Perencanaan dan Penganggaran Pemda PERTEMUAN VII Dr Rilla Gantino, SE., AK., MM Akt-FEB

  Perencanaan dan Penganggaran Pemda PERTEMUAN VII Dr Rilla Gantino, SE., AK., MM Akt-FEB

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

  • Mahasiswa memahami konsep Perencanaan dan penganggaran di lingkup Pemerintah Daerah

  PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Perencanaan K K Pelaksanaan Penatausahaan eu eu Pelaporan d d Pertanggungjawaban a a Pengawasan .

  Pasal 1 PP 58/2005 (6) Pasal 1 PP 58/2005 (6)

  Alur Perencanaan dan Penganggaran P Pedoman Pedoman Renja - Renstra

  Rincian RKA-KL KL APBN em KL

  P u er Pedoman Diacu sa in t Dijabar ta Pedoman Pedoman kan h RPJP RPJM

  RAPBN RKP APBN Nasional Nasional Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang

  Pedoman Pedoman P RPJP RPJM Dijabar RKP RAPBD APBD Daerah Daerah Daerah kan em D ae

  Pedoman Diacu er in ra h ta

  Pedoman Pedoman Renstra Renja - RKA - Rincian h SKPD

APBD SKPD SKPD UU SPPN UU KN

  Struktur APBD

APBD

  Pendapatan Daerah Belanja Daerah Pembiayaan Daerah Penerimaan

  • PAD
  • Klasifikasi belanja

  Pembiayaan menurut organisasi

  • Dana Perimbangan

  Pengeluaran

  • Klasifikasi belanja
  • Lain-lain

  Pembiayaan menurut fungsi pendapatan daerah yang sah

  • Klasifikasi belanja

  

menurut program

dan kegiatan

  • Klasifikasi belanja

  menurut jenis belanja

PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

  JANUARI - APRIL MEI - AGUSTUS SEPTEMBER - DESEMBER Musrenbang Indikatif Tahunan RPJMD/Dokumen Perencanaan Daerah yg disepakati SE Prioritas Program & indikasi pagu Rancangan Awal Kerangka Ekonomi Daerah Rencana Kerja Pemerintah Daerah Pemutakhiran Data & Proyeksi Ekonomi & Fiskal RENSTRA SKPD RENJA SKPD SE/Pedoman Mendagri Pembahasan Rancangan KUA & PPAS Nota Kesepakatan KUA, Prioritas dan Plafon Rancangan KUA & PPAS Pedoman Penyusunan RKASKPD, KUA, Prioritas dan Plafon RKA SKPD Evaluasi Mendagri/ Gubernur Pembahasan RAPBD Raperda ttg APBD Ra PerKDH ttg Penjab APBD RAPBD dan Lampiran Lampiran RAPBD (Himpunan RKA- SKPD) Pembahasan Tim Anggaran Pemda Perda ttg APBD PerKDH ttg Penjab APBD Pembahasan Tim Anggaran Pemda Pengesahan Draft DPASKPD DPASKPD

SINKRONISASI PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

  

(UU 17/2003, UU 25/2004 UU 32/2004, UU 33/2004)

RPJM RPJMD RPJM

  

RPJMD

5 tahun Dibahas Renstra Renstra bersama SKPD SKPD

  DPRD 5 tahun 1 tahun Renja Renja

RKPD

RKPD RKP RKP SKPD SKPD

  1 tahun

KUA PPAS

KUA PPAS

NOTA KESEPAKATAN

NOTA KESEPAKATAN

PIMPINAN DPRD DGN

PIMPINAN DPRD DGN

KDH

KDH

PEDOMAN

PEDOMAN

RKA-SKPD RKA-SKPD PENYUSUNAN PENYUSUNAN

  

RKA-SKPD

RKA-SKPD

  

Tim

Tim

  

Anggaran Pemda

Anggaran Pemda

  

RAPERDA

RAPERDA

  Kebijakan Umum APBD (KUA)

dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan,

belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya

untuk periode 1 (satu) tahun

adalah

  

Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum

APBD berpedoman pada pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh

Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

  

Kepala daerah menyampaikan rancangan kebijakan umum APBD tahun

anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD

selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan.

