Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja

i

BIMBINGAN KONSELING UNTUK OPTIMALISASI
PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Disusun Guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Konseling Remaja
Dosen Pengampu : Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :
Nama : Zuraidah Harahap
Nim

: 1151151042

Keas : BK Reguer A 2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018/2019
i


ii

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya dapat menyelesaikan Makalah Saya yang berjudul
“Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja”
Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada Ibu Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd sebagai dosen pengampu dan semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan makalah ini.Terlepas dari semua itu,
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar Saya dapat memperbaiki laporan makalah ini.
Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakan dan dapat
memberikan informasi dan inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 19 April 2018


Zuraidah Harahap

iii

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Moral ................................................................................................................... 2
2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja ................................................................................. 3
2.3 Immoril Pada Perkembangan Remaja...................................................................................... 5
2.4 Pengaruh Orangtua Terhadap Perkembangan Moral Remaja..................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................10
3.2 Saran ...................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
ii

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tugas perkembangan remaja adalah perkembangan moral. Moral merupakan
penanda kepribadian seseorang. Apabila seseorang memiliki moral yang baik maka ia akan
memiliki kepribadian yang baik. Tapi, jika individu memiliki moral yang buruk maka ia
memiliki kepribadian yang buruk pula. Sebagai orang tua dan guru harus mengeta hui
bagaimana perkembangan moral remaja seharusnya. Orang tua dan guru harus tahu bagaimana
menghadapi dan mengembangkan moral remaja ke arah yang lebih baik.
Hal itu disebabkan karena pada masa remaja terjadi keadaan yang labil, sehing ga
remaja harus mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk sesuai dengan aturan-aturan
yang berlaku berdasarkan suara hati. Jika remaja tidak mampu mengendalikan diri maka remaja
akan terjerumus kea rah yang salah atau tindakan immoril. Pada masa remaja sering terjadi
seks bebas yang akan menghancurkan masa depan remaja. Hal tersebut terjadi karena

kurangnya bimbingan dan pengetahuan remaja tentang seks. Oleh sebab itu, guru dan orang
tua sangat berperan penting dalam membimbing remaja berhubungan dengan teman lawan
jenis.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas tentang :
1. Apakah pengertian dari moral ?
2. Apakah kekhasan perkembangan moral remaja?
3. Apakah bentuk salah satu tindakan immoral pada remaja ?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
5. Apakah usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan moral remaja?

1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tingkah laku moral remaja,
fenomena kenakalan moral remaja serta bagaimana guru dan orang tua menghadapi dan
mengatasi masalah moral remaja atau tindakan immoral pada remaja.

iv
1

v

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Moral
Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan moral sebagai bentuk tingah laku yang
sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores” yang berarti
tata cara, kebiasaan, dan adat. Sikap yang bermoral dikendalikan atau didasari oleh konsepkonsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang moral yang telah menjadi pegangan atau
panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada.
Moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain. Moral merupakan seperangkat aturan yag menyangkut baik
atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak bertetangan dengan hati nurani
dalam menjalani kehidupan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan moral,
yaitu : mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya seperti aturan
hokum, kebiasaan kelompok sosial; mengembangkan hati nurani; mempelajari untuk
merasakan malu atau bersalah jika sikap individu tidak sesuai dengan aturan yang ada pada
kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk mempelajari moral yang ada dalam
kehidupan kelompok sosial.
Seorang remaja yang beranjak dari masa kanak-kanak harus mengganti konsep-konsep
moral pada masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku pada kehidupan sosial di
mana ia berada seiring dengan perkembangan pola pikir remaja. Remaja harus ma mpu

mengendalikan dirinya dan bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan. Karena pada masa
kanak-kanak, tanggung jawab tertumpu pada orang tua sebagai lingkungan terdekat.
Sedangkan pada masa remaja segala yang remaja lakukan harus memikirkan baik dan buruk
atas perbuatannya serta remaja harus mampu mempertanggung jawabkannya.
Baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan harus mampu mempertimbangaka n
sikap positif atau negatif, baik atau buruk, dan mempertanggung jawabkan sikapnya
berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki tanpa terlepas dari hati nurani.
Perasaan moral adalah perasaan puas dialami remaja setelah ia melakukan suatu perbuatan.
Apakah perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang benar atau salah menurut hati remaja
tersebut.
2v

