75789801 Tes Diagnostik Nitip Nu Abi Selian Reviuww

TES DIAGNOSTIK

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah
Setiap guru menyadari bahwa dalam proses belajar mengajar selalu adasiswanya
yang mengalami kesulitan belajar sehingga siswa tidak mampu
mencapai ketuntasan belajar. Kesadaran tersebut belum sepenuhnya
ditindaklanjuti oleh guru untuk mengupayakan solusinya. Maka dalam pembahasan
ini, penulis bertujuan untuk menganalisis pengaruh hasil tes remedial teaching yang
diajukan untuk salah satu tugas mata kuliah bimbingan dan konseling, yang diharapkan
dapat memperoleh ketuntasan belajar melalui kegiatan diagnostik dan kegiatan remedial
teaching. Kegiatan ini
belum dilaksanakan secara merata di
seluruh jenjang sekolah terutama di jenjang SLTP dan SLTA. Oleh karena itu
penelitian ini ditujukan pada jenjang SD yang telah melaksanakan program
remedial sejak tahun 1994.
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah
program remedial yang dilakukan di sd it tenjolaya berpengaruh
secara positif terhadap hasil belajar siswa yang mengalami kesulitan belajar
dalam mencapai ketuntasan belajar.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian, Tujuan , Fungsi Remedial Teaching dan Perbandingan Pengajaran Biasa dengan Pengajaran Remedial.
1.2.2 Hubungan Pengajaran Remedial dalam Proses Pembelajaran,
1.2.3 Sejarah Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Remedial
1.2.4 Pendekatan dan Metode dalam Pengajaran Remedial
1.2.5 Prosedure Pelaksanaan Remedial Teaching

Wiwik Chrisna

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Pengertian, Tujuan dan Fungsi Remedial Teaching

a.

Pengertian Remedial Teaching


Remedial teaching atau pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau
membetulkan atau dengan singkat pengajaran yang membuat menjadi lebih baik, maka pengajaran remedial adalah bentuk
khusus pengajaran yang berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan, atau membuat menjadi lebih baik (Ahmadi &
Supriyono, 2004:152). Dapat dikatakan bahwa pengajaran remedial itu berfungsi terapis untuk penyembuhan. Yang
disembuhkan adalah beberapa hambatan (ganngguan) kepribadian yang berkaitan dengan kesulitan belajar sehingga terdapat
timbal balik dalam arti perbaikan belajar juga perbaikan pribadi juga sebaliknya. Remedial teaching berasal dari kata remedy
(Iggris) yang artinya menyembuhkan.
Seperti telah kita ketahui bahwa dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat mencapai hasil sebaikbaiknya sehingga bila ternyata ada siswa yang belum berhasil sesuai dengan harapan maka diperlukan suatu pengajaran yang
membantu agar tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal
sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan pribadi
siswa.
Pengajaran remedial pada mulanya adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami hambatan
(sakit). Dewasa ini pengertian itu sudah berkembang sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga anak yang normalpun
memerlukan pelayanan pengajaran remedial (remedial teaching).

Bertolak dari arti kata remedial dan pengertian yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa
pengajaran remedial adalah suatu bentuk pengajaran (sebagai upaya guru) yang bersifat menyembuhkan, membetulkan, atau
membuat menjadi lebih baik system pengajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang optimal sebagai mana yang
diharapkan.

Abin Syamsuddin (2003) menjelaskan secara metodelogis, penanganan kasus kesulatan belajar siswa dapat dilakukan
dengan :
1)

Pendekatan pengajaran remedial (remedial-teaching)

2)

Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

3)

Psikoterapi (psychotherapy)

b.

Tujuan Pengajaran Remedial

Tujuan pengajaran remedial secara umum tidak jauh berbeda dengan pengajaran biasa yaitu mencapai tujuan
belajar yang telah ditetapkan berdasarkan tujuan pengajaran pendidikan nasional. Secara khusus pengajaran remedial

bertujuan agar siwa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan sekolah melalui
proses perbaikan..Secara terpeinci tujuan pengajaran remedial yaitu :
*

Siswa dapat memahami diri sendiri terutama prestasi belajarnya

*

Dapat memperbaiki/mengubah cara belajar ke arah yang lebih baik

*

Dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat

*

Dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang mendorong tercapainya hasil yang lebih baik

*


Dapat melakaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya

c.

