HALAMAN PENGESAHAN KOMPETISI KARYA TULIS MAHASISWA TAHUN 2008

  MENGUNGKAP POTENSI TERSEMBUNYI KEDELAI (Glycine max) SEBAGAI AGEN KEMOPREVENTIF YANG POTENSIAL

  Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) 2008 Bidang: IPA

  Tema : Peningkatan Daya Saing Bangsa berbasis Keunggulan Lokal

  Disusun oleh:

  Andita Pra Darma (06/198136/FA/07676) Ratih Hardika Pratama (06/194833/FA/07559)

  Dyani Primasari Sukamdi (05/186936/FA/07338)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

  

HALAMAN PENGESAHAN

KOMPETISI KARYA TULIS MAHASISWA

TAHUN 2008

1.

  Judul Karya Tulis : Mengungkap Potensi Tersembunyi Kedelai (Gycine max) sebagai Agen Kemopreventif yang Potensial

  Penulisan :

  IPA 3.

2. Bidang

a. Penulis 1

  c. Penulis 3 Nama : Dyani Primasari Sukamdi NIM : 05/186936/FA/07338

  4. Dosen Pembimbing a.

  Nama Lengkap dan Gelar : Riris Istighfari Jenie, M.Si, Apt b.

  b. Penulis 2 Nama : Ratih Hardika Pratama NIM : 06/194833/FA/07559

  Alamat Rumah : Jl. Ireda 68 Yogyakarta d.

  No.Telp : (0274) 372346 e.

  E-mail : riris_jenie@ugm.ac.id

  Yogyakarta, 10 April 2008 Menyetujui

  Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dosen Pembimbing (Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt.) (Riris Istighfari Jenie, M.Si, Apt )

  NIP. 131857330 NIP. - Direktur Bidang Kemahasiswaan

  ( Drs. Haryanto, M.Si )

  Nama : Andita Pra Darma NIM : 06/198136/FA/07676

  NIP : - c.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis dengan judul “Dibalik Potensi

  

Tersembunyi Kedelai (Glycine max) sebagai Agen Kemopreventif”, yang disusun

  untuk mengikuti Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa UGM Bidang IPA, Topik: Pendayagunaan Potensi Kelautan. Dalam penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr.Marchaban, DESS, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UGM dan Bapak Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Farmasi UGM.

  2. Ibu Riris Istighfari Jenie, M.Si, Apt selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

  3. Kedua orang tua dan keluarga kami yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada kami.

  4. Teman-teman yang senantiasa memberi dukungan dan bantuan, baik moral maupun material kepada kami.

  Tiada gading yang tak retak, begitu juga halnya dengan karya tulis ini, masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan. Oleh sebab itu, penulis menerima masukan, saran, ataupun kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan karya tulis ini. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah , masyarakat dan para akademisi dan peneliti-peneliti di Indonesia secara luas.

  Jogjakarta, 10 April 2008 Penulis

  

RINGKASAN

Kanker merupakan salah satu jenis penyakit ganas yang telah ada di sekitar kita.

  Selama ini penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti oleh sebagian besar masyarakat dunia. Upaya-upaya pencegahan untuk penyakit kanker sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk pencegahan kanker seperti dengan pembedahan, radiasi, maupun kemoterapi. Penemuan suatu agen pencegah kanker yang berasal dari alam kian diminati oleh masyarakat karena bahan alam tidak berbahaya bagi tubuh mengingat terapi kanker yang selama ini ada memiliki efek samping yang sangat berbahaya terhadap tubuh kita. Untuk itu diperlukan suatu usaha dalam rangka menggali potensi alam khususnya Indonesia sebagai alternatif pengobatan kanker terutama sebagai agen kemopreventif. Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alam. Berbagai macam flora tumbuh subur dan berkembang di Indonesia. Akan tetapi, banyak dari potensi lokal di negara ini yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan masyarakat terutama di bidang kesehatan. Sebagian masyarakat sebenarnya sudah memanfaatkan tanaman-tanaman yang ada di Indonesia ini untuk pengobatan suatu penyakit. Mereka menggunakan tanaman ini berdasarkan pengalaman maupun “dari mulut ke mulut” yang berkembang secara turun temurun tanpa mengetahui dengan pasti bagaimana mekanisme dari tanaman di sekitar mereka. Sebagian masyarakat lain hanya memanfaatkan tanaman yang ada di Indonesia untuk kebutuhan pangan yaitu memenuhi kebutuhan gizi mereka tanpa tahu potensi lainnya, sebagai contoh adalah kedelai (Glycine max).

  Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui efek kedelai sebagai agen kemopreventif melalui mekanisme-mekanisme yeng terkait dengan zat aktif yang terkandung dalam kedealai. Selanjutnya dicari solusi bagaimana meningkatkan produksi kedelai di Indonesia mengingat potensinya sebagai agen kemopreventif sekaligus mencari ide-ide kreatif untuk mengolah kedelai menjadi bentuk-bentuk lain yang lebih umum dan dapat diterima masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal. Untuk merealisasikan hal tersebut, perlu dilakukan pengumpulan data- data pendukung tentang kedelai yaitu dari laporan penelitian, literatur, artikel, dan