3
vi
2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja
Perkembangan moral remaja berbeda dengan perkembangna moral periode anak-anak.
Elida Prayitno (2006:106) mengemukakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu :
1) Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir konkrit menjadi berpikir abstrak atau
formal. Remaja mampu memahami permasalahan-permasalahan yang ia hadapi sesuai
dengan moral-moral yang ia miliki. Remaja menganalisa setiap permasalahan yang ia

hadapi, terutama permasalahan moral.
2) Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan-peraturan itu
dubuat manusia atas persetujuan semua orang adlah bersifat ideal untuk kesejahteraan
hidup. Remaja berusaha untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ada terutama aturan
Tuhan. Remaja sangat mengharapkan aturan tersebut dipatuhi oleh setiap orang, remaja
akan memberontak jika terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada.
Remaja berada pada taraf perkembangan moral otonom. Sebagaimana yang diojelaskna
Piaget dalam Tim PPD (2006:114) bahwa remaja akan menjalami hokum berdasrakan
kesepakatan bersama. Moral akan berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat. Moral
dibentuk

demi kebahgiaan

dan kesejahteraan

kehidupan.

Remaja menyadari

bahwa


pelanggaran moral itu akan diberi sangsi sesuai denga kesalahan yang dilakukan. Sangsi moral
dapat dilihat dengan kasat mata, namun ada juga secara abstrak seperti sangsi berupa dosa.
Semakintinggi kemampuan kognitif remaja, semakin tinggi pemahamannya terhadap moral.
Sehingga

remaja akan menuntut

kepuasan dan ketentraman

hidup

serta keadilan.

Sedangkan menurut teori belajar sosial, moral terbentuk dari hasil interaksi individu dengan
lingkungan. Moral akan tercipta baik jika individu berinteraksi dengan lingkungan yang baik
juga.
Remaja akan meniru moral lingkungan sekitarnya, remaja akanj mudah meniru
lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh karena itu, orang tua dan guru
harus memiliki moral yang baik dihadapan remaja. Beberapa kecenderungan moral yang

terlihat pada usia remaja menurut Yudho Purwoko (2001:30) adalah :
1) Self- directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi;
2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik;
3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama;
4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral;
5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
vi

4
vii
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja, Elida Prayitno (2006: 109112), menjelasakan tentang faktor-faktor perkembangan remaja yaitu :
1) Orang Tua dan Guru Sebagai Model
Remaja pria maupun wanita meniru tingkah laku orang tua yang sama jenis kelaminnya
karena remaja ingin seperti orang tua. Anak laki-laki ingin seperti ayah dan anak perempuan
ingin seperti ibunya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki nilai moral yang baik
dan motivasi yang tinggi. Karena remaja akan menghubungkan dengan lingkungan aspekaspek

yang

dilihatnya


dari

orang

tua

sehingga

timbulah

tingkah

laku

remaja.

Teori psikoanalisa mengatakan bahwa perilaku muncul karena adanya rasa bersalah pada diri
remaja. Untuk keluar dari kesalahan tersebut, remaja harus melakukan tingkah laku yang
bermoral yang ditiru dari tingkah laku orang tua dan guru.

2) Disiplin Yang Dilakukan Orang Tua
Apabila orang tua menerapkan sisem disiplain dengan memberikan alasan mengapa
sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan maka tingkah laku aau moral remaja akan tercipa
dengan baik. Namun, jika orang tua bersifat otoriter dalam menjalankan disiplin maka remaja
akan memiliki moral yang lemah. Hal ini disebabkan seiring dengan perkembangan kognitif
remaja.
Remaja pria yang tidak memiliki ayah cenderung lemah moralnya dibandingka n
dengan remaja yamg tinggal dengan ayahnya karena ayah dapat memberikan arahan moral
secara langsung dan peranan disiplin ayah akan terancam jika digantikan oleh ibu.
Hubungan antara moral remaja denga disiplin orang ua adalah sebagai berikut :



Orang

tua yang

menonjolkan

disiplin

dalam

keluarga,

dapat melema hk a n

perkembangan moral remaja.
Orang tua yang mengakkan disiplin penarikan cina akan menimbulkan moral yang



buruk.



Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi perkembangan moral remaja.



Orang tua yang menerapkan disiplin induksi akan menciptakan moral remaja yang baik.