  

Rancangan kebijakan Umum APBD yang telah dibahas kepala daerah

bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluaan RAPBD selanjutnya

disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD.

  Penyusunan KUA Rancangan Kebijakan Umum APBD Kepala Daerah DPRD menyusun selambat-lambatnya pertengahan Juni th anggaran berjalan dibahas bersama dalam pembicaraan pendahuluaan RAPBD menyampaikan kepada

  Pedoman Penyusunan APBD Mendagri ditetapkan Setiap tahun berpedoman pada

  R K P D berdasarkan

  Kebijakan Umum APBD disepakati menjadi

ISI RANCANGAN KUA

  • Memuat target Pencapaian Kinerja yang terukur dari program-program yang akan dilaksanakan oleh Pemda untuk setiap urusan pemerintahan daerah.
  • Disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
  • Program-program dimaksud diselaraskan dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan pemerintah.
  • Asumsi yang mendasarinya mempertimbangkan

  perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok- pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan pemerintah.

  Siapa Penyusun KUA 

  Rancangan KUA Disusun oleh Kepala

Daerah dibantu oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekretaris daerah. Proses penyusunan KUA 

  Rancangan KUA yang telah disusun disampaikan Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola keuangan

daerah kepada Kepala Daerah paling lambat awal Bulan

Juni.

  

Rancangan KUA Disampaikan Kepala Daerah Kepada

DPRD paling lambat pertengahan Bulan Juni Tahun Anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

  

Rancangan KUA yang telah dibahas disepakati menjadi

KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan.

FORMAT KUA I.

  PENDAHULUAN II. GAMBARAN UMUM RKPD III. KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN

  IMPLIKASINYA TERHADAP SUMBER PENDANAAN IV. PENUTUP

  Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) program prioritas dan patokan batas maksimum anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan

  RKA-SKPD adalah

  Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) berdasarkan

  Kebijakan Umum APBD membahas

  Pemerintah DPRD Daerah paling lambat

  Rancangan minggu ke2 Juli

  Langkah-langkah PPAS tahun anggaran pembahasan PPAS sebelumnya

  Sementara 1. menentukan skala prioritas dalam urusan disepakati wajib & urusan pilihan menjadi program prioritas dan patokan 2. menentukan urutan program dalam masing- batas maksimum anggaran masing urusan yang diberikan kepada SKPD PPAS 3. menyusun plafon untuk setiap program sebagai anggaran sementara utk acuan dalam penyusunan RKA-SKPD masing-masing program Proses Penyusunan PPAS 

  Rancangan PPAS disusun berdasarkan KUA yang telah disepakati.

  

Kepala daerah menyampaikan Rancangan

PPAS kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan.

   Pembahasan dilakukan TAPD bersama Panitia Anggaran.

  

Rancangan PPAS disepakati menjadi PPA

paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

FORMAT PPAS I.

  PROYEKSI PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

  IV. PRIORITAS PROGRAM DAN PLAFON ANGGARAN V. PLAFON ANGGARAN MENURUT ORGANISASI VI. PENUTUP

  

Hubungan KUA dan PPAS

  1. Pendahuluan

  2. Kebijakan umum APBD

  1. Pendahuluan

  3. Proyeksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan

  2. Gambaran umum RKPD daerah

  4. Prioritas program & plafon

  3. Kerangka ekonomi makro anggaran dan implikasinya terhadap

  5. Plafon anggaran menurut sumber pendanaan SKPD 6. penutup

  4. Penutup

FUNGSI APBD FUNGSI APBD FUNGSI APBD FUNGSI APBD

  Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi dasar mengandung arti bahwa APBD menjadi dasar

untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang

bersangkutan. bersangkutan.

  Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi alat untuk mengandung arti bahwa APBD menjadi alat untuk

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian daerah. perekonomian daerah.

   Fungsi stabilisasi

  Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan APBD harus mengandung arti bahwa kebijakan APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

   Fungsi distribusi

  Fungsi alokasi mengandung arti bahwa APBD harus diarahkan mengandung arti bahwa APBD harus diarahkan

untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan

untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan

pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efsiensi dan

pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efsiensi dan

efektivitas perekonomian. efektivitas perekonomian.

