa baru belajar menuliskan
nama-nama mereka dengan cara mengeja.
Seiring perjalanan waktu, masa-masa kejayaan Islam yang telah berjalan
beberapa abad lamanya, yang pengaruhnya telah merebak dan merambah ke
berbagai belahan dunia non muslim akhirnya mengalami kemunduran dengan
berbagai macam aaktor penyebabnya. Sejak abad XI M berbagai gejala krisis
didunia Islam mulai nampak terlihat, baik yang disebabkan oleh aaktor internal
sendiri maupun aaktor eksternal. Diantaranya berbagai aaktor penyebab krisis
didunia Islam tersebut antara lain adalah:
a. Krisis dalam Bidang Keagamaan
Krisis ini berpangkal dari suatu pendirian sebagai ulama jumud (konservatia)
bahwa pintu itjihad telah tertutup. Dengan adanya pendirian tersebut
mengakibatkan lahirnya sikap memutlakan semua pendapat imam-imam mujtahid,
seperti imam Malik, imam Abu Haniaah, iman Syaf’i, Imam Ahmad bin Hambal dan
imam-imam lainnya. Padahal pada hakekatnya imam-imam tersebut adalah
manusia biasa, bukanlah manusia maksum yang tidak pernah salah. Pengakuan
dari para imam mujtahid bahwa pendapatnya tidak lepas dari kemungkinan salah
serta melarang untuk dipeganginya secara mutlak.
Perhatikakanlah aatwa-aatwa para imam berikut ini:
Fatwa imam Abu Haniaah:
Bahwasanya imam Abu Haniaah pernah ditanya “apabila engkau menyatakan
suatu pernyataan, padahal kitab Allah (al-Quran) menyalahkannya,
bagaimanakah sikap anda?, beliau menjawab “tinggalkanlah fatwaku dan ikutilah
al-quran”.
Ditanyakan pula; bagaimanakah kalau hadist Rasulullah menyalahkannya
juga? Beliau menjawab “tinggalkanlah perkataanku dan ikutilah perkataan
rasulullah” selanjutnya beliau beraatwa “haram bagi siapapun yang belum
mengetahui dalil (alasan) fatwaku, untuk menfatwakan pendapat-pendapatku’’.
Fatwa imam Malik bin Anas:
“Sesungguhnya aku ini tidak lain melainkan manusia belaka yang boleh jadi
aku salah dan boleh jadi aku benar. Oleh karena itu hendaklah kalian perhatikan
pendapat-pendapatku. Setiap pendapatku yang sesuai dengan kitab Allah dan
sunah Rasul maka ambillah dan tiap-tiap pendapatku yang tidak sesuai dengan
kitab Alah dan sunah Rasul maka tinggalkanlah”.
Fatwa imam Syaf’i:
“Apapun yang telah aku katakan, padahal Nabi saw telah mengatakan
sesuatu yang menyalahi pendapatku, maka apa yang telah sah dari hadis Nabi
itu lebih utama, dan janganlah kalian taqlid kepadaku”
“Apabila kalian temukan didalam kitabku sesuatu yang menyalahi sunnah
Rasululloh saw. Maka hendaklah kalian mengikuti sunah dan tinggalkanlah
pendapatku”.
