Analisis keuangan kota semarang final

PENDAHULUAN
A. Profil Kabupaten Semarang
Sejak 4 abad yang lalu dimasa Pajang-Mataram, Kabupaten Semarang telah ada
dengan ibukota Semarang. Pada zaman itu "Gemente" (Kotapraja) belum ada. Ki Pandan
Arang II atau dikenal sebagai Raden Kaji Kasepuhan (1547-1553) merupakan Bupati
Semarang yang pertama, dinobatkan tanggal 2 Mei 1547, berkuasa hingga tahun 1574 dan
mendapat pengesahan Sultan Hadiwijaya. Pada masa itu berhasil membuat bangunan yang
dipergunakan sebagai pusat kegiatan pemerintah kabupaten. Pada zaman Pemerintahan
Bupati R.M. Soebiyono, "Gemente (Kotapraja)" Semarang lahir, yaitu tepat tahun 1906.
Berdasarkan Stadblad tahun 1906 S.O 120 dibentuklah pemerintahan kota.
Pemerintah Kabupaten Semarang yang dipimpin oleh seorang Bupati dan Pemerintah
Kotapraja untuk wilayah Semarang yang dipimpin oleh seorang Burgenmester. Dan
semenjak itulah terjadi pemisahan antara Kabupaten Semarang dengan Kotapraja
Semarang hingga saat ini.
Berdasarkan UU no 13/1950 tentang Pembentukan Kabupaten-kabupaten dalam
lingkungan Propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten
Semarang. Namun, Kota Semarang adalah kotamadya yang memiliki pemerintahan sendiri,
ditinjau dari segi pemerintahan Kota Semarang sebagai ibukota Kabupaten sangatlah
kurang menguntungkan, maka timbullah gagasan untuk memindahkan ibukota Kabupaten
Semarang ke Kota Ungaran yang pada saat itu masih dalam status kawedanan.
Sementara dilakukan pembenahan, tanggal 30 Juli 1979 oleh Bupati Kepala Daerah

Tk. II Semarang diusulkan oleh Pemerintah Pusat melalui Gubernur, agar Kota Ungaran
secara definitif ditetapkan sebagai ibukota Pemerintah Kabupaten Dati II Semarang. Dan
ditetapkan dengan PP no 29/1983 tentang Penetapan Status Kota Ungaran sebagai Ibukota
Pemerintah Kabupaten Dati II Semarang, yang berlaku peresmiannya tanggal 20 Desember
1983, yang terjadi pada masa pemerintahan Bupati Ir. Soesmono Martosiswojo (19791985).

1

Sumber : Pemkab Semarang (www.semarangkab.go.id)
B. GEOGRAFI
Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah, berada pada perlintasan
Jalur Jalan Utara Pulau Jawa yang menghubungkan Kota Surabaya dan Jakarta. Secara
geografis, terletak diantara 109o 35‘ – 110o 50‘ Bujur Timur dan 6o 50’ – 7o 10’ Lintang
Selatan. Dengan luas 373,70 km2, Kota Semarang memiliki batas-batas wilayah
administrasi sebagai berikut :
- Sebelah utara

: Laut Jawa

- Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang

- Sebelah Timur

: Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan

- Sebelah Barat

: Kabupaten Kendal

Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan. Daerah
pantai merupakan kawasan di bagian Utara yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa
dengan kemiringan antara 0% sampai 2%, daerah dataran rendah merupakan kawasan di
bagian Tengah, dengan kemiringan antara 2 – 15 %, daerah perbukitan merupakan
kawasan di bagian Selatan dengan kemiringan antara 15 – 40% dan beberapa kawasan
dengan kemiringan diatas 40% (>40%).
Sesuai dengan letak geografis, dipengaruhi iklim daerah tropis yang dipengaruhi oleh
angin muson dengan 2 musim, yaitu musim kemarau pada bulan April – September dan
musim penghujan antara bulan Oktober – Maret. Curah hujan tahunan rata-rata sebesar
2.790 mm, suhu udara berkisar antara 230 oC sampai dengan 340 oC, dengan kelembaban
udara tahunan rata-rata 77%.


2

Kota Semarang dalam suatu sistem hidrologi, merupakan kawasan yang berada pada
kaki bukit Gunung Ungaran, mengalir beberapa sungai yang tergolong besar seperti yaitu
Kali Besole, Kali Beringin, Kali Silandak, Kali Siangker, Kali Kreo, Kali Kripik, Kali
Garang, Kali Candi, Kali Bajak, Kali Kedungmundu, Kali Penggaron. Sebagai Daerah
Hilir, dengan sendirinya merupakan daerah limpasan debit air dari sungai yang melintas
dan mengakibatkan terjadinya banjir pada musim penghujan. Kondisi ini diperparah oleh
karakteristik kontur wilayah berbukit dengan perbedaan ketinggian yang sangat curam
sehingga curah hujan yang terjadi di daerah hulu akan sangat cepat mengalir ke daerah
hilir. Pola tata guna lahan terdiri dari Perumahan, Tegalan, Kebun campuran, Sawah,
Tambak, Hutan, Perusahaan, Jasa, Industri dan Penggunaan lainnya dengan sebaran
Perumahan sebesar 33,70 %, Tegalan sebesar 15,77 %, Kebun campuran sebesar 13,47 %,
Sawah sebesar 12,96 %, Penggunaan lainnya yang meliputi jalan, sungai dan tanah kosong
sebesar 8,25 %, Tambak sebesar 6,96 %, Hutan sebesar 3,69 %, Perusahaan 2,42 %, Jasa
sebesar 1,52 % dan Industri sebesar 1,26 %.
C. SUMBER DAYA ALAM
Secara umum Kabupaten Semarang mempunyai sumber daya alam yang sangat
mendukung untuk pengembangan industri, pertanian dan pariwisata. Potensi sumber bahan
galian golongan C yang dapat dimanfaatkan antara lain : andesit sebesar 64,48 juta ton