  

browsing dari internet. Setelah itu dilakukan pengolahan data-data untuk menjawab

  masalah-masalah yang terkait dengan kedelai dalam penulisan ini lalu dilakukan analisis dan solusi yang tepat untuk pengembangan penggunaan kedelai secara luas. Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia yang mengandung berbagai macam gizi yang diperlukan oleh tubuh . Kedelai juga mengandung suatu isoflavon yaitu suatu senyawa fitoestrogen yang memiliki aktivitas sebagai agen kemopreventif. Isoflavon yang terkandung dalam kedelai antara lain genistein, daidzein, dan glycitein . Genistein merupakan isoflavon utama yang ada di dalam tanaman kedelai yang memiliki aktivitas kemopreventif menghambat proliferasi sel. Antioksidan pada kedelai berguna mengikat radikal- radikal bebas yang dapat berpotensi menyebabkan penyakit kanker. Aktivitas lainnya adalah sebagai senyawa estrogenik, yaitu senyawa yang mirip dengan estrogen dan berikatan dengan estrogen reseptor sehingga dapat menghambat proses proliferasi sel. Pemanfaatan kedelai sebagai agen kemopreventif bisa dilakukan dengan mengonsumsi kedelai secara teratur yaitu untuk mencegah terbentuknya penyakit kanker. Isoflavon pada kedelai sebenarnya dapat bekerja baik sebelum dan sesudah terbentuknya sel kanker itu sendiri tetapi lebih baik dikonsumsi sebagai pencegahan karena sesuai pepatah “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Pemanfaatan kedelai yang lain adalah dikombinasikan dengan terapi kanker secara medis, misalkan dengan kemoterapi baik sebagai agen pendukung yang dapat menaikkan efek maupun bekerja antagonis dengan menurunkan efek samping yang berbahaya dari terapi tersebut. Dengan demikian, selain sebagai makanan dengan protein tinggi, kedelai juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif dalam pencegahan kanker.

  Kedelai yang berfungsi sebagai antioksidan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dibuat produk-produk selain produk makanan yang selama ini beredar. Produk yang dapat dimanfaatkan misalnya adalah lotion maupun sabun mandi. Produk ini diharapkan dapat mengurangi radikal bebas baik dari debu dan asap kendaraan bermotor mengingat tingkat polusi di negara ini cukup tinggi. Selain itu, pengolahan kedelai menjadi food supplement juga dapat mengoptimalkan fungsinya sebagai agen kemopreventif. Food supplement dalam bentuk yang praktis merupakan salah satu strategi untuk menaikkan daya konsumsi kedelai di masyarakat mengingat berubahnya pola gaya hidup masyarakat yang cenderung mencari sesuatu yang mudah dan praktis. Bentuk sediaan yang dapat digunakan adalah dengan tablet

  

effervescent dimana masyarakat dapat dengan mudah menikmati kedelai tanpa harus

bersusah payah.

  Strategi pengolahan kedelai perlu untuk terus ditingkatkan, baik sebagai bahan makanan maupun produk lain. Dalam hal ini diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, industri makanan, industri farmasi, dan kalangan akademisi untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan strategi pengembangan produk hasil olahan kedelai, sehingga kedelai bisa digunakan secara luas oleh masyarakat. Manfaat kedelai yang begitu besar tidak diimbangi dengan produksinya. Produksi kedelai terus menurun dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan produksi kedelai dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah penanaman kedelai secara tumpang sari dan budidaya kedelai di lahan pasang surut. Cara lain untuk meningkatkan produksi kedelai adalah dengan rekayasa genetika untuk menghasilkan tanaman kedelai yang unggul yaitu butuh biaya perawatan yang murah dengan hasil yang maksimal. Melalui budidaya yang terorganisir, penyebaran informasi oleh Pemerintah, dan usaha pengembangan produk kedelai, diharapkan potensi kedelai sebagai alternatif pencegahan kanker dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat, sehingga dapat menurunkan resiko penyakit kanker di

  Indonesia, dan potensi alam di Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal oleh anak-anak bangsa di masa kini dan mendatang. Dari uraian di atas jelas sekali manfaat kedelai sebagai agen kemopreventif yang dapat menurunkan resiko penyakit kanker. Berbagai macam usaha perlu dilakukan untuk mengoptimalkan potensi kedelai mulai dari proses produksi dan cara-cara pengolahannya. Untuk itu perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat kedelai dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kedelai ataupun bahan-bahan lain yang tujuannya ke arah penemuan obat baru yang dapat berguna untuk menunjang terapi penyakit kanker. Pemerintah perlu membentuk suatu tim yang beranggotakan para ahli yang terpercaya yang khusus menangani obat-obatan alami sehingga potensi lokal di Indonesia dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai dengan hilangnya fungsi kontrol

  sel terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostatis sel pada organisme multiseluler. Akibatnya, sel akan berproliferasi terus-menerus sehingga menimbulkan pertumbuhan jaringan yang abnormal yang menyebar dan menghancurkan organ-organ lain dan jaringan tubuh (Lodish et al., 2000). Penyebab sebenarnya dari kanker belum diketahui dengan pasti dan jelas namun ada faktor- faktor resiko yang terkait dengan terjadinya kanker. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah makanan, merokok, konsumsi alkohol, tingkah laku reproduksi, infeksi, dan faktor-faktor geografis termasuk sinar matahari dan lamanya terekspose bahan-bahan karsinogenik (produk-produk pembakaran fosil, limbah radioaktif, debu, asap, residu pestisida dan bahan tambahan pangan) Bahan-bahan mutagen dan karsinogen tersebut menyebabkan kerusakan DNA yang berlanjut dengan proses mutagenesis dan karsinogenesis.

  Selama ini masyarakat secara umum sebenarnya sudah menggunakan tanaman- tanaman dari alam sekitar untuk pengobatan penyakit kanker. Pengetahuan masyarakat saat ini masih bersifat empiris yaitu informasi ini menyebar dari mulut ke mulut dan secara generasi ke generasi diturunkan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu adanya suatu penelitian lebih lanjut disertai bukti-bukti ilmiah sehingga masyarakat dapat memahami secara pasti mengenai manfaat tanaman tersebut. Salah satu tanaman di Indonesia yang selama ini dikenal masyarakat dan dipercaya memiliki manfaat dalam hal kesehatan adalah kedelai (Glycine max).

  Kedelai merupakan salah satu sumber gizi protein nabati yang cukup banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia baik kalangan atas maupun kalangan bawah. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan atau

  

Leguminoceae ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal dalam bidang

  kesehatan, khususnya dalam bidang alternatif pengobatan yang berbasis bahan alam sebagai agen kemopreventif untuk.

  Kedelai mengandung isoflavon yang diyakini dapat digunakan dalam pengobatan kanker. Isoflavon yang termasuk senyawa fitoestrogen dalam kedelai berfungsi sebagai regulator signal transduksi menghambat enzim 5-alfa reduktase, menaikkan

  

Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), mengurangi tirosin yang bekerja spesifik

terhadap aktivitas protein kinase, dan mengurangi aktivitas P450 aromatase.