Fatwa Imam Ahmad bin Hanbal:
“Janganlah kalian taqlid kepadaku, jangan pula kepada imam Malik, kepada
al-Auza’I, jangan pula bertaqlid kepada al-Tsaury dan jangan pula kepada imamimam lainnya, akan tetapi ambillah hukum-hukum dari mana mereka
mengambil…”
Dari zaman keruntuhan dunia islam, dimana dunia Pendidikan
terkena getahnya juga, yang ditandai dengan sepinya kegiatan-kegiatan
ilmiah yang merangsang peserta didik untuk melakukan penelitian dan
percobaan. Mimbar-mimbar ilmiah yang menjadi jantung perguruan
tinggi tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Para pengajar tidak lagi
memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat, kritik, ulasan, dan komentar
terhadapat pendapat para ulama terdahulu. Lembaga Pendidikan pada kurun ini
tidak lagi beraungsi sebagai pusat pembibitan kader ulama dan cendekiawan
muslim yang kritis , yang siap menghadapi berbagai macam tantangan dan
perubahan zaman. Ketimpangan dunia Pendidikan Islam seperti itu akhirnya
hanya sekedar dapat menghasilkan pemikir-pemikir kerdil yang berwawasan
sempit, yang hanya pandai menaatwakan pendapat-pendapat ulama tanpa
berusaha lebih jauh untuk memahami alasan dan dalil manakah yang digunakan
sebagai acuan pengambilan hokum tersebut. Mereka dengan gencarnya
menganjurkan kepada umat untuk bersikap taklid kepada imam-imam mazhab,
suatu anjuran yang secara terang-terangan bertabrakan dan bertentangan
dengan jiwa dan semangat al-quran. Telah diakui oleh siapapun bahwa didalam
al-quran diketemukan banyak sekali ayat-ayat yang merangsang manusia untuk
mengembangkan daya nalarnya seoptimal mungkin dan bersamaan dengan hal
itu al-quranul karim sangat mencela sikap taklid. Dalam al-quran kedua hal
tersebut ditegaskan secara eksplisit seperti antara lain ; surat Ali-Imran; 189-191,
al-Ghasiyah 17-26, ar-Rahman; 33 dan al-Isra;36.
b. Krisis dalam Bidang Sosial Politik
Faktor yang terbesar dan yang paling utama, yang menjadikan sebab-sebab
kemunduran dunia Islam adalah hilangnya ruh semangat jihad, sirnanya api Islam
dari dada kaum muslim8n, khususnya dikalangan para penguasa hingga lahirlah
berbagai laku yang sangat di cela oleh kalangan islam, semacam
penyelewengan, penyalahgunaan wewenang dan sebagainya. Rasa permusuhan
antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain semakin memuncak, yang
semua itu muncul karena ingin memperebutkan kepemimpinan Islam. Lalu
menjilag ke atas dan menginjak yang ada dibawah telah mulai mentradisi
dikalangan mereka. Ayat-ayat al-quran dusahakan sejauh mungkin untuk
ditaasirkan sekedar untuk membenarkan laku para penguasa yang terangterangan telah jauh menyimpang dari ajaran Islam. Etika politik islam telah
diinjak-injak, hingga tidak segan-segan mereka menyebarkan ftnah, insinuasi
dan sebagainya demi tercapainya ambisi politik mereka. Watak demokrasi yang
dipancarkan oleh ajaran islam telah bertukar menjadi absolutisme dan
depotisme yang sewenang-wenang ditangan kekuasaan mereka.
Watak demokrasi dalam Islam sebenarnya telah tergambar dari sikap Abu
Bakar as-Shidiq ra. Ketika ia diangkat menjadi khaliaah yang pertama telah sirna
dari tengah-tengah masyarakat Islam. Sikap demokrasi Abu Bakar tergambar dari
ucapannya, “hai bangsaku, kalian telah memilih aku menjadi khlaiaahmu. Aku
bukan orang terbaik di antara kalian. Bantulah, selama tindakanku benar. Jika
terjadi sebaliknya, nasehatilah aku, ingatlah daku pada kewajibanku. Hanya
kebenaranlah yang kita inginkan dan terkutuklah kebohongan, Karena aku
pelindung kaum yang lemah, patuhilah aku selama aku mematuhi syariat, tetapi
bila kalian melihat aku menyimpang, sekalipun dalam hal-hal yang sekecilkecilnya tidak perlu lagi kalian mematuhi aku”.
