Wadah yang Besar Pdt. Petrus Agung Purnomo

WADAH YANG BESAR

  

Pdt. Petrus Agung Purnomo

  

Setelah Abram kembali dari mengalahkan Kedorlaomer dan para raja yang bersama-sama dengan

dia, maka keluarlah raja Sodom menyongsong dia ke lembah Syawe, yakni Lembah Raja. Melkisedek,

raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati

Abram, katanya: "Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi,

dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram

memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.

  Kejadian 14:17-20

  Kalau kita pelajari, di sini pertama kalinya Tuhan memperkenalkan diri sebagai El Elyon atau Allah Yang Maha Tinggi. Ada sebuah peristiwa yang terjadi di Lembah Raja. Ini terjadi jauh sebelum Taurat diberikan Tuhan kepada umat-Nya, orang Israel. Ini berarti sebelum ada perintah memberikan perpuluhan. Mari kita belajar dari seorang yang bernama Abram dan kelak bernama Abraham tentang orang beriman yang mempunyai reaksi cerdas dengan apa yang Tuhan tawarkan atau sodorkan dalam kehidupannya. Saya telah melihat begitu banyak orang yang melewatkan begitu saja kesempatan dan anugerah yang sangat ajaib yang Tuhan tawarkan dalam kehidupannya. Tahun ini merupakan tahun Ayin Daleth. Dan tahun ini sebetulnya memberikan kepada kita sebuah pintu yang terbuka, tetapi tidak menarik kita atau memaksa kita untuk masuk ke pintu itu. Pintu yang terbuka itu lebih dari sebuah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita. Apakah kita akan memasuki dan ambil kesempatan itu, atau kita biarkan kesempatan itu lewat dan kita menjadi orang yang tertinggal ketika kairos-Nya sudah berlalu. Ketika saya mempelajari ayat ini, Tuhan menunjukkan kepada saya bagaimana seorang bereaksi dengan sangat cerdas ketika dia mendapat tawaran dari Tuhan. Dan saya percaya di tahun Ayin Daleth ini kecerdasan bereaksi dengan apa yang Tuhan tawarkan seharusnya menjadi ciri kita, kalau kita ingin melihat sebuah terobosan yang ajaib di tahun ini. Kalau kita membaca kisah sebelumnya, pada hari itu Abraham sedang berada di perkemahannya dan sudah berpisah dengan Lot. Lot merupakan orang yang bodoh yang tidak dapat membaca situasi dan bereaksi dengan baik. Lot sebetulnya tidak pernah diundang oleh Tuhan untuk ikut dengan Abraham meninggalkan Ur-Kasdim menuju Tanah Perjanjian. Dia tidak pernah dilibatkan Tuhan sama sekali. Tetapi karena Terah, bapaknya Abraham yang memimpin keluar dari tanah Ur-Kasdim, maka dia melihat cucunya ini, yaitu keponakan Abraham, dia berkata: Kasihanlah, bapaknya sudah tidak ada. Saya ajak dia. Lalu rombongan besar ini menetap di kota Haran sampai Terah mati, kemudian Abraham melanjutkan perjalanannya menuju tanah Kanaan. Lot sudah semakin dewasa tentunya, dan dia juga mempunyai kambing domba. Ketika ikut dengan Abraham, kambing dombanya semakin bertambah dan dia juga menjadi orang yang sangat kaya.

  Yang harus kita mengerti bahwa Lot adalah orang yang bodoh karena dia tidak mengerti bahwa berkat yang dia terima, karena keterikatannya dengan orang yang dipilih Tuhan, yaitu Abraham atau Abram. Selama dia menempel pada Abraham, berkat turun dalam hidupnya sekaligus proteksi Tuhan ada padanya.

  Sayangnya, suatu hari ketika dia merasa sudah luar biasa, gembala yang bekerja padanya bertengkar dengan gembala yang bekerja pada Abraham. Lot tidak pernah mencegah pertengkaran itu, bahkan cenderung membiarkannya. Akhirnya, suatu hari Abraham bertindak dan berkata:

  Kita ini saudara, untuk apa kita bertengkar. Kalau engkau ke utara, aku ke selatan. Kalau engkau pilih ke timur, aku ke barat. Engkau boleh pilih ke mana engkau pergi, aku akan pergi ke arah yang berseberangan dengan engkau. Tidak perlu ribut ya. Kita ini keluarga, tidak perlu berantem. Apa yang kau mau? Dan Lot berkata: Aku mau ke sana. Dia melihat Sodom dan Gomora yang seperti taman Tuhan dan dia pergi ke situ.

  Kita tahu kisahnya, hidupnya jadi kacau. Dia tinggal di Sodom, menjadi penatua di Sodom dan dia berpikir dia lebih hebat dari Abraham, tetapi dia tidak mengerti kalau jiwanya tersiksa. Alkitab mengatakan setiap hari dia melihat perbuatan di sekitarnya, jiwa orang benar ini tersiksa. Kalau kita baca ujung hidupnya mengerikan sekali. Dia ditarik malaikat Tuhan dan disuruh lari, tetapi dia tidak mau dan memilih pergi ke kota yang terdekat. Padahal, dia disuruh ke tempat yang jauh, tetapi dia tidak mau. Dia mencari tempat yang dekat, yang mudah, dan ujungnya dia incest dengan kedua anak perempuannya dan melahirkan anak hubungan antara ayah dan anak.

  Sebelum peristiwa itu ada peristiwa lain lagi. Inilah yang melatarbelakangi peristiwa Lembah Raja. Pada waktu itu Sodom dan Gomora diserang oleh Kedorlaomer. Raja Sodom dan Gomora ditaklukkan, orang-orang Sodom ditangkap, diangkut dan dijadikan budak. Semua harta benda dirampas dan Lot termasuk salah satu di antaranya.

  Pada waktu Lot dirampas dan ditahan oleh Kedorlaomer, seseorang datang kepada Abraham berkata: Keponakanmu tertangkap, dirampas hartanya, seluruh keluarganya ditawan. Alkitab mengatakan Abraham mengeluarkan 318 orang-orangnya yang terlatih, yaitu orang-orang yang lahir di kemahnya. Lalu dia mengejar dan memerangi Kedorlaomer dan dia menang. Kedorlaomer mengembalikan semua harta dan tawanan itu, lalu Abraham membawa mereka kembali. Nah, itulah latar belakangnya.

  Setelah itu Abraham datang, dan Raja Sodom menyongsong di Lembah Syahwe, yaitu Lembah Raja. Tetapi apa yang terjadi? Di Lembah itu bukan hanya Raja Sodom yang datang, tetapi ada seorang raja yang lain bernama Melkisedek.

