KAJIAN YURIDIS PENGESAMPINGAN PASAL 1266 DAN PASAL 1267 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA SEBAGAI SYARAT BATAL DALAM PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN

KAJIAN YURIDIS PENGESAMPINGAN PASAL 1266 DAN PASAL 1267 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA SEBAGAI SYARAT BATAL DALAM PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN

1 2 Rocky Marciano Ambar 3 , Budi Santoso dan Hanif Nur Widhiyanti 1,2&3 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

1 Email: [email protected]

Abstract: Banks in credit agreements use more standard agreements, standard contracts in 2 (two) things, (1) There is an unbalanced position between banks and debtors, banks that have a more dominant position and debtors. (2) There is an understanding of the principle of freedom of contracting and without limits. The Bank has the freedom to seek the form and content of the agreement. Code of Ethics in agreement. The provisions of the Civil Code provide types of compensation for parties. Based on the background, then for problems the problem is written (1). Does the inclusion of Article 1266 and Article 1267 of the Civil Code on the banking system have collected the principles of balance and justice. (2) What are the legal implications of the exclusion clause. The research method is normative juridical research. The result of this research is the neglect of civil law and the principle of compensation is the principle of balance. The basic principle according to Rawls is that it is unfair or more people. in the sense of "freedom of results", in other words. is the nature of the debtor in a bank credit agreement. For the legal implications of the clause that excludes Article 1266 and Article 1267 of the Civil Code concerning the right of the debtor to the debtor. Legal efforts in finding and resolving problems that cannot be made by a decision due to the imbalance of the parties in the agreement. For people who make changes, no party will be harmed.

Keywords: Article 1266 and Article 1267 Civil Code, Canceled Terms, Credit Agreement

Abstrak : Bank dalam perjanjian kredit menggunakan lebih banyak standar perjanjian kredit, penggunaan kontrak standar dalam perjanjian kredit perbankan didasarkan pada 2 (dua) hal, (1) Adanya posisi yang tidak seimbang (posisi tawar), bank memiliki posisi yang lebih dominan daripada debitur. (2) Ada pemahaman prinsip kebebasan berkontrak secara mutlak dan tanpa batas sehingga bank memiliki kebebasan mutlak untuk menentukan bentuk dan isi perjanjian. Kode Etik dalam perjanjian. Ketentuan KUH Perdata menetapkan bahwa jenis-jenis kompensasi untuk para pihak. Rumusan masalah : (1). Apakah pencantuman Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata pada sistem perbankan telah memenuhi prinsip keseimbangan dan keadilan. (2) Apa implikasi hukum dari klausa yang mengecualikan Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata atas dasar perjanjian. Metode penelitian adalah yuridis normatif. Hasil dari penelitian ini adalah pengabaian hukum perdata dan prinsip ganti rugi adalah prinsip keseimbangan.

Kata kunci: Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata, Ketentuan Batal, Perjanjian Kredit

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

Pendahuluan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Hukum sebagai suatu sistem

(Burgerlijk Wetboek) , yang merupakan yang memuat berbagai aturan terkait

hukum yang bersifat khusus dalam tingkah laku manusia dalam kelompok

melakukan perjanjian dan perbuatan masyarakat pada prinsipnya bertujuan

hukum yang bersifat ekonomis atau untuk menciptakan ketertiban dan

perbuatan hukum yang dapat dinilai keadilan serta keteraturan hidup di

dari harta kekayaan seseorang atau dalam masyarakat. Hal ini sesuai

badan hukum. Buku III KUHPerdata dengan adagium ubi societas ubi ius

menganut sifat terbuka dan asas yang artinya dimana ada masyarakat

kebebasan berkontrak, sifat terbuka disitu ada hukum atau keadilan.

dan asas kebebasan berkontrak yang Secara kodrati, disamping

dimaksud dimana para pihak boleh sebagai makhluk individu manusia

membuat perjanjian dengan siapa saja juga merupakan makhluk sosial yang

dan tentang hal apa yang akan dalam memenuhi kebutuhannya tidak

diperjanjikan. Namun, harus dipahami dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari

kebebasan berkontak individu

bahwa

sebagaimana diatur pada Pasal 1338 demikian

yang

lainya. Kondisi

KUH Perdata bukan merupakan asas memunculkan

selanjutnya

dapat

bebas mutlak, KUHPerdata sendiri kesepakatan kehendak antara yang satu

kesepakatan-

memberikan pembatasan-pembatasan dengan yang lainya sebagai upaya

atas asas kebebasan berkontrak untuk

walaupun dalam perkembangan dunia disegala

memenuhi

kebutuhannya

bisnis penerapan asas kebebasan Kesepakatan

aspek

kehidupan.

berkontrak sangat longgar dan kehidupan sehari-hari dikenal dengan

kehendak

dalam

bervariasi yang dimana perbedaan istilah perjanjian, baik yang dibuat

penerapan ini telah bersifat lisan maupun tulisan, yang

dalam

ketimpangan- dalam konteks hukum perdata disebut

menimbulkan

ketimpangan dan ketidakadilan apabila sebagai hukum perjanjian. 1 para pihak yang membuat perjanjian

Hukum perjanjian dalam sistem tidak dalam posisi yang sama kuat hukum Indonesia diatur dalam buku III

1 Ratna Artha Windari, Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 1.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

kedudukannnya atau

mempunyai

dapat dicermati dari beberapa model bargaining position 2 yang tidak sama. perjanjian, terutama pada perjanjian-

Perjanjian dengan klausula perjanjian yang dibuat antara bank baku merupakan salah satu bentuk

dalam bentuk perjanjian yang mengandung unsur

dengan

debitur

perjanjian kredit baku dimana dalam ketimpanganketimpangan

tersebut selalu cenderung berat sebelah, tidak

yaitu

perjanjian

mencantumkan klausula-klausula yang seimbang dan adil, diibaratkan dengan

“cenderung” berat sebelah. Praktik pertarungan antara “seorang kesatria

kredit dilingkungan dengan

pemberian

perbankan, bank sebagai pihak yang berhadapan dua kekuatan yang tidak

posisi kuat sering seimbang,

memilik

mencantumkan klausula mewajibkan mempunyai bargaining position pihak

nasabah untuk tunduk kepada segala yang kuat baik karena penguasa,

petunjuk dan peraturan bank, baik pemilik modal, dana dan ternologi

yang sudah ada atau yang akan diatur ataupun skill dengan pihak yang lemah

kemudian, bahkan klausula yang bargaining postion nya. Dengan

membebaskan bank dari kerugian demikian pihak yang lemah bargaining

nasabah sebagai akibat dari tindakan postion 4 nya hanya sekedar menerima bank.