Hakikatnya Islam yang mengajarkan demokratis ini tidak hanya sekedar
pengakuan orang Islam sendiri, tetapi orang luar Islampun mengakui secara jujur,
sebagaimana dikemukakan oleh Proaesor Lybyer bahwa, “syariat Islam adalah
demokratis pada pokoknya dan pada prinsipnya musuh bagi absolutism”. Juga
dikemukakan oleh Dan Vambrey, “bukanlah Islam dan ajarannya yang telah
merusak bagian Barat Asia dan membawanya kepada keadaan yang
menyedihkan sekarang, tetapi amir-amir kaum muslimin yang memegang
kendali pemerintah yang telah menyeleweng dari jalan yang benar. Mereka telah
menyeleweng dari ajaran Nabi Muhammad saw. Pembawa risalah Islam dan dari
jalan khulaaaurrasyidin. Mereka menggunakan pentakwilan ayat-ayat al-quran
sesuai dengan maksud-maksud despotis mereka.
Islam tidak dapat dipersalahkan dan bertanggung jawab atas stagnasi yang
telah lama dan dekadensi yang nyata dalam dunia islam. Keburukan-keburukan
yang ada sekarang harus dinisbatkan kepada orang-orang islam sendiri yang tak
dapat hidup menurut ajaran agama mereka. Jika mereka kehilangan
kemakmuran material yang mereka miliki dahulu, hal itu adalah karena mereka
tidak mengindahkan “separuh dari hukum Tuhan”. Untuk menghilangkan cadar
yang menutupi dunia islam, kita perlu menegaskan bahwa wahyu al-quran itu
bersiaat rasional secara sempurna dan bahwa ajaran Nabi mengandung
kemungkinan-kemungkinan yang tak terhingga. Ketika kaum mukminin hidup
menurut ajaran agama yang mendorong untuk berfkir dan memiliki akal yang
kritis, Islam Nampak sebagai obor kemajuan.
Dunia Islam belahan Barat yang dibangun untuk pertama kalinya oleh
Abdurrahman ad-Dakhil dari bangsa Umayah ketika tahun 757 M dengan
Cordova, Spanyol sebagai pusat pemerintahannya, dengan bermodal semangat
jihad fii sabilillah setapak demi setapak mengalami kemajuan dan akhirnya
menjadi pusat ilmu pengetahuan terkenal di seluruh Eropa serta tidak kalah
kemajuannya disbandingkan dengan dunia Islam dibagian Timur yang berpusat
di Bagdad. Di Spanyol banyak didirikan perguruan tinggi, perpustakaan dan
bangunan yang megah, seperti istana Alhamra di Granada, masjid Cordova dan
sebagainya. Kemegahan dan kejayaan.
Daulah Islam seperti di atas akhirnya secara perlahan-lahan mengalami
kerapuhan. Dimulai dari pertikaian, pertengkaran dalam memperebutkan
kekuasaan di kalangan keluarga penguasa Islam itu sendiri. Akhirnya ketika
kerajaan Kristen di Spanyol berusaha untuk menguasai
Sekitar abad VII sampai X M, Islam berkembang dengan pesat
diwilayah-wilayah yang sangat luas serta peradaban dan kebudayaan yang maju
dan tinggi yang berdimensi rahmatan lil ‘alamin. Wilayah islam dipenuhi dengan
kota-kota yang indah, penuh dengan masjid-masjid yang indah dan artistic,
diberbagai kota terdapat perguruan tinggi yang didalamnya tersimpan berbagai
hasanah peradaban yang bernilai tinggi. Para peneliti dengan tekunnya melakukan
penelitian dan pengembangan ilmu sehingga berkembang berbagai cabang ilmu
seperti Teknik, arsitektur, matematika, astronomi, kedokteran, kesusastraan, ilmu
optic, flsaaat dan lain sebagainya.
Pada zaman kebangkitan Islam pertama ini lahir ulama-ulama besar serta
kaum cendekiawan dalam berbagai keahlian pengetahuan. Dalam bidang ilmu
syariat terdapat Imam Malik bin Anas, Imam Abu Haniaah bin Nu’man, Imam
Muhammadi Idris as-Syaf’I, Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Dalam bidang
ilmu kalam antara lain Abu Hasan al-Say’ari, Abu Al-Jubai, Abu Mansyur Muhammad
bin Muhammad al-Maturidy, Washil bin Atha’, Ali Muhyammad dan lain sebagainya.