   Fungsi alokasi

  Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa APBD menjadi mengandung arti bahwa APBD menjadi

pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan

pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah

pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan. ditetapkan.

   Fungsi pengawasan

  Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa APBD menjadi mengandung arti bahwa APBD menjadi

pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada

pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada

tahun yang bersangkutan. tahun yang bersangkutan.

   Fungsi perencanaan

   Fungsi otorisasi

  Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi dasar mengandung arti bahwa APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. bersangkutan.

  Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa APBD menjadi alat untuk mengandung arti bahwa APBD menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah. perekonomian daerah.

   Fungsi stabilisasi

  Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan APBD harus mengandung arti bahwa kebijakan APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

   Fungsi distribusi

  Fungsi alokasi mengandung arti bahwa APBD harus diarahkan mengandung arti bahwa APBD harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efsiensi dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efsiensi dan efektivitas perekonomian. efektivitas perekonomian.

   Fungsi alokasi

  Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa APBD menjadi mengandung arti bahwa APBD menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. ditetapkan.

   Fungsi pengawasan

  Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa APBD menjadi mengandung arti bahwa APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. tahun yang bersangkutan.

   Fungsi perencanaan

   Fungsi otorisasi

  Prinsip-Prinsip Penganggaran Prinsip-Prinsip Penganggaran Prinsip-Prinsip Penganggaran

  Prinsip-Prinsip Penganggaran Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang

  Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD

  Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan

  Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan secara bruto dianggarkan secara bruto dianggarkan secara bruto dianggarkan secara bruto

  Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur

  Jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan per-UU- dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan per-UU- dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan per-UU- dan dpt dicapai serta berdasarkan ketentuan per-UU- an an an an

  Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan

  Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar hukum yang melandasinya hukum yang melandasinya hukum yang melandasinya hukum yang melandasinya

  Struktur APBD Struktur APBD Struktur APBD

  Struktur APBD

KEPMENDAGRI 29/2002 KEPMENDAGRI 29/2002 PERMENDAGRI 13/2006 PERMENDAGRI 13/2006

  Klasifkasi belanja menurut Klasifkasi belanja menurut bidang kewenangan bidang kewenangan pemerintahan daerah, pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek obyek dan rincian obyek belanja belanja

  Klasifkasi belanja menurut urusan Klasifkasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan kelompok, jenis, program, kegiatan kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja obyek dan rincian obyek belanja

  Pemisahan secara tegas Pemisahan secara tegas antara belanja aparatur & antara belanja aparatur & belanja pelayanan publik belanja pelayanan publik

  Pemisahan kebutuhan belanja antara Pemisahan kebutuhan belanja antara aparatur dengan pelayanan publik aparatur dengan pelayanan publik tercermin dalam program & kegiatan tercermin dalam program & kegiatan

  Pengelompokan BAU, BOP & Pengelompokan BAU, BOP & BM cenderung menimbulkan BM cenderung menimbulkan terjadinya tumpang tindih terjadinya tumpang tindih penganggaran penganggaran

  Belanja dikelompokkan dalam Belanja Belanja dikelompokkan dalam Belanja Langsung & Belanja Tidak Langsung Langsung & Belanja Tidak Langsung sehingga mendorong terciptanya sehingga mendorong terciptanya efsiensi mulai saat proses efsiensi mulai saat proses penganggaran penganggaran

  Menggabungkan antara jenis Menggabungkan antara jenis belanja sebagai input dan belanja sebagai input dan kegiatan dijadikan sebagai kegiatan dijadikan sebagai jenis belanja jenis belanja Restrukturisasi jenis-jenis belanja

  Restrukturisasi jenis-jenis belanja

STRUKTUR PENDAPATAN STRUKTUR PENDAPATAN STRUKTUR PENDAPATAN

  1. Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil 2.

  5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya

  4. Dana Penyesuaian & Dana OTSUS Dana Penyesuaian & Dana OTSUS 5.

  3. Dana Darurat Dana Darurat 4.

  2. Hibah Hibah 3.

  1. Bantuan Dana Bantuan Dana 2.

  5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 1.

