UNTUK DUNIA BEBAS TBC
ISSN 2442-7659
Gambar 5. Jumlah Kasus Tbc Sumber : Berdasarkan Jenis kelamin Tahun 2017 Badan Pusat Statistik, 2017. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017, Jakarta. AKHIRI TB
101,802 Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang
66.610 Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. National Strategic Plan of Tuberculosis Control 2016-2020, 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 Jakarta.
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017 Kementerian Kesehatan RI, 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Sustainability Development Goals.
WHO, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa. www.who.int/gho/mortality_burden_disease/cause_death/top10/en/
TIM REDAKSI : Penanggung Jawab : Didik Budijanto Reviewer : Sulistyo, SKM, M.Epid Temukan TB Obati Sampai Sembuh Redaktur : Rudy Kurniawan Penyunting : Nuning Kurniasih Penulis : Marlina Indah Desainer Grafis/Layouter : Dian Mulya
Kementerian Kesehatan RI
ISSN 2442-7659
Gambar 5. Prevalensi Tbc menurut Karakteristik Umur, Pendidikan, dan Sosial Ekonomi Pusat Data dan Informasi Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Lantai 6 Blok C
0,8 2018 Jakarta Selatan
Umur Pendidikan Sosial 0,7 0,6 Ekonomi 0,5 0,5 Gambar 3. Estimasi Insidens Tbc menurut Regional, 2016 0,4
0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 DICARI!
0,2 0,2 0,2
Tuberkulosis Eropa Tidak Tidak Tamat Teratas sekolah tamat SD/MI SMP/MTS Bawah Tamat Terbawah Menengah Menengah Menengah Tamat D1-D3/PT SMA/MA Atas
<1 Amerika 1-4 5-14 15-24 25-34 35-44 45-5455-64 65-74 75+ Mediterania Timur Sumber: Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Kemenkes RI
Pasifik Barat Afrika Asia Tenggara 100% 3%3% 7% 17% 25% 45% AKHIRI
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017 Tuberkulosis
TBC PARA PEMIMPIN UNTUK DUNIA BEBAS TBC Hari TBC Sedunia 24 Maret Hari TBC Sedunia 24 Maret
DICARI PARA PEMIMPIN UNTUK DUNIA BEBAS TBC
Indikator dan Target Tabel 1. Target Penanggulangan TBC Nasional
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC. Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TBC yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
41 Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain
Angka Kesakitan Angka Kematian
30% 70% 90% 95% 40% 50% 80% 90%
2014 2020 2025 2030 2035
299
INDIKATOR
Pendahuluan
Pada Bulan Maret sekitar 1,3 abad yang lalu tepatnya tanggal 2 Maret 1882 merupakan hari saat Robert Koch mengumukan bahwa dia telah menemukan bakteri penyebab tuberculosis (TBC) yang kemudian membuka jalan menuju diagnosis dan penyembuhan penyakit ini.
Sedangkan di Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menetapkan target program Penanggulangan TBC nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia Bebas TBC Tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya jumlah kasus TBC 1 per 1.000.000 penduduk. Sementara tahun 2017 jumlah kasus TBC saat ini sebesar 254 per 100.000 atau 25,40 per 1 juta penduduk.
Sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang SDGs menetapkan target prevalensi TBC pada tahun 2019 menjadi 245 per 100.000 penduduk. Sementara prevalensi TBC tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk.
Untuk menentukan berhasil tidaknya suatu program maka dibutuhkan indikator-indikator sebagai bahan evaluasi dan monitoring. WHO menetapkan tiga indikator TBC beserta targetnya yang harus dicapai oleh negara-negara dunia, yaitu: o Menurunkan jumlah kematian TBC sebanyak 95% pada tahun 2035 dibandingkan kematian pada tahun 2015. o Menurunkan insidens TBC sebanyak 90% pada tahun 2035 dibandingkan tahun 2015. o Tidak ada keluarga pasien TBC yang terbebani pembiayaannya terkait pengobatan TBC pada tahun 2035.
TUBERKULOSIS
Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC, penyakit tersebut berkembang pesat pada orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya. Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 136,9 per 2 km dengan jumlah penduduk miskin pada September 2017 sebesar 10,12% (Susenas, 2017).