Fungsi Pengajaran Remedial

Menurut Ahmadi & Supriyono (2004:154), dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajaran remedial
mempunyai fungsi :

d.

1.

Korektif, pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan antara lain : perumusan tujuan,
penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat pelajaran, penilaian, dll

2.

Pemahaman, pihak guru, siswa atau pihak lain dapat memahami siswa


3.

Penyesuaian, penyesuaian pengajaran remedial terjadi antara siswa dengan tuntutan belajarnya.

4.

Pengayaan, pengajaran remedial dapat memperkaya proses belajar mengajar.

5.

Akselerasi, pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik dari segi waktu maupun materi.

6.

Terapsutik, secara langsung atau tidak pengajaran remedial dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi
pribadi yang menyimpang

Perbandingan Pengajaran Biasa dengan Pengajaran Remedial.

Berapa hal yang membedakan kegiatan program pengajaran remedial dari kegiatan pengajaran biasa adalah

sebagai berikut :
1)

Kegiatan pengajaran biasa sebagai program belajar mengajar di kelas dan semua siswa ikut berpartisipasi.
Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajar kemudian diadakan pelayanan khusus.

2) Tujuan pengajaran biasa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku dan sama untuk semua siswa.
Pengajaran remedial tujuannya disesuaikan dengan kesulitan belajar siswa walaupun tujuan akhirnya sama.
3) Metode dalam pengajaran biasa sama untuk semua siswa.
Metoda dalam pengajaran remedial berdiferensial (sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan).
4)

Pengajaran biasa dilakukan oleh guru, sedangkan pengajaran remedial dilakukan oleh tim (kerja sama)

5)

Pengajaran remedial lebih diferensial dengan pendekatan individual

6)


Pengajaran remedial evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

2.

Hubungan Pengajaran Remedial dalam Proses Pembelajaran

Sistem penilaian berbasis kompetensi yang direncanakan dalam kurikulum KTSP adalah sistem penilaian yang

bekelanjutan dan sistem penilaian akhir (Dirjen Dikdasmen dalam Sukmara, 2007:174). Dalam sistem berkelanjutan, seluruh
indikator dibuat soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang
belum dikuasai, serta kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Hasil analisis ujian digunakan untuk menentukan tindakan
perbaikan berupa program remedial. Apabila sebagian besar siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, maka
dilakukan lagi proses pembelajaran, sedang yang telah menguasai kompetensi dasar tertentu diberi tugas untuk pengayaan.
Menurut Sukmara (2007 : 175) sistem penilaian berkelanjutan, dicirikan dengan adanya tindak lanjut dari hasil pengujian,
yakni :

1.

Remedial, diperuntukan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan minimal


2.

Pengayaan, untuk siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal.

3.

Percepatan, yakni bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan maksimum.

Demikian juga, evaluasi sebagai salah satu komponen proses kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum merupakan umpan
balik dalam kegiatan belajar mengajar, salah satu fungsi evaluasi dipergunakan untuk pelaksanaan program pengajaran
remedial bila tujuan program pengajaran tidak tercapai.
Dengan melihat uraian di atas maka pengajaran remedial atau remedial teaching memegang peranan, khususnya dalam
rangka mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara
keseluruhan dan merupakan bagian program yang tak terpisahkan dari program pembelajaran. Oleh karena itu, menurut
Ahmadi & Supriyono (2004:150), pengajaran remedial perlu dikuasai setidak-tidaknya dikenal oleh guru mata pelajaran
maupun petugas bimbingan penyuluhan (guru BP) di setiap satuan pendidikan.
Uraian di atas juga menunjukan bahwa program pengajaran remedial perlu dilaksanakan, dapat dilihat dari segi :
a.