  Isoflavon utama yang terkandung dalam kedelai adalah genistein. Genistein yang diperoleh dari pemurnian kedelai merupakan isoflavon yang telah banyak menuai perhatian sehubungan dengan aktivitasnya sebagai antiproliferatif, efek estrogenik, dan efek antiestrogenik (Molteni, 1995). Bahkan sebuah studi mengenai efek genistein secara in vivo dan in vitro melaporkan bahwa 74 % proliferasi pada kanker prostat dan kanker payudara berkurang secara signifikan (Hempstock, 1999). Mekanisme kerja dari genistein yang menginduksi apoptosis sel dan menghambat proliferasi sel mengindikasikan genistein sebagai agen kemopreventif.

  Berdasarkan bukti-bukti ilmiah tersebut disimpulkan bahwa kedelai memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif pengobatan penyakit kanker. Selain itu diperlukan strategi-strategi mengoptimalkan perkembangan dan budidaya kedelai di Indonesia mengingat potensinya sebagai agen kemopreventif.

B. Rumusan Masalah 1.

  Apakah kedelai dapat menjadi agen kemopreventif ?

  3. Bagaimana strategi mengolah kedelai menjadi bentuk lain yang mudah diperoleh dan bermanfaat sebagai agen kemopreventif ?

C. Makna Penting dan Gagasan Kreatif

  Penyakit kanker tergolong penyakit yang mengerikan dan meresahkan bagi masyarakat. Penyakit kanker merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah jantung yang menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia ada pada urutan ke-6 (Kompas, 2003). Obat-obat herbal banyak digunakan sebagai alternatif dalam pengobatan kanker baik sebagai agen kemopreventif. Selain mudah didapat, oabat- obat dari bahan alam relatif sedikit menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh.

  Indonesia merupakan negara kaya akan bahan alam yang memiliki potensi yang sebagai agen kemopreventif atau antikanker, salah satunya adalah kedelai. Meski bukan tanaman asli Indonesia kedelai telah banyak dibudidayakan di Indonesia dan produk hasil olahan kedelai telah banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia. Selain itu kedelai juga mengandung zat besi,kalsium, vitamin A, B, B1, B2, yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, juga B12 yang berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Zat lain yang terkandung dalam kedelai adalah genistein, daidzein, dan glycitein yang termasuk isoflavon yaitu senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor (Thomas, 1992).

  Sosialisasi tentang manfaat kedelai sebagai agen kemopreventif, diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk menggunakan kedelai sebagai pencegah kanker dan untuk terapi pengobatan kanker selain kemoterapi. Usaha-usaha peningkatan produksi kedelai juga diperlukan karena akhir–akhir ini produksi kedelai menurun. Dengan ditingkatkannya produksi kedelai maka produk hasil olahan kedelai akan begitu, resiko masyarakat Indonesia menderita penyakit kanker akan semakin kecil dan perkembangan penyakit kanker bisa ditekan.

D. Tujuan

  1. Tujuan Umum

  Mencari alternatif pengobatan penyakit kanker dengan memanfaatkan potensi alam di Indonesia.

  2. Tujuan Khusus a.

  Menginformasikan pada masyarakat mengenai potensi kedelai sebagai agen kemopreventif.

  b.

  Mensosialisasikan kedelai sebagai agen kemopreventif kepada pemerintah dan mengoptimalkan potensinya sehingga pemerintah ikut berpartisipasi dalam meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri.

  c.

  Mencari strategi dalam pendayagunaan kedelai menjadi bentuk lain yang lebih menarik dan dapat bersaing dengan produk- produk yang telah beredar di masyarakat.

E. Manfaat

1. Bagi Pemerintah a.

  Sebagai pertimbangan bagi Pemerintah untuk melakukan usaha peningkatan produksi kedelai yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.

  b.

  Sebagai bahan pertimbangan untuk mengeluarkan dana bagi penelitian dan eksplorasi lebih lanjut terhadap potensi kedelai di Indonesia.

  c.

  Sebagai pertimbangan pelaksanaan sosialisasi manfaat kedelai yang berpotensi dalam terapi pengobatan kanker .

  2. Bagi Masyarakat Luas a.

  Sebagai saran membudidayakan kedelai secara massal, sebagai sumber pendapatan yang cukup menjanjikan.

  b.

  Sebagai pembuka wawasan masyarakat tentang aktivitas kemopreventif dari kedelai.

  c.

  Sebagai saran membuka lapangan pekerjaan baru berupa budidaya kedelai

  3. Bagi Penulis dan Kalangan Akademisi a.

  Bagi penulis, karya tulis ini bermanfaat sebagai langkah awal untuk menghasilkan karya-karya tulis lain di masa mendatang.

  b.

  Bagi kalangan akademisi lain, terutama para peneliti, berguna sebagai pemacu semangat untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kandungan lain dari kedelai (Glycine max) dan potensi tanaman lain di Indonesia yang bermanfaat dalam bidang kesehatan.

BAB II TELAAH PUSTAKA A. Kanker Kanker adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak

  terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk me lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi)

  

  atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh ( ). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan vital yang mengontrol pembelahan sel. Sel kanker kehilangan fungsi kontrolnya terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostasis sel pada organisme multiseluler. Dengan kegagalan tersebut, sel tidak dapat berproliferasi secara normal. Akibatnya sel akan berploriferasi terus-menerus sehingga menimbulkan pertumbuhan jaringan yang abnormal (Lodish et al., 2000).