  4. Dana Penyesuaian & Dana OTSUS Dana Penyesuaian & Dana OTSUS 5.

  3. Dana Darurat Dana Darurat 4.

  2. Hibah Hibah 3.

  1. Bantuan Dana Bantuan Dana 2.

  C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah : Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah : 1.

  C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah : Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah : C.

  3. Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus C.

  2. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum 3.

  A. Pendapatan Asli Daerah: Pendapatan Asli Daerah: A.

  A. Pendapatan Asli Daerah: Pendapatan Asli Daerah: 1.

  2. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum 3.

  1. Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil 2.

  B. Dana Perimbangan : Dana Perimbangan : 1.

  B. Dana Perimbangan : Dana Perimbangan : B.

  4. Lain-lain PAD yang sah Lain-lain PAD yang sah B.

  Dipisahkan Dipisahkan 4.

  3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

  2. Retribusi Derah Retribusi Derah 3.

  1. Pajak Daerah Pajak Daerah 2.

  4. Lain-lain PAD yang sah Lain-lain PAD yang sah 1.

  Dipisahkan Dipisahkan 4.

  3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

  2. Retribusi Derah Retribusi Derah 3.

  1. Pajak Daerah Pajak Daerah 2.

  3. Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus 1.

  Dasar pertimbangan Dasar pertimbangan Pengelompokan 9 Jenis Belanja Pengelompokan 9 Jenis Belanja Dasar pertimbangan Dasar pertimbangan Pengelompokan 9 Jenis Belanja Pengelompokan 9 Jenis Belanja

  Pasal 39 PP 58/2004 Pasal 39 PP 58/2004 menyatakan bahwa setiap jenis belanja yang menyatakan bahwa setiap jenis belanja yang dianggarkan harus memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan keluaran dianggarkan harus memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari program dan kegaitan yang dianggarkan, dan hasil yang diharapkan dari program dan kegaitan yang dianggarkan, termasuk efsiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut. termasuk efsiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.

  Mempertimbangkan ketentuan tersebut diatas, maka Belanja Daerah yang Mempertimbangkan ketentuan tersebut diatas, maka Belanja Daerah yang diklasifkasikan menurut jenis belanja dibagi kedalam kelompok diklasifkasikan menurut jenis belanja dibagi kedalam kelompok

  Belanja Belanja Tidak Langsung Tidak Langsung dan dan Belanja Langsung. Belanja Langsung.

  Jenis belanja yg tidak langsung dapat diukur dengan keluaran dan hasil Jenis belanja yg tidak langsung dapat diukur dengan keluaran dan hasil yang diharapkan yang diharapkan dari suatu program dan kegaitan dari suatu program dan kegaitan seperti seperti belanja belanja pegawai untuk membayar gaji dan tunjangan PNS, belanja bunga, pegawai untuk membayar gaji dan tunjangan PNS, belanja bunga, belanja subsidi belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi belanja subsidi belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga.

  Jenis belanja yang langsung dapat diukur dengan hasil dari suatu program Jenis belanja yang langsung dapat diukur dengan hasil dari suatu program dan kegaitan yang dianggarkan, dan kegaitan yang dianggarkan, termasuk efsiensi dalam pencapaian termasuk efsiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut yaitu belanja pegawai untuk membayar keluaran dan hasil tersebut yaitu belanja pegawai untuk membayar honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja modal. honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja modal.

  Pasal 39 PP 58/2004 Pasal 39 PP 58/2004 menyatakan bahwa setiap jenis belanja yang menyatakan bahwa setiap jenis belanja yang dianggarkan harus memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan keluaran dianggarkan harus memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan dari program dan kegaitan yang dianggarkan, dan hasil yang diharapkan dari program dan kegaitan yang dianggarkan, termasuk efsiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut. termasuk efsiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.

  Mempertimbangkan ketentuan tersebut diatas, maka Belanja Daerah yang Mempertimbangkan ketentuan tersebut diatas, maka Belanja Daerah yang diklasifkasikan menurut jenis belanja dibagi kedalam kelompok diklasifkasikan menurut jenis belanja dibagi kedalam kelompok

  Belanja Belanja Tidak Langsung Tidak Langsung dan dan Belanja Langsung. Belanja Langsung.