  Alkitab mengatakan Melkisedek mempunyai dua jabatan, yang pertama adalah dia Raja dari Kota Salem (Shalom). Yang kedua adalah dia seorang imam, dan dia menyembah kepada Tuhan yang menyatakan diri-Nya sebagai El Elyon (Allah Yang Maha Tinggi).

  Pada waktu Raja Salem datang, ia membawa roti dan anggur. Dia menyongsong Abraham untuk merayakan kemenangan Abraham. Dia menghormati kedatangan seorang raja yang telah menang perang besar dan menyambutnya dengan roti dan anggur. Yang ajaib adalah Alkitab berkata: Begitu Abraham terima roti dan anggur dari Raja Salem, yaitu Melkisedek, reaksinya adalah dia memberikan sepersepuluh dari semuanya. Dari sinilah kita mulai mengenal perpuluhan.

  Hari-hari ini banyak orang berkata: Perpuluhan itu pajak, beban, Perjanjian Lama. Perpuluhan itu sudah tidak ada lagi. Yang penting, sepenuh hati kepada Tuhan. Saya sudah banyak mendengar orang mengajar seperti itu. Tetapi simak baik-baik, saya akan tunjukkan cikal bakal dari peristiwa itu supaya membuka mata rohani kita.

  Ketika Tuhan menunjukkan cerita ini kepada saya, saya baru sadar kalau iblis mati-matian membuat kita tidak bereaksi seperti Abraham. Mengapa? Inilah sebuah langkah cerdas! Ketika Melkisedek berbicara: Diberkatilah Abraham oleh Allah, El

  Elyon. Dan untuk pertama kali dia mengatakan: Abraham, aku ini imam dari El Elyon, Allah Yang

  Maha Tinggi, Pencipta langit dan bumi. Sekarang biarkan El Elyon memberkati engkau. Terpujilah dan diberkati El Elyon yang memberikan kemenangan kepadamu. Ketika Abraham mendengar kata El Elyon, roh Abraham cerdas, dia ambil sepersepuluh dari semua rampasan terbaik, dia berikan kepada Melkisedek. Mengapa? Sebab kita harus mengeri, Tuhan sebagai El Elyon adalah Tuhan yang menetapkan batas-batas dan warisan bangsa-bangsa.

  

Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-

misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-

anak Israel.

  Ulangan 32:8

  Jadi Tuhan sebagai El Elyon itulah, yang memberikan dan membagi-bagi pusaka kepada bangsa- bangsa. Ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel. Tuhan membagi-bagikan milik pusaka, Dia memisah-misahkan anak-anak manusia, menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel. Dalam terjemahan The Message digambarkan dengan kalimat: He put each of the people within boundaries under the care of Divine

  Guardians. (Dia menaruh sekelompok masyarakat atau orang atau bangsa itu di dalam suatu

  batasan di bawah bimbingan, proteksi, perlindungan malaikat-malaikan Ilahi-Nya.) Imam dari El Elyon datang dan berkata: Namaku Melkisedek. Aku Imam dari El Elyon, Allah Yang Maha Tinggi. Sang Maha Tinggi. Kamu diberkati, Abraham, oleh El Elyon. Dan El Elyon-lah yang kita puji karena Dialah yang memberikan kepadamu kemenangan-Nya.

  Begitu Abraham mendengar kata: El Elyon , rohnya menyambar: Inilah yang memberikan, yang memiliki hak untuk membagi tanah, dan aku dipanggil oleh Allah Yang Maha Kuasa, Allah Yang Maha Mulia, untuk keluar dari Ur-Kasdim menuju ke Tanah Perjanjian. Dan sekarang, detik ini, tanah itu di mana belum ditetapkan untuk aku dan anak cucuku. Sekarang Allah menyatakan diri-Nya sebagai El Elyon yang berkata: Sebagai El Elyon, Aku yang membagi-bagi tanah, ini milik siapa, itu milik siapa. Begitu Allah yang demikian muncul dan menawarkan roti dan anggur, itu berarti sebuah covenant ditawarkan, sebuah perjanjian ditawarkan, sebuah jaminan ditawarkan. Aku akan sediakan jatahmu dan anak cucumu. Abraham adalah orang yang tahu bahwa perjanjian atau covenant tidak pernah hanya satu arah, selalu harus dua arah. Tidak ada dua orang yang membuat perjanjian di depan notaris dan yang menandatangani hanya seorang. Perjanjian seperti itu, tidak akan berlaku. Dua belah pihak harus menandatangani. Pada waktu itu orang membuat Blood Covenant, mereka harus torehkan pisau di tangan atau lengannya, darah keluar dari keduanya dan darah itu disatukan, mereka berkata: Ini perjanjian darah, Blood

  Covenant. Dua orang saling berjanji.

  Reaksi Yang Cerdas

  Tuhan, El Elyon mengulurkan tangan-Nya. Dia berikan roti dan anggur. Abraham dengan cerdas berkata: Sekarang aku jumpa dengan Engkau yang menjamin hakku atas Tanah Perjanjian. Dan reaksi cerdasnya adalah mengambil sepersepuluh dari semua, dan diberikan kepada-Nya. Apakah kita tahu, apa sebenarnya perpuluhan itu? Awalnya sebuah reaksi cerdas, bukan perintah Tuhan. Sebelum kejadian ini, tidak ada perintah yang berkata: Berikanlah, kembalikanlah perpuluhan. Tidak ada! Kalau ada orang berkata: Oh, itu Taurak, Pak. Perhatikan peristiwa ini terjadi, sebelum Taurat ada. Tuhan melihat: Orang ini cerdas. Karena Tuhan berkenan dengan hal itu, maka Dia berkata: Hei, yang lain ikuti ini, ikuti yang Abraham buat! Lalu keluarlah hukum soal perpuluhan di kitab Taurat. Karena Tuhan melihat: ini orang cerdas. Tuhan ingin semua kita secerdas Abraham. Dari sisi Tuhan, Dia berkata: Aku yang menentukan jatahmu masing-masing, Aku yang menentukan. Abraham ini roti dan anggur. Aku yang menentukan batas tanah Kanaan untuk anak cucumu. Abraham berkata: Ya Tuhan. Dia ambil semua, dan dia bilang: Deal. Sebetulnya, Abraham sedikita pelit, menurut saya, karena hanya memberi sepersepuluh. Tetapi itu yang terbaik yang keluar dari hatinya. Ada orang yang mengatakan bahwa tradisi pada jaman itu orang memberikan kepada dewa-dewanya sepersepuluh. Mungkin juga dari situ, tetapi dia berkata bahwa perjanjian tidak hanya satu arah, tetapi dua arah. Dia jabat tangan Tuhan sambil berkata:

  Engkau berikan roti dan anggur sebagai El Elyon, aku beri Engkau sepersepuluh dari semuanya. Perhatikan baik-baik! Kalau kita memberikan perpuluhan karena kewajiban, kita kehilangan hal ajaib yang sedang terjadi. Setiap kali kita membawa persembahan, kita mengembalikan perpuluhan, kita harus ingat peristiwa di Lembah Syahwe. Yesus itu Melkisedek, dalam tatanan atau ranking, Dia seperti Imam Melkisedek dan Dia juga memberikan kepada kita roti dan anggur. Makanya pada saat perjamuan kudus, sampai hari ini, kita terima roti dan anggur. Setiap kali anak Tuhan berkata: Tuhan, aku terima perjanjian-Mu, tetapi perjanjian tidak pernah satu pihak. Dari pihakku, ini yang aku bawa kepada-Mu. Setiap kali kita membawa itu kita harus bisa berkata: Tuhan, jatah Kanaan untukku dan anakku dan cucuku dan generasi di bawahku, sudah diamankan kapling Kanaan untuk hidupku, sudah dipatok Tuhan.