  Penyakit kanker merupakan penyakit ke-2 terbesar di dunia setelah jantung yang menyebabkan kematian, sedangkan di Indonesia pada urutan ke-6. Kanker terjadi akibat adanya gangguan fungsi homeostasis atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi pada organisme multiseluler (Kompas, 2003).   Sel kanker timbul dari sel normal tubuh yang mengalami transformasi atau perubahan menjadi ganas oleh karsinogen atau karena mutasi spontan. Transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut termutasi disebut neoplasma atau tumor. Neoplasma merupakan jaringan abnormal yang terbentuk akibat aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol (neoplasia). Pada tahap awal, neoplasma berkembang menjadi karsinoma

  

in situ di mana sel-sel pada jaringan tersebut masih terlokalisasi dan mungkin

  memiliki kesamaaan fungsional dengan sel normal (King, 2000). Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan lain. Maligna sering dikatakan sebagai kanker (Lodish et al., 2000).

  Sel kanker memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan sel normal dalam tubuh. Ciri-ciri khusus sel kanker yang membedakannya dengan sel normal antara lain : a.

  Sel kanker tidak mengenal program kematian sel yang dikenal dengan nama apoptosis. Protein p53 mampu mencegah replikasi dari DNA yang rusak pada sel normal dan mendorong penghancuran sendiri dari sel yang mengandung DNA yang tidak normal. Peristiwa ini disebut apoptosis. Apoptosis sangat dibutuhkan untuk mengatur berapa jumlah sel yang dibutuhkan dalam tubuh, yang mana semuanya fungsional dan menempati tempat yang tepat dengan umur tertentu. Bila telah melewati masa hidupnya, sel-sel normal (nonkanker) akan mati dengan sendirinya tanpa ada efek peradangan (inflamasi). Sel kanker berbeda dengan karakteristik tersebut. Dia akan terus hidup meski seharusnya mati (immortal). Mutasi dari gen p53 menyebabkan proliferasi dan transformasi sel menjadi kehilangan kendali (Sofyan, 2000).

  b.

  Sel kanker tidak mengenal komunikasi ekstraseluler atau asosial. Komunikasi ekstraseluler diperlukan untuk menjalin koordinasi antar sel sehingga mereka dapat saling menunjang fungsi masing-masing. Dengan sifatnya yang asosial, sel kanker bertindak semaunya sendiri tanpa peduli apa yang dibutuhkan oleh lingkungannya. Sel kanker dapat memproduksi growth factor sendiri sehingga tidak bergantung pada rangsangan sinyal pertumbuhan dari luar untuk melakukan proliferasi. Dengan demikian sel kanker dapat tumbuh menjadi tak terkendali (Hanahan and Weinberg, 2000). Sel kanker juga tidak sensitive terhadap sinyal yang dapat menghentikan pertumbuhan dan pembelahan sel. Sel kanker mampu menghindar dari sinyal anti pertumbuhan yang berhubungan dengan daur sel, salah stu mekanismenya adalah dengan rusaknya gen Rb (Meiyanto, 2002).

  c.

  Sel kanker mampu menyerang jaringan lain (invasif), merusak jaringan tersebut dan tumbuh subur di atas jaringan lain membentuk anak sebar (metastasis).

  Semakin besar jangkauan metastasis tumor, kanker semakin sulit disembuhkan (Albert et al., 1994). Kanker pada stadium metastasis inilah yang merupakan penyebab 90% kematian penderita kanker (Spom, 1995 cit Hanahan dan Weinberg, 2000).

  d.

  Untuk mencukupi kebutuhan pangan dirinya sendiri, sel kanker mampu membentuk pembuluh darah baru (neoangiogenesis) meski itu tentunya dapat mengganggu kestabilan jaringan tempat ia tumbuh. Sinyal inisiasi pada proses angiogenesis di antaranya adalah Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Fibroblast Growth Factor (FGF). Selain itu regulator yang lain adalah angiopoietin-1, angiotropin, angiogenin, epidermal growth factor, granulocyte

  

colony-stimulating factor , interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-8, PDGF. TNF-

  α, kolagen, cathepsin (Hanahan and Weinberg, 2000) e.

  Sel kanker memiliki kemampuan yang tak terbatas dalam memperbanyak dirinya sendiri (proliferasi) meski seharusnya ia sudah tak dibutuhkan dan jumlahnya sudah melebihi kebutuhan yang seharusnya. Dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sinyal pertumbuhan dan kemampuan menghindar dari mekanisme apoptosis, sel kanker memiliki kemampuan tak terbatas untuk bereplikasi (Hanahan dan Weinberg, 2000).

  Agen penyebab kanker disebut karsinogen. Penyebab tunggal untuk terjadinya kanker hingga saat ini belum diketahui. Namun demikian, berdasarkan laporan berbagai penelitian, dapat diketahui bahwa karsinogen digolongkan ke dalam 4 golongan yaitu : a.

  Bahan kimia, karsinogen bahan kimia melalui metabolisme membentuk gugus elektrofilik yang kurang muatan elektron, sebagai hasil antara, yang kemudian dapat berikatan dengan pusat-pusat nukleofilik pada protein, RNA dan DNA. b.

  Virus, contohnya adalah pada golongan virus DNA seperti Human papiloma

  virus yang menyebabkan kanker penis atau vulva ; Epstein Barr virus yang

  menyebabkan karsinoma nasofaring dan limfoma Burkitt , cytomegalovirus yang menyebaban sarkoma kaposi pada penderita AIDS , virus hepatitis B yang menyebabkan kanker hati. Golongan virus RNA yang menyebabkan kanker atau sarkoma jaringan lunak.

  c.

  Radiasi, terutama radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang 290-370 nm berkaitan dengan terjadinya kanker kulit d.

  Agen biologik, antara lain hormon estrogen yang membantu pembentukan kanker payudara dan kanker rahim .

  3

  (Anonim , 2007)

    B. Karsinogenesis

  Kanker bukanlah penyakit yang datang dengan begitu saja, melainkan akibat akumulasi atau penumpukan kerusakan-kerusakan tertentu di dalam tubuh. Serangkaian proses berkembangnya kanker disebut karsinogenesis. Karsinogenesis adalah suatu proses terjadinya kanker melalui mekanisme multitahap yang menunjukkan perubahan genetik dan menyebabkan transformasi progresif sel normal menjadi sel malignan (ganas) (Hanahan dan Weinberg, 2000). Perubahan basa DNA (mutasi) merupakan prubahan selular mendasar yang menyebabkan terjadinya kanker. Kanker tidak berasal dari mutasi tunggal, namun dibutuhkan akumulasi dari beberapa mutasi (3 sampai 20 mutasi) dalam karsinogenesis (Lodish et al., 2000; King, 2000).