dengan luas 174,48 Ha dan batu Basalt sebesar 3,12 juta ton dengan luas 62,25 Ha yang
tersebar di Kecamatan Ungaran, Pringapus, Bergas, Bawen, Tuntang dan Bringin. Tanah
liat sebesar 82,82 juta ton dengan luas 166,95 Ha tersebar di kecamatan Ungaran,
Pringapus, Bergas, Ambarawa, Bawen, Suruh, Susukan dan Bringin. Trass sebesar 43,57
juta ton seluas 224,5 Ha, tersebar di kecamatan Ungaran dan Bringin. Zeolite sebesar 15,79
juta ton, seluas 40,5 Ha di kecamatan Jambu. Bentonit sebesar 84,3 juta ton, seluas 843 Ha
di kecamatan Susukan dan Bringin, serta pasir batu sebesar 9,22 juta ton dengan luas 68,08
Ha di kecamatan Ungaran, Bergas, Ambarawa dan Banyubiru.
Sedangkan bahan galian golongan B terutama berupa gambut terdapat di Rawapening
dengan potensi sebesar 10 juta ton. Rawapening dengan luas kurang lebih 2.700 Ha, selain
mengandung potensi bahan galian golongan B, dimanfaatkan sebagai sumber air untuk
pengairan, pembangkit tenaga listrik, perikanan dan pertanian di lahan pasang surut rawa.
Disamping itu memiliki pemandangan alam yang cukup indah, sehingga sangat potensial
untuk pengembangan obyek wisata.

3

D. KEPENDUDUKAN
Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Semarang menurut data BPS dari tahun
2003 sampai dengan akhir Desember tahun 2008 sebagai berikut :

Tabel Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2003-2008

Jumlah

Tingkat Pertumbuhan Setahun

Tahun Penduduk (jiwa)
2003
1.378.193
2004
1.399.133
2005
1.419.478
2006
1.434.132
2007
1.454.594
2008
1.481.640
Sumber : Kantor BPS Semarang


(%)
2.09
1.52
1.45
1.02
1.43
1.86

E. GAMBARAN SEKILAS LKPJ TAHUN 2009
PP no 3 tahun 2007 merupakan tatacara pertanggungjawaban kepala daerah yang
merupakan revisi dari PP no. 56 tahun 2001 dan tindak lanjut dari UU no 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah. Dalam pelaksanaannya terdapat dua mekanisme tata cara
pertanggungjawaban yaitu melalui penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (LPPD) kepada pemerintah dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala
Daerah (LKPJ) kepada DPRD serta sistem informasi LPPD kepada masyarakat.
1. Urusan Pendidikan
Pemerintah Kota Semarang mampu mengalokasikan 35 persen APBD untuk
Urusan Pendidikan, jauh melebihi dari batas persentase minimum yang ditentukan
peraturan perundangan. APBD 2008 mengalokasikan Rp 505,986 milyar dan Rp

560,818 milyar pada APBD 2009. Besarnya anggaran pendidikan ini diimbangi
dengan peningkatan kualitas pengelolaan oleh dinas dan seluruh infrastruktur
pendidikan. Terjadi penurunan jumlah siswa SD dari 143.805 pada tahun 2008
menjadi 141.091 pada tahun 2009, demikian pula jenjang SMP turun dari 72.807 tahun
2008 menjadi 72.311 tahun 2009.
2.

Urusan Pekerjaan Umum
Peningkatan kinerja pekerjaan umum terutama dalam peningkatan jumlah ruas
jalan dari 846,31 km pada tahun 2008 menjadi 2.689.636 km pada tahun 2009.

3.

Urusan Kesehatan

4

Terjadi penurunan jumlah kematian bayi dari 496 per 25.160 kelahiran hidup
(KH) tahun 2008 menjadi 269 per KH tahun 2009. Begitu juga jumlah kematian ibu
melahirkan yang turun dari 27 per 25.160 KH tahun 2008 menjadi 21 tahun 2009.

4.

Urusan Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan harus dilakukan secara terpadu, sistematis, integral
dan berkesinambungan serta konsisten dalam penerapannya. Oleh karena itu,
Pemerintah Kota dapat bekerja keras bersama DPRD dalam menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yang mana DPRD sudah
membentuk panitia khusus untuk itu.

5.

Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Dalam menegakkan peraturan daerah yang berlaku, tercatat Pemerintah
melakukan 1.076 kali operasi yustisi dan operasi rutin.

ANALISIS KEUANGAN DAERAH SEMARANG
5

A. ANALISIS ASET PEMDA SEMARANG
Asset :



Sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh Pemda



Sumber daya ekonomi yang memiliki manfaat ekonomi yang pasti di masa datang



Manfaat ekonomi di masa datang tersebut dapat diukur dengan tingkat kepastian
yang masuk akal



Sumber daya ekonomi tersebut timbul karena transaksi di masa lalu

Dalam neraca Pemerintah Kota Semarang, macam assetnya antara lain adalah :
1. Asset Lancar
 Kas di Bendahara Penerimaan

 Kas di Bendahara Pengeluaran
 Kas di Kas
 Bank
 Deposito
 Piutang Pajak / Retribusi
 Piutang Lain-lain
 Biaya Dibayar Muka
 Persediaan
2. Asset Tetap
 Tanah
 Peralatan dan Mesin
 Gedung dan Bangunan
 Jalan, Irigasi dan Jaringan
 Aset Tetap Lainnya
 Konstruksi dalam Pengerjaan
 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Analisis Pertumbuhan Pos-Pos
Berdasarkan neraca dapat diketahui perubahan posisi asset pemda selama dua periode
2007-2008. Perubahan yang terjadi sebagai berikut :


6

Asset Lancar
 Kas di Bendahara Penerimaan

+132,872,642.00

 Kas di Bendahara Pengeluaran

(-3,649,794,667.00)

 Kas di Kas

+4,782,527,970.00

 Bank

+49,268,876,546.00

 Deposito

(-46,700,000,000.00)

 Piutang Pajak / Retribusi

+5,367,327,708.00

 Piutang Lain-lain

(-556,529,002.00)

 Biaya Dibayar Muka

(-924,690,851.00)

 Persediaan

+2,654,683,017.00

JUMLAH ASSET LANCAR

10,375,273,363.00

Asset Tetap
 Tanah

+723,213,823,287.00

 Peralatan dan Mesin

+859,572,438,601.00

 Gedung dan Bangunan

(-478,314,170,695.00)

 Jalan, Irigasi dan Jaringan

+29,100,920,395.00

 Aset Tetap Lainnya

+39,741,922,399.00

 Konstruksi dalam Pengerjaan

(-11,058,574,278.00)

 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

(-247,145,139,158.00)

JUMLAH ASSET TETAP

915,111,220,551.00

Berdasarkan analisis data di atas jumlah asset lancar tahun 2007-2008 mengalami kenaikan
sebesar 10,375,273,363.00. dan jumlah asset tetap tahun 2007-2008 juga mengalami
kenaikan sebesar 915,111,220,551.00. Asset tetap mengalami kenaikan yang lebih besar
dari pada asset lancar. Secara umum kenaikan yang terjadi baik pada asset lancar maupun
tetap memberikan sinyal positif, yaitu menunjukkan adanya pertumbuhan asset.
Pertumbuhan asset lancar tidak lebih besar dari asset tetap sehingga tidak menimbulkan
masalah overliquid. Namun sebaliknya bahwa pertumbuhan aset tetap lebih besar dari asset
lancar sehingga menimbulkan masalah illiquid. Memberi indikasi bahwa keuangannya
tidak lancar.
Pertumbuhan investasi jangka panjang
 Jenis investasi jangka panjang yang menjadi pilihan pemda adalah investasi permanen
dan investasi non permanen

7

 Investasi jangka panjang permanen antara lain :
1. Perusda Percetakan
2. PD BPR Bank Pasar
3. PD BPR BKK
4. Perusda RPH
5. PDAM
6. BPD Jateng Cabang Semarang
7. PT. PRPP JATENG
 Investasi jangka panjang non permanen antara lain :
1. Dana Bergulir pada Dinas Koperasi & UKM
 Secara umum jumlah investasi jangka panjang baik permanen maupun non permanen
mengalami peningkatan. Untuk investasi permanen mengalami kenaikan sebesar
4,072,256,639.00, dan untuk investasi non permanen mengalami kenaikan sebesar
1,000,000,000.00. Untuk keseluruhan jumlah investasi jangka panjang mengalami
kenaikan sebesar 5,072,256,639.00.
 Pertumbuhan asset tetap yang signifikan adalah pertumbuhan asset tetap yang berupa
peralatan dan mesin menunjukan peningkatan sebesar 859,572,438,601.00.
NERACA 2007
Analisis modal kerja
Modal Kerja = Asset Lancar – Kewajiban Lancar
= 325.008.957.901,00 – 2.745.473.457,00
= 322.263.484.444,00
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil yang positif maka dinilai bahwa pemerintah
daerah memenuhi kecukupan keuangan dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan operasi
rutin tanpa harus mencairkan investasi jangka pendek dan jangka panjang, menggunakan
dana cadangan atau pos pembiayaan.
Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio Likuiditas
 Rasio Cepat

= Aktiva Lancar : Utang Lancar
= 325.008.957.901,00 : 2.745.473.457,00
= 118,3799 : 1

