Metode Penelitian (Teknik Sampling)
Metode Penelitian (
Teknik Sampling) Kuliah ke-7 Dr. Gatot Sugeng Purwono, M.S.
NIP. 19550306 198503 1004 Populasi dan Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang digunakan
sebagai dasar penarikan kesimpulan penelitian.
Peneliti menggunakan sampel sebagai cara utama
guna menaksir perilaku di dalam suatu populasi.
Patut dipertimbangkan secara serius pengambilan sampel agar representatif. Sensus dan sampling
Sensus adalah perhitungan seluruh elemen populasi dan digunakan untuk menggambarkan karakteristik populasi.
Sampling adalah pemilihan elemen (anggota atau unit) dari suatu populasi, yang digunakan untuk membuat pernyataan yang mengatasnamakan populasi.
Sampel ideal adalah sampel yang mewakili populasi secara sempurna, dengan seluruh ciri populasi termaktub di dalam sampel tersebut. Sampel ideal jarang terdapat dalam penelitian. dan Probability Sample Nonprobability Sample
memberi kesempatan
Probability Sample kepada semua elemen populasi untuk menjadi sampel.
tidak memberi setiap
Nonprobability Sample anggota populasi kesempatan untuk dipilih. Jumlah Sampel
Tidak ada jumlah akurat berapa sampel harus dipakai. Semua bergantung pada tujuan dan metode penelitian yang digunakan peneliti.
Sekadar acuan penentuan jumlah sampel, memberikan secara
jelas dan mudah dipahami.
Misalnya, Penelitian Korelasional butuh sampel minimal 30 responden. Penelitian Eksperimental, Kausal-Komparatif, butuh minimal 15 responden/obyek. Penelitian Survey (masuk kategori Penelitian Deskriptif) butuh minimal 100 responden kelompok utama dan minimal
50 responden kelompok minor. Penelitian Lapangan atau Etnografis
(kualitatif) tentunya butuh sampel tidak sebesar penelitian kuantitatif
karena tingkat kesulitannya. Penentuan jumlah sampel juga dibatasi
masalah biaya, waktu, uang, stress, dukungan administratir, jumlah penelitian dan sumberdaya. Sampel Acak (Random Sampling),
Dalam konteks Sample Acak (Random Sampling), sampel dapat ditentukan dengan dua cara.
1. Cara pertimbangan jujur peneliti bahwa sampel mewakili populasi dengan menetapkan jumlah sampel minimal.
2. Menggunakan tabel yang dibuat dengan rumus matematika
yang menghasilkan jumlah sampel yang mencukupi bagi jumlalh populasi tertentu. Contoh seperti dikembangkan Krejcie and Morgan tahun 1970 yang populer dengan nama Tabel Krejcie and . Metode Sampling terdiri dari 2 bagian besar 1.
Probability Sampling
Probability Sampling kerap dikaitkan dengan penelitian “Kuantitatif”.
2. Nonprobability Sampling.
Nonprobability Sampling seringhkali dikaitkan dengan penelitian “Kualitatif”. Namun, penelitian kuantitatif banyak pula yang menggunakan Nonprobability Sampling untuk menentukan unit analisisnya. terdiri dari a.
1. Probability Sampling
Simple Random Sampling; b. Systematic Sampling; c. Stratified Sampling; dan d. Cluster Sampling.
a. Simple Random Sampling
Simple Random Sampling merupakan sampiling paling mudah
dipahami dan paling banyak dimodelkan. Dalam SimpleRandom Sampling, peneliti mengembangkan Sampling Frame
yang akurat, memilih elemen-elemen dari Sampling Framemenurut prosedur acak matematika, lalu memilih siapa atau
apa yang dijadikan sampel.Dalam Simple Random Sampling, setiap unit di dalam populasi punya kesempatan untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Penelitian mulai dengan daftar observasi yaitu N. N adalah seluruh populasi yang ditentukan dalam Sampling Frame. Contoh Dalam wilayah pemungutan suara terdapat 1000 pemilih.
Peneliti hendak memilih 100 diantaranya untuk jajak pendapat. Peneliti memasukkan ke-1000 nama di sebuah kotak dan mengeluarkan 100 nama, sehingga 1000 orang tersebut punya kesempatan sama untuk menjadi sampel.