Perasaan kasih sayang dan kelembutan akan menimb ulkan moral positif bagi siswa.

vii

viii5
3) Interaksi Dengan Teman Sebaya
Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran merupakan wujud dari
penguasaan role taking. Remaja yang memiliki role taking baik akan merasakan perasaan
temannya yang sedih karena mendapatkan nilai yang rendah. Perasaan tersebut akan
mempengaruhi pola pikirnya, sehingga remaja tidak akan menyakitkan hati temannya tersebut.
Dengan meningkatnya interaksi dengan teman sebaya, maka kemampuan role taking remaja
akan meningkat dan perkembangan moral akan semakin baik.
2.3 Tindakan Immoril Pada Remaja
1) Pengertian Immoril
Berdasarkan kenyataan yang kita lihat, tidak semua remaja mampu menghadap i
peralihan moral dari masa kanak-kanak ke masa remaja untuk menuju kedewasaan.
Ketidakmampuan

remaja tersebut akan menimbulkan

tindakan-tindakan

moral yang

menyimoang atau disebut juga tindakan immoral. Kartini Kartono (1990:235) dalam bukunya
“Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)” mendefinisikan immoral sebagai “ Tindakan
yang asusila dan sangat mencolok mata, sehingga ditolak oleh masyarakat”. Beberapa ciri- cir i
individu yang immoril adalah :
a) Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsi atau
melemahnya sistem pengontrolan diri oleh rendahnya kemauan.
b) Kurang adanya pembentukan karakter pada individu. Tindakan immoral sangat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja yang seharusnya dihargai oleh teman
sebaya menjadi hina di mata teman sebaya. Remaja semestinya mengikuti pendidkan
layaknya remaja yang lain menjadi pemalas dan melawan kepada orang tua dan guru.
Remaja tidak mengindahkan peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan.

2. Fenomena Seksualitas Pada Remaja
Pada masa remaja mulai tertarik kepada lawan jenis. Remaja ingin mengetahui tentang
seks. Sehingga remaja mencari informasi yang lebih banyak tentang seks. Remaja dapat
memperoleh informasi dari majalah, buku, berita, seminar yang berhubungan dengan free seks,
atau diskusi dengan teman-teman. Informasi dari orang tua kurang atau jarang sekali
didapatkan remaja karena kesibukan orang tua terhadap pekerjaan dan kurangnya kesadaran
orang tua tentang hal itu.
viii

ix6
Remaja perempuan ingin sekali mengetahui tentang keluarga berencana, pil anti hamil,
aborsi, dan lain-lain. Remaja laki-laki ingin mengetahui tentang penyakit kelamin, onani, alat
kontrasepsi, dan lain-lain. Remaja yang kurang mendapatkan bimbingan dari orang tua dan
guru, baik bimbingan agama maupun bimbingan tentang perkembangna seks, maka remaja
tidak akan mampu mengontrol nafsu seksualnya sehingga terjadi pergaulan bebas (free seks).
Kematangan seksual pada remaja laki-laki maupun perempuan akan diekspresikan kepada
lawan jenis yang bersifat romantis dan adanya keinginan yang kuat untuk memper ole h
dukungan dari lawan jenis.
Perkembangan minat terhadap lawan jenis yang disebut heteroseksualitas mengik uti
pola tertentu. Minat pada lawan jenis juga sangan dipengaruhi pola minay di antara temanteman remaja. Kalau mereka berminat dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis seks maka
remaja juga harus dapat memlihara status dalam kelompok sebaya. Pada generasi lampau,
kesempatan untuk berpacaran bagi remaja tidak ada. Remaja diatur oleh aturan dan tradisi yang
sangat dijunjung oleh masyarakat. Pacaran merupakan bentuk tingkah laku menyimpang disaat
itu. Remaja yang menyimpang tidak akan memperoleh dukungan dari kelompok sosialnya.
Berkencan pada zaman dahulu harus seizin orang tua dan di bawah pengawsan orang
tua. Remaja menjujung tinggi nilai- nilai moral yang ada. Remaja laki-laki berpakaian rapid an
bersopan santun dalam bertamu ke rumah perempuan. Bersentuhan saja mereka tidak berani,
apalagi berciuman. Walaupun sudah bertunangan, remaja tidak diizinkan untuk berciuma n.
Berbeda halnya dengan remaja sekarang, berpelukan dan berciuman di depan umum
merupakan hal yang biasa. Tindakan immoral tersebut sudah menjadi “khas” kaum remaja
sekarang. Tidak hanya terjadi pada remaja perkotaan yang hidup penuh dengan keglamo ura n
tapi remaja pedesaan tidak terlepas dari tindakan immoral tersebut.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab orang tua terhadap remaja.
Remaja sendiri merasa telah mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga tidak diherankan kalau
remaja yang berusia tiga belas tahun sudah berani berkencan. Elizabeth B. Hurlock (1980:228)
menjelaskan alasan-alasan remaja berkencan, yaitu :
1. Hiburan
Remaja menginginkan agar pasangannya mempunyai berbagai keterampilan social
yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik dan menyenangka n.
Remaja laki-laki diharapkan “tajir” oleh pasangannya.

