Globalisasi Ekonomi Black and White An
Yulia Fadillah
F1I011023
Globalisasi Ekonomi
Black and White - Antara yang Manis dan yang Pahit
Awalnya kita akan merasa tersatukan dengan adanya globalisasi terutama di bidang
ekonomi. Negara-negara berkembang maupun negara miskin akan terdorong perekonomiannya
dengan saling berhubung dan terintegrasi satu sama lain terutama dengan negara maju. Sebab
dengan adanya globalisasi ekonomi maka aliran produk, modal maupun jasa antar negara akan
semakin mudah karena hambatan territorial dan geografi yang bahkan dihapuskan1.
Namun mari sejenak kita merenung, bagaimana implikasi adanya globalisasi ekonomi
terhadap perekonomian negara-negara di dunia. Sebut saja investasi, perdagangan bebas, transfer
teknologi memang akan semakin mudah didapat dan terakses, tapi apakah hal-hal tersebut
mendorong perekonomian dunia, terutama bagi negara-negara berkembang, negara miskin
bahkan negara maju sekalipun?.
Mulanya globalisasi ekonomi menawarkan sebuah kemajuan perekonomian dunia.
Adanya liberalisme, pasar bebas hingga kemudahan akses teknologi dan informasi akan
membawa pada kemajuan peradaban manusia yang terintegrasi secara global. Apalagi bagi
mereka negara-negara berkembang maupun negara miskin, akan terdapat banyak aliran dana
internasional, investasi, perdagangan bebas hingga modernisasi yang membuat mereka akan
semakin berusaha untuk mencapainya.
Seiring perjalanannya, globalisasi ekonomi yang dimotori oleh liberalisme membawa kita
dalam pasar bebas dengan mekanisme minimalisnya campur tangan pemerintah dalam
perekonomian (laissez faire-laissez passer), kapitalisme yang memusatkan kekuatan pasar pada
segelintir orang dan menjadikannya kontrol, berperan pentingnya swasta dalam memenuhi hajat
hidup maupun penopang perekonomian, keberadaan transnasional corporation maupun MNC
yang menjadi aktor, pengaruh lembaga-lembaga perekonomian maupun keuangan dunia terhadap
1 Hendra Halwani, 2002, Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal . 224
pertumbuhan ekonomi negara. hingga pada keadaan di mana saling bergantungnya banyak
negara di dunia terhadap beberapa negara yang berkuasa.
Keberadaan pasar bebas memang akan membawa kita pada kebebasan individu yang
sebebas-bebasnya. Pasar bebas akan sangat menentukan pertumbuhan perekonomian suatu
negara yang sudah terintegrasi secara global. Oleh karena adanya kebebasan yang sebebasbebasnya Adam Smith menghendaki agar pemerintah sedapat mungkin tidak terlalu banyak
campur tangan dalam mengatur perekonomian. Biarkan sajalah perekonomian berjalan dengan
wajar, sebab nanti akan ada tangan tak kentara (invisible hands) yang akan membawa
perekonomian tersebut ke arah keseimbangan. Jika tidak, maka pasar akan mengalami distorsi
dan ketidakefisienan maupun ketidakseimbangan dalam perekonomian2.
Kapitalisme akan menyuguhkan para penguasa pasar yang dapat mengatur dan
memegang kendali, merekalah segelintir orang yang ternyata sangat berpengaruh terhadap
perkembangan perekonomian dunia3. Ditambah lagi dengan peran para transnasional
corporation maupun MNC yang semakin kentara dalam melakukan investasi hingga eksploitasi
negara-negara sasaran. Maka tidak heran jika banyak terdapat perusahaan asing dan swasta yang
bermunculan bahkan menguasai sektor penting perekonomian suatu negara. Sehingga akan
menipisnya peran negara bangsa,, dan tidak lagi memiliki sumber-sumber tanpa batas yang
dimanfaatkan secara bebas untuk memenuhi ambisi mereka4.