  Dan saya ingin beritahu bahwa peristiwa ini hebat. Kota Salem itu di kemudian hari berubah nama menjadi Yerusalem. Dan kita tahu siapa yang berkuasa di Yerusalem sejak jaman Daud, keturunan Abraham menguasai Yerusalem sampai hari ini. Kalau kita ke Israel, masuk kota Yerusalem, begitu kita masuk Yerusalem sebagian orang bernyanyi:

  Oh, Yerusalem, kota mulia. Tetapi perhatikan baik-baik, mulai hari ini kalau kita masuk Yerusalem, ingat dimulai dari peristiwa ini. Seketika Abraham merespon dengan cerdas. Saya harap kita mengerti bahwa ini bukan pajak gereja, ini bukan beban untuk anak-anak Tuhan. Ini sebuah reaksi cerdas, karena Tuhan suka dengan itu. Dia berkata: Oke, buat aturan saja supaya orang-orang Kristen, anak-anak Tuhan yang lain bereaksi cerdas yang sama. Setan sangat ketakutan dengan itu. Makanya setan berkata: Sudahlah tidak perlu semua, memang cari duit saja gereja itu. Tidak perlu perpuluhan, sepenuh hati yang penting, duitnya tidak perlu, kan hati sudah cukup.

  Sepenuh hati itu bagaimana? Pokoknya nyanyi I love You, I love You, itu sepenuh hati. Sambil nangis-nangis sedikita.

  Sebab untuk apa dua orang datang ke notaris sepakat, hanya satu pihak yang tanda tangan dan kita tidak bubuhkan tandatangan, maka perjanjian kita dengan Tuhan tidak akan pernah berlaku. Tidak pernah ada covenant satu pihak, harus dua belah pihak. Ketika membaca ini saya mengatakan: Tuhan, betapa banyak anak Tuhan sangat tidak mengerti tentang hal ini. Ini basic! Ini lahir dari kecerdasan dalam roh. Saya yakin tidak ada orang yang mengajari Abraham: El Elyon adalah begini, begini, begini .. Rohnya menangkap. Dalam kitab Ulangan, Tuhan berbicara kepada Musa, sekian generasi setelah Abraham, bahwa El

  Elyon-lah yang membagi jatah tanah di bumi. Jika kita ingin jatah Kanaan kita terjamin, bereaksilah

  dengan cerdas. Kita ingin anak cucu kita diberkati, tidak melarat dan tidak hancur hidupnya. Kita bukan orang yang di bawah, sebaliknya kita akan naik from glory to glory. Bereaksilah dengan cerdas, jangan mau ditipu setan. Bukan soal Tuhan membutuhkan uang kita. Ini soal reaksi, bagaimana kita bersikap dengan perjanjian Tuhan. Ajaib lho, pada waktu saya membaca perkara ini, saya berkata: Tuhan, tidak heran ya, banyak orang yang tidak bisa mengerti mengenai hal ini. Dan itu menjadi sebuah masalah. Dia tidak bisa menikmati berkat yang ajaib.

  

Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun

dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN.

  Imamat 27:30 Saya berharap kita semua mengerti dan tidak pernah membuang perkara ini dari dalam hidup kita. Abraham selesai perang, Melkisedek datang menyambutnya dan berkata: Aku Imam dari El Elyon, terimalah ini roti dan anggur. Engkau diberkati Abraham oleh Allah El Elyon. Dan, diberkatilah kiranya Engkau, Allah El Elyon, karena telah memberikan kemenangan kepada Abraham.

  Waktu Abraham mendengar bahwa Dia adalah El Elyon, Abraham ingat pada waktu dia dipanggil keluar dari Ur-Kasdim untuk mendapat tanah Kanaan, yang bahkan detik itu dia belum tahu di mana Kanaan itu. Tetapi ketika hak atas semua bangsa di tanah di bumi, dia berkata: Aku tidak akan biarkan perjanjian ini hanya satu arah. Dia ambil sepersepuluh dari semuanya. Dia berkata: Ini Tuhan tanda tanganku. Deal! Dan apa pun yang kemudian diberikan, yang namanya perpuluhan, Firman berkata: Itu kudus, miliknya Tuhan. Setiap kali kita membawa persembahan, kita berkata: Tuhan, ini perpuluhan.

  Jangan Menunda Membayar Perpuluhan

  Saya diajar Tuhan soal perpuluhan sebelum kami menikah, tepatnya hampir menikah. Saya sudah pelayanan khotbah di mana-mana. Rumah kami yang pertama sedang dibangun, tetapi perabotnya belum ada. Butuh sangat banyak dana untuk menyiapkan sebuah rumah yang sedang dibangun. Kemudian, setelah selesai dibangun, masih kosong dan harus diisi dengan perabotan dan banyak hal yang diperlukan.

  Saya sudah mulai berkotbah, walaupun masih di kampung-kampung atau kota kecil, bahkan persekutuan-persekutuan doa. Sejujurnya dari apa yang saya terima saya berkata dalam kebodohan: Tuhan, sorry ya, aku tidak bisa memberi perpuluhan. Kan Engkau kaya raya, ya. Sorry, pinjam dulu. Dan saya pakai. Padahal saya berkhotbah. Dia belum mengiyakan, saya sudah mengiyakan: Tidak apa-apa, Bapamu kaya. Dan uang itu saya pakai. Numpuk sampai beberapa juta rupiah pada waktu itu. Suatu hari saya pelayanan di Jawa Timur, dekat kota Surabaya. Saya khotbah hari sabtu, kemudian minggu pagi khotbah di Surabaya. Di persekutuan doa itu, sandal dan sepatu ditaruh di luar, tentu saja termasuk sepatu saya. Sebagai informasi, saya cari sepatu merek Indonesia untuk ukuran saya, waktu itu belum ketemu, karena kaki saya lebar dan tidak semua sepatu cocok untuk saya. Tanpa merasa berdosa saya khotbah, yang datang banyak. Selesai khotbah saya bersama seorang teman dari Surabaya diajak makan oleh yang pemilik rumah. Selesai makan saya pamit, lalu keluar. Saya ambil sepatu sambil meraba-raba, karena agak gelap. Masih ada beberapa orang di situ. Lho koq tidak ada ya? Saya agak panik. Sepatuku koq tidak ada ya? Ada satu sepatu pria lagi, tetapi hanya kiri saja. Mirip, tetapi bukan itu. Akhirnya, semua pergi, tinggal saya dan satu orang lain. Setelah sepi, barulah kami tahu bahwa sepatu saya memang tidak ada. Karena pada waktu itu gelap, maka sepatu sebelah kanan ambil milik orang lain, lalu pasangannya sepatu kiri saya. Pengurus persekutuan itu berkata: Pak, maaf ya, Pak. Mungkin digondol anjing.