Siswa

Kenyataan menunjukkan dalam proses belajar mengajar selalu dijumpai anak yang berbakat, kemampuan tinggi, ada yang
kurang berbakat, ada yang cepat, ada yang lambat, disamping latar belakang mereka yang berbeda-beda. Atas dasar ini perlu
ada pelayanan yang bersifat individual dalam proses belajar mengajar yang menyangkut masalah bahan, metode, alat,
evaluasi dan sebagainya. Ada perbedaan individual yang menjadi dasar perhatian, yaitu :



perbedaan kecerdasan (intelejensi)



perbedaan hasil belajar (achievement)



perbedaan bakat (aptitude)




perbedaan sikap (attitude)



perbedaan kebiasaan (habbit)



perbedaan pengetahuan (knowledge)



perbedaan kepribadian (personality)



perbedaan kebutuhan (need)



perbedaan cita-cita (ideal)



perbedaan minat (interest)



perbedaan fisik (phisically)



perbedaan lingkungan (enviroment)

Oleh Mursell dalam bukunya Succesfull Teaching dikelompokan menjadi dua yaitu perbedaan secara vetikal dan
perbedaan kualitatif,. Perbedaan vertikal, mencakup tinggi rendahnya kecerdasan, sedangkan perbedaan kualitatif
menyangkut bakat, minat, cara kerja, tempat bekerja, dan sebagainya, Ahmadi & Supriyono (2004:150).
Atas dasar perbedaan individual ini guru-guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan berbagai
pendekatan dengan menggunakan suatu anggapan bahwa jika siswa mendapat kesempatan belajar sesuai dengan pribadinya
dapat diharapkan mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Untuk membantu digunakan
pendekatan pengajaran remedial (remedial teaching).
b.

Guru

Guru dalam belajar mengajar memiliki fungsi ganda yaitu sebagai instruktur, konselor, petugas psikologi, sebagai
media, sebagai fasilitator dan sebagainya.Dalam fungsinya yang ganda ini guru bertanggung jawab atas tercapainya tujuan
pengajaran khususnya peningkatan prestasi belajar. Dan, pengajaran remedial merupakan peluang yang besar bagi setiap
siswa untuk mencapai prestasi belajar secara optimal

c.

Proses Pengajaran

Dalam proses pendidikan, bimbingan dan penyuluhan merupakan kelengkapan dari keseluruhan proses atau
pelaksanaan program. Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar diperlukan
pelayanan khusus. Salah satu bentuk pelayanan BP yaitu pengajaran remedial (remedial teaching)

3

Sejarah Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran Remedial

Dalam Wijaya (2000:46) dikatakan bahwa pendidikan dimasa lampau diartikan sebagai proses individual bukan proses
kelompok. Pengajaran yang dilakukan guru untuk murid-muridnya diselenggarakan secara perseorangan. Siswa yang
mendapat kesulitan belajar di sekolah dan dirumah semuanya telah dapat dipecahkan oleh guru pada saat berlangsung
pengajaran di sekolah. Kurikulum yang disediakan tidak memuat program khusus yang diarahkan untuk kepentingan
pengembangan potensi perseorangan, sehingga keberadaan kasus pada saat itu hanya dapat dirasakan oleh adanya
perbedaan-perbedaan dan kesenjangan-kesenjangan tingkah laku yang muncul sewaktu-waktu. Untuk menjembatani
perbedaan-perbedaan diciptakan pelayanan sistematis dan terarah untuk kepentingan penanggulangan kasus, bersifat
mendadak, dan kurikulumnya juga dibuat mendadak, diberi nama kurikulum muatan kecelakan (accident prone curriculum).
Bantuan yang diberikan berupa pelayanan ambulan untuk kepentingan individu yang mendapat kecelakaan.
Pada tahun 1930-an, pakar psikologi berpendapat bahwa kemampuan (ability) bisa diukur dan pengelompokan siswa
bisa dilakukan sehingga pengajaran klasikal dapat diselenggarakan. Kurikulum dibuat sesuai dengan kebutuhan individu dan
kelompok. Pada tahun 1940, program pendidikan dan pengajaran remedial mulai terorganisasi melalui kebijakan-kebijakan
pemerintah dan butir-butir aspirasinya dimasukkan ke dalam UU Pendidikan. Alat ukur pendidikan dibuat sedemikian rupa
dengan maksud untuk pengembangan cita-cita di atas. Gerakan pendidikan dan pengajaran remedial memberikan harapan
baik terhadap murid-murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada tahun 1978 Warnock melaporkan hasil penemuannya tentang ketiadaan perbedaan antara pendidikan remedial dan
pendidikan khusus. Pada tahun 1981, Undang-Undang Pendidikan di Amerika menghendaki pengkajian yang mendalam
terhadap pendidikan khusus dan kebutuhan-kebutuhan belajar siswa, sehingga jenis dan hakikat bantuan tambahan yang
diberikan itu dapat diidentifikasi secara cermat.
mengundang keinginan untuk mendirikan organisasi dalam bidang pendidikan remedial. Usaha mereka berfokus pada
upaya pengintegrasian siswa yang lemah mental dan fisik, disamping memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Dari uraian di atas tentang perkembangan pendidikan dan pengajaran remedial dapat disimpulkan bahwa :