  Jenis belanja yg tidak langsung dapat diukur dengan keluaran dan hasil Jenis belanja yg tidak langsung dapat diukur dengan keluaran dan hasil yang diharapkan yang diharapkan dari suatu program dan kegaitan dari suatu program dan kegaitan seperti seperti belanja belanja pegawai untuk membayar gaji dan tunjangan PNS, belanja bunga, pegawai untuk membayar gaji dan tunjangan PNS, belanja bunga, belanja subsidi belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi belanja subsidi belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga.

  Jenis belanja yang langsung dapat diukur dengan hasil dari suatu program Jenis belanja yang langsung dapat diukur dengan hasil dari suatu program dan kegaitan yang dianggarkan, dan kegaitan yang dianggarkan, termasuk efsiensi dalam pencapaian termasuk efsiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut yaitu belanja pegawai untuk membayar keluaran dan hasil tersebut yaitu belanja pegawai untuk membayar honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja modal. honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja modal.

  Struktur Belanja Struktur Belanja Struktur Belanja

  Belanja Bagi Hasil & Bantuan Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keu Keu

   Belanja Modal

   Belanja Modal Belanja Modal

   Belanja Modal Belanja Modal

  Belanja Barang & Jasa Belanja Barang & Jasa

  Belanja Pegawai 

   Belanja Pegawai

  

Belanja Langsung Belanja Langsung Program … Program … Kegiatan … Kegiatan …

   Belanja Pemeliharaan Belanja Pemeliharaan

   Belanja Perjalanan Dinas Belanja Perjalanan Dinas

  Belanja Barang & Jasa Belanja Barang & Jasa

  Belanja Pegawai Belanja Pegawai 

  Belanja Operasi & Belanja Operasi & Pemeliharaan Pemeliharaan

  Belanja Tak Terduga 

   Belanja Tak Terduga

  Belanja Bantuan Sosial 

  Struktur Belanja KEPEMENDAGRI 29/2002 PERMENDAGRI 13/2006 APARATUR & PELAYANAN PUBLIK APARATUR & PELAYANAN PUBLIK

   Belanja Bantuan Sosial

  Belanja Hibah Belanja Hibah

  Belanja Subsidi 

   Belanja Subsidi

   Belanja Bunga Belanja Bunga

  Belanja Pegawai Belanja Pegawai

  Belanja Tidak Langsung Belanja Tidak Langsung

  Belanja Pemeliharaan

   Belanja Pemeliharaan

  Belanja Perjalanan Dinas Belanja Perjalanan Dinas

  Belanja Barang & Jasa Belanja Barang & Jasa 

  Belanja Pegawai 

   Belanja Pegawai

   Belanja Administrasi Umum Belanja Administrasi Umum

  Belanja Modal BELANJA BAGI HASIL & BANTUAN BELANJA BAGI HASIL & BANTUAN

  

STRUKTUR PEMBIAYAAN

STRUKTUR PEMBIAYAAN

STRUKTUR PEMBIAYAAN

STRUKTUR PEMBIAYAAN

  A. Penerimaan Pembiayaan:

  A. Penerimaan Pembiayaan: A.

  A. Penerimaan Pembiayaan: Penerimaan Pembiayaan: 1.

  1. Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran 1.

  1. Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran Tahun Sebelumnya Tahun Sebelumnya Tahun Sebelumnya Tahun Sebelumnya

  2. Pencairan Dana Cadangan 2.

  2.

  2. Pencairan Dana Cadangan Pencairan Dana Cadangan Pencairan Dana Cadangan

  3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang 3.

  3. Hasil Hasil Penjualan Penjualan Kekayaan Kekayaan Daerah Daerah yang yang

  3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Dipisahkan Dipisahkan Dipisahkan

  4. Penerimaan Pinjaman Daerah 4.

  4. Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Pinjaman Daerah

  4. Penerimaan Pinjaman Daerah

  5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 5.

  5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

  5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

  6. Penerimaan Piutang Daerah

  B. Pengeluaran Pembiayaan: 6.

  B. Pengeluaran Pembiayaan: Pengeluaran Pembiayaan:

  6. Penerimaan Piutang Daerah

  B. Pengeluaran Pembiayaan: 1.

  6. Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Piutang Daerah B.