  Jadi mereka cari ke selokan-selokan yang ada di sekitarnya sambil membawa senter. Mau lapor polisi koq hanya satu sepatu yang hilang. Akhirnya, saya harus melanjutkan perjalanan ke Surabaya dan menginap di rumah hamba Tuhan, seorang pendeta penginjil. Dia menyetir Mobil Fiat kuno dari kota itu ke Surabaya. Kali ini, saya diam lama, karena saya sedang bicara pada Tuhan: Tuhan, sepatuku hilang. Saya tidak tahu mobil Fiat itu ada masalah apa, pokoknya kaki saya yang tanpa alas sepatu saat itu bisa kesetrum sampai bengkak. Ketika saya Tanya kepada pendeta itu: Mobilmu ini ada apanya sih? Dia menjawab: Tidak tahu, kadang-kadang mobil ini korslet sendiri. Selama perjalanan kira-kira dua jam lebih saya diam saja. Pikiran saya bertanya-tanya mengapa sepatu bisa hilang, dan mengapa kaki bisa kesetrum sampai bengkak. Pendeta ini sedih melihat saya:

  Kamu ini koq kurang bagus nasibnya kali ini. Dalam hati: Ah, nasibku tetep bagus koq. Tapi saya tidak mau bantah-bantahan dengan dia, apalagi sepatu saya hilang. Akhirnya sampai di rumahnya saya masuk ke kamar, berlutut dan berdoa.

  Mungkin kalau orang lain, sepatu hilang tinggal beli saja. Tetapi saya tidak bisa begitu, ada yang mengganggu di hati saya. Saya berdoa: Tuhan, mengapa sepatuku hilang? Saya masih menyalahkan Tuhan: Mengapa Engkau tidak kirim malaikat, dudukilah sepatuku. Kalau malas menduduki, ya diinjak begitu lho, Tuhan. Malaikat dengan pedang terhunus.

  Tiba-tiba Tuhan berkata: Perpuluhan punya siapa, nak? Saya terkejut: Tidak ada kaitannya dengan sepatu hilang.

  Dia bertanya: Perpuluhan punya siapa, nak? Saya bilang: Ya, milik-Mu. Tapi kan aku sudah ijin.

  Yang jawab siapa? tanya Tuhan. Ya aku sendiri, mewakili Engkau-lah Tuhan, jawab saya. Dia bilang: Kembalikan, kamu tidak punya hak, itu hak-Ku! Saya terkejut, bertobat dan menangis. Saya bilang: Tuhan, ampuni. Ampuni, Tuhan. Oke-lah, aku akan kembalikan. Ajaibnya saya masih ingat berapa hutang saya, coba kalau tidak ingat.

  Saya hitung ulang didapati sekian, lalu saya ambil dari sekian persembahan yang saya terima sampai hari itu. Saya kumpulkan, hampir semua habis. Saya bilang: Wah, habis ini. Pulang tidak bawa uang saya. Terus saya masukkan amplop, saya ikat dengan karet gelang, lalu saya hadapkan kepada Tuhan. Tuhan, ini milik-Mu. Aku salah, aku bertobat. Ini harus diberikan kepada siapa? Saya belum menjadi gembala sidang pada waktu itu.

  Tuhan berkata: Besok pagi, kamu berikan kepada hamba-Ku itu. Yang dimaksud adalah pendeta, pemilik rumah di mana saya menginap, yang mobilnya korslet. Berikan kepada dia, nak, dia butuh.

  Oke, jawab saya. Besoknya, pagi-pagi saya dijemput untuk pelayanan. Lalu, saya pinjam sepatunya pendeta itu, saya bilang: Tolong aku, pinjamkan sepatumu. Dia menunjukkan semua sepatunya, tapi sayang, hanya empat jari kaki saya yang masuk dan tidak ada yang muat. Ya, memang kakimu besar koq, komentarnya.

  Ya, memang ini kan jatahnya besar. Tidak ada yang muat. Sebenarnya saya malu pergi ke persekutuan. Saya pakai sandal jepit yang jelek, itu pun semua jari kaki saya keluar. Beruntungnya persekutuannya tidak duduk di kursi, tetapi di lantai jadi alas kaki dilepas. Saya bilang, Saya mau datang terlambat sedikita. Supaya tidak ada yang tahu, bahwa saya pakai sandal. Saya malu. Akhirnya, saya datang saat puji-pujian sudah dimulai.

  Setelah selesai khotbah saya pamit lebih dulu, saya bilang: Maaf ya, saya ada urusan. Urusan apa? Ya, urusan agak malu itu. Saya pamit keluar, pakai sandal dan langsung masuk ke dalam mobil untuk pulang.

  Sampai di rumah, pendeta ini juga sudah pulang dari pelayanan, karena dia juga ada pelayanan di tempat lain. Duduklah saya di ruang tamunya, menghadap ke luar, sedangkan dia membelakangi pintu. Jadi saya bisa melihat ke halaman luar. Saya panggil dia dan berkata: Pak, saya mau cerita sesuatu. Aku ini salah dengan Tuhan ternyata. Sebetulnya selama sekian waktu ini perpuluhan saya sikat. Aku punya kebutuhan soalnya, mau nikah tidak punya uang. Aku masih butuh macam-macam, jadi aku sikat perpuluhan. Aku masih perlu furniture, meja-kursi tamu. Karena ruang tamu kalau tidak ada meja-kursi kan repot. Seharusnya aku mau pakai untuk beli ini, tetapi tadi malam Tuhan tegor aku. Saya bicara terus terang. Kamu doakan saya, ya, aku mau bertobat. Dia mendoakan saya. Sesudah itu, saya kelurakan amplop, dan saya bilang: Tadi malam aku berdoa dan tanya kepada Tuhan. Aku harus kembalikan yang selama ini aku ambil dari Dia. Dan Tuhan berkata suruh serahkan kepada kamu. Tuhan bilang begini kepada saya: Kamu kan tinggal di rumahnya dan diberi makan. Karena salah satu tujuan perpuluhan supaya ada persediaan makanan jasmani dan rohani di tempat kamu makan. Dan Tuhan berkata ini harus aku serahkan. Tolong, ini diterima.