Di sinilah semakin besarnya jurang kesenjangan antar negara kaya dan negara miskin –
meskipun hal tersebut ditentang oleh Thomas L. Friedman dalam bukunya The Lexus and the
Oliver Tree: Understanding Globalization” (2002) yang mengatakan bahwa kesenjangan yang
terjadi ini bukan dikarenakan oleh globalisasi - namun tetap saja dilestarikan sebab inilah yang
dapat menjaga keadaan pasar global5. Hingga mereka berada pada keadaan ketergantungan akut
dari negara-negara berkembang dan miskin terhadap negara maju yang mana dalam hal ini –
bahkan dalam semua hal – mempunyai kekuasaan dan peran penting atas kapitalisasi,
liberalisasi, pasar modal, dan kendali atas banyak perusahaan-perusahaan besar dunia – seperti
yang dikatakan Stenner (1995) mengenai kemampuan negara-negara berpengaruh untuk
menumbuh kembangkan kekuatan-kekuatan dalam memunculkan perusahaan-perusahaan besar
2 Deliarnov, 2003, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, edisi revisi kedua, Jakarta: Grafindo Persada, hal. 32
3 Hendra Halwani, op.cit., hal. 233
4 The End of Nation karya Kenichi Omahe, 1995
5 Hendra Halwani, op.cit., hal. 234
berskala global6. Dengan demikian dapat dibayangkan betapa dahsyatnya perputaran globalisasi
yang merupakan kombinasi kekuasaan uang dan politik7.
Dengan demikian, globalisasi ekonomi meskipun banyak memberikan hal positif dengan
semakin lebarnya peluang investasi, terbukanya pasar bebas global, aliran modal internasional,
bantuan modal dari berbagai lembaga pembukaan lapangan pekerjaan, keuangan dunia hingga
kemajuan teknologi maupun informasi. Namun globalisasi ekonomi itu sendiri tidak berjalan
secara idealnya keinginan negara-negara berkembang maupun negara miskin. Globalisasi
mengarahkan pada keadaan ketergantungan global terutama negara-neraga Eropa dan Amerika.
Oleh karena itu, wajarlah jika para negara-negara tersebut yang termasuk dalam negara dunia
kesatu menjadi sebuah kekuatan besar dalam ranah internasional.
Sayangnya, hal tersebut tidak selamanya dapat menjamin negara maju untuk dapat
sejahtera. Sebab dalam sepuluh tahun terakhir saja negara-negara di Eropa dan Amerika
mengalami krisis ekonomi serta negara-negara penghasil minyak mengalami krisis politik yang
kemudian berimplikasi terhadap rezim perdagangan dunia. Maka tidaklah mungkin bahwa akan
terjadi kemajuan peradaban manusia yang sangat pesat terutama di bidang ekonomi di kawasan
Asia, Afrika dan Amerika Latin.
6 Ibid.
7 Ibid., hal. 235
F1I011023
Globalisasi Ekonomi
Black and White - Antara yang Manis dan yang Pahit
Awalnya kita akan merasa tersatukan dengan adanya globalisasi terutama di bidang
ekonomi. Negara-negara berkembang maupun negara miskin akan terdorong perekonomiannya
dengan saling berhubung dan terintegrasi satu sama lain terutama dengan negara maju. Sebab
dengan adanya globalisasi ekonomi maka aliran produk, modal maupun jasa antar negara akan
semakin mudah karena hambatan territorial dan geografi yang bahkan dihapuskan1.
Namun mari sejenak kita merenung, bagaimana implikasi adanya globalisasi ekonomi
terhadap perekonomian negara-negara di dunia. Sebut saja investasi, perdagangan bebas, transfer
teknologi memang akan semakin mudah didapat dan terakses, tapi apakah hal-hal tersebut
mendorong perekonomian dunia, terutama bagi negara-negara berkembang, negara miskin
bahkan negara maju sekalipun?.
Mulanya globalisasi ekonomi menawarkan sebuah kemajuan perekonomian dunia.
Adanya liberalisme, pasar bebas hingga kemudahan akses teknologi dan informasi akan
membawa pada kemajuan peradaban manusia yang terintegrasi secara global. Apalagi bagi
mereka negara-negara berkembang maupun negara miskin, akan terdapat banyak aliran dana
internasional, investasi, perdagangan bebas hingga modernisasi yang membuat mereka akan
semakin berusaha untuk mencapainya.
Seiring perjalanannya, globalisasi ekonomi yang dimotori oleh liberalisme membawa kita
dalam pasar bebas dengan mekanisme minimalisnya campur tangan pemerintah dalam
perekonomian (laissez faire-laissez passer), kapitalisme yang memusatkan kekuatan pasar pada
segelintir orang dan menjadikannya kontrol, berperan pentingnya swasta dalam memenuhi hajat
hidup maupun penopang perekonomian, keberadaan transnasional corporation maupun MNC
yang menjadi aktor, pengaruh lembaga-lembaga perekonomian maupun keuangan dunia terhadap
1 Hendra Halwani, 2002, Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal . 224
pertumbuhan ekonomi negara. hingga pada keadaan di mana saling bergantungnya banyak
negara di dunia terhadap beberapa negara yang berkuasa.