  1. Pembentukan Dana Cadangan Pembentukan Dana Cadangan 1.

  1. Pembentukan Dana Cadangan Pembentukan Dana Cadangan 2.

  2. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 2.

  2. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

  3. Pembayaran Pokok Utang 3.

  3. Pembayaran Pokok Utang Pembayaran Pokok Utang

  3. Pembayaran Pokok Utang

  4. Pemberian Pinjaman 4.

  4. Pemberian Pinjaman Pemberian Pinjaman

  4. Pemberian Pinjaman Pembiayaan Neto (A – Pembiayaan Neto (A – Pembiayaan Neto (A – Pembiayaan Neto (A –

  Dana Cadangan Dana Cadangan Dana Cadangan Dana Cadangan Dibentuk guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat Dibentuk guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat

sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran yang

sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran yang ditetapkan dengan PERDA. ditetapkan dengan PERDA.

  PERDA tentang dana cadangan mencakup penetapan tujuan PERDA tentang dana cadangan mencakup penetapan tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan. dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.

  RAPERDA tentang APBD.

  Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambah dana penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada lampiran cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada lampiran RAPERDA tentang APBD.

  Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.

  Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.

  Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan. tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.

  KDH bersamaan dengan penetapan RAPERDA tentang APBD.

  Penetapan RAPERDA tentang pembentukan dana cadangan ditetapkan Penetapan RAPERDA tentang pembentukan dana cadangan ditetapkan KDH bersamaan dengan penetapan RAPERDA tentang APBD.

  RAPERDA tentang APBD.

  RAPERDA dana cadangan dibahas bersamaan dengan pembahasan RAPERDA dana cadangan dibahas bersamaan dengan pembahasan RAPERDA tentang APBD.

  Dibentuk guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat Dibentuk guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran yang sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran yang ditetapkan dengan PERDA. ditetapkan dengan PERDA.

  PERDA tentang dana cadangan mencakup penetapan tujuan PERDA tentang dana cadangan mencakup penetapan tujuan

pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai

pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai

dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang

dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang

harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber

harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan. dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.

  Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan. pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan.

  RAPERDA tentang APBD.

  

Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan

Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambah dana penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambah dana

cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada lampiran

cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada lampiran RAPERDA tentang APBD.

  Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.

  Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.

  Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan Dana cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan

daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan

daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan

penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran

penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan. tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.

  KDH bersamaan dengan penetapan RAPERDA tentang APBD.

  

Penetapan RAPERDA tentang pembentukan dana cadangan ditetapkan

Penetapan RAPERDA tentang pembentukan dana cadangan ditetapkan KDH bersamaan dengan penetapan RAPERDA tentang APBD.

  RAPERDA tentang APBD.

  

RAPERDA dana cadangan dibahas bersamaan dengan pembahasan

RAPERDA dana cadangan dibahas bersamaan dengan pembahasan RAPERDA tentang APBD.

  Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan. pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan.

  FUNGSI KEUANGAN NEGARA FUNGSI KEUANGAN NEGARA FUNGSI KEUANGAN NEGARA

  DAERAH DAERAH

  URUSAN PEMERINTAHAN URUSAN PEMERINTAHAN

  URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAERAH

  URUSAN WAJIB URUSAN PEMERINTAHAN

  • Pelayanan umum
  • Pertahanan *)

  • Ketertiban dan ketentraman Ketertiban dan ketentraman
  • Ekonomi
  • Lingkungan hidup
  • Perumahan dan fasilitas umum Perumahan dan fasilitas umum
  • Kesehatan
  • Pariwisata dan budaya
  • Agama *)
  • Pendidikan
  • URUSAN WAJIB
Penyusunan Rancangan APBD Penyusunan Rancangan APBD Penyusunan Rancangan APBD

  Pendidikan

  Pariwisata dan budaya

  Agama *)

  Kesehatan

  Lingkungan hidup

  Ekonomi

  Pertahanan *)