Dengan demikian, sampel yang digunakan adalah 10% dari populasi. Syarat utama Simple Random Sampling adalah membuat Sampling Frame. Sampel diturunkan dari Sampling Frame ini.
Dalam memilih sampel dengan teknik Simple Random Sampling digunakan Tabel Random Number (nomor acak). Cara menggunakannya sebagai
b. Stratifed Random Sampling
Stratified Random Sampling adalah variasi dari Simple Random
Sampling. Peneliti tidak memilih responden langsung dari populasi.
Pertama-tama peneliti membagi populasi ke dalam 2 atau lebih strata. Stratum adalah bagian dari populasi yang saling berbagi karakteristik khusus tertentu.
Pada Stratified Random Sampling, peneliti punya informasi tambahan seputar stratum yang ada dalam populasi. Misalnya
jenis kelamin dan kisaran umur, jabatan. Sampel lalu diambil dari
tiap-tiap stratum tersebut.c. Cluster Sampling
Cluster Sampling dipilih sebagai metode penarikan sampel jika terdapat dua masalah;
1. Tidak punya Sampling Frame yang baik bagi populasi yang tersebar.
2. Biaya untuk mengambil sampel tinggi (mahal, expensive). Contoh Cluster Sampling Terdapat daftar nama montir di wilayah Kota Bekasi. Bahkan, jika
peneliti punya Sampling Frame yang akurat, proses penyebaran
kuesioner memakan biaya mahal karena para montir tersebar di
kawasan yang luas dan macet serta berpolusi. Resiko kesehatan
jiwa pun mengancam. Jadi, ketimbang memakai satu Sampling
Frame, peneliti mengguna desain sampel yang meliputi Multiple
Stages dan Cluster.Cluster adalah pengelompokan responden. Dalam kasus montir di Kota Bekasi, para montir kelompokkan. Pengelompokkan biasanya berdasarkan wilayah geografis. Dalam kasus montir di Kota
Bekasi, peneliti melakukan hal-hal berikut dalam metode Cluster
Sampling:d. Systematic Sampling
Systematic Sampling adalah Simple Random Sampling dengan jalan pintas menuju pilihan acak.
Langkah pertama memberi nomor tiap elemen di dalam Sampling Frame. Berikutnya menggunakan Tabel Random Number, peneliti menghitung Sampling Interval, dan interval itu menjadi metode semi acak dari si peneliti. Sampling Interval (misalnya 1 dalam k, di mana k ada suatu angka) memberitahu peneliti bagaimana memilih elemen dari Sampling Frame dengan cara melewati elemen di dalam Sampling Frame sebelum memilihnya jadi sampel. Contoh Systematic Sampling
Mahasiswa FKIP UNMUH Jember ada 500 orang dan Amat seorang mahasiswa peneliti, hendak mengambil sampel (n) sebanyak 100 menggunakan Systematic Sampling. Amat harus mendaftar ke-500 mahasiswa secara urut. Sampling Fraction-nya menjadi f = 500/100 = 20%. Dalam kasus tersebut, ukuran Interval k sama dengan N/n = 500/100 = 5. Selanjutnya Amat tinggal memilih bilangan acak dari 1 hingga 5. Misalnya Amat memilih bilangan 2. Untuk memilih sampel Amat mulai dengan nomor 2 dan mengambil tiap k (yaitu 5, karena k = 5). Sampel Amat yaitu jatuh pada nomor 2, 7, 12, 17 dan terus begitu hingga anggota populasi nomor 500. Jadilah Amat memperoleh 100 orang sampel mahasiswa.
2. Non Probability Sampling terdiri dari a.
Convenience Sampling; b. Quota Sampling; c. Purposive Sampling; d. Snowball Sampling; e. Deviant Case Sampling; dan f. Sequential Sampling.
a. Convenience Sampling.
Convenience Sampling disebut juga Haphazard atau
Accidental Sampling. Convenience Sampling sebagai metode
sampling bisa berakibat pada sampel yang tidak efektif (tidak menggambarkan populasi) dan tidak direkomendasikan.Convenience Sampling adalah sampel yang dipilih secara convenience (nyaman) karena sifatnya yang mudah dan tidak menyulitkan peneliti. Contoh
Sebuah surat kabar bertanya pada pembaca lewat kolom kuesioner di surat kabar tersebut. Tidak semua orang yang baca koran punya minat pada masalah di dalam kuesioner, atau punya
waktu buat menggunting kuesioner dan mengirimkannya lewat
pos kendati gratis.Andai saja ada 5000 orang yang mengembalikan, tetapi kendati besar “sampel” itu tidak bisa secara akurat menggambarkan
populasi. Mungkin saja, kuesioner tersebut lebih punya nuansa
menghibur ketimbang melakukan penelitian. Hasil kesimpulan
penelitian seperti ini mendistorsi kesimpulan atas topik di dalam kuesioner.b. Quota Sampling.