segala isi perjanjian dengan terpaksa Terhadap perjanjian baku, (taken for granted) sebab apabila

terdapat klausula yang menghapus melakukan tawaran dengan alternatif

hak-hak hukum debitur, seperti lain

klaulusa perjanjian kredit baku yang menerima konsekuensi kehilangan apa

mengesampingkan Pasal 1266 dan yang dibutuhkan bahkan pihak yang

Pasal 1267 KUHPerdata sebagai syarat lemah hanya diberikan dua alternatif

batal jika terjadi wanprestasi. Pasal pilihan yaitu menerima atau menolak

1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata (take it or leave it). 3 merupakan ketentuan yang sifatnya

memaksa dikarenakan ada kata “harus” ketimpangan dalam perjanjian kredit

melakukan permohonan pembatalan kepada hakim atau melalui

2 Daeng Naja, Contract Drafting, (Bandung:

pengadilan, oleh sebab itu Pasal 1266

3 PT. Citra Aditya Bakti), hlm. 11. Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian

Asas Proposionalitas

dalam

Kontrak

Komersial, (Jakarta: Kencana. 2010), hlm. 2. 4 Ibid., hlm. 3.

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

dan Pasal 1267 KUHPerdata adalah

perjanjian harus ketentuan hukum yang tidak dapat

pembatalan

dimintakan ke pengadilan. Sedangkan dikesampingkan

pengesampingan Pasal 1267 KUHP perjanjian.

dalam

suatu

perdata adalah menghapuskan atas bukunya Hukum Perjanjian: Teori dan

Suharnoko

dalam

hak-hak debitur untuk melakukan Analisa Kasus memiliki pendapat yang

gugatan hukum ganti rugi kepada sedikit

bank, dengan demikian debitur tidak KUHPerdata

memiliki hak-hak hukum melalui dikesampingkan dalam semua kasus.

tidak

dapat

pengadilan untuk memintakan bentuk Pengesampingkan Pasal 1266

suatu ganti rugi kepada bank atas dan Pasal 1267 KUHPerdata lebih

bank yang memberikan

tindakan-tindakan

merugikan debitur. menguntungkan bagi bank selaku

posisi

yang

Berdasarkan diuraikan pada kreditur, dimana kreditur akan lebih

latar belakang di atas, maka penelitian efesien dan tidak perlu untuk

ini bertujuan ntuk menganalisis apakah menunggu adanya putusan pengadilan

klausula untuk melakukan tindakan-tindakan

pencantuman

mengesampingkan Pasal 1266 dan dalam memenuhi haknya dengan

Pasal 1267 Kitab Undang-Undang prosesnya yang berlarut-larut, dan

Hukum Perdata dalam perjanjian kredit tidak merugikan kreditur. Namun, pada

perbankan telah memenuhi asas posisi yang lain pengesampingan Pasal

keseimbangan dan keadilan. Selain itu, 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata

penelitian ini juga bertujuan untuk pada saat terjadinya wanprestasi

serta menguraikan menimbulkan beberapa permasalahan

menganalisis

implikasi yuridis hukum, yaitu pengesampingan Pasal

bagaimana

klausula yang 1266 KUHPerdata adalah bertentangan

pencantuman

mengesampingkan Pasal 1266 dan dengan Pasal 1266 KUHPerdata itu

Pasal 1267 Kitab Undang-Undang sendiri, Pasal 1266 KUHPerdata

Hukum Perdata dalam perjanjian kredit merupakan ketentuan yang tidak dapat

perbankan terkait dengan hak debitur dikesampingkan

dalam proses penyelesaian wanprestasi tercantum pada pasal tersebut bahwa

sebagaimana

sebagai syarat batal dalam perjanjian. dalam hal terjadinya wanprestasi maka

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

Metode Penelitian

yang berdiri di atas hukum yang Penelitian ini adalah penelitian

menjamin keadilan kepada warga hukum normatif yang mengkaji dan

negaranya. Peraturan yang sebenarnya menganalisis upaya tuntutan hak yang

menurut Aristoteles ialah peraturan dapat dilakukan oleh pihak yang

yang mencerminkan keadilan bagi berkepentingan terhadap akta notaris

pergaulan antar warga negaranya. yang cacat yuridis dengan pendekatan

Maka menurutnya yang memerintah perundang-undangan

Negara bukanlah manusia melainkan approach ). Data diperoleh dari sumber

(statute

“pikiran yang adil”. Penguasa hanyalah hukum primer, sumber hukum

pemegang hukum dan keseimbangan sekunder dan sumber hukum tersier. 6 saja .

Data dianalisis secara kualitatif dengan 7 Arief Sidharta Scheltema, menggunakan

merumuskan pandangannya tentang deduktif.

metode

berfikir

unsur-unsur dan asas-asas negara

Hasil dan Pembahasan

hukum itu secara baru, yaitu meliputi 5

Teori Negara Hukum

(lima) hal sebagai berikut: Dalam Ensiklopedia Indonesia,

1. Pengakuan, penghormatan, dan istilah “Negara hukum” (rechtstaat)

perlindungan Hak Asasi Manusia yang dilawankan dengan Negara

yang berakar dalam penghormatan kekuasaan (machtstaat) dirumuskan,

atas martabat manusia (human Negara hukum (bahasa Belanda

dignity ).

rechtstaat) Negara bertujuan untuk

2. Berlakunya asas kepastian hukum. menyelenggarakan ketertiban hukum,

Negara Hukum untuk bertujuan yakni tata tertib yang umumnya

menjamin bahwa kepastian hukum berdasarkan hukum yang terdapat pada

terwujud dalam masyarakat. rakyat. Negara hukum menjaga

bertujuan untuk ketertiban hukum supaya jangan

Hukum

mewujudkan kepastian hukum dan terganggu dan agar semuanya berjalan

prediktabilitas yang tinggi, menurut hukum 5 .

Aristoteles,

merumuskan

6 Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim,

bahwa negara hukum adalah Negara Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta:

7 Sinar Bakti, 1988), hlm. 154.

Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang

Negara Hukum”, dalam Jentera (Jurnal

A. Mukthie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Hukum), “Rule of Law”, Pusat Studi Hukum (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm.

dan Kebijakan (PSHK), (Jakarta, edisi 3 Tahun 5.

II, November 2004), hlm. 124-125.