  Pelayanan umum

  Pendidikan Pendidikan Kesehatan Kesehatan Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum Perumahan Perumahan Penataan Ruang Penataan Ruang Perencanaan Pembangunan Perencanaan Pembangunan Perhubungan Perhubungan Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Pertanahan Pertanahan Kependudukan dan Catatan Sipil Kependudukan dan Catatan Sipil Pemberdayaan Perempuan Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Sosial Sosial Tenaga Kerja Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Penanaman Modal Penanaman Modal Kebudayaan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Pemuda dan Olah Raga Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Pemerintahan Umum Pemerintahan Umum Kepegawaian Kepegawaian Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Statistik Statistik Kearsipan Kearsipan Komunikasi dan Informatika Komunikasi dan Informatika URUSAN PILIHAN URUSAN PILIHAN Pertanian Pertanian Kehutanan Kehutanan Energi dan Sumberdaya Mineral Energi dan Sumberdaya Mineral Pariwisata Pariwisata Kelautan dan Perikanan Kelautan dan Perikanan Perdagangan Perdagangan Perindustrian Perindustrian

  FUNGSI KEUANGAN NEGARA

  Penyusunan Rancangan APBD

KEPMENDAGRI 29/2002 KEPMENDAGRI 29/2002 PERMENDAGRI 13/2006 PERMENDAGRI 13/2006

  Jadual tahapan penyiapan Jadual tahapan penyiapan dokumen penyusunan APBD diatur dokumen penyusunan APBD diatur

  Jadual tahapan penyiapan Jadual tahapan penyiapan secara rinci dan ketat utk secara rinci dan ketat utk dokumen penyusunan APBD tidak dokumen penyusunan APBD tidak mencapai target persetujuan mencapai target persetujuan diatur secara rinci diatur secara rinci

  DPRD paling lambat 1 bulan DPRD paling lambat 1 bulan sebelum TA dilaksanakan sebelum TA dilaksanakan

  KUA disusun oleh KDH KUA disusun oleh KDH

  AKU =rencana tahunan daerah AKU =rencana tahunan daerah berdasarkan RKPD yang berdasarkan RKPD yang disusun KDH bersama DPRD disusun KDH bersama DPRD diformulasikan dari hasil JARING diformulasikan dari hasil JARING bersumber dari hasil JARING bersumber dari hasil JARING ASMARA (MUSRENBANGDA) dan

  ASMARA (MUSRENBANGDA) dan ASMARA berpedoman pada ASMARA berpedoman pada hasil evaluasi kinerja masa lalu hasil evaluasi kinerja masa lalu

  RENSTRADA/dokumen RENSTRADA/dokumen mengacu pada RPJMD & RKP serta mengacu pada RPJMD & RKP serta perencanaan daerah lainnya utk perencanaan daerah lainnya utk pedoman penyusunan APBD utk pedoman penyusunan APBD utk disepakati bersama DPRD disepakati bersama DPRD disepakati bersama DPRD disepakati bersama DPRD

  Penyusunan Strategi dan Prioritas Penyusunan Strategi dan Prioritas

  PPAS disusun oleh KDH dan PPAS disusun oleh KDH dan APBD APBD berdasarkan AKU yg telah berdasarkan AKU yg telah dibahas dengan DPRD utk dibahas dengan DPRD utk disepakati dgn DPRD sepenuhnya disepakati dgn DPRD sepenuhnya disepakati bersama yg selanjutnya disepakati bersama yg selanjutnya

NO NO URAIAN URAIAN WAKTU WAKTU KETERANGAN KETERANGAN A.

A. APBD APBD 1.

  tahun anggaran yang bersangkutan

  1 minggu

  1 minggu 9.

  9. Penyampaian Raperda APBD kepada DPRD Penyampaian Raperda APBD kepada DPRD Minggu pertama bulan Oktober Minggu pertama bulan Oktober 2 bulan 2 bulan 10.

  10. Pengambilan keputusan bersama DPRD dan Pengambilan keputusan bersama DPRD dan

  Kepala Daerah terhadap RAPBD

  Kepala Daerah terhadap RAPBD

  Paling lama 1 (satu) bulan sebelum

  Paling lama 1 (satu) bulan sebelum

  tahun anggaran yang bersangkutan

  (awal bulan Desember) 11.