  Dia tidak mau menerimanya. Dia berkata: Oh, tidak, tidak, tidak. Kamu pakai saja. Kamu kan mau menikah, pasti kebutuhannya banyak.

  Aku tahu, ini bukan punyaku, koq, saya menjelaskan. Oh, tidak, tidak, tidak. Dia sungkan, saya ngotot. Saya taruh di atas meja dan tidak saya sentuh lagi. Kemudian kami sharing. Ya, kita ini hamba Tuhan. Seringkali kita juga ini tidak benar. Begini, begini. Hari itu, kami saling mengaku dosa.

  Makanya diterima, kata saya. Tidak, tidak tidak. Sungkan aku, sungkan, katanya dengan mantap. Dia sedang dalam pergumulan. Apa pergumulannya itu, dia tidak mengaku. Kurang lebih satu jam, amplop berisi uang yang saya taruh di atas meja tidak disentuh oleh dia. Tiba-tiba saya lihat, ada orang masuk ke halaman rumahnya sendang membuka pagar. Orang itu membawa tas kresek, bentuk isinya agak panjang. Orang itu saya tidak kenal. Saya berteriak: Puji Tuhan, sepatu baru datang. Kemudian, pendeta, teman saya ini bilang: Kamu ini stress ya. Wah, cirinya orang mau menikah stress seperti ini.

  Lho, stress bagaimana? komentar saya. Koq teriak-teriak sepatu datang, katanya. Sungguh, sepatu datang, kata saya mantap. Ckckck, kamu ini ya, jangan macam-macam. Ketika masih berbicara seperti itu pintu diketok. Setelah dipersilahkan masuk, tamu tersebut berkata: Ya, saya disuruh sama Ibu itu, Dia bukan orang dari kota di mana saya kehilangan sepatu. Rupanya ada seorang ibu yang disuruh oleh Tuhan karena dia mendengar suara: Belikan Petrus Agung sepatu baru. Pendeta ini langsung menoleh kepada saya: Sungguh! Sepatumu sungguh datang. Tetapi saya agak lemas, dalam hati saya berkata: Ya, mungkin yang dibawa ini bukan ukuran saya. Tetapi kalau ini dari Tuhan, Dia mengerti ukuran kakiku, karena Dia yang mencipatakan saya. Cetakan kaki saya di Sorga masih ada file-nya.

  Orang itu bilang: Pak, maaf ibu ini disuruh Tuhan tadi ke mall karena dapat suara, disuruh membelikan bapak sepatu. Sekarang saya disuruh mengantarkan sepatu itu, pak.

  Oh ya, saya coba, saya coba. Saya masukkan kaki saya, dan pas! Wuih, ajaib! Bisa persis ukuran kaki saya. Setelah itu dia segera pamit. Kemudian saya berkata kepada pendeta: Sungguh kan? Bertobat, sepatuku diberikan yang baru.

  Oh, kalau begitu ini buat aku ya. Dia ambil amplop berisi uang dia tas meja sambil berkata: Haleluya! Dari tadi aku sudah bilang kan, jawab saya.

  Aku sungkan . Terus dia menangis dan berkata: Begini, saya ceritakan. Sebetulnya aku sudah tidak punya uang. Siang ini, mau memberi kamu makan saja, saya tidak tahu. Lho, koq kamu tidak mau terima? tanya saya. Aku sungkan. Karena kita ini sama-sama miskin. Saya tolak dalam nama Tuhan Yesus sekarang. Maksudmu apa koq sama-sama miskin? Aku, ya kurang, kamu, ya kurang. Bahkan untuk memberi kamu makan siang saja aku tidak ada lho. Kamu akan aku ajak doa puasa saja siang ini.

  Lha, sekarang kamu memberi saya makan atau tidak? tanya saya.

  Ya, kalau begitu kita ke restoran, katanya. Ya, tidak usah. Saya bilang. Gorengkan telor saja. Selesai persoalan. Saya pulang ke Semarang, sampai rumah diberitahu sudah ada yang menyumbang sofa untuk ruang tamu kami. Sejak itu tidak pernah saya bilang: Tak hutang dulu perpuluhannya, ya.

  Tuhan mengajari saya: Nak, itu kamu menyambar sesuatu yang penting dalam hidupmu. Ini bukan urusan aturan. Aku suka sekali dengan reaksi Abraham. Biar semua orang beriman keturunan Abraham melakukan yang sama. Seperti seorang yang menyambar perjanjian Tuhan! Yang kita kembalikan itu sacral, kudus di hadapan Tuhan.

  

Berkatalah raja Sodom itu kepada Abram: "Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah

untukmu harta benda itu." Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: "Aku bersumpah demi

TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari

kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasutpun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata:

  

Aku telah membuat Abram menjadi kaya. Kalau aku, jangan sekali-kali! Hanya apa yang telah

dimakan oleh bujang-bujang ini dan juga bagian orang-orang yang pergi bersama-sama dengan aku,

yakni Aner, Eskol dan Mamre, biarlah mereka itu mengambil bagiannya masing-masing."

Kejadian 14:21-24

  Raja Sodom datang membawa kekayaan, dia berkata: Orang-orangnya, rakyatnya kembalikan kepadaku, harta benda kamu boleh ambil. Tetapi ingat, Abraham punya reaksi cerdas yang lain. Dia berkata: Tidak, aku telah bersumpah. Dalam terjemahan lain ditulis: Aku telah mengangkat tanganku di hadapan Allah Tuhan, El Elyon, Allah Yang Maha Tinggi. Aku tidak akan mengambil apa- apa dari kamu supaya kamu jangan pernah bisa berkata aku kayak arena engkau. Berarti Abraham ingin berkata: Yang membuat aku kaya adalah El Elyon. Warisan dan jatah tanah yang bagi Dia, kekayaan, yang mengamankan dan mematoknya adalah El Elyon. Engkau berikan hartamu, dia bilang: Sorry ya, aku tidak butuh itu. Jangan sampai kamu mengklaim aku kaya karena engkau.

  Saya menemukan ada kemiripan antara kata sepuluh dengan kata kaya. Dalam terjemahan Ibrani kata sepuluh dan kaya itu ada kemiripan. Dan inilah minimal kesamaannya. Kata sepuluh untuk orang Yahudi artinya sangat banyak, amat sangat banyak. Jadi bukan sepuluh dalam satu, dua, tiga sampai sepuluh, tidak! Kata sepuluh mengekspresikan sesuatu yang amat sangat banyak. Sehingga membuatnya kemiripan dengan kata kaya. Kalau kita memiliki amat sangat banyak, dapat dikatakan, kita kaya.