Tema Hari TBC Sedunia tahun 2018 yaitu “Wanted: Leader for a TB Free World” yang bertujuan pada pembangunan komitmen dalam mengakhiri TBC, tidak hanya pada kepala negara dan menteri tetapi juga di semua level baik bupati, gubernur, parlemen, pemimpin suatu komunitas, jajaran kesehatan, NGO, dan partner lainnya. Setiap orang dapat menjadi pemimpin dalam upaya mengakhiri TBC baik di tempat kerja maupun di wilayah tempat tinggal masing-masing.
Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk. Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang kesehatan selain penurunan stunting dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi yang dibangun terkait penyakit ini yaitu dunia bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan penderitaan yang disebabkan oleh TBC.
Meskipun jumlah kematian akibat tuberkulosis menurun 22% antara tahun 2000 dan 2015, namun tuberkulosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi di dunia pada tahun 2016 berdasarkan laporan WHO(www.who.int/gho/mortality_burden_disease/cause_death/top10/en/). Oleh sebab itu hingga saat ini TBC masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi salah satu tujuan dalam SDGs (Sustainability Development Goals).
Berikut rincian target penanggulangan TBC nasional: Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%)—dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya—dan 25% nya terjadi di kawasan Afrika seperti pada Gambar 3 berikut ini.
- negara-negara yang termasuk dalam daftar 30 negara-negara beban TBC tinggi berdasarkan tingkat keparahan TBC
Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia bersama 13 negara lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC.
Gambar 1. Gambar 2. Estimasi Incidence Rate TBC per 100.000 penduduk, 2016 Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TBC di Negara yang Memiliki Paling Sedikit 100.000 Kasus Baru, 2016 Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017 Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017 Number of incident cases 100.000 500.000 1.000.000 2.500.000 Nigeria South Africa Pakistan India Indonesia Philippines China > - 0-24 25-99 100-199 200-299 300 No data Not applicable Incidence per 100.000 population per year
Asia Tenggara 3%3% 7% 17% 25% 45% Afrika Pasifik Barat Mediterania Timur Eropa Amerika 100% Gambar 3. Estimasi Insidens TBC menurut Regional, 2016
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Situasi di Dunia Gambar 4. Negara-negara dengan Beban Tinggi Berdasarkan TB, TB/HIV, dan Menurut WHO Tahun 2016-2020
MDR-TB TB/HIV
Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017 TB Angola China DR Congo Ethiopia India Indonesia Kenya Mozambique Myanmar Nigeria Papua New Guine South Africa Thailand Zimbabwe
Azerbaijan Belarus Kazakhstan Kyrgzstan Peru Republic of Moldova Somalia Tajikistan Ukraine Uzbekistan Botswana Cameroon Chad Ghana Guinea-Bissau Malawi Swaziland Uganda Bangladesh DPR Korea Pakistan Philippines Russian Federation Viet Nam Brazil Central African Republic Congo Lesotho Liberia Namibia UR Tanzania Zambia Cambodia Sierra Leone a a a a a a a a a a Situasi di Indonesia
Keterangan : TB MDR HIV
: Tuberkulosis (TBC) : Multidrug resistant : Human immunodefiency virus
175.696 245.298 Gambar 5. Jumlah Kasus Baru TBC di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun 2017
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.
Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.
Cakupan pengobatan semua kasus TBC (case detection rate/CDR) yang diobati adalah jumlah semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua kasus TBC (insiden).
Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014, prevalensi TBC dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi TBC BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas. Berdasarkan survey Riskesdas 2013, semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi. Kemungkinan terjadi re-aktivasi TBC dan durasi paparan TBC lebih lama dibandingkan kelompok umur di bawahnya.
2 1,8
0,75 PE RS EN (%)
Gambaran kesakitan menurut pendidikan menunjukkan, prevalensi semakin rendah seiring dengan tingginya tingkat pendidikan. Kesakitan TBC menurut kuintil indeks kepemilikian menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok terbawah sampai dengan menengah atas. Perbedaan hanya terjadi pada kelompok teratas. Hal ini berarti risiko TBC dapat terjadi pada hampir semua tingkatan sosial ekonomi. Angka notifikasi kasus/case notification rate (CNR) adalah jumlah semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu yang apabila dikumpulkan serial, akan menggambarkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah.