8

Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki aktiva yang cukup
untuk mencukupi pelunasan hutangnya. Rasio yang dianggap aman adalah 2 : 1,
dan rasio cepat yang diperoleh adalah 118,3799 : 1 merupakan rasio yang sangat
besar. Sehingga dianggap sangat aman.
 Rasio Kas

= (Kas + Efek) : Utang Lancar
= (8.082.378.814,00 + 3.700.000.000,00) : 2.745.473.457,00
= 11.782.378.814,00 : 2.745.473.457,00
= 4,2915 : 1

Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio kas yang baik,
yaitu 4,2915 : 1 artinya pemda dapat melunasi hutangnya dengan segera
menggunakan kas dan efek.
 Rasio Cepat

= (Aktiva Lancar – Persediaan) : Utang Lancar
= (325.008.957.901,00 – 11.351.916.928,00) : 2.745.473.457,00
= 313.657.040.973,00 : 2.745.473.457,00
= 114,2451 : 1

Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio cepat yang baik,
yaitu 114,2451 : 1 artinya pemda memiliki tingkat likuiditas yang tinggi untuk
melunasi hutangnya secara langsung dengan jumlah asset lancar yang tersedia
setelah dikurangi oleh persediaan.
 Working Capital to Total Asset
= (Aktiva Lancar – Utang lancar) : Total aktiva
= (325.008.957.901,00 – 2.745.473.457,00) : 4.488.394.278.115,00
= 322.263.484.444,00 : 4.488.394.278.115,00
= 0,0717
Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio Working Capital
to Total Asset yang tidak baik, yaitu sebesar 0,0717 : 1. Hal ini menunjukkan
kekurangan likuiditas dari total aktiva dengan posisi modal kerja netto.
b. Rasio Solvabilitas
= total aktiva : total utang
= 4.488.394.278.115,00 : 20.206.203.583,00
= 222,1295
= 222 : 1
Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio solvabilitas yang

9

sangat baik, yaitu 222 : 1. Artinya pemda memiliki kemampuan yang tinggi untuk
membayar total utang (jangka pendek maupun jangka panjang) dengan total aktiva
yang dimiliki.
c. Rasio Utang (Leverage Ratio)
 Rasio utang terhadap ekuitas
= total utang : ekuitas dana
= 20.206.203.583,00 : 4.468.188.074.532,00
= 0,0045
Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio utang terhadap
ekuitas sebesar 0,0045 : 1. Artinya pemda terbebani oleh utang sebesar 0,45% dari
ekuitas dana yang dimiliki. Besarnya rasio tersebut dianggap masih wajar karena
memiliki nilai yang tidak lebih dari 1, maka dapat disimpulkan bahwa Pemda
Semarang tidak memiliki kelebihan utang/over leveraged.
 Rasio utang terhadap asset modal
= total utang : total asset modal
= 20.206.203.583,00 : 4.100.896.661.327,00
= 0,0049
Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio utang terhadap
total asset modal sebesar 0,0049. Artinya terdapat 0,49% bagian asset modal yang
dijadikan jaminan hutang. Hal tersebut dianggap tidak relevan untuk pemda karena
asset seharusnya tidak boleh dijadikan jaminan bagi Pemda untuk melakukan
hutang.
NERACA 2008
Analisis modal kerja
Modal Kerja = Asset Lancar – Kewajiban Lancar
= 335.384.231.264,00 – 5.250.328.592,00
= 330.133.902.672,00
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil yang positif maka dinilai bahwa pemerintah
daerah memenuhi kecukupan keuangan dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan operasi
rutin tanpa harus mencairkan investasi jangka pendek dan jangka panjang, menggunakan
dana cadangan atau pos pembiayaan.
Analisis Rasio Keuangan
10

a. Rasio Likuiditas
 Rasio Cepat

= Aktiva Lancar : Utang Lancar
= 335.384.231.264,00 : 5.250.328.592,00
= 63,8787

Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki aktiva yang cukup
untuk mencukupi pelunasan hutangnya. Rasio yang dianggap aman adalah 2 : 1,
dan rasio cepat yang diperoleh adalah 3,8787 : 1 merupakan rasio yang sangat
besar. Sehingga dianggap sangat aman.
 Rasio Kas

= (Kas + Efek) : Utang Lancar
= (9.347.984.759,00 + 4.700.000.000,00) : 5.250.328.592,00
= 14.047.984.759,00 : 5.250.328.592,00
= 2,6756

Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio kas yang baik,
yaitu 2,6756 : 1 artinya pemda dapat melunasi hutangnya dengan segera
menggunakan kas dan efek.
 Rasio Cepat

= (Aktiva Lancar – Persediaan) : Utang Lancar
= (335.384.231.264,00 – 14.006.599.945,00) : 5.250.328.592,00
= 321.377.631.319,00 : 5.250.328.592,00
= 61,2109

Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio cepat yang baik,
yaitu 61,2109 : 1 artinya pemda memiliki tingkat likuiditas yang tinggi untuk
melunasi hutangnya secara langsung dengan jumlah asset lancar yang tersedia
setelah dikurangi oleh persediaan.
 Working Capital to Total Asset
= (Aktiva Lancar – Utang lancar) : Total aktiva
= (335.384.231.264,00 – 5.250.328.592,00) : 5.438.328.438.918,00
= 330.133.902.672,00 : 5.438.328.438.918,00
= 0,0607
Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio Working Capital
to Total Asset yang tidak baik, yaitu sebesar 0,0607 : 1. Hal ini menunjukkan
kekurangan likuiditas dari total aktiva dengan posisi modal kerja netto.
b. Rasio Solvabilitas
= total aktiva : total utang

11

= 5.438.328.438.918,00 : 17.338.540.765,00
= 313,6554
Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio solvabilitas yang
sangat baik, yaitu 313,6554 : 1. Artinya pemda memiliki kemampuan yang tinggi untuk
membayar total utang (jangka pendek maupun jangka panjang) dengan total aktiva
yang dimiliki.
c. Rasio Utang (Leverage Ratio)
 Rasio utang terhadap ekuitas
= total utang : ekuitas dana
= 17.338.540.765,00 : 5.420.989.898.153,00
= 0,0031
Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio utang terhadap
ekuitas sebesar 0,0031 : 1. Artinya pemda terbebani oleh utang sebesar 0,31% dari
ekuitas dana yang dimiliki. Besarnya rasio tersebut mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya (2007) yaitu sebesar 0,45%. Rasio yang diperoleh dianggap
masih wajar karena memiliki nilai yang tidak lebih dari 1, maka dapat disimpulkan
bahwa Pemda Semarang tidak memiliki kelebihan utang/over leveraged.
 Rasio utang terhadap asset modal
= total utang : total asset modal
= 17.338.540.765,00 : 5.016.007.881.878,00
= 0,0034
Berdasarkan hasil analisis dinilai Pemda Semarang memiliki rasio utang terhadap
total aset modal sebesar 0,0034. Artinya terdapat 0,34% bagian asset modal yang
dijadikan jaminan hutang. Rasio utang terhadap aset mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya (2007) yaitu dari 0,49% menjadi sebesar 0,34%. Menunjukkan
terjadi pengurangan asset yang dijadikan sebagai jaminan utang. Hal tersebut
dianggap tidak relevan untuk pemda karena asset seharusnya tidak boleh dijadikan
jaminan bagi Pemda untuk melakukan hutang.
B. ANALISIS KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA PEMDA SEMARANG
 Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, kewajiban adalah utang yang timbul dari
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintah

12

Mahmudi, Analisis Lap. Keuangan Pemda, 2007
 Utang adalah klaim pihak ketiga atas arus kas Pemda karena pihak ketiga telah
memberikan sejumlah dana pada Pemda di masa lalu.
 Klasifikasi kewajiban
 Jk. Pendek à jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan
 Jk. Panjang à jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan
 Analisis Pertumbuhan Utang
Mengetahui perkembangan utang pemerintah dari tahun ke tahun.
Untuk utang jangka pendek pemerintah tahun 2007 sebesar 2.745.473.457,00 dan tahun
2008 mengalami peningkatan menjadi sebesar 5.250.328.592,00. Sementara utang
jangka panjang pemerintah tahun 2007 sebesar 17.460.730.126,00 dan tahun 2008
mengalami penurunan menjadi sebesar 12.088.212.173,00. Secara umum jumlah
kewajiban pemerintah kota Semarang dari tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami
penurunan sebesar 14,19%, yaitu pada tahun 2007 sebesar 20.206.203.583,00
kemudian tahun 2008 menjadi 17.338.540.765,00.
Untuk perencanaan dan pengendalian utang, pertumbuhan utang harus dikendalikan
agar tidak menganggu stabilitas ekonomi dan keuangan daerah. Khusunya utang jangka
pendek untuk daerah Semarang.
NERACA 2007
Rasio Utang Pemda
 Analisis Rasio Utang per Kapita = total utang : jumlah penduduk
= 20.206.203.583,00 : 1.454.594
= 13.891
Berdasarkan analisis di atas menunjukkan bahwa beban utang per penduduk daerah
setempat sebesar 13.891. Perbandingan rasio utang per kapita dengan pendapatan
perkapita.
Pendapatan perkapita = total pendapatan penduduk 2007 : total penduduk 2007.
= 1.173.526.736.688,00 : 1.454.594
= 806.772,70
Maka perbandingannya sebagai berikut :
= Rasio utang per kapita : Pendapatan