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

3. Berlakunya Persamaan (Similia bersama

sehingga dinamika kehidupan

Similius atau Equality Before bersifat ‘predictable’. Asas-asas

dalam

masyarakat

The Law) dalam Negara yang terkandung dalam atau

Hukum, Pemerintah tidak terkait dengan asas kepastian

mengistimewakan hukum itu adalah:

boleh

orang atau kelompok orang

a. Asas

atau konstitusionalitas,

legalitas,

tertentu,

memdiskriminasikan orang supremasi hukum;

dan

atau kelompok orang tertentu.

b. Asas

Di dalam prinsip ini, menetapkan

undang-undang

terkandung (a). adanya perangkat peraturan tentang

berbagai

jaminan persamaan bagi cara pemerintah dan para

semua orang di hadapan pejabatnya

hukum dan pemerintahan, dan tindakan pemerintahan;

melakukan

(b). tersedianya mekanisme

c. Asas non-retroaktif perundang- untuk menuntut perlakuan undangan, sebelum mengikat

yang sama bagi semua warga undang-undang harus lebih

Negara.

dulu diundangkan

4. Asas demokrasi dimana setiap diumumkan secara layak;

dan

orang mempunyai hak dan

d. Asas peradilan

kesempatan yang sama untuk independent, imparial, dan

bebas,

serta dalam objektif, rasional, adil dan

turut

pemerintahan atau untuk manusiawi;

mempengaruhi tindakan-

e. Asas non-liquet, hakim tidak tindakan pemerintahan. Untuk boleh menolak perkara karena

itu asas demokrasi itu alasan undang-undang yang

diwujudkan melalui beberapa tidak ada atau tidak jelas;

prinsip, yaitu:

f. Hak asasi manusia harus

a. Adanya mekanisme dirumuskan dan dijamin

pemilihan pejabat-pejabat perlindungannya

publik tertentu yang undang-undang atau UUD.

dalam

bersifat langsung, umum,

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

bebas, rahasia, jujur dan partisipasi rakyat secara adil

efektif. diselenggarakan secara

yang

5. Pemerintah dan Pejabat berkala;

mengemban amanat

b. Pemerintah sebagai pelayan bertanggungjawab dan

masyarakat dalam rangka dapat

mewujudkan pertanggung

dimintai

kesejahteraan masyarakat oleh badan perwakilan

jawaban

sesuai dengan tujuan rakyat;

bernegara yang

c. Semua warga Negara bersangkutan. Dalam memiliki kemungkinan

asas ini terkandung hal- dan kesempatan yang

hal sebagai berikut: sama untuk berpartisipasi

a. Asas-asas umum dalam

pemerintahan yang pengambilan keputusan

proses

layak; politik dan mengontrol

b. Syarat-syarat pemerintah;

fundamental bagi

d. Semua

keberadaan manusia pemerintahan

tindakan

yang bermartabat bagi kritik dan kajian

terbuka

manusiawi dijamin rasional oleh semua

dan dirumuskan pihak;

dalam aturan

e. Kebebasan perundang- berpendapat/berkeyakina

undangan, n

khususnya dalam pendapat;

f. Kebebasan pers dan lalu

c. Pemerintah harus lintas informasi;

secara rasional

g. Rancangan

menata tiap undang

undang-

tindakannya, dipublikasikan

harus

memiliki tujuan memungkinkan

untuk

yang jelas dan berhasil

guna

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

(doelmatig) . Artinya,

lebih dari bagian pemerintahan

mengambil

Orang yang tidak harus

itu

semestinya.

menghiraukan hukum juga termasuk diselenggarakan

orang yang tidak adil karena semua hal secara efektif dan

yang didasarkan kepada hukum efisien. 8 dianggap adil .

Berdasarkan uraian diatas, Keadilan berasal dari kata maka inti suatu negara negara hukum

“Adil” yang berarti tidak berat sebelah, adalah alat pemaksa untuk mematuhi

tidak memihak: memihak pada yang peraturan-peraturan

benar, berpegang pada kebenaran: keinginan bersama. Dimana konsep

agar tercapai

sepatutnya, dan tidak sewenang- pokok negara hukum itu adalah adanya

wenang. Pada hakikatnya, keadilan pembatasan oleh hukum, dalam

sikap untuk pengertian bahwa setiap sikap, tingkah

adalah

suatu

memperlakukan seseorang sesuai laku dan perbuatan baik yang

dengan haknya. Dan yang menjadi hak dilakukan oleh penguasa ataupun oleh

setiap orang adalah diakui dan warga negaranya dibatasi oleh hukum

diperlakukan sesuai dengan harkat dan itu sendiri.

martabatnya, yang sama derajatnya,

Teori Keadilan dan Keseimbangan

yang sama hak dan kewajibannya, Keadilan merupakan salah satu

membeda-bedakan suku, tujuan hukum yang paling banyak

tanpa

keturunan, agama, dan golongan. dibicarakan sepanjang perjalanan

Masyhur, dalam sejarah filsafat hukum. Aristoteles

Kahar

bukunya mengemukakan pendapat- menyatakan bahwa keadilan adalah

pendapat tentang apakah yang kebajikan yang berhubungan dengan

dinamakan adil, terdapat 3 (tiga) hal hubungan antar manusia, aristoteles 9 tentang pengertian adil, yaitu:

1. “Adil” ialah : meletakan sesuatu mengandung lebih dari satu arti, adil

juga menyatakan bahwa kata adil

pada tempatnya; dapat berarti menurut hukum dan apa

8 Darmodiharjo Darji dan Shidarta, Pokok-

yang sebanding yaitu semestinya,

Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filasafat

maksud disini adalah sesorang yang (Jakarta:

Hukum

Indonesia,

Gramedia 2008), hlm. 156. 9

dikatakan tidak adil apabila orang itu

Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 1985), hlm. 71.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

2. “Adil” ialah : menerimahak tanpa negara harus bersikap netral dan lebih dan memberikan orang lain

memperlakukan semua pihak tanpa kurang;

secara sama tanpa terkecuali.

3. “Adil” ialah : memberikan hak

3. Adam Smith menolak keadilan setiap yang berhak secara lengkap

distributif sebagai salah satu jenis tanpa lebih tanpa kurang antara

keadilan. Alasannya antara lain sesama yang berhak dalam

karena apa yang disebut keadilan keadaan

selalu menyangkut hak semua penghukuman orang jahat atau

orang tidak boleh dirugikan yang melanggar hukum, sesuai

haknya atau secara positif setiap dengan

orang harus diperlakukan sesuai pelan ggaran”.

kesalahan

dan

dengan haknya. Selanjutnya,

Adam Smith

hanya menerima satu konsep atau teori Berdasarkan uraian diatas maka keadilan adalah: 10 penulis menyimpulan bahwa teori

1. Menurut Adam Smith yang disebut kedailan dan teori keseimbangan keadilan sesungguhnya hanya

kesetaraan dan punya satu arti yaitu keadilan

memberikan

keharmonisasian hak bagi setiap orang komutatif

yang berhak secara lengkap tanpa lebih kesetaraan,

yang

menyangkut

tanpa kurang antara sesama yang keharmonisan hubungan antara

keseimbangan,

berhak dalam keadaan yang sama satu orang atau pihak dengan

sesuai dengan harkat dan martabatnya, orang atau pihak yang lain.

yang sama derajatnya.