Dalam bidang Tasawua lahir ulama seperti Abu Mansyur al-hallaj, Abu Hamid
Muhammad al-Ghazali, Zunnun al-Mishiri. Dalam bidang Filsaaat terdapat ulama
seperti Ya’kub bin Ishak al-Kindi, Abu bakar ar-razi, Abu Nasr Muhammad al-Farabi,
Ibnu Rusyd, Abu ali al-Husein bin Abdullah Ibnu Sina yang sekaligus juga dikenal
sebagai pakar ilmu kedokteran.
Kejayaan dunia Islam sebagaimana digambarkan diatas merupakan keadaan
yang sangat bertolak belakang dengan keadaan dunia Nasrani Barat yang tengah
tenggelam dalam melawan kegelapan zaman (the darkness age). Pada saat para
cendekiawan Muslim menekuni berbagai ilmu pengetahuan diberbagai
perpustakaan besar yang tersebar di seluruh wilayah ‘alam islamy,maka pada
waktu yang bersamaan keluarga besar raja-raja Eropa baru belajar menuliskan
nama-nama mereka dengan cara mengeja.
Seiring perjalanan waktu, masa-masa kejayaan Islam yang telah berjalan
beberapa abad lamanya, yang pengaruhnya telah merebak dan merambah ke
berbagai belahan dunia non muslim akhirnya mengalami kemunduran dengan
berbagai macam aaktor penyebabnya. Sejak abad XI M berbagai gejala krisis
didunia Islam mulai nampak terlihat, baik yang disebabkan oleh aaktor internal
sendiri maupun aaktor eksternal. Diantaranya berbagai aaktor penyebab krisis
didunia Islam tersebut antara lain adalah:
a. Krisis dalam Bidang Keagamaan
Krisis ini berpangkal dari suatu pendirian sebagai ulama jumud (konservatia)
bahwa pintu itjihad telah tertutup. Dengan adanya pendirian tersebut
mengakibatkan lahirnya sikap memutlakan semua pendapat imam-imam mujtahid,
seperti imam Malik, imam Abu Haniaah, iman Syaf’i, Imam Ahmad bin Hambal dan
imam-imam lainnya. Padahal pada hakekatnya imam-imam tersebut adalah
manusia biasa, bukanlah manusia maksum yang tidak pernah salah. Pengakuan
dari para imam mujtahid bahwa pendapatnya tidak lepas dari kemungkinan salah
serta melarang untuk dipeganginya secara mutlak.
Perhatikakanlah aatwa-aatwa para imam berikut ini:
Fatwa imam Abu Haniaah:
Bahwasanya imam Abu Haniaah pernah ditanya “apabila engkau menyatakan
suatu pernyataan, padahal kitab Allah (al-Quran) menyalahkannya,
bagaimanakah sikap anda?, beliau menjawab “tinggalkanlah fatwaku dan ikutilah
al-quran”.
Ditanyakan pula; bagaimanakah kalau hadist Rasulullah menyalahkannya
juga? Beliau menjawab “tinggalkanlah perkataanku dan ikutilah perkataan
rasulullah” selanjutnya beliau beraatwa “haram bagi siapapun yang belum
mengetahui dalil (alasan) fatwaku, untuk menfatwakan pendapat-pendapatku’’.
Fatwa imam Malik bin Anas:
“Sesungguhnya aku ini tidak lain melainkan manusia belaka yang boleh jadi
aku salah dan boleh jadi aku benar. Oleh karena itu hendaklah kalian perhatikan
pendapat-pendapatku. Setiap pendapatku yang sesuai dengan kitab Allah dan
sunah Rasul maka ambillah dan tiap-tiap pendapatku yang tidak sesuai dengan
kitab Alah dan sunah Rasul maka tinggalkanlah”.