  (awal bulan Desember)

  oleh Kepala Daerah oleh Kepala Daerah Awal bulan Agustus

  11. Penetapan hasil evaluasi Penetapan hasil evaluasi

  15 hari kerja (pertengahan bulan

  15 hari kerja (pertengahan bulan

  Desember)

  

Desember)

12.

  12. Penetapan Perda tentang APBD & Raper Penetapan Perda tentang APBD & Raper

  KDH tentang penjabaran APBD bila sesuai KDH tentang penjabaran APBD bila sesuai hasil evaluasi hasil evaluasi Akhir Desember (31 Desember)

  Akhir Desember (31 Desember) Jadwal Penyusunan APBD

  Jadwal Penyusunan APBD Jadwal Penyusunan APBD Jadwal Penyusunan APBD

  Awal bulan Agustus

  1. Penyusunan RKPD Penyusunan RKPD

  Akhir bulan Mei

  4. KUA disepakati antara Kepala Daerah KUA disepakati antara Kepala Daerah

  Akhir bulan Mei 2.

  2. Penyampaian Rancangan KUA kepada Kepala Penyampaian Rancangan KUA kepada Kepala

  Daerah

  Daerah

  Awal bulan Juni

  Awal bulan Juni

  1 bulan

  1 bulan 3.

  3. Penyampaian Rancangan KUA dari Kepala Penyampaian Rancangan KUA dari Kepala

  Daerah kepada DPRD Daerah kepada DPRD Pertengahan bulan Juni Pertengahan bulan Juni 3 minggu 3 minggu 4.

  dengan DPRD dengan DPRD Minggu pertama bulan Juli Minggu pertama bulan Juli 5.

  Akhir bulan Juli 8.

  5. Penyusunan Rancangan PPAS Penyusunan Rancangan PPAS

  1 minggu 1 minggu 6.

  6. Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD Penyampaian Rancangan PPAS ke DPRD

  Minggu kedua bulan Juli

  Minggu kedua bulan Juli

  3 minggu

  3 minggu 7.

  7. PPAS disepakati antara Kepala Daerah PPAS disepakati antara Kepala Daerah

  dengan DPRD

  dengan DPRD

  Akhir bulan Juli

  8. Penetapan Pedoman penyusunan RKA-SKPD Penetapan Pedoman penyusunan RKA-SKPD

NO URAIAN WAKTU KETERANGAN

  13. Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi Penyempurnaan sesuai hasil evaluasi 7 hari kerja 7 hari kerja Akhir bulan Desember Akhir bulan Desember

  13.

  14. Pembatalan berdasarkan hasil evaluasi 7 hari kerja setelah

  14. Pembatalan berdasarkan hasil evaluasi 7 hari kerja setelah

  hasil hasil evaluasi evaluasi dari dari Menteri Dalam Negeri/

  Menteri Dalam Negeri/

  Gubernur

  Gubernur 15.

  15. Penghentian dan pencanutan pelaksanaan Perda Penghentian dan pencanutan pelaksanaan Perda 7 hari kerja 7 hari kerja Awal bulan Januari Awal bulan Januari

  tentang APBD bersama DPRD

  tentang APBD bersama DPRD

  16. Penetapan keputusan pimpinan DPRD tetang 3 hari kerja setelah keputusan

  16. Penetapan keputusan pimpinan DPRD tetang 3 hari kerja setelah keputusan

  penyempurnaan Perda APBD dan penyampaian penyempurnaan Perda APBD dan penyampaian ditetapkan ditetapkan hasil penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasi

  hasil penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasi

  17. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala

  31 Desember

  17. Penetapan Perda APBD dan Peraturan Kepala

  31 Desember

  Daerah tentang penjabaran APBD Daerah tentang penjabaran APBD

  18. Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Kepala 7 hari kerja

  18. Penyampaian Perda APBD dan Peraturan Kepala 7 hari kerja

  Daerah tentang Penjabaran APBD kepada Menteri

  Daerah tentang Penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri/Gubernur Dalam Negeri/Gubernur

  B. DALAM HAL DPRD TIDAK MENGAMBIL KEPUTUSAN BERSAMA TERHADAP RAPERDA TENTANG APBD