2. Keadilan legal sesungguhnya

Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 KUHPerdata Pada

sudah terkandung dalam keadilan

Perjanjian Kredit Perbankan Dalam

komutatif, karena keadilan legal

Kajian Asas Keadilan

sesungguhnya hanya konsekuensi Keadilan adalah tujuan utama

lebih lanjut dari prinsip keadilan hukum. “Hukum adalah kehendak komutatif yaitu bahwa demi

demi untuk keadilan” kata Gustav menegakkan keadilan komutatif

Radbruch (Recht Ist Wille Zur

Gerechtigkeit). Pertanyaan seputar apa

itu “keadilan” adalah suatu pertanyaan

http://hadasiti.blogspot.co.id/2012/11/teori-

keadilan-menurut-para-ahli.html ,

Diposkan

11th November 2012 diakses pada tanggal 8

yang sering didengar, demikian juga

Maret 2017 Pukul 02.30 WIB.

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

dengan para ahli, dalam memberikan keuntungan ekonomis yang lebih besar pengertian tentang apa arti keadilan itu

bagi masyarakat secara keseluruhan. memiliki keberagaman.

Sikap ini justru bertentangan dengan Keadilan menurut Upianus, 11 keadilan sebagai fairness, yang

adalah sebagai “Justitia Est Constans menurut prinsip kebebasan yang sama Et Perpetua Voluntas Ius Suum Cuique

yang melandasi Tribuendi” (keadilan adalah kehendak

sebagai

basis

pengaturan kesejahteraan sosial. Oleh yang

karenanya pertimbangan ekonomis memberikan kepada masing-masing

tidak boleh bertentangan dengan apa yang menjadi haknya) atau

prinsip kebebasan dan hak yang sama “Tribuere Cuique Suum” “To Give

bagi semua orang. Keputusan sosial Everybody His Own”, memberikan

yang mempunyai akibat bagi semua kepada setiap orang yang menjadi

orang atau masyarakat harus dibuat haknya. Perumusan ini dengan tegas

atas dasar hak (right based weight) dari mengakui hak masing-masing person

pada atas dasar manfaat (good-based terhadap lainnya serta apa yang harus

weight). Dengan demikian keadilan menjadi bagiannya, demikian pula

sebagai fairness dapat dinikmati oleh sebaliknya. Justianus 12 dalam corpus

semua orang. Dalam konteks ini yang luris civilis: juris praecepta sunt haec:

dimaksud Rawls adalah “justice as honeste vivere, alterum non laedere,

fairness” yang ditandai adanya prinsip suum

rasionalitas, kebebasan, dan kesamaan. peraturan-peraturan dasar dari hukum

cuique tribuere,

bahwa

Oleh karena itu, diperlukan prinsip- adalah terkait dengan hidup dengan

keadilan yang lebih patut, tak merugikan orang lain dan

prinsip

mengutamakan asas hak daripada asas memberatkan orang lain apa yang

manfaat.

menjadi bagiannya. Berdasarkan uraian diatas maka

menggarisbawahi bahwa penadangannya adalah tidak adil

Sedangkan 13 Rawls, dalam

penulis

kedilan sebagaimana mengorbankan hak dari satu atau

konsep

pandangan Rawls harus dipahami beberapa

fairness, dalam arti

“kesetaraan kedudukan dan hak”

11 O. Notohamidjojo, Masalah: Keadilan,

12 (Semarang, Tirta Amerta, 1971), hlm. 18-19.

bukan dal am arti “kesamaan hasil”

13 Ibid., hlm. 9. Agus Yudha Hernoko, Op. Cit., hlm. 55-56.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

yang dapat diperoleh semua orang. pelaksanaan perjanjian, melainkan juga Dimana kesamaan hasil bukanlah suatu

dibuatnya atau alasan untuk membenarkan prosedur

pada

saat

ditandatanganinya perjanjian. atau hukum.

Dikaitkan dengan perjanjian Pembasahan tentang hubungan

kredit baku pada dunia perbankan kontraktual para pihak hakekatnya

dalam klausula perjanjian yang tidak

mengesampingkan Pasal 1266 dan hubungannya

dapat dilepaskan

dalam

Pasal 1267 KUHPerdata yaitu sebagai keadilan. Kontrak atau perjanjian

dengan

masalah

upaya dalam penyelesaian perkara sebagai wadah yang mempertemukan

melalui lembaga peradilan untuk kepentingan satu pihak dengan pihak

mencari keadilan fairness atau sebagai yang lain menuntut bentuk pertukaran

pure procedure justice tidak menuntut kepentingan yang adil.

setiap orang yang terlibat dan Menurut Prof. R. Subekti, 14 menempuh prosedur yang sama juga

jika pelaksanaan perjanjian menurut harus mendapat hasil yang sama. hurufnya,

Sebaliknya, hasil prosedur yang fair itu ketidakadilan, maka hakim mempunyai

akan

memunculkan

harus diterima sebagai adil juga kewenangan untuk menyimpang dari

orang tidak isi perjanjian menururt hurufnya.

apabila

setiap

mendapatkan hasil yang sama. Namun Dengan

keadilan yang dimaksud adalah pelaksanaan

demikian

jika

memberikan suatu hak mendasar dan menimbulkan ketidakseimbangan atau

suatu

perjanjian

kedudukan hukum yang sama bagi melanggar rasa keadilan, maka hakim

setiap nasabah dan debitur dalam dapat

setiap perbuatan hukum. terhadap hak dan kewajiban yang

mengadakan

penyesuaian

Pasal 1266 KUHPerdata adalah tercantum dalam perjanjian yang

merupakan suatu aturan hukum yang dibuat oleh para pihak. Hakim

bersifat wajib dalam arti para pihak berdasarkan itikad baik, menggunakan

dalam perjanjian timbal balik tidak kewenangan untuk mencampuri isi

mengesampingkan dan perjanjian, sehingga tampaknya itikad

dapat

melepaskan diri dari Pasal 1266 baik bukan saja harus ada pada

KUHPerdata dalam klausula perjanjian

yang dibuat, bahkan dalam ketentuan

Suharnoko, S.H., LL.M, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Cetakan Kedua

ini dalam hal terjadi wanpretasi

2004. (Jakarta, Kencana Prenada Media Group. 2004), hlm. 4.

perjanjian yang dibuat tidak secara

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

otomatis batal tetapi harus diajukan perjanjian yang dibuat. Dalam hal ini kepada hakim untuk memperoleh suatu

asas kesimbangan adalah keadaan pembatalan baik atas pembatalan

hening atau keselarasan karena dari perjanjian ataupun dalam hal ganti rugi

berbagai gaya yang bekerja tidak sebagai akibat yang ditimbulkan dari

satupun mendominasi yang lainya atau perjanjian yang telah dibuat oleh para

karena tidak satu elemen menguasai pihak.

yang lainnya.