  Karsinogenesis melibatkan inisiasi, promosi, progresi, dan metastasis. Inisiasi merupakan perubahan spesifik pada DNA sel target yang menuntun pada proliferasi abnormal sebuah sel. Sel yang mengalami inisiasi atau prakanker dapat kembali ke tingkat normal secara spontan, tetapi pada tingkat lebih lanjut menjadi ganas. Promosi merupakan tingkat lanjutan dari tahap inisiasi. Sel-sel akan memperoleh beberapa keuntungan selektif untuk tumbuh sehingga pertumbuhannya menjadi cepat dan berubah menjadi bentuk tumor jinak. Tahap promosi berlangsung lama, bisa lebih dari sepuluh tahun. Pada tahap perkembangan (progression), terjadi instabilitas genetik yang menyebabkan perubahan-perubahan mutagenik dan epigenetik. Proses ini akan menghasilkan klon baru sel-sel tumor yang memiliki aktivitas proliferasi, bersifat invasif (menyerang) dan potensi metastatiknya meningkat. Metastasis melibatkan beberapa tahap yang berbeda, termasuk memisahnya sel kanker dari tumor primer, masuk ke dalam sirkulasi dan limfatik, serta perlekatan pada permukaan jaring baru (Silalahi, 2006).

C. Antikanker

  Penanganan kanker ada dua macam, yaitu pencegahan kanker dan penghambatan kanker. Upaya pencegahan kanker disebut kemopreventif. Senyawa kemopreventif dibagi menjadi dua kategori yaitu blocking agent dan suppressing agent. Blocking

  

agent mencegah karsinogen mencapai target aksinya, baik melalui penghambatan

  aktivasi metabolism atau menghambat interaksi dengan target makromolekul seperti DNA, RNA, atau protein. Suppressing agent menghambat pembentukan malignan dari sel yang telah terinisiasi pada tahap promosi atau progresi (Surh, 1999). Menurut Sharma (2000), kemopreventif dibagi menjadi tiga golongan, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Kemopreventif primer adalah mencegah terjadinya sel kanker sejak tahap premalignan. Usaha pencegahan saat karsinogenesis pada tahap awal malignan adalah kemopreventif sekunder. Sedangkan kemopreventif tersier adalah usaha untuk meminimalkan resiko yang mungkin terjadi setelah terapi untuk malignan primer.

  Upaya penyembuhan (kuratif) kanker antara lain adalah : a.

  Kemoterapi : terapi ini menggunakan obat-obatan misalnya saja golongan siklofosfamid, methotreksat, dan 5-flurorasil. Pada dasarnya kinerja obat-obatan tersebut sama yaitu menghambat proliferasi sel sehingga sel tidak jadi memperbanyak diri. Kemoterapi bisa diberikan secara tunggal ( satu macam obat tertentu juga bisa merespon obat yang lain sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih baik. Dampaknya pada pasien biasanya rambut rontok, selera makan menurun, rasa lemah dan letih.

  b.

  Terapi hormon : terapi ini digunakan untuk jenis kanker yang berkaitan dengan hormon misalnya kanker payudara (berkaitan dengan hormon estrogen) pada wanita dan kanker prostat (berkaitan dengan hormon androgen) pada pria. Terapi hormon pada dasarnya berusaha menghambat sintesis steroid sehingga sel tidak dapat membelah. Terapi ini membawa dampak negatip bila diaplikasikan pada wanita yang masih dalam usia subur karena dapat menghambat siklus menstruasi.

  c.

  Radioterapi: terapi ini menggunakan sinar-X dengan dosis tertentu sehingga dapat merusak DNA dan memaksa sel untuk berapoptosis. Efek negatif yang ditimbulkan hampir sama dengan kemoterapi (Nurlaila dan Hadi, 2008).

D. Kedelai (Glycine max L)

1. Nama Tanaman

  Nama ilmiah : Glycine max L. Merrill Nama lokal : Kedelai (Indonesia), Dele (Jawa), Kacang Bulu (Sunda), Kedhele

  (Madura), Retak Menjong (Lampung), Kacang Rimang (Minangkabau), Sarupapa (Titak), Kadale (Ujung Pandang), Lawui (Bima), Gadelei (Halmahera)

  Nama asing : Soybean (Inggris), Soyaboon (Belanda) ( Thomas, 1992)

  2. Klasifikasi Tanaman

  Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonnae Ordo Famili eguminoceae Marga : Glycine Spesies : Glycine max L. Merrill

  (Thomas, 1992)

  3. UraianTanaman

  Van Steenis (1975) mendiskripsikan kedelai sebagai tumbuhan semak dengan tinggi 0,2 sampai 0,6 meter saat berumur 1 tahun. Batang berbentuk persegi dengan rambut coklat dan berwarna hijau keputih-putihan yang menjauhi batang atau mengarah ke bawah. Poros daun dengan tangkai 6 sampai 19 cm. Anak daun oval bulat telur atau memanjang, tepi rata, kedua sisi berambut 3 sampai 15 kali 2 sampai 7,5 cm.

  Mahkota putih panjang 6 sampai 7 mm, sayap dan lunas berbuku panjang. Benang sari bendera lepas atau mudah lepas, yang lainnya melekat. Bakal buah berambat empat, polongan per berkas atau tandan 1 sampai 4, mengarah ke bawah 3 atau 4 kali 0,8 hingga 1,2 cm, bertangkai pendek di atas sisa kelopak, pipih sekali dengan beberapa sekat seperti selaput.

  Kedelai memiliki bunga majemuk, berbentuk tandan, berwarna ungu / kuning keputihan. Buah kedelai berbentuk polong, seperti kacang, bertangkai pendek, pipih. Buah mudanya berwarna hijau dan tuanya berwarna kuning.Kedelai berbuah polong yang berisi biji-bijinya. Baik kulit luar buah polong maupun batang pohonnya mempunyai bulu-bulu yang kasar berwarna coklat (Thomas, 1992).