13

= 13.891 : 806.772,70
= 0,017 : 1
Maka dapat disimpulkan hasilnya adalah baik à rasio utang perkapita jauh lebih kecil
dari pendapatan per kapita
 Analisis Rasio Utang terhadap Ekuitas
= Total utang : Jumlah ekuitas dana
= 20.206.203.583,00 : 4.468.188.074.532,00
= 0,0031 : 1
Rasio besar à ketergantungan utang pada pembiayaan besar à resiko keuangan
daerah besar.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rasio kecil à ketergantungan utang
pada pembiayaan kecil à resiko keuangan daerah kecil.
 Analisis Rasio utang terhadap Asset Modal
= Total utang : Total Asset modal
= 20.206.203.583,00 : 4.100.896.661.327,00
= 0,0049 : 1
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya utang masih lebih kecil dari
total asset modal, yaitu sebesar 0,49% dari total asset modal.
 Analisis Rasio Utang terhadap Pertumbuhan Pajak
= Total utang : Pendapatan pajak daerah
= 20.206.203.583,00 : 120.194.862.565,00
= 0,1681 : 1
Menggambarkan kemampuan pemerintah untuk membayar kewajibannya dengan
pendapatan pajak yang diterimanya. Semakin kecil rasio semakin baik.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan rasio utang terhadap pertumbuhan pajak
sebesar 0,1681, dimana rasio tersebut tergolong kecil. Maka pemerintah memiliki
kemampuan untuk membayar kewajiban dengan pendapatan pajak yang diterimanya.
 Analisis Rasio Utang terhadap PAD
= Total Utang : PAD
= 20.206.203.583,00 : 222.447.630.197,00
= 0,0908
Menggambarkan kapasitas Pemda untuk membayar utang dari penerimaan PAD-nya.
Semakin rendah rasionya semakin baik

14

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan rasio utang terhadap PAD sebesar 0,0908,
dimana rasio tersebut tergolong rendah. Maka pemerintah memiliki kemampuan untuk
membayar kewajiban dari penerimaan PAD-nya.
 Analisis Rasio Utang terhadap Total Pendapatan Daerah
= Total utang : total pendapatan daerah
= 20.206.203.583,00 : 1.173.526.736.688,00
= 0,0172
Semakin kecil rasio semakin baik
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan rasio utang terhadap total pendapatan daerah
sebesar 0,0172, dimana rasio tersebut tergolong kecil. Maka pemerintah memiliki
kemampuan untuk membayar kewajiban dengan total pendapatan daerahnya.
NERACA 2008
Rasio Utang Pemda
 Analisis Rasio Utang per Kapita = total utang : jumlah penduduk
= 17.338.540.765,00 : 1.481.640
= 11.702
Berdasarkan analisis di atas menunjukkan bahwa beban utang per penduduk daerah
setempat sebesar 11.702. Perbandingan rasio utang per kapita dengan pendapatan
perkapita.
Pendapatan perkapita = total pendapatan penduduk 2007 : total penduduk 2007.
= 1.343.295.606.072,00 : 1.481.640
= 906.627,52
Maka perbandingannya sebagai berikut :
= Rasio utang per kapita : Pendapatan
= 11.702 : 906.627,52
= 0,013 : 1
Maka dapat disimpulkan hasilnya adalah baik à rasio utang perkapita jauh lebih kecil
dari pendapatan per kapita
 Analisis Rasio Utang terhadap Ekuitas
= Total utang : Jumlah ekuitas dana
= 17.338.540.765,00 : 5.420.989.898.153,00

15

= 0,0045 : 1
Rasio besar à ketergantungan utang pada pembiayaan besar à resiko keuangan
daerah besar.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rasio kecil à ketergantungan utang
pada pembiayaan kecil à resiko keuangan daerah kecil.
 Analisis Rasio utang terhadap Asset Modal
= Total utang : Total Asset modal
= 17.338.540.765,00 : 5.016.007.881.878,00
= 0,0034 : 1
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya utang masih lebih kecil dari
total asset modal, yaitu sebesar 0,34% dari total asset modal.
 Analisis Rasio Utang terhadap Pertumbuhan Pajak
= Total utang : Pendapatan pajak daerah
= 17.338.540.765,00 : 132.916.027.470,00
= 0,1304 : 1
Menggambarkan kemampuan pemerintah untuk membayar kewajibannya dengan
pendapatan pajak yang diterimanya. Semakin kecil rasio semakin baik.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan rasio utang terhadap pertumbuhan pajak
sebesar 0,1304, dimana rasio tersebut tergolong kecil. Maka pemerintah memiliki
kemampuan untuk membayar kewajiban dengan pendapatan pajak yang diterimanya.
 Analisis Rasio Utang terhadap PAD
= Total Utang : PAD
= 17.338.540.765,00 : 251.171.579.641,00
= 0,0690 : 1
Menggambarkan kapasitas Pemda untuk membayar utang dari penerimaan PAD-nya.
Semakin rendah rasionya semakin baik
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan rasio utang terhadap PAD sebesar 0,0690,
dimana rasio tersebut tergolong rendah. Maka pemerintah memiliki kemampuan untuk
membayar kewajiban dari penerimaan PAD-nya.
 Analisis Rasio Utang terhadap Total Pendapatan Daerah
= Total utang : total pendapatan daerah
= 17.338.540.765,00 : 1.343.295.606.072,00
= 0,0129 : 1

16

Semakin kecil rasio semakin baik
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan rasio utang terhadap total pendapatan daerah
sebesar 0,0129, dimana rasio tersebut tergolong kecil. Maka pemerintah memiliki
kemampuan untuk membayar kewajiban dengan total pendapatan daerahnya.
C. ANALISIS BELANJA, PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN
Perbandingan APBD Semarang tahun 2007/2008