Dalam Quota Sampling, peneliti awalnya mengidentifikasi kategori- kategori yang relevan dari sejumlah orang (misalnya laki – prempuan atau < 30 tahun, 30 – 60 tahun, > 60 tahun), lalu memutuskan seberapa banyak dibutuhkan dari setiap kategori untuk dijadikan sampel.
Quota Sampling merupakan “perbaikan” Convenience Sampling karena
peneliti dapat memastikan sejumlah perbedaan di dalam sampelnya.Dalam Convenience Sampling, orang yang diwawancara atau mengisi kuesioner bisa saja berasal dari usia atau jenis kelamin yang serupa.
Namun, Quota Sampling mengatasi kelemahan itu dengan menentukan variasi di dalam populasi. Contoh
Misalnya, peneliti memutuskan memilih 5 laki dan 5 prempuan di bawah umur 30 tahun, 10 laki dan 10 prempuan antara 30 – 60 tahun, dan 5 laki dan 5 prempuan di atas umur 60 tahun dalam menentukan 40 sampel yang dikehendaki. Adalah sulit mewakili seluruh karakteristik populasi secara akurat.
c. Purposive Sampling
Purposive Sampling juga disebut Judgmental Sampling.
Purposive Sampling digunakan dalam situasi dimana seorang ahli menggunakan penilaiannya dalam memilih responden dengan tujuan tertentu di dalam benaknya.
Dengan Purposive Sampling, peneliti tidak pernah tahu apakah responden yang dipilih mewakili populasi.
Metode Purposive Sampling kerap digunakan dalam Exploratory Research atau dalam Field Research. Purposive Sampling digunakan dalam 3 situasi.
1) Peneliti menggunakan guna memilih responden unik yang akan memberi informasi penting.
2) Peneliti menggunakan Purposive Sampling untuk memilih
responden yang sulit dicapai, yaitu suatu populasi khusus semisal kaum Gay atau Lesbian.
3) Tatkala peneliti ingin mengidentifikasi jenis responden tertentu
untuk diadakan wawancara mendalam. Tujuan penelitian bukan hendak melakukan generalisasi atas populasi yang lebih besar, tetapi lebih pada kehendak untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang sesuatu hal.
d. Snowball Sampling.
Snowball Sampling juga disebut Network Sampling, Chain Referral Sampling atau Reputational Sampling.
Snowball Sampling adalah metode guna mengidentifikasi dan mengambil sampel lewat suatu jaringan yang didasarkan pada analogi bola salju. Dimulai dari ukuran kecil, dan seiring proses, jumlahnya semakin membesar. Snowball Sampling adalah teknik multi tahap.
Snowball Sampling dapat dilakukan dengan membuat sosiogram, yaitu suatu diagram lingkaran yang dihubungkan dengan garis.
e. Deviant Case Sampling
Deviant Case Sampling juga disebut Extreme Case Sampling.
Deviant Case Sampling digunakan kala peneliti mencari responden yang berbeda dari pola-pola dominan yang berkembang. Sama dengan Purposive Sampling, Deviant Case Sampling digunakan saat peneliti menggunakan teknik yang beragam untuk menempatkan responden dengan karakteristik tertentu. Deviant Case Sampling beda dengan Purposive Sampling karena tujuannya mencari hal yang unik, khusus, tidak biasa, bukan mewakili seluruhnya. Sequential Sampling.
Sequential Sampling mirip dengan Purposive Sampling dengan satu perbedaan. Dalam Purposive Sampling, peneliti coba menemukan sebanyak mungkin responden yang relevan dengan masalah penelitian, hingga suatu saat uang, tenaga, dan jiwa peneliti mulai “menjerit.”
Dalam Sequential Sampling, peneliti terus mengumpulkan responden hingga jumlah informasi baru atau keragaman responden yang baru terpenuhi.