Keberadaan pasar bebas memang akan membawa kita pada kebebasan individu yang
sebebas-bebasnya. Pasar bebas akan sangat menentukan pertumbuhan perekonomian suatu
negara yang sudah terintegrasi secara global. Oleh karena adanya kebebasan yang sebebasbebasnya Adam Smith menghendaki agar pemerintah sedapat mungkin tidak terlalu banyak
campur tangan dalam mengatur perekonomian. Biarkan sajalah perekonomian berjalan dengan
wajar, sebab nanti akan ada tangan tak kentara (invisible hands) yang akan membawa
perekonomian tersebut ke arah keseimbangan. Jika tidak, maka pasar akan mengalami distorsi
dan ketidakefisienan maupun ketidakseimbangan dalam perekonomian2.
Kapitalisme akan menyuguhkan para penguasa pasar yang dapat mengatur dan
memegang kendali, merekalah segelintir orang yang ternyata sangat berpengaruh terhadap
perkembangan perekonomian dunia3. Ditambah lagi dengan peran para transnasional
corporation maupun MNC yang semakin kentara dalam melakukan investasi hingga eksploitasi
negara-negara sasaran. Maka tidak heran jika banyak terdapat perusahaan asing dan swasta yang
bermunculan bahkan menguasai sektor penting perekonomian suatu negara. Sehingga akan
menipisnya peran negara bangsa,, dan tidak lagi memiliki sumber-sumber tanpa batas yang
dimanfaatkan secara bebas untuk memenuhi ambisi mereka4.
Di sinilah semakin besarnya jurang kesenjangan antar negara kaya dan negara miskin –
meskipun hal tersebut ditentang oleh Thomas L. Friedman dalam bukunya The Lexus and the
Oliver Tree: Understanding Globalization” (2002) yang mengatakan bahwa kesenjangan yang
terjadi ini bukan dikarenakan oleh globalisasi - namun tetap saja dilestarikan sebab inilah yang
dapat menjaga keadaan pasar global5. Hingga mereka berada pada keadaan ketergantungan akut
dari negara-negara berkembang dan miskin terhadap negara maju yang mana dalam hal ini –
bahkan dalam semua hal – mempunyai kekuasaan dan peran penting atas kapitalisasi,
liberalisasi, pasar modal, dan kendali atas banyak perusahaan-perusahaan besar dunia – seperti
yang dikatakan Stenner (1995) mengenai kemampuan negara-negara berpengaruh untuk
menumbuh kembangkan kekuatan-kekuatan dalam memunculkan perusahaan-perusahaan besar
2 Deliarnov, 2003, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, edisi revisi kedua, Jakarta: Grafindo Persada, hal. 32
3 Hendra Halwani, op.cit., hal. 233
4 The End of Nation karya Kenichi Omahe, 1995
5 Hendra Halwani, op.cit., hal. 234
berskala global6. Dengan demikian dapat dibayangkan betapa dahsyatnya perputaran globalisasi
yang merupakan kombinasi kekuasaan uang dan politik7.
Dengan demikian, globalisasi ekonomi meskipun banyak memberikan hal positif dengan
semakin lebarnya peluang investasi, terbukanya pasar bebas global, aliran modal internasional,
bantuan modal dari berbagai lembaga pembukaan lapangan pekerjaan, keuangan dunia hingga
kemajuan teknologi maupun informasi. Namun globalisasi ekonomi itu sendiri tidak berjalan
secara idealnya keinginan negara-negara berkembang maupun negara miskin. Globalisasi
mengarahkan pada keadaan ketergantungan global terutama negara-neraga Eropa dan Amerika.
Oleh karena itu, wajarlah jika para negara-negara tersebut yang termasuk dalam negara dunia
kesatu menjadi sebuah kekuatan besar dalam ranah internasional.
Sayangnya, hal tersebut tidak selamanya dapat menjamin negara maju untuk dapat
sejahtera. Sebab dalam sepuluh tahun terakhir saja negara-negara di Eropa dan Amerika
mengalami krisis ekonomi serta negara-negara penghasil minyak mengalami krisis politik yang
kemudian berimplikasi terhadap rezim perdagangan dunia. Maka tidaklah mungkin bahwa akan
terjadi kemajuan peradaban manusia yang sangat pesat terutama di bidang ekonomi di kawasan
Asia, Afrika dan Amerika Latin.
6 Ibid.
7 Ibid., hal. 235