<1 5-14 15-24 25-34 35-44 45-5455-64 65-74 75+ 1-4 0,2 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,5 0,6 0,8 0,7 Tidak sekolah 0,5 Tidak tamat SD/MI Tamat SD/MI Tamat SMP/MTS Tamat SMA/MA Tamat D1-D3/PT
0,4 0,4 0,3 0,3 0,2 Terbawah 0,4 Menengah Bawah Menengah Menengah Atas Teratas 0,4 0,4 0,4 0,2 Umur Pendidikan Sosial Ekonomi
Sumber: Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Kemenkes RI
Sebaliknya, semakin tinggi kuintil indeks kepemilikan (yang menggambarkan kemampuan sosial ekonomi) semakin rendah prevalensi TBC seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.
2009 2010 2011 2012 2014 2013 0,37 0,74 0,63
Gambar 6. Prevalensi TBC menurut Karakteristik Umur, Pendidikan, dan Sosial Ekonomi Sumber:
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018 Gambar 7. Case Notification Rate (CNR) per 100.000 Penduduk di Indonesia Tahun 2008-2017
161 139 130 125 135 138 136 129 127 131 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2017 2016
160 140 120
80
60
40 100
1 0,8 1,6 1,4 1,2
0,75 1,07 1,22 1,85 0,34 0,6 0,4 0,2
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya tahan tubuh menurun. Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut. Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.
10 2008 2009 2010 2011 2013 2012
Berikut disajikan notifikasi kasus koinfeksi TBC HIV tahun 2010-2017, pencatatan untuk notifikasi TBC HIV dilakukan mengikuti kohort tahun sebelumnya. Persentase pasien TBC yang mengetahui status HIV di antara pasien TBC yang ternotifikasi meningkat dari tahun 2009 sebesar 2.393 menjadi 7.796 pada tahun 2017. Selama 10 tahun terakhir angka notifikasi dan cakupan pengobatan kasus TBC cenderung terdapat peningkatan yang signifikan.
Faktor Risiko Gambar 8. Cakupan Pengobatan Semua Kasus TBC (CDR=Case Detection Rate) Indonesia Tahun 2008-2017
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
2014 2015 2016 2017 31,3 32,9 35,8 42,4 30,8
30
20
30,4 31,2 33,1 34,0
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018 2015 2016 2017
50
40
80
70
60 100
90 33,5 PE RS EN (%)
Gambar 9. Persentase Pasien TBC yang Positif HIV di antara Pasien TBC Ternotifikasi Tahun 2009-2017 Sumber:
20 PE R 100.000 PE N D U D U K Angka keberhasilan (succes rate) adalah jumlah semua kasus TBC yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus TBC yang diobati dan dilaporkan yang angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus. Badan kesehatan dunia menetapkan standar keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Angka keberhasilan pada tahun 2017 sebesar 87,8% (data per 21 Mei 2018).
Angka Kesembuhan dan Keberhasilan TBC Gambar 10. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2008-2017
Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat; Membudayakan perilaku etika berbatuk; Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat; Peningkatan daya tahan tubuh; Penanganan penyakit penyerta TBC; Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pilar dan Komponen Penanggulangan TBC
b. Pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasi- inovasi baru untuk mempercepat pengembangan program pengendalian TB.
a. Penemuan, pengembangan dan penerapan secara cepat alat, metode intervensi dan strategi baru pengendalian TB.
3. Intensifikasi riset dan inovasi
d. Jaminan sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan lain untuk mengurangi dampak determinan sosial terhadap TBC.
c. Penerapan layanan kesehatan semesta (universal health coverage) dan kerangka kebijakan lain yang mendukung pengendalian TBC seperti wajib lapor, registrasi vital, tata kelola dan penggunaan obat rasional serta pengendalian infeksi.
b. Keterlibatan aktif masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
a. Komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan pencegahan TBC.
2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas.
d. Upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan berisiko tinggi serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC.
c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan tata laksana komorbid TBC yang lain.
b. Pengobatan untuk semua pasien TBC, termasuk untuk penderita resistan obat dengan disertai dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien (patient-centred support).
a. Diagnosis TBC sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan TBC secara sistematis bagi kontak dan kelompok populasi berisiko tinggi.
1. Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC.
Upaya dan Pengendalian Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan cara:
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
Loss to Follow up (Hilang dari pengamatan) 5,4% Pindah 4,0% Tidak dievaluasi 2,7%
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018 Temukan TB Obati Sampai Sembuh Sembuh 42,0% Pengobatan Lengkap 43,1% Meninggal 2,5% Gagal 0,4%
Gambar 11. Hasil Pengobatan Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2017 Sumber:
kontribusi pasien yang sembuh terhadap angka keberhasilan pengobatan menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam upaya pengendalian penyakit, fenomena menurunnya angka kesembuhan ini perlu mendapat perhatian besar karena akan mempengaruhi penularan penyakit TBC.
90 87,0 PE RS EN (%)
60 100
70
80
40
89,2 88,1 88,0 84,9
50 Angka kesembuhan cenderung mempunyai gap dengan angka keberhasilan pengobatan, sehingga
10 2008 2009 2010 2011 2013 2012
20
30
2014 2015 2016 2017 85,1 85,8 85,0 85,1 89,5
Target Penanggulangan TBC Nasional
INDIKATOR 299
2014 2020 2025 2030 2035 30% 70% 90% 95% 40%
50% 80% 90% Angka Kesakitan Angka Kematian
41 Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) TBC
di Negara yang Memiliki Paling Sedikit 100.000 Kasus Baru, 2016 Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017 Number of incident cases 100.000 500.000 1.000.000 2.500.000 Nigeria South Africa Pakistan India Indonesia Philippines China
Estimasi Incidence Rate TBC per 100.000 Penduduk, 2016 Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017 > - 0-24 25-99 100-199 200-299 300 No data Not applicable Incidence per 100.000 population per year
0,75 1,07 1,22 1,85 0,34 0,37 0,74 0,63 1 2 0,75
Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
40 100 20 PER 100.000 PENDUDUK Asia Tenggara 3%3% 7% 17% 25% 45% Afrika Pasifik Barat Mediterania Timur Eropa Amerika
161 139 130 125 135 138 136 129 127 131 120 160 140 80 60
PERSEN (%) 85,1 85,8 85,0 85,1 89,5 89,2 88,1 88,0 84,9 87,0 PERSEN (%)
(Hilang dari pengamatan) 5,4% Pindah 4,0% Tidak dievaluasi 2,7% TUBERKULOSIS
Sembuh 42,0% Pengobatan Lengkap 43,1% Meninggal 2,5% Gagal 0,4% Loss to Follow up
100% Sumber : Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Kemenkes RI
Estimasi Insidens TBC menurut Regional, 2016 Sumber: Global Tuberculosis Report, 2017
0,4 0,4 0,4 0,2 Sosial Ekonomi Prevalensi TBC Berdasarkan Case Notification Rate (CNR) per 100.000 Penduduk di Indonesia Tahun 2008-2017 Persentase Pasien TBC yang Positif HIV di antara Pasien TBC Ternotifikasi Tahun 2009-2017 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2008-2017 Hasil Pengobatan Pasien TBC Semua Kasus Tahun 2017 Temukan TB Obati Sampai Sembuh
0,6 2015 2016 2017 0,4 0,2 2009 2010 2011 2012 2014 2013 0,8 1,6 1,4 1,2 1,8 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, 2018
2014 2015 2016 2017 30 20 10 2008 2009 2010 2011 2013 2012 40 80 70 60 100 90 50 Kementerian Kesehatan RI - Pusat Data dan Informasi - 2018
0,4 0,4 0,3 0,3 0,2 Pendidikan Terbawah 0,4 Menengah Bawah Menengah Menengah Atas Teratas
Jumlah Kasus Baru TBC di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017 <1 5-14 15-24 25-34 35-44 45-5455-64 65-74 75+ 1-4 0,2 0,4 0,3 0,3 0,3 0,3 0,5 0,6 0,8 0,7 Umur Tidak sekolah 0,5 Tidak tamat SD/MI Tamat SD/MI Tamat SMP/MTS Tamat SMA/MA Tamat D1-D3/PT
DICARI PARA PEMIMPIN UNTUK DUNIA BEBAS TBC
Rp 175.696 245.298 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2017 2016