URAIAN
1
I PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
1 Pajak Daerah
2 Retribusi Daerah
3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan
4 Lain-lain PAD Yang Sah
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
Transfer Pemerintah Provinsi
Pendapatan Lain-lain yang Sah
Pendapatan yang masih akan diterima
JUMLAH PENDAPATAN
II BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Bunga 1,905,990,570
3 Belanja Subsidi
4 Belanja Hibah
5 Belanja Bantuan Sosial
6 Belanja Bagi Hasil
7 Belanja Bantuan Keuangan
8 Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Biaya yang masih harus dibayar
Biaya Depresiasi Aset Tetap
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT

2008
2

2007
3

251,171,579,641
132,916,027,470
78,578,755,653

222,447,630,197
120,194,862,565
69,597,799,712

5,405,367,935

3,824,208,317

34,271,428,583
228,626,714,300
1,279,583,733
634,864,459,000
21,141,000,000
183,871,039,695
22,341,229,703
1,343,295,606,072

28,830,759,603
177,376,443,664
1,350,247,284
586,736,000,000
8,394,300,000
5,000,000,000
123,951,103,935
26,007,447,460
22,263,564,148
1,173,526,736,688

745,048,470,219
643,558,981,809
1,609,605,600
8,597,289,160
91,282,593,650
419,290,647,282
70,132,222,454
349,158,424,828
184,164,344,204
1 ,348,503,461,705
-5,207,855,633

552,761,487,061
486,611,020,885
1,905,990,570
53,295,584,960
3,997,041,455
6,951,849,191
402,558,398,022
62,099,696,239
340,458,701,783
196,686,000
1,973,917,727
182,263,013,277
1 ,139,753,502,086
33,773,234,602

17

Analisis Pendapatan

No

Analisis
Pendapatan

Rumus

2007

2008

1

Analisis Varians
Anggaran
Pendapatan

Selisih anggaran dengan realisasi

-

112,091,357,199

2

Analisis
Pertumbuhan
Pendapatan

3

Derajat
Desentralisasi

4

5

Rasio
Ketergantungan
Keuangan
Daerah
Rasio
Kemandirian
Keuangan
Daerah



Pendapa tan Th.2006  Pendapa tan Th.2005
x100%
Pendapa tan Th.2005



PAD
Total Pendapa tan Daerah



14.47%

0.19

0.19

PAD
Transfer pusat  propinsi  pinjaman

0.31

0.38



Pendapa tan Transfer
Total Pendapa tan Daerah

0.62

0.49

6

Rasio Efisiensi
PAD



Re alisasi penerimaan PAD
T arg et penerimaan PAD

-

1.13

7

Rasio Efektivitas
Pajak Daerah



Re alisasi penerimaan Pajak daerah
T arg et penerimaan Pajak daerah

-

1.08

8

Derajat
Kontribusi
BUMD



Penerimaan bagian laba BUMD
Penerimaan PAD

-

-

9

Debt Service
Coverage Ratiomengukur
kemampuan
melakukan utang
j.panjang



( PAD  ( DBH  DBHDR )  DAU )  Belanja wajib
Angsuran Pokok Pinjaman  Bunga  Biaya Lain

162,47

10

Debt Service
Ratiokemampuan



Total Penda tan Daerah
Pokok pinjaman  Bunga

834,55

615,7

18

pemda bayar
utang
Analisis Pendapatan tersebut adalah:
1. Analisis varians anggaran pendapatan
Pada tahun 2008 terjadi surplus sebesar Rp. 112.091.357.199 antara target pendapatan
dengan realisasi pendapatan tersebut, maka dapat dikatakan pendapatan Semarang
cukup baik.
2. Analisis Pertumbuhan Pendapatan
Pertumbuhan pendapatan dari tahun 2007 ke tahun 2008 cukup baik, hal itu
ditunjukkan dari besarnya nilai ppertumbuhan pendapatan yang menunjukkan angka
positif 14.47%.
3. Derajat Desentralisasi
Derajat Desentralisasi pada tahun 2007 dan 2008 menunjukkan nilai yang sama, yaitu
sebesar 0.19. Hal tersebut menunjukkan bahwa Semarang belum cukup siap terhadap
desentralisasi, karena besarnya proporsi penerimaan pendapatan dari PAD hanya
sebesar 19%. Dan tidak terjadi peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008.
4. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Menunjukkan besarnya ketergantungan Keuangan Daerah terhadap transfer, baik oleh
pusat maupun oleh provinsi, serta besarnya pinjaman. Pada tahun 2007, besarnya rasio
ketergantungan keuangan daerah yaitu sebesar 0.31(31%), sedangkan pada tahun 2008
sebesar 0.38(38%). Maka dari data tersebut besarnya ketergantungan keuangan
Semarang semakin menurun. Hal itu terlihat dari semakin meningkatnya PAD dan
makin berkurangnya transfer dan pinjaman.
5. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Menunjukkan besarnya kemandirian keuangan Semarang, yang dilihat dari besarnya
proporsi pendapatan transfer terhadap pendapatan secara keseluruhan. Pada tahun 2007
besarnya rasio kemandirian Semarang adalah 0.62(62%), sedangkan pada tahun 2008
sebesar 0.49(49%). Maka dari data tersebut dapat dianilisis bahwa tingkat kemandirian
Semarang semakin tinggi, karena menurunnya proporsi jumlah pendapatan dari transfer
terhadap pendapatan seluruhnya.
6. Rasio Efisiensi PAD
Rasio efesiensi PAD ditunjukkan dari perbandingan antara besarnya PAD target
terhadap PAD realisasi. Pada tahun 2008 besarnya Rasio efesiensi PAD adalah 1.13.
sehingga dapat disimpulkan tingkat efisiensi PAD Semarang sangat baik.