Asas keseimbangan dalam sebagimana telah penulis uraikan

Dalam teri

keadilan

perjanjian kredit dijabarkan dalam bahwa keadilan fairness atau sebagai

perumusan hak dan kewajiban para pure procedure justice mendasari pada

pihak, sebagai indikator penentu terwujudnya perlindungan hak dan

penjabarannya tampak pada posisi kedudukan yang sama dalam suatu

seimbang antara hak dan kewajiban perbuatan hukum. Oleh sebab itu

masing-masing pihak dalam perjanjian perjanjian kredit baku yang diterbitkan

kredit. Keseimbangan para pihak oleh bank selaku kreditur dimana

hanya akan terwujud apabila para debitur hanya didudukan pada psosisi

pihak berada pada posisi yang sama yang pasif dengan klausula yang

kuat, namun bank sebagai pihak yang mengesampingkan Pasal 1266 dan

dominan sedangkan nasabah pelaku Pasal 1267 KUHPerdata sebagai syarat

usaha kecil sebagai pihak yang lemah batal adalah menghapus hak-hak

keseimbangan sulit terwujud. hukum debitur dan bertentangan

Dalam asas keseimbangan dengan teori keadilan yaitu keadilan

menghendaki kedua pihak memenuhi fairness atau sebagai pure procedure

dan melaksanakan perjanjian itu. Asas justice .

keseimbangan merupakan kelanjutan

Pengesampingan Pasal 1266 Dan

dari asas

persamaan. Kreditur

Pasal 1267 KUHPerdata Pada

mempunyai kekuatan untuk menuntut

Perjanjian Kredit Perbankan Dalam Kajian Asas Keseimbangan

prestasi jika diperlukan dapat menuntut

pelunasan prestasi melalui kekayaan Asas kesimbangan dalam suatu

debitur, namun kreditur memikul perjanjian kredit perbankan diperlukan

beban untuk melaksanakan perjanjian untuk menyeimbangkan kepentingan

itu dengan itikad baik, sehingga para pihak yang terikat pada suatu

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

kedudukan kreditur dan debitur hukum baik antara bank selaku seimbang. Kerja Asas kesimbangan

kreditur dengan nasabah selaku debitur yang optimal akan menyeimbangkan

harus berpangkal pada kedudukan kepentingan pihak-pihak, memberikan

kedua belah pihak yang sama kuatnya, hukum yang ideal bagi para pihak dan

sehingga dapat mewujudkan suatu memberikan keadilan dalam perjanjian

dalam kepentingan sebagaimana yang telah dibuat oleh

kesimbangan

masing-masing, sedangkan dalam para pihak. Oleh sebab itu suatu

seringkali tidaklah perjanjian kredit perbankan sangatlah

kenyataanya

demikian. Kedudukan para pihak yang beralasan selain melandasi pada asas-

tidak seimbang yakni tidak sama kuat asas umum perjanjian lainya haruslah

kedudukannya atau tidak mempunyai mendasari pada asas kesimbangan

bargaining position yang sama telah dimana memberikan suatu jaminan

mempengaruhi daya kerja asas atas posisi yang sama antara debitur

berkontrak sehingga dan kreditur.

kebebasan

ketimpangan- Adapun 3 (tiga) aspek yang

menimbulkan

ketimpangan dan ketidakadilan dalam dapat digunakan dalam menguji

pengaturan hak dan kewajiban para berlakunya asas kekseimbangan dalam

pihak dalam perjanjian. suatu perjanjian, yaitu:

Pembatasan hak dan

1. Perbuatanya sendiri atau pelaku ketidakseimbangan kedudukan dalam individual;

perjanjian

sering terjadi pada

2. Isi kontrak; perjanjian kredit perbankan, bank telah

3. Pelaksanaan dari apa yang telah menyusun secara sepihak setiap disepakati.

perjanjian kredit yang nantinya akan Hal yang selalu dikedepakan

mengikat dan berlaku bagi bank itu dengaan asas kesimbangan dalam

sendiri dengan debitur. Posisi yang suatu penyusunan perjanjian kredit

tidak seimbang antara bank dengan pada suatu bank adalah adanya asas

calon debitur memberikan kedudukan kebebasan

yang menguntungkan bagi bank, hal dipahami para pihak dapat dengan

berkontrak

dimana

ini yang melatarbelakangi hadirnya leluasa membuat suatu perjanjian.

suatu perjanjian baku dalam perjanjian Kebebasan berkontrak sebagaimana

kredit dengan klausula-klausula yang menjadi rumusan dasar para pihak

telah ditentukan secara sepihak oleh dalam melakukan suatu hubungan

bank.

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

kewajiban yang ditimbulkan oleh perbankan yang menjadi kajian penulis

perjanjian yang dibuat, sedangkan adalah perjanjian kredit baku dengan

dalam konteks Asas kesimbangan klausula yang mengesampingkan Pasal

perjanjian kredit 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata

dalam

suatu

perbankan adalah agar dapat sebagai syarat batal dalam suatu

menyeimbangkan kepentingan para perjanjian. Pasal 1266 KUHPerdata

pihak yang terikat pada suatu menegaskan

perjanjian yang dibuat atau dengan terjadinya wanprestasi dapat dilakukan

bahwa dalam

hal

kata lain terciptanya suatu keselarasan upaya pembatalan atau ganti rugi

ada satupun sebagai akibat dari suatu perjanjian

dimana

tidak

mendominasi yang lainya atau kerena yang telah di buat pada pengadilan.

tidak satu elemen menguasai yang Tentunya Pasal 1266 KHUPerdata

lainnya.

