Analisis Kebijakan Pemerintah Tentang Pe

1

ESSAY
Nama
NIM
Judul

: Dodi Ilham
: 12.16.2.01.025
: Analisis Kebijakan Pemerintah Tentang Pendidikan Gratis Dan
Pelaksanaan Ujian Nasional
Pelaksanaan Pendidikan Gratis Masih Jauh dari Harapan

Program pendidikan gratis merupakan salah satu program unggulan dari setiap
pemerintah daerah untuk para warga di daerahnya. Salah satu daerah yang
melaksanakan program pendidikan gratis adalah Pemerintah Kabupaten Mamuju dan
bantuan diberikan langsung oleh Pemerintah Daerah kepada satuan pendidikan untuk
membiayai kegiatan operasional satuan pendidikan menengah atas baik negeri
maupun swasta. Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2008 tentang:
Pemberian biaya subsidi pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Sesuai Surat Keputusan Bupati Mamuju 10 tahun 2008 dan Nomor 167

Tahun 2011, penggunaan biaya subsidi tersebut digunakan dalam hal :
1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru. Digunakan
untuk biaya pendaftaran,penggandaan formulir, administrasi pendaftaran ulang,
termasuk didalamnya penyaluran alat tulis, honor, transport dan konsumsi panitia
pendaftaran siswa baru.
2. Pengadaan buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi di
perpustakaan. Dalam pengadaan buku teks pelajaran dan buku referensi untuk di
perpustakaan yang harus diperhatikan adalah kualitas buku yang baik dan harga
yang layak dan sistem pembayarannya dapat dipertanggungjawabkan.
3. Membeli bahan-bahan habis pakai. Digunakan untuk pembelian bahan
pendukung proses belajar mengajar seperti ATK, buku tulis, spidol, buku kas
BOSDA, kwitansi BOSDA.
4. Membiayai kegiatan kesiswaan yang meliputi: remedial, pengayaan, olahraga,
kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, majalah dinding.
5. Membiayai ulangan harian, ulangan susulan, ujian sekolah, dan laporan hasil
belajar siswa. Dapat digunakan membiayai kegiatan pengelolaan ulangan
harian,ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa seperti
pengeluaran untuk uang lelah pengawas, penulis soal ujian, koreksi hasil ujian,
panitia ujian, bahan dan penggandaan soal.
6. Pengembangan profesi guru digunakan untuk membiayai kegiatan pelatihan

MGMP dan MKKS.Pengeluaran untuk kegiatan tersebut seperti honorarium
narasumber, penulis naskah materi paparan, honor peserta, pengadaan alat tulis,
penggandaan materi, transpor dan konsumsi;
7. Membayar biaya perawatan sekolah;
8. Membiayai insentif honor guru.

2

Sedangkan di Sulsel, kebijakan Pendidikan Gratis Pemprov Sulsel diatur
resmi melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 4 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Gratis di Sulsel. Dana yang disediakan melalui kebijakan ini untuk
membebaskan murid SD hingga SMP/sederajat dari buku-buku teks pelajaran dan
buku referensi, bebas biaya remedial, pengayaan/les, olah raga, kesenian, pengadaan
foto murid, iuran pramuka, KIP, PMR, dan sejenisnya. Mendanai murid/siswa dari
keluarga miskin untuk pembelian baju seragam, baju olah raga, sepatu, tas, dan lainlain untuk keperluan kegiatan proses belajar, serta uang transpot. Juga dialokasikan
dana untuk insentif guru, kepala sekolah biaya operasional dan ATK berkaitan
dengan kebijakan Pendidikan Gratis, penggandaan surat-surat serta laporan. Ada
sekitar 14 item yang didanai melalui kebijakan Pendidikan Gratis Pemprov Sulsel
selain yang didanai melalui BOS (APBN). Model pelaksanaan kebijakan Pendidikan
Gratis yang dicanangkan sejak 1 Juli 2008 tersebut, menyediakan bantuan dana