  

El Elyon yang menjamin tanah Kanaan kita, dan anak cucu kita. Sambar dengan sesuatu yang profetik.

  Dia memberi memang hanya sepersepuluh, tetapi untuk Tuhan dan Dia berkata: Nak, dengan sepersepuluh yang engkau beri, yang minimal itu adalah hak-Ku dan itu kudus, maka kamu akan kaya, Nak. Ketika membaca dan mempelajari hal ini saya berkata: Sekarang saya tahu, mengapa setan perang mati-matian untuk menghalangi kita melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan. Sebab di balik semuanya ini iblis tidak mau jaminan Kanaan kita tetap kita pegang sampai kapan pun.

KELIMPAHAN

  

Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran. Saudaraku yang kekasih,

aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti

jiwamu baik-baik saja. Sebab aku sangat bersukacita, ketika beberapa saudara datang dan memberi

kesaksian tentang hidupmu dalam kebenaran, sebab memang engkau hidup dalam kebenaran.

  

Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam

kebenaran.Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau

berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing. Mereka

telah memberi kesaksian di hadapan jemaat tentang kasihmu. Baik benar perbuatanmu, jikalau

engkau menolong mereka dalam perjalanan mereka, dengan suatu cara yang berkenan kepada

Allah. Sebab karena nama-Nya mereka telah berangkat dengan tidak menerima sesuatupun dari

orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kita wajib menerima orang-orang yang demikian, supaya

kita boleh mengambil bagian dalam pekerjaan mereka untuk kebenaran.

  3 Yohanes 1:1-8

  Kitab 3 Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes dan pertama-tama ditunjukan kepada orang yang bernama Gayus. Kalau kita membaca bagian pertama tulisan rasul yang ajaib ini, kita mengerti bahwa ini merupakan sebuah ucapan terima kasih Rasul Yohanes yang ditujukan kepada seorang yang bernama Gayus.

  Gayus adalah orang yang hidupnya diberkati Tuhan. Dia seorang yang kaya raya. Suatu hari ada serombongan pengajar firman singgah di kota, di mana Gayus tinggal. Gayus tidak mengenal secara pribadi orang-orang ini, tetapi rupanya mereka adalah sahabat-sahabat Rasul Yohanes. Hari itu Gayus bertemu dengan mereka yang memberitakan Injil, maka Gayus menerima mereka. Bukan hanya menerima mereka, ia pun memberikan persembahan, menolong mereka dengan keuangan, memberi sesuatu supaya dapat melanjutkan tugas dan menyelesaikan pekerjaan mereka.

  Rupanya para pemberita Injil ini, pada waktu mereka pulang, mereka melapor kepada Yohanes tadi. Mereka berkata kepada rasul Tuhan ini: Selama di jalan Tuhan menyertai kami. Ketika kami tiba di sebuah kota, kami tidak mengenal siapa pun, tetapi ada orang-orang percaya di situ. Kami diterima oleh orang kaya yang bernama Gayus. Kami diberi kesempatan memberitakan Injil, dan hidup kami juga diberkati. Gayus memberkati kami dengan semua yang kami butuhkan, sehingga kami dapat menuntaskan tugas kami sampai kami kembali kepadamu, hari ini.

  Dan rasul ini berkata: Oh, kalau Gayus aku kenal. Itu orang memang luar biasa. Dia bertanya: Bagaimana kabarnya?

  Lalu kata mereka: Wah, Gayus hidup dalam kebenaran. Dan mereka menceritakan apa yang Gayus lakukan bagi mereka selama mereka melayani di kotanya. Kemudian rasul ini menulis surat ini. Tentu saja, dia digerakkan oleh Roh Tuhan, sehingga dia menulis apa yang kita baca tadi. Minimal, hal itu merupakan bagian pertama, bagaimana rasul ini mengucapkan terima kasihnya kepada Gayus.

  Sekarang kita mengerti, hanya karena Gayus menolong orang-orang yang sedang bergerak memberitakan Injil, Yohanes menuliskan surat yang pendek ini, yang ternyata terdapat begitu banyak kekayaan sorgawi yang luar biasa. Apabila kita bisa menangkap dengan iman kita, hidup kita akan berubah, cara kita melihat kebenaran Firman Tuhan, cara kita bertindak dalam kebenaran akan berubah dengan cara Tuhan yang luar biasa. Kita akan melihatnya bagian demi bagian. Kalau kita bisa menangkap dengan luar biasa akan membawa kita kepada pengertian yang ajaib sekali.

  

Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran.

  3 Yohanes 1:1

  Nama Gayus berarti tuan. Kalau kita membaca teks aslinya, kata terkasih artinya seseorang yang paling menjadi favorit dalam hidup kita. Seorang Rasul kasih bernama Yohanes menuliskan surat kepada Gayus dan dia menyebut Gayus adalah favoritnya. Apa yang membuat Gayus menjadi favorit di mata Rasul Yohanes? Dia berkata: Kepada Gayus yang favorit, yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran. Kemudian, inilah sebuah doa yang menurut saya merupakan doa yang luar biasa. Dia berkata: Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, aku berharap sungguh, aku dalam doaku berharap sungguh, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu sama seperti jiwamu baik-baik saja.

  Dalam Alkitab berbahasa Inggris versi King James ditulis: Beloved, I wish above all things, that thou

  may prosper and be in health. (Yang dikasihi, aku berharap di atas semua yang lain, kiranya engkau

  dalam keadaan berkelimpahan dan di dalam keadaan sehat) as thy soul prospered (sebagaimana jiwamu juga berkelimpahan). Aneh sekali, tadinya saya berpikir doa yang paling utama yang diajukan Yohanes adalah hendaklah engkau penuh dengan kasih, karen semua orang mengatakan Yohanes adalah Rasul Kasih. Tetapi hari itu dia menulis surat dalam tuntunan Roh Kudus, dia berkata: Gayus, engkau favoritku dan kekasihku. Inilah doaku di atas semua doa yang lain yang pernah aku sampaikan kepadamu. Kiranya engkau berkelimpahan dan dalam keadaan sehat sebagaimana jiwamu berkelimpahan. Mari kita mendalami kata kelimpahan. Seringkali, ketika kita mendengar kata kelimpahan kita berpikir setumpuk uang yang banyak di depan kita atau puluhan, ratusan kilogram emas dalam pelukan kita. Mendengar kata kelimpahan kita cenderung mengasosiasikannya dengan segala sesuatu yang sifatnya materi. Materi hanyalah akibat. Kelimpahan tidak identik dengan punya uang banyak, karena kelimpahan yang berupa materi adalah akibat dari apa boleh buat muncul dengan sendirinya. Sebab kelimpahan yang Tuhan berikan kepada kita lebih dari sekedar harta yang banyak. Kekayaan harta benda hanya akibat sampingan, istilah saya apa boleh buat - aku melakukan ini, akibatnya seperti ini, harta benda. Aku mengerjakan yang Tuhan inginkan dan begini hasilnya, aku berkelimpahan seperti ini. Jadi, kelimpahan hanya sebagai sebuah akibat. Di Amerika, tiap tahun mereka mengadakan lotere, yang hadiahnya mencapai ratusan milyar rupiah. Yang mendapat lotere mendadak jadi milyader. Setelah disurvei, hampir semua orang yang mendapat lotere, dalam waktu satu tahun, maksimal dua tahun, sejak terima hadiah lotere tersebut, maka satu atau dua tahun kemudian didapati lebih miskin dibandingkan sebelum mendapat lotere. Jadi, kalau Tuhan sekedar ingin membagi-bagi uang kepada kita, dalam waktu singkat yang kita miliki tidak akan kekal, malah ujungnya dapat membuat kita menjadi lebih miskin.