ix

x
7
2. Sosialisasi
Agar tetap terlibat dalam kegiatan sosial, maka remaja harus berkencan dalam
melakukan kegiatan sosial.
3. Status
Pasangan tetap akan memiliki citra positif pada kelompok sosial.
4. Masa Depan
Remaja berkencan untuk memikirkan kehidupan masa depan. Remaja berkencan untuk
memikirkan rencana pernikahan.
5. Pemilihan Teman Hidup
Remaja yang memilki minat pendidikan yang rendah, memilih untuk berkencan guna
mencari pasangan yang akan menjadi pendamping hidupnya. Namun, remaja salah
dalam cara memilih, remajamau berhubungan yang melewati batas dengan teman
kencannya untuk mengenali pasangannya lebih jauh.

Dengan adanya pasangan tetap akan memberi peluang besar pada remaja untuk
melakukan hubungan seksual secara bebas. Remaja akan mengenali pasangannya
secara dini. Pendirian asrama atau kos-kosan yang tidak dtempati oleh pemiliknya akan
memancing remaja untuk melampiaskan nafsu seksualnya. Remaja laki-laki diizinka n
masuk ke rumah atau kamar pasangannya, begitu juga sebaliknya. Seks bebas akan
terjadi jika kelompok sebaya mendukung untuk berkencan. Apalagi pendapat mengena i
benar atau salah mengenai perilaku seksual menyertai perubahan sikap. Pengungkapa n
cinta merupakan tindakan baik dan melakukan hubungan seksual sebagai bukti cinta
menurut remaja tidak salah.
Hal itu dapat kita lihat pada remaja-remaja yang tinggal jauh dari orang tua dan
belum mencapai usia yang pantas untuk meninggalkan pendidikan. Kartini Kartono
(1990:235-236) menyatakan bahwa tindakan immoralitas pada remaja didorong oleh
kebutuhan untuk memuaskan nafsu seksual. Pada remaja perempuan, tindakan immora l
diransang oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap kelabilan jiwanya. Remaja
perempuan merasa tidak senang, kecewa, dan ingin berontak terhadap lingkungannya.
Hal tersebut disebabkan oleh :
1. Kegagalan di sekolah, tidak mampu berprestasi, konflik dengan teman atau guru.\
2. Konflik dengan orang tua dan keluarga.
3. Merasa kecewa dan tidak puas dengan keadaan diri dan kecewa.
x

xi8
4. Disharmuni dan disintegrasi dalam konstitusi keribadian sehingga muncul konflik batin
dan ketegangan emosional yang tak terbendung.
5. Remaja berada pada lingkungan broken home. Remaja kekurangan kasih sayang dari
orang tua dan lingkugannya..
6. Remaja berontak dan ingin menuruti kemauan sendiri karena merasa telah dewasa dan
mampu bertanggung jawab.
Berdasarkan keterangan di atas, remaja yang tidak mampu mengendalikan seksualitas
kearah positif mudah dan akan terbiasa dengan immoral. Kebiasaan seks bebas (free seks) akan
mengarahkan remaja ke dunia narkoba dan kumpul kebo. Karena remaja yang tergabung dalam
kelomok free seks disebut kumpul kebo. Pada kesempatan itulah anggota kelompok berkenalan
dengan narkoba. Remaja akan lupa dengan semua aturan-aturan yang mengikat sikap dan
tingkah laku mereka. Pengkonsumsian narkoba akan menyebabkan remaja ketagihan dan akan
menggunakannya

berulang- ulang

sehingga

narkoba

akan mengontrol

sistem

saraf

pengkonsumsinya.
Pegkunsumsian narkoba yang berlebihan akan meningkatkan seksual remaja sehingga
banyak terjangkit HIV/AIDS pada remaja. Menurut keterangan para ahli, virus HIV/AIDS akan
menyerang keturunan. Sangat disayangkan, karena ulah orang tua di masa remaja akan
menghancurkan masa depan anaknya. Begitu juga di mata Tuhan, betapa besar dosa yang telah
dilakukan remaja dalam menikmati masa remajanya. Nafsu telah menguasai akal dan hati
remaja sehingga remaja terjerumus ke jalan setan. Remaja tidak menyadari bahwa belum tentu
pasangannya itu akan menjadi teman hidupnya nanti. Apalagi pada remaja perempuan yang
telah dinoda oleh pasangannya yang tidak bertanggung jawab.
Remaja telah merusak nama baik keluarga di mata masyarakat dan menanam dosa di
sisi Tuhan. Keluarga akan dicap masyarakat sebagai keluarga tak bermoral dan tidak
bertanggung