sebesar Rp 120.000 untuk setiap murid SD/sederajat setiap tahun. Sebesar Rp
240.000 untuk setiap siswa SMP/sederajat setiap tahun
Akan tetapi, Kebijakan pemerintah Sulawesi selatan memberikan pendidikan
gratis sejak 4 tahun terakhir dan hingga kini dinilai belum berjalan maksimal. Konsep
pendidikan gratis untuk peningkatan kualitas pendidikan masih jauh dari kata
berhasil. Program pendidikan gratis yang digaungkan pemerintah propinsi sebagai
jualan politik sejak empat tahun lalu hingga saat ini masih terus menuai sorotan. Kata
gratis ternyata belum semuanya pendidikan di Sulawesi selatan di gratiskan sehingga
menimbulkan multi tafsir di berbagai kalangan. Kebijakan pemerintah provinsi sulsel
ini pun dinilai sebagai salah satu terobosan yang mampu meningkatkan kualitas
pendidikan hingga mengurangi tingginya tingkat anak putus sekolah di provisnsi ini.
Tidak bisa diungkiri kebijakan pendidikan gratis memang cukup membantu masyarat
utamanya bagi mereka yang mengalami kesulitan biaya. Biaya pendidikan yang telah
disubsidi oleh pemerintah membuat masyarakat bisa bernafas menutupi besarnya
biaya pendidikan. Namun kehadiran pendidikan gratis masih saja menuai kontroversi.
Bahkan pemkot Makassar yang beberapa waktu lalu terang-terangan menolak istilah
pendidikan gratis dan mengubahnya menjadi pendidikan bersubsidi. Tidak hanya itu
pendidikan gratis pun hingga kini dinilai hanya meningkatkan fasilititas pendiidkan
dan kesejahtraan guru.
Namun konsep awal untuk meningkatkan kualitas pendidikan masih jauh dari

harapan.Selain masalah kualitas pendidikan pemerintah juga semestinya tidak
meratakan subsidi pendidikan di daerah. Hal ini mengingat tingkat kebutuhan dana
pendidikan setiap daerah tentu berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing
daerah.hingga kini konsep pendidikan gratis menyerap dana hingga lima ratus milyar
lebih selama lima tahun terakhir. Dengan konsep 40 persen dana dari pemerintah
provinsi dan 60 persen dari dana pemerintah kabupaten kota. Pendidikan gratis, hari
ini bukanlah sebuah euphoria lagi di Sulsel, Model tawaran kebijakan ‘gratis’ seperti
itu kemudian banyak diikuti dalam kampanye ide figur di Sulsel guna menarik
simpati ke-suka-an publik. Selain kebijakan pendidikan dan kesehatan gratis, di

3

Sulsel pun sudah ada kebijakan PBB gratis,bibit gratis, sampan gratis, KTP gratis,
KK gratis, akte kelahiran gratis hingga ambulance gratis.
UJIAN NASIONAL MASIH MENUAI SOROTAN
Pemerintah mengambil kebijakan menerapkan Ujian Nasional (UN) sebagai
salah satu bentuk evaluasi pendidikan. UN bertujuan untuk mengukur mutu
pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah. UN berfungsi sebagai alat
pengendali mutu pendidikan secara nasional, pendorong peningkatan mutu

pendidikan secara nasional, bahan dalam menentukan kelulusan peserta didik, dan
salah satu bentuk evaluasi belajar beberapa mata pelajaran yang dianggap penting.
Namun model UN yang diterapkan pemerintah ternyata melahirkan banyak
problem. Apakah UN dapat menjawab semua informasi yang diperlukan dalam
pencapaian tujuan, ataukah ia dapat memberikan informasi tentang keimanan dan
ketakwaan peserta didik terhadap Allah, ataukah ia dapat meningkatkan kreatifivitas
dan kemandirian peserta didik, ataukah ia dapat menjawab sikap demokratis, serta
berbagai persoalan lain yang kontroversi.
Penempatan berkaitan dengan pada level belajar yang mana seorang anak
dapat ditempatkan sehingga dapat menantang tetapi tidak frustasi. Mastery berkaitan
dengan apakah anak sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk
menuju ke tingkat berikutnya. Diagnosis berkaitan dengan pada bagian mana yang
dirasa sulit oleh anak.
Hasil belajar bukan hanya berupa pengetahuan yang lebih banyak bersifat
hapalan, tetapi juga berupa keterampilan, sikap, motivasi, dan perilaku yang tidak
semuanya dapat diukur dengan menggunakan tes karena melibatkan proses belajar.
Dengan kata lain, terjadi pertentangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan
bentuk ujian yang diterapkan, karena pengukuran hasil belajar tidak bisa diukur
hanya dengan memberikan tes di akhir tahun pelajaran saja.
Mutu pendidikan tidak mungkin diukur dengan hanya memberikan tes pada