memberikan penegasan bahwa bukan

Wanpretasi sebagai Syarat Batal dalam Perjanjian Kredit Perbankan

merupakan suatu hal yang dapat

atau Pembatalan Perjanjian Melalui

ditawar-menawar

penyelesaian

Proses Pengadilan dan Implikasi Yuridis atas Hak Debitur

masalah wanpretasi melalui lembaga

pengadilan, namun

Perikatan yang bersifat timbal kenyataannya pada perjanjian kredit

dalam

balik senantiasa menimbulkan sisi aktif baku Pasal 1266 dan Pasal 1267

dan sisi pasif. Sisi aktif menimbulkan KUHPerdata

hak bagi kreditur untuk menuntut disampingkan dan dinyatakan tidak

dengan

tegas

pemenuhan prestasi, sedangkan sisi berlaku.

pasif menimbulkan beban kewajiban Pengesampingan Pasal 1266

bagi debitur untuk melaksanakan dan Pasal 1267 KUHPerdata dalam

prestasinya. Pada situasi normal antara suatu perjanjian baku kredit perbankan

prestasi dan kontra prestasi akan salin ini

bertukar, namun pada kondisi tertentu membuktikan bahwa adanya akibat

juga menggambarkan

dan

pertukaran prestasi tidak berjalan yang tidak adil dimana tidak

mestinya sehingga memberikan suatu kedudukan yang

sebagaimana

muncul peristiwa yang disebut seimbang bagi para pihak dalam

wanprestasi. Pelanggaran hak-hak kedudukan hukum maupun hak dan

kontraktual tersebut menimbulkan

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

kewajiban ganti rugi berdasarkan 15 Pasal 1266 KUHPerdata wanprestasi, sebagaimana diatur dalam

menjadi salah satu pasal yang Pasal 1236 KUHPerdata (untuk

pembatalan perjanjian prestasi memberikan sesuatu) dan

mengatur

sebagai akibat adanya wanpretasi Pasal 1239 KUHPerdata (untuk

pembatlan melalui prestasi berbuat sesuatu).

dilakukan

pengadilan, yaitu:

“Syarat batal dianggap selalu contract) adalah tidak dilaksanakannya

ditancumkan dalam persetujuan- prestasi atau kewajiban sebagaimana

persetujuan yang bertimbal balik, mestinya yang dibebankan oleh

manakalah salah satu pihak tidak kontrak terhadap pihak-pihak tertentu

memenuhi kewajibannya”.“Dalam hal seperti yang disebutkan dalam kontrak

demikian persetujuan tidak batal demi yang

hukum, tetapi pembatalan harus wanprestasi membawa konsekuensi

bersangkutan.

Tindakan

dimintakan kepada hakim”. terhadap timbulnya hak pihak yang

“Permintaan ini juga harus dilakukan dirugikan untuk menuntut pihak yang

meskipun syarat batal mengenai tidak melakukan

terpenuhinya kewajiban dinyatakan di memberikan ganti rugi, sehingga oleh

wanprestasi untuk

dalam perja njian”.“Jika syarat batal hukum diharapkan agar tidak ada satu

tidak dinyatakan dalam persetujuan, pihak pun yang dirugikan karena

hakim adalah leluasa untuk, menurut wanprestasi tersebut.

keadaan, atas permintaan si tergugat, Wanprestasi timbul dari adanya

memberikan suatu jangka waktu mana, persetujuan atas agreement. Artinya

namun tidak lebih dari satu bulan”. untuk mendalilkan suatu subjek hukum

Syarat batal pada pasal ini telah wanprestasi, harus ada terlebih

hanya khusus mengatur ketika terjadi dahulu suatu perjanjian yang dibuat

tidak yang lain. oleh para pihak yang telah memenuhi

wanprestasi ,

Prinsipnya, Pasal 1266 KUHPerdata syarat-syarat dalam Pasal 1320

ini ingin memberikan suatu kewajiban KUHPerdata, baik syarat subjektif

(mau tidak mau) bahwa bagaimanapun maupun syarat objektif.

para pihak mengatur suatu perjanjian timbal-balik (das Sein), namun apabila berkaitan dengan batalnya perjanjian

15 Pasal 11266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Grahamedia Perss. 2013

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

sebagai akibat wanprestasi, perjanjian perjanjian kredit tentunnya posisi tersebut harus tunduk pada ketentuan

dominan bank akan lebih menentukan Pasal 1266 KUHPerdata (das Sollen).

isi suatu perjanjian itu, oleh sebab itu Kewajiban yang tidak dapat ditawar-

sering dijumpai perjanjian kredit tawar sebagaimana diatur dalam Pasal

memiliki sifat berbentuk baku dengan 1266 KUHPerdata terlihat dari

klausula yang telah ditentukan oleh penggunaan kata “dianggap selalu“.

bank.

Artinya, ada atau tidaknya klausula Dalam kajian teori tradisional, mengenai batalnya perjanjian sebagai

tiap hak seorang individu mengandung akibat wanprestasi, maka ketentuan

“klaim” atas pelakuan individu lain, yang berlaku adalah ketentuan Pasal

yakni atas perlakukan yang diwajibkan 1266 KUHPerdata tersebut.

individu kedua kepada individu yang Peranan lembaga peradilan atau 16 pertama . Oleh sebab itu proses

Hukum merupakan suatu kebijakan penyelesaian sengketa wanprestasi atau aturan yang berfungsi untuk

diluar pengadilan yang mendasari pada mengatur tingkah laku masyarakat

perjanjian yang dibuat dengan serta menjadi salah satu pedoman bagi

mengesapingkan Pasal 1266 dan Pasal penggerak bangsa dalam melakukan

KUHPerdata memberikan tugasnya. Menurut Prof. Soebekti, S.H

implikasi-implikasi yuridis hilangnya tujuan dari pada didirikannya hukum

hak-hak debitur, dimana debitur dalam adalah menyelenggarakan keadilan

kedudukan lebih lemah dibandingakn demi kehidupan bermasyarakat yang

dengan bank sebagai kreditur akan adil dan makmur.

lebih menguntungkan dan membuat Proses

bank lebih dominan dalam mengambil pemasalahan melalui pengadilan dapat

penyelesaian

keputusan-keputusan sebagai solusi memberikan jaminan bahwa hak-hak

permasalahan debitur dapat terlindungi secara hukum

penyelesaian

wanprestasi. Pilihan-pilihan alternatif tanpa dipengaruhi oleh adanya

yang akan diambil lebih dominan kedudukan yang dominan dari para

merupakan pilihan dari pihak bank pihak yang terikat dalam hubungan

dibandingkan pilihan pihak debitur. hukum sebagai akibat yang ditimbukan

16 Han Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-

oleh perjanjian yang dibuat. Dalam hal

Dasar Ilmu Hukum Normatif, Cetakan XVI 2014. (Bndung: Penerbit Nusa Media, 2014). hlm. 153.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