1. Gerakan pendidikan dan pengajaran remedial melejit maju dari konsepsi lama mengenai pelayanan ambulan ke konsepsi
baru mengenai pengintegrasian kembali siswa yang mendapat kesulitan belajar ke dalam kelas biasa (ordinary class).

2.

Pergeseran upaya bimbingan kuratif ke preventif

3. Pengintegrasian kembali siswa lamban belajar ke dalam kelas biasa mengundang perhatian khusus di bidang organisasi
sekolah, sistem pengelolaan kelas, pengkajian tentang kebutuhan siswa dan kurikulum yang relevan.

4.

Pendekatan dan Metode dalam Pengajaran Remedial

a.

Pendekatan dalam Pengajaran Remedial

Dalam Ahmadi&Supriyono (2004:179) ditulis, ada tiga tipe pendekatan dalam pengajaran remedial yaitu pendekatan yang
bersifat kuratif, pendekatan yang bersifat preventif, dan pendekatan yang bersifat pengembangan. Dari tiga tipe penndekatan
tersebut, pendekatan yang bersifat kuratif lebih memungkinkan untuk dapat digunakan dalam pembelajaran remedial.
Pendekatan ini diadakan mengingat pada kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota
kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses
belajar mengajar . Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan pengulangan, pengayaan, dan
percepatan.

1)

Pengulangan

Pengulangan dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan sesuai dengan diagnostiknya, yaitu :
a)

Pada setiap akhir pertemuan.

b)

Pada setiap akhir unit pelajaran

c)

Pada setiap akhir unit program studi
Pelaksanaaan dapat secara :
a)

Individual kalau yang mengalami kesulitan terbatas

b) Kelompok kalau ternyata sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu mempunyai jenis/sifat kesalahan atau kesulitan
bersama
Waktu dan cara pelaksanaannya :
a) Diadakan pertemuan kelas biasa berikutnya, bila sebagian/seluruh kelas mengalami kesulitan sama, dengan bahan
pengajaran sama, latihan/penugasan/soal sejenis dan diadakan pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan ke
arah kriteria keberhasilan
b) Diadakan di luar jam pertemuan biasa, bila yang mengalami kesulitan hanya sejumlah siswa tertentu (waktu sore,
waktu istirahat dan sebagainya) atau diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru sendiri
c) Diadakan kelas remedial (kelas khusus), bagi siswa yang mengalami kesulitan khusus dengan bimbingan khusus, atau
diadakan pengulangan total kalau ternyata dibawah kriteria keberhasilan minimum.

2)

Pengayaan

Layanan ini dikenakakan pada siswa yang kelemahannya ringan dan secara akademik mungkin termasuk berbakat, dengan
cara :

-

Pemberian tugas/pekerjaan rumah

-

Pemberian tugas/soal dikerjakan di kelas

3)

Percepatan (akselerasi)

Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukan kesulitan psikososial (ego emosional).
-

Bila ternyata keseluruhan bidang studi unggul dibandingkan kelompoknya dapat dinaikan ke tingkat yang lebih tinggi.

-

Bila hanya beberapa bidang studi untuk bidang studi ini dapat diteruskan (maju berkelanjutan/continous program)

b. Metode dalam Pengajaran Remedial

Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan
bimbingan belajar dari tingkat identifikasi sampai dengan tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan yaitu :

1)

Tanya Jawab

Metode ini digunkan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitannya. Serangkaian tanya
jawab dapat membantu siswa dalam memahami dirinya, mengetahui kelebihan/kekurangannya, memperbaiki cara-cara
belajar. Tanya jawab dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Metode ini dalam rangka pengajaran remedial
memungkinkan terjalin hubungan guru dan siswa sehingga dapat :



meningkatkan motivasi belajar



menciptakan kondisi yang menunjang pelaksanaan penyuluhan



menumbuhkan rasa harga diri

2).