jawab terhadap moral anak. Bagi remaja itu sendiri,

free seks telah

menghancurkan masa depan mereka dan merusak citra diri di mata teman sebaya. Remaja akan
menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.
2.4 Upaya Guru dan Orang Tua dalam Mengembangkan Moral Remaja
1. Memperkenalkan pengetahuan agama.
Moral tidak terlepas dari pengetahuan agama. Remaja harus diberi pengetahuan tentang
nilai- nilai moral yang diatur dalam agama sehingga remaja memiliki pegangan hidup.

xi

9xii
2. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku.
Guru dan orang tua memperkenalkan kepada remaja tentang nilai-nilai yang berlaku
3. Menunjukkan sikap yang penuh kasih.
Guru dan orang tua harus menunjukkan sifat kasih sayang kepada sesama terutama
kepada remaja. Sehingga remaja akan meniru apa yang dilakukan guru dan orang tua.
Dalam hal ini guru dan orang tua sebagai model dalam bersikap.
4. Membangkitkan kata hati.
Dalam bersikap kata hati merupakan panduan yang benar. Keadaan yang benar dan
buruk dapat dipercaya melalui kata hati.
5. Membina situasi sosial emosional yang bermoral.
Hubungan orang tua dan anak, anak dengan anak, ramah tamah, rasa kasih saying
sangat mempengaruhi perkembangan moral remaja. Guru dan orang tua memberika n
contoh yang baik dalam mendidik, dengan memberikan pujian dan teguran yang tidak
menjatuhkan perasaan remaja.
6. Meningkatkan pandangan moral
Remaja dilibatkan dalam kegiatan tertentu yang bersangkutan dengan masalah moral.
Sehingga remaja dapat menghindari diri dari tindakan immoral karena remaja tahu apa
akibat dari yang akan ia lakukan.
7. Memberikan informasi tentang bahaya seks bebas dan narkoba bagi diri sendiri dan
orang lain.
8. Membina bergaul dalam kelompok dengan lawan jenis. Guru membentuk kelompok
belajar atau diskusi pada remaja sehingga tercipta hubungan yang positif pada remaja
yang berlawanan jenis.
9. Membimbing siswa yang menyukai lawan jenis agar tidak terjadi perzinaan.
10. Membantu remaja mengembangkan diri berupa bakat dan minatnya sehingga remaja
bertindak positif untuk megekspresikan cintanya kepada lawan jenis. Misalnya remaja
akan semangat latihan atau belajar karena ingin menunjukkan kepada teman lawan
jenisnya bahwa ia mampu berprestasi.
11. Orang tua hendaknya menerima teman remaja dan membina mereka dalam bergaul di
rumah serta selalu mendampingi meraka.
12. Orang tua memperhatikan perubahan-perubahan pada remaja. Jangan biarkan remaja
menyimpan masalahnya sendiri.

xii

xiii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan tentang moral yang akan menjadi
pegangan hidup dalam bersikap. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja mampu
menentukan mana hal yang baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah. Remaja
yang tidak memiliki pengetahuan moral akan terlibat tindakan immoral yang akan meresahkan
masyarakat umumnya dan akan menghancurkan masa depan remaj yang bersangkutan remaja
tersebut khususnya.
3.2 Saran
Orang tua hendaknya memberikan atau membimbing anak dari kecil dengan banyak
ilmu pengetahuan tentang moral sehingga dalam menghadapi masa remaja yang labil, anak
tidak canggung. Remaja akan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.Di samping
itu, guru sebagai orang tua pengganti disekolah hendaknya membimbing remaja dalam
menjalin hubungan dengan teman lawan jenis agar tidak terjadi penyimpangan moral yang
akan merusak citra sekolah. Remaja harus diberi pengetahua n agama dan dibimbing dalam
mengembangkan minat dan bakat sehingga remaja tidak memiliki waktu untuk bertindak
immoral.
Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menjadi model yang baik bagi remaja dan
selalu memberikan kasih sayang yang penuh terhadap remaja.

10
xiii

xiv
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya
http://kontesblogmuslim.com/karya-kbm3-penyimpangan- moral-remaja-penyebab-dansolusinya/ (di akses pada tanggal 18 April 2018 pukul 10.00 Winb)

xiv