Selain itu implikasi yuridis yang lain Hakim dalam memutus perkara atas hak-hak debitur adalah debitur

perdata harus dapat memenuhi rasa kehilangan

keadilan bagi masyarakat, dalam hal memperoleh suatu putusan pengadilan

memutus suatu perkara hakim yang meberikan kedudukan yang

mempunyai kebebasan, hal ini sesuai seimbang,

dengan salah satu unsur Negara hukum melakukan

yang menyatakan, bahwa adanya mempertahankan hak-hak hokum

upaya

untuk

peradilan yang bebas dan tidak termasuk gugatan-gugatan ganti rugi

Hakim selain atas kerugian yang dialami debitur.

memihak.

memperhatikan ketentuan yang tertulis

Peranan Hakim untuk Memberikan

dalam

undang-undang juga

Perlindungan Hak Debitur Dalam

memperhatikan hukum yang hidup

Proses Penyelesaian Wanpretasi Sebagai

dalam masyarakat serta menggunakan

Perjanjian Kredit Perbankan

hati nurani yaitu berdasarkan hakim

Hakim sebagai pihak pemutus dan rasa keadilan masyarakat. perkara sangat berperan sebagai

Hakim memegang peranan penentu masa depan hukum, karena

yang sangat penting dalam suatu setiap putusan hakim akan menjadi

lembaga peradilan. Hakim sebagai pusat perhatian masyarakat. Hakim

penegak hukum dan keadilan, serta tidak hanya berperan sebagai corong

pejabat Negara yang undang-undang, tetapi hakim juga

sebagai

mempunyai tugas mulia dalam berperan sebagai penemu hukum

Negara hukum, (recht vinding) , sesuai dengan nilai-

mewujudkan

memberikan kepastian hukum, dan nilai budaya yang hidup di masyarakat,

kemanfaatan bagi masyarakat melalui terutama nilai-nilai Pancasila. Hakim

putusan hukumnya di pengadilan. harus mengadili dengan benar terhadap

Putusan hakim adalah penemuan perkara yang diajukan kepadanya,

hukum dalam arti khusus mengandung hakim tidak boleh menolak suatu

pengertian proses dan karya yang perkara dengan alasan hukum tidak ada

oleh hakim, yang atau belum jelas, melainkan wajib

dilakukan

menetapkan benar dan tidak benar mengadilinya. Sebagai penegak hukum

menurut hukum dalam suatu situasi hakim wajib menggali, mengikuti dan

konkrit.

memahami nilai hukum yang hidup

hakim dalam dalam masyarakat.

Tindakan

memerikasa dan memutuskan perkara

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

adalah merupakan rangkaian kegiatan Tindakan hakim ini dilakukan tanpa penegakan hukum untuk mengakhiri 17 didahulukan persidangan.

suatu sengketa yang terjadi dalam

2. Bindang Litigasi kehidupan

litigasi, yaitu mewujudkan suatu keadilan hukum.

pemutusan sengketa melalui putusan Dalam

hakim. Litigasi dalam bahasa inggris hukum, Pasal 27 Undang-Undang

melaksanakan

penegakan

sebagai “to bring a law suit against Nomor 14 Tahun 1970 tentang

someone to have dispute settled”, yang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan

artinya diuraikan sebagai “upaya kehakiman, mewajibakan hakim untuk

gugatan terhadap menggali, mengikuti dan memahami

mengajukan

untuk mendapatkan nilai-nilai hukum yang hidup di dalam

seseorang

putusan”.

masyarakat. Ditinjau dari peranan dan aspek Adapun peranan hakim dalam

hukum atas peran hakim dalam kajian upaya-upaya memberikan perlidungan

penulis tentang pengesampingan Pasal hukum kepada pihak-pihak melalui

1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata lembaga peradilan, terbagi menjadi

dalam perjanjian kredit bank sebagai menjadi 2 (dua), yaitu:

perjanjian baku serta implikasi yuridis

1. Bidang Non Litigasi bagi hak-hak debitur, maka mendasari Bidang 18 non litigasi yaitu pada pandangan Sluyter, yang

berbagai tindakan yang dilakukan menyatakan bahwa hakim memliki 3 hakim (dalam hal ini ketua pengdilan

(tiga) peranan sebagai cara melakukan negeri) menangani berbagai masalah

terhadap penggunaan yang berkaitan dengan pelaksanaan

kontrol

perjanjian kredit baku “standard perjanjian kredit bank. Misalnya,

contract” dalam dunia perbankan. penyampaian somasi, penyitaan barang

yaitu sebagai berikut: jaminan, aannmaning, sita eksekusi,

dipertanyakan pelelangan dan pengosongan; tindakan

1. Pertama-tama

apakah formulir sebagai bentuk pencegahan seperti legalisasi dan

perjanjian baku atau standard waarmerking tergolong bidang ini.

contract dapat diterapkan, dalam

17 Dr. H. P Panggabean, S.H., M.S. Op. Cit. hlm. 87. 18

Ibid . hlm. 90.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

hal seorang

berat atau tidak bisa untuk menandatangani perjanjian kredit

debitur

dilaksanakan.

yang telah dibuat dalam bentuk

Sudikno formulir tanpa memahami terlebih 19 Martokusumo, dalam pandangannya

Mengutip

bahwa “penegakan dan benar atas isi perjanjian. Hal

dahulu atau mengerti dengan baik

menyatakan

hukum” adalah sebagai pelaksana atau ini dikarenakan adanya ketentuan

penegakan undang-undang. dalam Pasal 6.5..1.3 N.B.W sebagai

Berdasarkan pada urain-uraian landasan untuk dapat dilakukan

diatas bahwa peranan peradilan pembatalan jika perjanjian pihak

sengketa dan/atau lawan pada saat menandatangani

mengenai

menyelesaikan permasalahan yang perjanjian itu merasa tidak cukup

berkaitan dengan perjanjian kredit mendapatkan penjelasan dangan

perbankan adalah untuk memberikan memahami tentang isi perjanjian

suatu perlindungan hukum bagi pihak itu, selain itu pembatalan dapat

yang lemah kedudukannya dalam dibenarkan kerena penerimaan dari

proses perjanjian kredit yang dibuat suatu penundukan secara umum

baik itu sebagai bank sendiri maupun yang dipaksakan (een algemene

sebagai nasabah bank. onderwerping van de adherent) Perlindungan

hukum mengandung suatu resiko yang

merupakan gambaran dari bekerjanya harus dipikul pihak lain.