beberapa mata pelajaran penting saja, apalagi dilaksanakan sekali di akhir tahun
pelajaran. Mutu pendidikan terkait dengan semua mata pelajaran dan pembiasaan
yang dipelajari dan ditanamkan di sekolah, bukan hanya pengetahuan kognitif saja.
UN tidak akan dapat menjawab pertanyaan seberapa jauh perkembangan anak
didik dalam mengenal seni, olah raga, ketakwaan, kejujuran dan keberanian siswa
dalam mengemukakan pendapat dan bersikap demokratis. Artinya tujuan yang
diinginkan masih terlalu jauh untuk dicapai hanya dengan penyelenggaraan UN. Sisi
lain yang juga menjadi sorotan banyak pihak adalah bahwa ujian bertujuan untuk
mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat. Adalah
ironis kalau UN dipakai sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan, karena pendidikan merupakan satu kesatuan terpadu antara kognitif,
afektif, dan psikomotor.

4

Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk membentuk manusia yang
berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, cerdas dan kreativ, yang semuanya itu tidak
dapat dilihat hanya dengan penyelenggaraan UN. Jika dihubungkan dengan
kurikulum, maka UN juga tidak sejalan dengan salah satu prinsip yang dianut dalam
pengembangan kurikulum yaitu diversifikasi kurikulum. Artinya bahwa pelaksanaan

kurikulum disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Kondisi
sekolah di kota-kota besar tidak bisa disamakan dengan sekolah di perkampungan,
apalagi di daerah terpencil. Kondisi yang jauh berbeda mengakibatkan proses belajar
mengajar juga berbeda. Sekolah di lingkungan kota relatif lebih baik karena sarana
dan prasarana lebih lengkap. Tetapi di daerah pelosok keberadaan sarana serba
terbatas, bahkan kadang jumlah guru pun kurang dan yang ada pun tidak lulus
kualifikasi akibat ketiadaan.
Kebijakan penerapan UN untuk semua sekolah di Indonesia telah melanggar
prinsip tersebut dan mengakibatkan ketidakadilan karena ibarat menguji atlit yang
setiap hari dilatih dengan segala sarana dan prasarana termasuk pelatih yang memadai
dengan atlit kampung yang memiliki sarana seadanya. Tentu saja hasilnya berbeda,
tetapi kebijakan yang diambil justru menyamakan mereka. Pelaksanaan UN hanya
pada beberapa mata pelajaran yang dianggap penting juga memiliki permasalahan
tersediri. Benarkah hanya matematika, bahasa Indonesia yang merupakan mata
pelajaran penting, sementara ada anak yang berbakat pelajaran agama, keterampilan
melukis dan tidak hobi dengan matematika atau bahasa Indonesia.
Kalau begitu kata penting di sini untuk siapa? Pelaksanaan UN pada beberapa
mata pelajaran akan mendorong guru untuk cenderung mengajarkan mata pelajaran
tersebut, karena yang lainnya tidak akan dilakukan ujian nasional. Hal ini dapat
berakibat terkesampingnya mata pelajaran lain, padahal tidak semua anak senang

pada mata pelajaran yang diujikan. Akibat dari kondisi ini adalah terjadi peremehan
terhadap mata pelajaran yang tidak dilakukan pengujian.
Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih
baik jika ingin memetakan mutu pendidikan dilakukan dengan penelitian yang
menggunakan metode ilmiah dan objektif. Tidak perlu semua siswa diuji dan tidak
perlu mengeluarkan biaya yang besar. Penelitian seperti ini juga dapat melihat sejauh
mana manajemen sekolah, kurikulum, guru atau yang lainnya berpengaruh terhadap
pencapaian hasil belajar siswa.
UN telah mengambil hak guru untuk melakukan evaluasi terhadap siswanya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 bahwa evaluasi hasil
belajar dilakukan oleh guru untuk memantau, proses, kemajuan dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan, dan yang tidak menjadi rahasia lagi
kebocoran kunci jawaban sulit untuk di awasi karena masing-masing daerah / sekolah
menginginkan anak-anak didik nya lulus dalam UN, pada gilirannya terjadilah
perselingkuhan, transaksi-transaksi, dan akhirnya pencapaian target UN hanya “jauh
panggang dari api”.


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63