  Gambar 1. Daun tanaman kedelai (Congo, 2008).

  Gambar 2. Biji tanaman kedelai (Anonim

  1 , 2008).

  Gambar 3. Bunga tanaman kedelai (Anonim

  2 , 2008).

  4. Habitat dan Penyebaran

  Tanaman kedelai merupakan tanaman yang berasal dari daerah beriklim subtropis walau banyak juga ditemukan di Indonesia. Menurut para ahli botani, kedelai sebenarnya berasal dari negeri Cina, Mansyuria, dan Jepang (Asia Timur). Kedelai sudah banyak dibudidayakan sejak 1500 tahun Sebelum Masehi dan baru masuk Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750.

  Kedelai paling baik ditanam di ladang dan persawahan antara musim kemarau yaitu sebagai palawija yang dapat memperbaiki keadaan tanah dan juga pada musim hujan. Sedang rata – rata curah hujan tiap tahun yang cocok bagi kedelai adalah kurang dari 200 milimeter dengan jumlah bulan kering 3 – 6 bulan dari hari hujan berkisar antara 95 – 122 hari selama setahun. Untuk budidaya tanaman kedelai di pulau Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut (Thomas, 1992)

  5. Kandungan dan Manfaat

  Kedelai mengandung protein, zat besi,kalsium, vitamin A, B, B1 , B2, yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, juga B12 yang berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan lesitin pada kedelai, yang mengandung lemak tak jenuh linoleat, oleat dan arakhidonat yang berfungsi sebagai lipotropikum yaitu zat yang mencegah penumpukan lemak berlebihan dalam tubuh sedangkan kandungan serat kedelai yang sangat tinggi dapat membantu merangsang metabolisme dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Zat lain yang terkandung dalam kedelai adalah genistein, daidzein, dan glycitein yang termasuk isoflavon yaitu senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor (Thomas, 1992).

  Genistein adalah fitoestrogen yaitu bahan kimia yang mirip estrogen pada tumbuhan yang berfungsi sebagai prekursor pada metabolisme manusia. Fitoestrogen ini secara melemahkan estrogen atau dengan kata lain sebagai antiestrogen. Fitoestrogen ini tersusun atas komponen-komponen besar senyawa non steroid yang mirip dengan estrogen (Leclerg et al., 1999) Menurut Hughes et al., (1998), ada tiga kandungan kimia utama tumbuhan kedelai yang memiliki sifat dan fungsi seperti estrogen di dalam tubuh, yaitu lignin (enterolakton dan enterodiol), isoflavon (genistein, daidzein, biochanin A, dan glycitein), dan coumestan. Dua zat utama fitoestrogen yang ditemukan pada makanan manusia adalah lignan (enterodiol dan enterolakton) dan isoflavon (daidzein, genistein, dan glycitein).

  Isoflavon merupakan bagian dari flavonoid yang banyak ditemukan di dalam kedelai. Kandungan utama isoflavon di kedelai adalah genistein dan daidzein walaupun sebenarnya ada banyak kandungan isoflavon lain seperti glycitein dan biochanin A.

  Kedelai mengandung lebih banyak genistein daripada daidzein walaupun rasio ini bervariasi dalam produk kedelai yang berbeda. Isoflavon yang merupakan bagian dari fitoestrogen ini memiliki fungsi penting dalam mekanisme pertahanan diri tumbuhan (Hughes et al., 1998)

E. Efek Kedelai Sebagai Agen Kemopreventif

  Kedelai banyak menarik perhatian ilmuwan karena potensinya dalam menghambat beberapa macam panyakit kanker dan beberapa penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler, Alzheimer, dan osteoporosis (Messina, 1999; Messina dan Bennink, 1998; Clarkson dan Anthony, 1998; Zhao et al., 2002; Anderson dan Garner, 1998). Beberapa mekanisme umum yang telah dilaporkan adalah mengurangi tekanan oksidatif, menstimulasi dan menghambat reseptor estrogen, dan mencegah proliferasi sel, sedangkan mekanisme yang spesifik masih dalam penelitian (Tikkanen et

al .,1998; Mitchell et al., 1998; Maggiolini et al., 2001; Hempstock et al., 1999).

Tekanan oksidatif berhubungan dengan beberapa proses cell toxic yang meliputi kerusakan oksidatif terhadap protein dan DNA, oksidasi membran lipid, inaktivasi enzim, dan mutasi gen yang semuanya mengarah kepada karsinogenesis. Hal ini berarti dengan menurunkan tekanan oksidatif adalah sebuah cara yang efektif untuk mencegah terbentuknya kanker dan penyakit kronis lainnya (Paulsen et al., 1998).

  Isoflavon dalam kedelai dapat menjadi salah satu zat yang termasuk antikarsinogen karena aktivitas antioksidan melalui struktur fenolnya yang menyebabkan keseimbangan reaksi redoks pada sel yang normal. Ketika genistein, komponen terbesar dalam isoflavon kedelai diteliti dalam sebuah model oksidasi yang dipacu dengan radiasi sinar ultraviolet B, ditemukan bahwa genistein menghambat beberapa

  ,

  contoh kejadian oksidatif, seperti produksi hidrogen peroksida (H

  2 O 2 ) peroksidasi lemak, dan perubahan 8- hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OhdG) (Wei et al., 2002).

  Genistein menghambat oksidasi low-density lipoprotein (LDL) dalam sebuah model oksidasi low-density lipoprotein LDL yang diinisiasi oleh tembaga dan radikal peroksi (Uesugi et al., 2002) Kedelai berfungsi sebagai pencegah kanker (chemoprevention) dan penghambat kanker (cancer inhibition). Kedua efek ini memiliki mekanisme yang berbeda satu dengan yang lainnya.

a. Aksi Pencegahan Kanker ( Chemoprevention )

  Bukti penelitian pada model kanker menjelaskan bahwa isoflavon memiliki peranan penting dalam pencegahan kanker. Sebagai contoh konsumsi produk yang berbasis kedelai yang mengandung isoflavon dapat menurunkan rata-rata penyakit kanker payudara, kanker usus, dan kanker prostat di negara Jepang dan Cina (Messina et al., 1994). Mekanisme pencegahan kanker dalam isoflavon kedelai adalah adanya kapasitas efek antioksidan yang kuat.