Fatwa imam Syaf’i:
“Apapun yang telah aku katakan, padahal Nabi saw telah mengatakan
sesuatu yang menyalahi pendapatku, maka apa yang telah sah dari hadis Nabi
itu lebih utama, dan janganlah kalian taqlid kepadaku”
“Apabila kalian temukan didalam kitabku sesuatu yang menyalahi sunnah
Rasululloh saw. Maka hendaklah kalian mengikuti sunah dan tinggalkanlah
pendapatku”.
Fatwa Imam Ahmad bin Hanbal:
“Janganlah kalian taqlid kepadaku, jangan pula kepada imam Malik, kepada
al-Auza’I, jangan pula bertaqlid kepada al-Tsaury dan jangan pula kepada imamimam lainnya, akan tetapi ambillah hukum-hukum dari mana mereka
mengambil…”
Dari zaman keruntuhan dunia islam, dimana dunia Pendidikan
terkena getahnya juga, yang ditandai dengan sepinya kegiatan-kegiatan
ilmiah yang merangsang peserta didik untuk melakukan penelitian dan
percobaan. Mimbar-mimbar ilmiah yang menjadi jantung perguruan
tinggi tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Para pengajar tidak lagi
memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat, kritik, ulasan, dan komentar
terhadapat pendapat para ulama terdahulu. Lembaga Pendidikan pada kurun ini
tidak lagi beraungsi sebagai pusat pembibitan kader ulama dan cendekiawan
muslim yang kritis , yang siap menghadapi berbagai macam tantangan dan
perubahan zaman. Ketimpangan dunia Pendidikan Islam seperti itu akhirnya
hanya sekedar dapat menghasilkan pemikir-pemikir kerdil yang berwawasan
sempit, yang hanya pandai menaatwakan pendapat-pendapat ulama tanpa
berusaha lebih jauh untuk memahami alasan dan dalil manakah yang digunakan
sebagai acuan pengambilan hokum tersebut. Mereka dengan gencarnya
menganjurkan kepada umat untuk bersikap taklid kepada imam-imam mazhab,
suatu anjuran yang secara terang-terangan bertabrakan dan bertentangan
dengan jiwa dan semangat al-quran. Telah diakui oleh siapapun bahwa didalam
al-quran diketemukan banyak sekali ayat-ayat yang merangsang manusia untuk
mengembangkan daya nalarnya seoptimal mungkin dan bersamaan dengan hal
itu al-quranul karim sangat mencela sikap taklid. Dalam al-quran kedua hal
tersebut ditegaskan secara eksplisit seperti antara lain ; surat Ali-Imran; 189-191,
al-Ghasiyah 17-26, ar-Rahman; 33 dan al-Isra;36.
b. Krisis dalam Bidang Sosial Politik
Faktor yang terbesar dan yang paling utama, yang menjadikan sebab-sebab
kemunduran dunia Islam adalah hilangnya ruh semangat jihad, sirnanya api Islam
dari dada kaum muslim8n, khususnya dikalangan para penguasa hingga lahirlah
berbagai laku yang sangat di cela oleh kalangan islam, semacam
penyelewengan, penyalahgunaan wewenang dan sebagainya. Rasa permusuhan
antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain semakin memuncak, yang
semua itu muncul karena ingin memperebutkan kepemimpinan Islam. Lalu
menjilag ke atas dan menginjak yang ada dibawah telah mulai mentradisi
dikalangan mereka. Ayat-ayat al-quran dusahakan sejauh mungkin untuk
ditaasirkan sekedar untuk membenarkan laku para penguasa yang terangterangan telah jauh menyimpang dari ajaran Islam. Etika politik islam telah
diinjak-injak, hingga tidak segan-segan mereka menyebarkan ftnah, insinuasi
dan sebagainya demi tercapainya ambisi politik mereka. Watak demokrasi yang
dipancarkan oleh ajaran islam telah bertukar menjadi absolutisme dan
depotisme yang sewenang-wenang ditangan kekuasaan mereka.