  Contoh lainnya. Kalau kita bicara kelimpahan, kita bicara sebagai anak Tuhan yang rohani, bukan sebagai anak Tuhan yang tamak akan harta jasmani. Orang berkata: Pak, kalau aku diberkati, artinya aku dapat barang atau apa pun yang namanya kekayaan, aku akan bahagia. Belum tentu! Tidak semua harta menjadikan kita lebih kaya, apalagi bahagia. Ada harta yang membuat anda lebih menderita dan bahkan lebih miskin. Sebuah kisah nyata tentang dua orang kakak beradik. Kakaknya hidup sederhana sekali, adiknya hidup diberkati. Adiknya kerja dan berhasil, uangnya banyak. Kakaknya menderita, kerja keras, hasil tidak banyak. Suatu hari si adik bertamu ke rumah kakaknya. Tanpa diketahui oleh kakaknya, adiknya mencuri dengar doa sang kakak.

  Dia datang, ingin melihat keadaan keluarga kakaknya. Kakaknya tidak punya mobil, tinggal di gang yang kecil. Kakaknya naik sepeda motor dengan tiga orang anak dan seorang isteri. Kalau pergi ke mana-mana naik motor berlima. Seperti itulah hidup kakaknya, pas-pasan dan kendaraannya hanya sepeda motor.

  Rupanya sore itu keluarga kakaknya sedang berkumpul. Anak-anak dan isteri mengatakan kepadanya: Kalau kita punya mobil asyik, ya? Lalu mereka berdoa. Waktu berdoa, pintu kamar tidak ditutup. Jadi, waktu masuk ke dalam rumah, si adik kaget, karena dia mendengar ada suara orang teriak-teriak. Rupanya kakaknya sedang berdoa dan diaminkan oleh anggota keluarganya. Teriakannya begini: Tuhan, beri kami mobil, kalau hujan kami kehujanan, kalau panas kami kepanasan. Tuhan, Engkau mengerti kebutuhan kami. Tolong Tuhan, Engkau mengerti Tuhan. Tolong Tuhan, kami perlu mobil. Si adik yang mendengar, hatinya terenyuh. Kakakku koq sampai begini, ya. Hatinya tergerak oleh belas kasihan dan dia berkata: Baiklah aku belikan kakakku sebuah mobil. Dan akhirnya dia pergi diam-diam, besoknya dia cari mobil di showroom. Dia tidak punya cukup uang untuk membeli mobil baru, maka dia cari mobil bekas yang masih baik dan dia antar ke rumah kakaknya. Masuk gang saja susah sekali, karena gangnya sempit. Dan ketika mobilnya diparkir di depan rumah, kakaknya berkata: Adik, mengapa koq parkir di sini? Nanti orang lewat tidak bisa lho.

  Dia berkata: Ya, karena aku ada keperluan.

  Ini mobilmu baru lagi, ya? Wah, kamu diberkati Tuhan, ya. Bisa punya mobil beberapa. Aku ini lho, kerja keras hanya punya sepeda motor. Lalu adiknya berkata begini: Kakak, aku ini ingin memberkati. Mobil ini aku berikan kepadamu. Kakaknya shock hampir pingsan. Mobilku? Isterinya keluar: Apa-apa? Mobil datang, mah, doa kita didengar Tuhan. Kata kakaknya.

  Dalam hati, adiknya berkata: Sebetulnya selain Tuhan, aku juga mendengar. Tetapi dia tidak katakan. Kunci mobil, BPKB dan STNK diserahkan, dia berkata: Sudah, ya. Aku pulang, aku hanya mau antar mobil ini. Apa yang terjadi? Sekarang sang kakak punya mobil. Luar biasa.

  Tiga bulan kemudian, suatu pagi kakaknya gantian berkunjung ke rumah adiknya. Tetapi kali ini aneh, kakaknya naik mobil dengan tiga anaknya, isterinya menyusul di belakang dengan sepeda motor. Adiknya bertanya: Ada apa? Mengapa tidak naik mobil? Kakaknya berkata: Dik, aku kembalikan mobilnya. Sejak aku punya mobil, aku tambah susah dan melarat hidupku.

  Lho, koq bisa? tanya adiknya. Bensin motor dan mobil beda. Dulu tiap kali isi bensin sampai full dan luber, cuma beberapa ribu sudah cukup. Jatah dua, tiga bulan untuk motor, untuk mobil seminggu habis. Memang enak, nyaman, tapi dompetku ludes. Tidak ada orang yang memungkiri, bahwa diberi mobil adalah berkat. Tetapi, kita harus mengerti, kalau kita membayangkan kelimpahan sama dengan berkat materi saja, jangan-jangan malah masalah. Tetapi apa yang Tuhan ingin berikan untuk kita? Saya pelajari kata berkelimpahan , saya menjumpai minimal ada empat pengertian dari kata limpah di sini. Saya tunjukkan satu persatu.

  Pertama adalah apa arti kelimpahan? Ternyata bukan berarti memiliki uang banyak, bukan. Kata limpah artinya to help on the road . Jadi sebuah pertolongan untuk melakukan sebuah perjalanan.