Diskusi

Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan
belajar yang dialami oleh kelompok siswa. Kebaikan metode ini dalam rangka pengajaran remedial yaitu sebagai berikut :
1)

Setiap individu dalam kelompok dapat mengenal diri dan kesulitannya

2)

Interaksi dalam kelompok menumbuhkan sikap percaya diri

3)

Mengembangkan kerja sama antar pribadi

4)

Menumbuhkan rasa tanggung jawab

3).

Tugas

Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka memberikan bantuan . Dengan pemberian
tugas tertentu baik secara individual maupun secara kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong.Dengan
metode ini siswa diharapkan dapat lebih memehami dirinya, memperluas pendalaman meteri yang dipelajari, memperbaiki

cara-cara belajar.

4).

Kerja Kelompok

Metode ini dapat hampir sama dan dapat bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode diskusi. Yang penting
adalah interaksi di antara anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan
belajar.

5)

Tutor Sebaya

Tutor adalah siswa sebaya yang ditunjuk/ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena
hubungan antar teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru –siswa. Dengan petunjuk dari guru, tutor ini membantu
temannya yang mengalami kesulitan . Pemilihan tutor didasarkan atas prestasi, punya hubungan sosial baik dan cukup
disenangi teman-teman. Tutor berperan sebagai pemimpin dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru. Metode tutor
memiliki kebaikan sebagai berikut :
a)

Adanya hubungan dekat dan akrab

b)

Bagi tutor merupakan kegiatan pengayaan.

c)

Dapat meningkatkan rasa tanggung jawan dan kepercayaan diri.
6)

Pengajaran Individual

Pengajaran individual adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan
metode ini bersifat individual sesuai dengan kesulitan yang dihadapi siswa. Materi yang diberikan dapat berupa
pengulangan, materi baru atau pengayaan dari apa yang telah dimiliki siswa.
Pengajaran individual ini bersifat teaputik, artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara
belajar siswa. Untuk memiliki kemampuan membimbing dan bersikap sabar, ulet, rela, bertanggung jawab, menerima dan
memahami dan sebagainya.

5.

Prosedur Pelaksanaan Remedial Teaching

Remedial teaching yang merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar, menurut Ahmadi&Supriyono (2004:185)
dapat dilaksanakan dengan prosedure sebagai berikut :

a.

Meneliti Kasus (Diagnosis)

Tujuan penelitian kasus adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, serta cara dan
kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian kasus akan dapat ditentukan murid-murid yang perlu mendapatkan
remedial teaching. Selanjutnya dalam domain apa siswa mengalami kesulitan apakah kognitifnya, afektif atau
psikomotornya. Dalam langkah pertama ini juga dibahas mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan murid, baik yang
berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya.
Penyebab kesulitan yang berasal dari dalam misalnya :
-

Tingkat kecerdasan

-

Motivasi untuk berprestasi.

-

Sikap dalam belajar

-

Kebiasaan belajar

-

Penguasaan pengetahuan dasar

Penyebab kesulitan yang berasal dari luar, misalnya ;



Keterbatasan sumber belajar.



Kecocokan dengan program yang diambil



Kurang tepat cara mengajar



Fasilitas yang terbatas



Kurang serasi hubungan guru dengan murid



Pengaruh lingkungan terhadap belajar.

Untuk memperoleh data yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi kasus dapat lakukan dengan teknik
tes dan teknik non-tes. Surya (1984:114). Teknik tes adalah pengumpulan data dengan menggunakan tes yang sudah baku,
antara lain :

1.

Tes psikologis, seperti tes kecerdasan, tes kepribadian, tes minat dan sebagainya,

2.

Tes diagnosis, yaitu digunakan untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan yang dihadapi murid,

3.

Tes prestasi belajar, yaitu tes yang dipergunakan untuk mengukur hasil belajar yang telah dicapai murid.