fungsi hukum untuk mewujudkan

2. Sebagai alat kontrol atas peraturan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, dalam perjanjian, ketentuan yang

kemanfaatan dan kepastian hukum. mengatur “standard contract”

Perlindungan hukum adalah suatu yang bersifat meragukan (bij

perlindungan yang diberikan kepada twiffel) harus menguntungkan

subyek hukum sesuai dengan aturan pihak lawan yang dipaksakan

hukum, baik itu yang bersifat preventif (contra preferenttem). (pencegahan) maupun dalam bentuk

3. Pasal 6.5.1.3 N.B.W hakim dapat yang bersifat represif (pemaksaan), memutuskan janji-janji mana yang

baik yang secara tertulis maupun tidak telah diterima sebagai kewajiban

tertulis dalam rangka menegakkan daan janji-janji mana yang harus

peraturan hukum.

ditolak karena dianggap terlalu

19 Ibid . hlm. 88.

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

Selanjutnya peranan peradilan pasal 1267 KUHPerdata yang lainya selain sebagai kotrol dan untuk

mengatur tentang tata cara ganti rugi memberikan

sebagai akibat yang ditimbulkan dari hukum bagi pihak yang memiliki

suatu

perlindungan

adanya suatu perjanjian dibuat oleh kedudukan yang lemah, peranan

para pihak dimana melalui lembaga peradilan

peradilan hakim dalam perannya dan memberikan

melalui putusan dapat menentukan memberikan kedudukan hukum atas

keseimbangan

dan

jenis dan bentuk ganti rugi tertanggung hak-hak hukum pihak-pihak yang

bagi para pihak baik sebagai kreditur lemah atau yang dirugikan sebagai

maupun sebagai debitur. bagian dari akibat yang ditimbulkan

Kesimpulan

dari adanya perjanjian

Pengesampingan Pasal 1266 perbankan yang dibuat baik pada

kredit

dan Pasal 1267 KUHPerdata sebagai proses melaksanakan isi perjanjian

syarat dalam perjanjian adalah maupun dalam proses penyelesaian

bertentangan dengan asas keadilan dan permasalahan hukum sebagai akibat

asas keseimbangan. Asas keadilan dari adanya perjanjian.

sebagaimana menurut Rawls adalah Oleh sebab itu sangatlah

tidak adil mengorbankan hak dari satu mendasar bahwa dalam permasalahan

atau beberapa orang hanya demi wanprestasi sebagai syarat batal dalam

keuntungan ekonomis yang lebih besar perjanjian yang diatur dalam Pasal

bahkan suatu keadilan menurutnya 1266 KUHPerdata merupakan suatu

harus dipahami sebagai fairness, dalam aturan yang wajib dan tidak dapat

arti “kesetaraan kedudukan dan hak” ditawar serta dikesampingkan oleh

bukan dalam arti “kesamaan hasil” para pihak melalui klausula-klausula

yang dapat diperoleh semua orang, dalam

dengan kata lain keadilan yang perbankan, Pasal 1266 KUHPerdata

dimaksud adalah keadilan yang merupakan pasal yang mengatur secara

memberikan suatu jaminan atas tegas tentang tatacara penyelesaian

kesetaraan kedudukan dan hak antara permasalahan wanpretasi melalui

bank selaku kreditur dengan debitur lembaga peradilan. Selain Pasal 1266

dalam perjanjian kredit perbankan KUHPerdata, demikian juga dengan

sebagaimana juga merupakan bagian

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 1 Mei 2017

dari asas keseimbangan yang keadilan. Wanprestasi membawa mewujutkan kesetaraan posisi yang

konsekuensi terhadap timbulnya hak seimbang antara hak dan kewajiban

pihak yang dirugikan baik sebagai masing-masing pihak dalam perjanjian

kreditur maupun debitur untuk kredit baik sejak awal perjanjian dibuat

menuntut pihak yang melakukan sampai pada pemenuhan hak dan

wanprestasi untuk memberikan ganti kewajiban yang diperjanjikan termasuk

rugi, sehingga oleh hukum diharapkan secara khusus hak-hak hukum dalam

agar tidak ada satu pihak pun yang hal penyelesaian permasalahan hukum

dirugikan karena wanprestasi tersebut. oleh

karena wanpretasi

pada

Daftar Bacaan

pengadilan. Selaian

itu,

Adrian

2014, Hukum Perbankan, Jakarta , Sinar

KUHPerdata dalam perjanjian kredit Abdul kadir Muhammad, Hukum

juga bertentangan dengan Pasal 1266 Perdata Indonesia, Bandung,

KUHPerdata itu sendiri, Pasal 1266 citra aditya bakti. 1993.

KUHPerdata mengatur bahwa dalam Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum

hal terjadinya

wanprestasi

Perjanjian

Asas Proposionalitas dalam Kontrak

Komersial, Jakarta., Kencana. dicantumkannya

Pasal

Ahmad Sudiro dan Deni Bram, 2013, KUHPerdata pembatalan perjanjian Hukum dan Keadilan (Aspek

harus dimintakan pada pengadilan Nasional dan Internasional), Jakarta, Raja Grafindo Perdasa.

dengan demikian

Pasal

KHUPerdata adalah pasal yang wajib Budiono Herlien, Ajaran Umum

Perjanjian dan dan tidak dapat dikesampingkan. Penerapannya

Hukum

di Bidang Implikasi yuridis pencantuman

Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya, 200.

klausula yang mengesampingkan pasal

1266 dan pasal 1267 kitab undang- Budi Untung¸ 2005, Kredit Perbankan di Indonesia , Yogyakarta,

undang hukum

perjanjian kredit perbankan terkait Badrulzaman Marium Darus, 1980,

dengan hak debitur dalam proses Pembentukan Hukum Nasional

penyelesaian wanpretasi sebagai syarat

dan

Permasalhannya, Bandung, Alumni.

batal pada perjanjian

adalah

menghapus hak-hak serta upaya-upaya Badrulzaman Mariam Darus Hukum Perikatan dan KUH Perdata

hukum debitur

dalam mencari

Rocky Marciano Ambar, Budi Santoso Dan Hanif Nur Widhiyanti, Kajian Yuridis Pengesampingan Pasal 1266 Dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Sebagai Syarat Batal Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

Buku Tiga Yurisprudensi, Konstitusi dan Pelaksanaannya Doktrin, Serta Penjelasan,