  Hidup kita adalah suatu perjalanan. Paulus mengatakan: Aku telah mencapai garis akhir. Dia sudah berlari begitu rupa dan ujungnya dia mencapai garis akhir. Berlari adalah sebuah perjalanan. Kelimpahan Tuhan berikan untuk menolong kita menyelesaikan perjalanan sampai garis akhir. Saya seorang gembala. Gereja yang saya gembalakan berada di Semarang, namanya Injil Kerajaan. Suatu hari Tuhan berkata: Genapi akan destiny-mu! Genapi rencana-Ku dalam hidupmu. Injil kerajaan akan diberitakan di seluruh dunia. Baru tiba kesudahannya. Maka bagian dari destiny saya, bagian dari penugasan saya, bagian dari perjalanan saya, mencapai garis akhir bersama dengan jemaat adalah saya harus kirim jemaat ke seluruh dunia. Menggelar Karpet Merah. Maka saya membutuhkan kelimpahan dalam Tuhan. Saya sungguh butuh sebuah kelimpahan, prosperity yang real dari Tuhan, bukan sekedar membuat sepuluh jari saya penuh dengan cincin berlian. Bukan sekedar saya berpakaian lebih bagus. Bukan sekedar saya ganti mobil setiap tiga bulan. Bukan! Kelimpahan yang Tuhan berikan untuk saya, Dia tahu, bahwa saya tahu. Dia juga idak mempermasalahkan, kalau saya menikmati sebagian dari itu. Saluran air selalu basah, tetapi tujuannya bukan sekedar membuat saya hidup bergelimang dengan harta dan bermewah-mewah. Kelimpahan yang Tuhan berikan dalam gereja kami dan kehidupan kami, adalah untuk menolong kami dapat melanjutkan perjalanan sampai mencapai destiny yang Tuhan tetapkan bagi kami. Tahukan anda, bahwa mengirim orang ke seluruh dunia membutuhkan dana milyaran rupiah? Kalau tidak ada kelimpahan dari Tuhan, saya pikir perjalanan mengirim orang ke seluruh dunia akan tersendat-sendat dan mungkin tidak akan tercapai, seperti yang Tuhan kehendaki. Kelimpahan adalah sebuah pertolongan untuk perjalanan kehidupan kita. Salah satu alasan mengapa Tuhan memberkati kita adalah karena kita bersedia menempuh perjalanan sejauh apa pun bersama dengan Yesus. Untuk melakukan apa pun yang Dia perintahkan untuk kita kerjakan. Sampai di sini, sebetulnya kita dapat mengerti, bahwa Tuhan suka memberkati kita, karena kelimpahan artinya sebuah pertolongan untuk perjalanan kita. Pak, saya tidak ke mana-mana. Saya tidak mengerjakan apa pun untuk Tuhan. Dia berkata: Kalau kamu tidak melakukan perjalanan, itulah salah satu sebab berkat yang Aku berikan kepadamu, hilang. Dan untuk apa engkau berdoa teriak-teriak meminta kelimpahan. Kalau sekedar membuat kita menjadi mata duitan dan akhirnya hidup dalam keduniawian. Itulah sebabnya doa Rasul Yohanes berkata: I wish above all things. Dia berkata: Aku berdoa di atas semua yang lain, kiranya engkau berkelimpahan. Kiranya engkau mendapatkan pertolongan dalam perjalananmu sendiri, ya, Gayus. Sebagaimana engkau juga menolong saudara-saudaramu ketika mereka sedang berjalan melakukan penginjilan sampai ke kotamu dan bahkan lebih jauh dari itu. Kelimpahan artinya Tuhan memberikan kepada kita bekal yang cukup untuk mencapai panggilan kita. Kalau kita seorang hamba Tuhan dan Tuhan berkata: Nak, bangun 30 gereja. Jangan pernah pikir tentang uangnya, kita pasti berkelimpahan. Karena Tuhan tahu kebutuhan itu. Itu bekal kita menyelesaikan 30 gereja selama kita hidup. Tetapi kalau kita diam dan tidak menangkap hati Tuhan, dan tidak melakukan apa yang Tuhan suka, apa alasan Tuhan membekali kita? Seorang anak, setiap pagi hendak berangkat ke sekolah berkata: Mamah, minta bekal. Minta uang saku, mamah. Dan kemudian uang saku diberikan. Tetapi sekali waktu anak itu membolos, lalu dia bilang: Mamah, aku membolos hari ini. Uang saku, mamah. Aku kantongi saja, nak, tidak usah buat kamu. Sebab uang itu bukan untuk sekedar supaya kita punya uang, tetapi untuk membekali kita menuntaskan tugas kita hari itu. Kalau kita mengerjakan yang Tuhan perintahkan, keuangan akan Tuhan supply sampai tugas kita selesai, mencapai garis akhir. Itulah doa rasul Yohanes.

  Kedua, kata kelimpahan artinya: To lead by a direct and easy way. Dipimpin kepada jalan yang langsung dan mudah. Pasti ada jalannya.

  Ini bedanya kalau mengalami kutuk seperti Kain atau seperti Adam. Adam dikatakan dengan berpeluh engkau mencari rejekimu. Tetapi ketika berkat Tuhan turun, prosperity-Nya turun dalam hidup kita. Tiba-tiba, kita dipimpin dengan cara yang berbeda. Ada jalan yang langsung, tidak berbelok-belok, tidak berputar-putar, dan mudah. Mudah karena anugerah, tetapi tetap ada bagian yang harus kita kerjakan. Apa bedanya orang dunia dengan kita? Orang dunia bekerja keras. Mereka menggenapi hukum alam. Mereka diberkati dengan cara demikian. Kita tetap harus bekerja, tetapi berkat Tuhan membuat kelimpahan itu datang. Kelimpahan Tuhan tidak akan menggantikan tanggungjawab kita. Tetapi kelimpahan yang Dia berikan memimpin kita kepada jalan yang direct dan mudah.

  Saya berdoa dalam kehidupan ini kita mengerti, bagaimana pun ada bagian yang harus kita kerjakan, tetapi anugerah-Nya itu luar biasa. Saya teringat cerita bertahun-tahun yang lalu. Ada seorang pendeta dari Inggris, disuruh Tuhan pergi ke Indonesia. Lalu, dia menghubungi temannya di Jakarta. Temannya bilang: Kamu ke Jakarta-lah, nanti aku jemput.

  Dia jawab: Aku tidak punya uang, lho. Tiket saya hanya sampai Jakarta. Temannya bilang: Datang saja. Orang Indonesia dikenal dengan murah hati. Terbanglah pendeta ini dari Inggris ke Jakarta dan dijemput temannya. Beberapa hari dia tidak ada pelayanan, hanya tinggal di rumah temannya saja. Suatu pagi Tuhan berkata: Nak, apakah kamu punya uang? Hampir tidak ada, Tuhan. Hanya uang receh Indonesia yang aku punya, jawabnya.

  Tuhan berkata: Kamu harus khotbah di kota Surabaya. Dia bilang: Tuhan, aku tidak punya tiket untuk ke sana.

  Aku tidak Tanya engkau punya tiket atau tidak. Aku hanya minta engkau terbang ke Surabaya, kata Tuhan. Kemudian, dia menelpon temannya, yang di Surabaya: Aku disuruh Tuhan terbang ke Surabaya. Temannya berkata: Kebetulan hari ini kami ada kebaktian yang khotbah belum ada. Silahkan terbang ke Surabaya. Lalu dia bilang: Oke aku akan ke Surabaya. Temannya yang di Jakarta berkata: Maaf, aku tidak bisa antar kamu.