Watak demokrasi dalam Islam sebenarnya telah tergambar dari sikap Abu
Bakar as-Shidiq ra. Ketika ia diangkat menjadi khaliaah yang pertama telah sirna
dari tengah-tengah masyarakat Islam. Sikap demokrasi Abu Bakar tergambar dari
ucapannya, “hai bangsaku, kalian telah memilih aku menjadi khlaiaahmu. Aku
bukan orang terbaik di antara kalian. Bantulah, selama tindakanku benar. Jika
terjadi sebaliknya, nasehatilah aku, ingatlah daku pada kewajibanku. Hanya
kebenaranlah yang kita inginkan dan terkutuklah kebohongan, Karena aku
pelindung kaum yang lemah, patuhilah aku selama aku mematuhi syariat, tetapi
bila kalian melihat aku menyimpang, sekalipun dalam hal-hal yang sekecilkecilnya tidak perlu lagi kalian mematuhi aku”.
Hakikatnya Islam yang mengajarkan demokratis ini tidak hanya sekedar
pengakuan orang Islam sendiri, tetapi orang luar Islampun mengakui secara jujur,
sebagaimana dikemukakan oleh Proaesor Lybyer bahwa, “syariat Islam adalah
demokratis pada pokoknya dan pada prinsipnya musuh bagi absolutism”. Juga
dikemukakan oleh Dan Vambrey, “bukanlah Islam dan ajarannya yang telah
merusak bagian Barat Asia dan membawanya kepada keadaan yang
menyedihkan sekarang, tetapi amir-amir kaum muslimin yang memegang
kendali pemerintah yang telah menyeleweng dari jalan yang benar. Mereka telah
menyeleweng dari ajaran Nabi Muhammad saw. Pembawa risalah Islam dan dari
jalan khulaaaurrasyidin. Mereka menggunakan pentakwilan ayat-ayat al-quran
sesuai dengan maksud-maksud despotis mereka.
Islam tidak dapat dipersalahkan dan bertanggung jawab atas stagnasi yang
telah lama dan dekadensi yang nyata dalam dunia islam. Keburukan-keburukan
yang ada sekarang harus dinisbatkan kepada orang-orang islam sendiri yang tak
dapat hidup menurut ajaran agama mereka. Jika mereka kehilangan
kemakmuran material yang mereka miliki dahulu, hal itu adalah karena mereka
tidak mengindahkan “separuh dari hukum Tuhan”. Untuk menghilangkan cadar
yang menutupi dunia islam, kita perlu menegaskan bahwa wahyu al-quran itu
bersiaat rasional secara sempurna dan bahwa ajaran Nabi mengandung
kemungkinan-kemungkinan yang tak terhingga. Ketika kaum mukminin hidup
menurut ajaran agama yang mendorong untuk berfkir dan memiliki akal yang
kritis, Islam Nampak sebagai obor kemajuan.
Dunia Islam belahan Barat yang dibangun untuk pertama kalinya oleh
Abdurrahman ad-Dakhil dari bangsa Umayah ketika tahun 757 M dengan
Cordova, Spanyol sebagai pusat pemerintahannya, dengan bermodal semangat
jihad fii sabilillah setapak demi setapak mengalami kemajuan dan akhirnya
menjadi pusat ilmu pengetahuan terkenal di seluruh Eropa serta tidak kalah
kemajuannya disbandingkan dengan dunia Islam dibagian Timur yang berpusat
di Bagdad. Di Spanyol banyak didirikan perguruan tinggi, perpustakaan dan
bangunan yang megah, seperti istana Alhamra di Granada, masjid Cordova dan
sebagainya. Kemegahan dan kejayaan.
Daulah Islam seperti di atas akhirnya secara perlahan-lahan mengalami
kerapuhan. Dimulai dari pertikaian, pertengkaran dalam memperebutkan
kekuasaan di kalangan keluarga penguasa Islam itu sendiri. Akhirnya ketika
kerajaan Kristen di Spanyol berusaha untuk menguasai