  Struktur dari tiga isoflavon kedelai yang utama yaitu genistein, daidzein, dan glycitein dapat dilihat dalam gambar 5. Dua gugus utama yang mengindikasikan efek antioksidan dalam isoflavon kedelai adalah gugus 4’ hidroksil pada B-ring dan gugus hidroksil pada AC-ring dimana semuanya dapat menjadi gugus pemberi elektron / hidrogen (Heijnen et al., 2002).

R1 R2

  H H Daidzein OH H Genistein

3 H OCH Glycitein

  Gambar 5. Struktur daidzein, genistein, dan glycitein (Wu, 1999) Radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen species (RNS) dapat mengganggu reaksi oksidatif dalam metabolisme tubuh. Komponen reaktif ini dapat ditemukan dalam asap rokok, makanan, obat, dan polutan yang lain yang dapat bereaksi dan dapat mengubah fungsi dari komponen sel seperti membran sel, RNA, DNA, dan lipoprotein yang dapat menyebabkan terbentuknya penyakit DNA dapat menyebabkan perubahan bentuk dan fungsi DNA pada saat persiapan replikasi sehingga mengarah kepada mutasi DNA kepada terbentuknya kanker (Wiseman and Halliwell, 1996). Antioksidan dapat berikatan dengan radikal bebas dan mereduksi kadar radikal bebas di dalam tubuh. Mekanisme lain yang menerangkan efek isoflavon kedelai dalam pencegahan kanker adalah mempengaruhi sintesis estrogen dan metabolismenya. Wanita pre-menopausal yang mengkonsumsi kedelai secara teratur berkurang sintesis estrogennya dengan jalur metabolisme yang berbeda dari kelompok kontrol ( Xu et al., 1998).

b. Aksi Penghambatan Kanker ( Cancer Inhibition )

  Aksi penghambatan kanker oleh isoflavon pada kedelai merupakan aspek kedua dari aktivitasnya sebagai agen antikanker. Isoflavon kedelai dapat menghambat pertumbuhan banyak jenis sel kanker secara in vitro, baik yang tergantung pada hormon maupun tidak tergantung termasuk kanker prostat, payudara, dan usus. Mekanisme dari aksi penghambatan kanker yang telah diteliti adalah regulasi dari

  

estrogen-mediated events , penghambatan tyrosine 12 kinase dan aktivitas DNA

  , sintesis dan pelepasan TGF beta dan modulasi siklus sel melalui

  topoisomerase pengubahan ekspresi gen.

  Estrogen memegang peranan penting dalam kesehatan manusia dimana aksi mitogenik dari estrogen adalah yang paling penting dalam sistem reproduksi, tulang, hati, dan otak. Ada persamaan struktur secara karakteristik antara estrogen dan isoflavon kedelai yaitu dengan adanya cincin fenol yang diperlukan untuk berikatan dengan estrogen reseptor. Isoflavon kedelai dapat menjadikan dirinya sebagai antiestrogen yaitu bersaing dengan estrogen untuk berikatan dengan reseptor estrogen dan mengahambat proses mitogenik dari estrogen dimana hal ini menerangkan aktivitasnya dalam menghambat kanker. Pengikatan dan aktivasi reseptor estrogen oleh genistein, daidzein, dan glycitein menunjukkan isoflavon tersebut mampu berikatan dengan estrogen reseptor walaupun afinitas ikatan dan lain, dalam penelitian dengan yeast estrogen, hanya genistein yang ditemukan dapat menginduksi sinyal estrogen dan tidak ditemukan sinyal baik dari daidzein atau glycitein (De-Boever and Verstraete, 2000).

  Teori lain yang dikemukakan oleh para ilmuwan sehubungan dengan penghambatan pertumbuhan sel kanker, isoflavon kedelai dapat menghambat proliferasi sel atau pertumbuhan sel yang sangat cepat melalui reseptor estrogen. Penghambatan kanker oleh isoflavon kedelai kemungkinan juga berasal dari pengaruhnya terhadap biosintesis dan metabolisme estrogen dan ekspresi reseptor estrogen (Cotroneo et al., 2001). Mekanisme selanjutnya adalah dengan menghambat aktivitas protein tirosin kinase. Tirosin kinase berperan penting pada kelangsungan hidup sel sehingga dengan mengurangi aktivitas tirosin kinase dapat menghambat proliferasi sel kanker. Selain itu keadaan reseptor estrogen yang terfosforilasi juga dapat mempengaruhi aktivitas reseptor berhubungan dengan pengaruh hormon pada sel kanker oleh isoflavon kedelai (Dayani et al., 1990). Genistein ditemukan dapat menghambat baik stimulasi serum dan stimulasi epidermal growth factor (EGF) pada sel kanker prostat manusia dan tidak memberi efek yang signifikan pada reseptor EGF pada autofosforilasi tirosin. Penghambatan kanker oleh genistein tidak tergantung pada penghambatan reseptor EGF yang mengalami autofosforilasi tetapi lebih kepada reseptor EGF yang berperan dalam transduksi sinyal (Peterson and Barns, 1993). Pada penelitian mengenai sel kanker prostat, pemberian genistein menurunkan ekspresi dari mitogen activated protein kinase6 (MAPK6) yang sesuai dengan hipotesa yang sudah ada sebab MAPK adalah salah satu reseptor tirosin kinase (Suzuki et al., 2002) Penelitian Kim et al.,(2001) melaporkan bahwa baik genistein maupun TGF Beta menekan stimulasi epidermal growth factor (EGF) pada sel epitel kelenjar payudara, lebih lanjut pemberian genistein menaikkan kadar TGF beta pada medium sel secara

  

in vitro . Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penghambatan kanker oleh penghambatan kanker oleh isoflavon kedelai adalah melalui perubahan ekspresi gen yang bertanggung jawab pada proses diferensiasi sel atau cell cycle arrest . Empat sel melanoma manusia dan satu sel melanoma tikus B16-B16 digunakan untuk membuktikan penghambatan pertumbuhan dan diferensiasi oleh genistein (Rauth et

  al ., 1997; Yan et al., 1999).