Teknik non-tes adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat yang tidak tergolong tes yang baku, antara
lain :

b.

1.

Observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap sustu kegiatan baik langsung maupun
tidak langsung.

2.

Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang telah tersimpan dalam dokumen tertentu.

3.

Biografi, yaitu mengumpulkan data berdasarkan riwayat hidupnya

4.

Sosiometri, yaitu suatu teknik pengumpulan data untk mengetahui pola-pola hubungan sosial antar murid.

5.

Angket atau kuesioner, yaitu pengumpul data dengan menggunakan seperangkat pertanyaan yang diajukan secara
tertulis dan dijwab secara tertulis.

6.

Wawancara, yaitu mengumpulkan data melalui komunikasi secara lisan

Menentukan Tindakan/Perlakuan

Langkah ini sebagai kelanjutan dari langkah pertama, dilakukan usaha-usaha untuk menentukan karakteristik kasus yang
ditangani tersebut. Setelah karakeristik kasus ditentukan, maka tindakan pemecahannya perlu dipikirkan, yaitu sebagai
berikut :

1)

Kalau kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah remedial teaching.

2) Kalau kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan remedial teaching harus diberi layanan konseling lebih
dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan emosional yang mempengaruhi cara belajarnya.

Berdasarkan atas karakteristik kasus tersebut maka pada tahap kedua ini adalah membuat keputusan tentang cara mana
yang harus dipilih. Beberapa pertimbangan yang dapat dipakai dalam mengambil keputusan adalah :
1)

Faktor efektivitas, yaitu ketepatan tercapainya tujuan pengajaran remedial.

2)

Faktor efisiensi, yaitu sedikit tenaga, bea dan waktu yang dipergunakan namun hasilnya optimal.

3)

Faktor kesusilaan dengan jenis masalah, sifat individu, fasilits dan kesempatam yang tersedia.

c.

Pemberian Layanan Khusus.

Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling. Tujuan dari layanan khusus bimbingan dan penyuluhan ini
adalah mengusahakan agar murid yang menjadi kasus itu terbebas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin),
sehingga kemudian siap mengahadapi kegiatan belajar secara wajar. Dalam hal ini dapat dilakukan oleh petugas BP atau
psikolog ataupun koselor pada bidangnya. Tetapi ada kalanya kasus ini dapat dilakukan guru sendiri bila masalah yang
diahadapinya sebagai berikut :
1).

Kasus yang mempunyai latar belakang kurang motivasi dan minat belajar.

2).

Kasus yang mempunyai latar belakang sikap negatif terhadap guru.

3).

Kasus yang mempunyai latar belakang ketidak cocokan antara kedaan pribadi dengan lingkungannya dan programnya

4).

Kasus yang mempunyai latar belakang kebiasaan belajar yang salah.

d.

Pelaksanaan Remedial Teaching.

Setelah terciptanya pra kondisi seperti pada langkah (c) maka kemudian dapat dilaksanakan remedial teaching. Sasaran
pokok pada langkah ini adalah peningkatan prestasi maupun kemampuan menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh guru.

e.

Melakukan Pengukuran Ulang.

Setelah dilaksanakan pengajaran remedial, maka selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri siswa
yang bersangkutan, tercapai atau belum apa yang telah direncanakan dalam kegiatan remedial teaching. Untuk mengetahui
hal tersebut dilakukan pengukuran kembali dengan tes seperti yang dipergunakan dalam proses belajar biasa.

f.

Melakukan Re-Evaluasi dan Re-Diagnosis

Hasil pengukuran pada langkah ke-5 kemudian ditafsirkan dengan membandingkan dengan kriteria seperti pada proses
belajar yang sesungguhnya. Hasil penafsiran dapat terjadi 3 kemungkinan, yaitu :
1) Kasus menunjukkan kenaikan prestasi yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang diharapkan, selanjutnya dilanjutkan
program berikutnya.

2) Kasus menunjukkan kenaikan prestasi, namun belum memenuhi kriteria yang yang diharapkan, diserahkan pada
pembimbing untuk diadakan pengayaan.
3) Kasus belum menunjukkan perubahan yang berarti dalam hal prestasi, selanjutnya dilakukan diagnosis lagi untuk
mengetahui letak kelemahan remedial teaching selanjutnya diadakan ulangan dengan altrnatif yang sama.
92
Tahap Ketiga: Abstraksi (anak aktif menggunakan kata-kata)
Pada tahap ini, dimulai dengan guru menunjukan suatu benda dengan menanyakan nama benda tesebut. Kemudian anak
menjawab dengan menyebut nama bendanya. Dengan demikian dapt dibuktikan, bahwa anak yang semula pasif dalam
bebicara menjadi lebih aktif berbicara misalnya:
Guru : “Apakah ini?” (menunjukan benda berbentuk kubus)
Anak : menjawab “kubus”
Guru : “bagaimana ukurannya?” (besar atau kecil, yang ditunjukan besar)
Anak : menjawab “kubus” itu besar
Jadi pada tahap ketiga anak harus mampu menyebutkan sendiri nama benda dan menunjukan
bendanya. Apabila pada tahap ini anak tunagrahita masih mengalami kessulitan, maka dapat dikembalikan pada tahap kedua
atau kesatu.
3) Materi Bimbingan Pembelajaran Sensorimotor
Materi bimbingan pembelajaran sensorimotor dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Bimbingan Pembelajaran Sensori Penglihatan
Materi pembelajaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam mengenal ukuran benda
dua dimensi dan tiga dimensi (panjang, lebar, dan isi atau volume). Di samping itu juga meningkatkan pemahaman anak
terhadap warna dasar, campuran, dan urutan tingkatan warna.
b. Bimbingan Pembelajaran Sensori Perabaan
Dengan melatih perabaan anak tunagrahita, maka keterampiilan dan kepekaan anak dalam mengenal dan membedakan
permukaan benda yang kasar dan halus, tingkatan kualitas perabaan serta bermacam-macam sruktur permukaan benda akan
meningkat.
c. Bimbingan Pembelajaran Sensori Pendengaran
Latihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam membedakan
bunyi dan nada serta kualitas nada atau bunyi.
d. Bimbingan Pembelajaran Sensori Terhadap Berat
Dengan latihan ini, maka keterampilan anak tunagrahita meningkatakan dalam membedakan
berat benda padat, cair dan gas.
93
e. Bimbingan Pembelajaran Sensori Terhadap panas
Dengan latihan ini, maka keterampilan dan kepekaan anak tunagrahita akan meningkat, terutama
dalam membedakan temperature atau suhu benda dalam lingkungan alam.
f. Bimbingan Pembelajaran Sensori Penciuman
Pembelajaran sensori penciuman ini di maksudkan untuk meningkatkan kepekaan anak terhadap
perbedaan baud an kualitas bau dari suatu benda.
g. Bimbingan Pembelajaran Sensori Rasa
Materi ini dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam membedakan jenis-jenis rasa dan kualitas dari suatu
benda. Semua materi pelajaran tersebut dapat di pelajari oleh anak tunagrahita dengan menggunakan bahan atau materi yang
ada di sekitar anak atau yang di buat dan di rancang oleh guru sendiri.
4) Berbagai Cara Bimbingan Sensorimotor Pada Anak Tunagrahita
Kita tahu cara bekajar yang baik antara lain melalui membaca dan mencatat, visualisasi, gerakan tubuh (tari, olahraga atau
bermain musik). Sebagian anak senang berkerja atau memecahkan soal secara individual, sedangkan anak yang lain nya,
beriteraksi dengan yang lain untuk menemukan jalan keluar, jadi anak belajar dengan berbagai cara, belajar aktif dan
partisipasi bias menggunakan banyak cara untuk membantu anak belajar.

94
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun
kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan
bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang
berlaku.Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini
berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang
bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik
kelompok dari pada perseorangan (individual).
Fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya
(potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.
5.2 Saran
Bimbingan Konseling adalah pelayanan bantuan yang diperuntukan bagi semua kalangan baik tua, muda,
wanita ataupun pria. Bahkan baik bagi yang mempunyai masalah ataupun tidak. Semua ini diperlukan oleh manusia agar
peradaban manusia itu sendiri dapat diwariskan pada penerusnya sehingga peradaban manusia dapat terus terjaga.