  Genistein secara signifikan menghambat pertumbuhan sel dan kemosensitivitasnya dapat bergantung pada adanya p53 yaitu sebuah tumor suppressor. Pada sel melanoma tikus, genistein meningkatkan ekspresi p53 dan menurunkan ekspresi protein cMyc. Pada proses diferensiasi sel, genistein menginduksi filamen sitoskeletal untuk membentuk ikatan sepanjang proses elongasi sel dan mengakibatkan sel membentuk struktur seperti dendrit. Selain itu diketahui juga bahwa genistein mempengaruhi aktivitas tirosinase pada saat transkripsi karena pemberian genistein menaikkan tirosinase pada level mRNA.

  Genistein dapat menyebabkan fase G2/M arrest siklus sel pada berbagai macam sel kanker, (efek ini tidak tergantung pada p53). Pada sel kanker hepatocellular Hep G2 dan colorectal Colo320 HSR, genistein secara kuat merangsang ekspresi dari protein p21, cyclin dependent kinase (Cdk) inhibitor yaitu melalui aktivasi p21 yang menyebabkan fase G2/M arrest (Park et al., 2001). Penelitian Capilleti et al., (2000) yaitu terhadap dua sel yang sensitif hormon, yaitu T47D dan ZR75.1 serta dua sel yang tidak sensitif hormon, MDAMB-231 dan BT20 menunjukkan bahwa G2/M arrest terjadi karena genistein berikatan dengan protein p43. Selain mekanisme utama yang telah dibahas ada beberapa mekanisme lain yang telah diteliti mengenai aktivitas isoflavon yang terdapat pada kedelai antara lain menginduksi apoptosis, memodulasi aktivitas DNA topoisomerase , dan menghambat transduksi sinyal (Su et al ., 2000).

BAB III METODE PENULISAN Dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis mengambil langkah-langkah sebagai

  berikut : 1)

  Pengumpulan data-data pendukung tentang kedelai di Indonesia melalui: a.

  Laporan penelitian.

  b.

  Literatur atau pustaka.

  c.

  Artikel-artikel yang diperoleh dari media massa baik dari koran, majalah maupun tabloid.

  d.

  Browsing internet.

2) Penemuan pokok permasalahan yang ada seputar informasi mengenai kedelai .

  3) Memberikan kemungkinan atau tawaran yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

  4) Melaksanakan pengolahan data yang berhubungan dengan kemungkinan solusi yang dirumuskan serta mencari alternatif solusi yang paling tepat berkaitan dengan kendala yanf ditemukan.

  5) Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi atau saran untuk mendukung gagasan kreatif mengenai solusi yang diajukan terhadap pengembangan penggunaan kedelai secara luas.

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS Indonesia merupakan suatu negara yang kaya sumber daya alamnya. Berbagai

  macam flora tumbuh subur dan berkembang di Indonesia. Banyak dari potensi lokal di negara ini yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan masyarakat terutama di bidang kesehatan. Kebanyakan tumbuhan yang ada di Indonesia hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan di Indonesia, salah satunya adalah kedelai .

A. Kedelai Sebagai Agen Kemopreventif

  Selama ini, pengobatan kanker secara medis yang biasa dilakukan adalah dengan kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan. Akan tetapi, tidak sedikit penderita kanker yang enggan melakukannya karena berbagai alasan seperti alasan psikologis, ekonomis, adanya efek samping serta tidak adanya jaminan kesembuhan. Untuk itu pencegahan penyakit kanker lebih dini adalah satu-satunya cara untuk menekan angka pertumbuhan penyakit kanker. Pencegahan ini bisa dengan cara mencari tumbuhan-tumbuhan herbal yang ada di Indonesia yang berkhasiat sebagai agen kemopreventif.

  Kedelai merupakan tanaman semak yang tumbuh di Indonesia dan biasa digunakan untuk mencukupi kebutuhan gizi terutama protein bagi sebagian masyarakat Indonesia. Sebenarnya kedelai mengandung senyawa-senyawa yang memiliki potensi sebagai agen kemopreventif untuk penyakit kanker yang dikenal sebagai penyakit yang cukup meresahkan di kalangan masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Senyawa utama dalam kedelai yang mempunyai aktivitas sebagai agen kemopreventif yaitu isoflavon (genistein). Aktivitas dari isoflavon tersebut cukup banyak tetapi yang utama adalah sebagai antioksidan dan senyawa estrogenik yang menghambat proliferasi sel. Dari pernyataan tersebut, pemanfaatan kedelai sebagai agen kemopreventif bisa dilakukan dengan mengonsumsi kedelai sebagai alternatif pencegahan penyakit kanker. Isoflavon pada kedelai dapat bekerja baik sebelum dan sesudah terbentuknya sel kanker itu sendiri sehingga kedelai dapat dimanfaatkan sebagai agen pencegah kanker maupun agen yang dapat dikombinasikan dengan terapi kanker secara medis, misalkan dengan kemoterapi.

  Penggunaan kedelai untuk mencegah kanker yaitu dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kedelai sebagai makanan pendamping selain makanan pokok sehari- hari. Selama ini sudah banyak makanan olahan yang berasal dari kedelai seperti susu kedelai, sari kedelai, tempe, dan sebagainya sehingga masyarakat tidak lagi bosan dan jenuh untuk mengkonsumsi kedelai. Pola hidup sehat dengan mengkonsumsi kedelai tiap hari perlu digalakkan di kalangan masyarakat karena potensinya yang dapat dibanggakan yaitu selain sumber protein dan gizi juga sebagai agen pencegah berbagai penyakit, dalam hal ini terkhusus untuk penyakit kanker.