19

7. Rasio Efektivitas Pajak Daerah
Menunjukkan besarnya perbandingan antara target pajak daerah terhadap realisasi
pajak daerah. Pada tahun 2008 besarnya realisasi efektivitas pajak Semarang adalah
1.08, sehingga dapat disimpulkan tingkat efektivitas Pajak Daerah Semarang sangat
baik.
8. Derajat Kontribusi BUMD
Derajat kontribusi BUMD menunjukkan seberapa besar sumbangan BUMD terhadap
pendapatan daerah, dalam hal ini Semarang. Namun sayang kami tidak bisa
menganalisis karena tidak adanya data.
9. Debt Service Coverage Ratio-mengukur kemampuan melakukan utang j.panjang
Digunakan uintuk mengukur kemampuan melakukan utang jangka panjang. Nilai
DSCR minimum 2,5. Pada tahun 2008, nilai DSCR Semarang adalah sebesar 162,47.
Nilai tersebut menunjukkan bahawa kota Semarang sangat mampu untuk melakukan
utang jangka panjang.
10. Debt Service Ratio-kemampuan pemda bayar utang
Digunakan untuk menunjukkan kemampuan Pemda melakukan pembayaran utang.
Nilai minimum Debt Service Ratio adalah 1. Pada tahun 2007, besarnya nilai Debt
Service Ratio adalah 615,7, dan pada tahun 2008 sebesar 834,55. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kota Semarang sangat mampu melakukan pembayaran utang.
Analisis Belanja
1. Analisis Varians Belanja
Menunjukkan seberapa besar selisih antara target belanja dengan realisasi belanja
tersebut. Pada tahun 2008, besarnya varians belanja adalah Rp.181.614.162.239. hal
tersebut cukup baik karena realisasi belanja lebih kecil daripada yang telah ditargetkan.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis ini berguna untuk mengetahui pertumbuhan belanja dari tahun ke tahun, dalam
bahasan kali ini kami akan melihat besarnya pertumbuhan belanja Semarang dari tahun
2007 ke tahun 2008. Besarnya belanja pada tahun 2007 adalah Rp. 552.761.487.061,
sedangkan pada tahun 2008 adalah Rp. 1,348,503,461,705. maka pertumbuhannya

adalah

= 0.18 = 18%

3. Analisis Keserasian Belanja

20

Analisis ini berguna untuk mengetahui keseimbangan antar belanja
Terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Pada tahun 2008, besarnya belanja adalah Rp.1.325.301.609.216, dan belanja yang
dialokasikan untuk belanja operasi adalah Rp. 1.170.235.948.231 atau sekitar 88.30%,
sedangkan belanja yang dianggarkan untuk belanja modal adalah sebesar Rp.
155.065.660.985 atau sekitar 11.7%. dilihat dari besarnya proporsi belanja operasi dan
belanja modal terhadap total belanja, terjadi ketimpangan yang sangat beasar. Karena
lebih dari 80% dari total anggaran belanja, dihabiskan untuk belanja operasi.
4. Rasio Efisiensi Belanja
Analisis ini berguna untuk mengetahui tingkat penghematan yang dilakukan Pemda.
Perhitungannya dilakukan dengan membandingkan antara besarnya belanja yang
ditargetkan dengan realisasi balanja. Pada tahun 2008, besarnya belanja yang
ditargetkan adalah Rp.1,506,915,771,455 sedangkan besarnya realisasi belanja adalah
Rp. 1,325,301,609,216. Maka besarnya rasio efesiensi belanja adalah 88%. Maka dapat
dikatakan Pemda Semarang mampu melakukan penghematan terhadap belanja
daerahnya.
Analisis Pembiayaan
1. Analisis Penggunaan Silpa
Dalam laporan realisasi anggaran Semarang pada tahun 2008, besarnya silpa adalah
Rp.289.163.996.247. nilai tersebut menunjukkan adanya efisiensi anggaran atau
rendahnya penyerapan anggaran daerah. Dengan demikian silpa bisa digunakan untuk
menutupi defisit tahun berjalan.

21

KESIMPULAN
Analisis Neraca
No
1

Analisis
Neraca
Analisis modal
kerja

Rumus

2007

2008

= Asset Lancar –
Kewajiban Lancar

322.263.484.444,00

330.133.902.672,00

2

Analisis Rasio
Likuiditas
(Rasio Cepat)

= Aktiva Lancar :
Utang Lancar

1,183,799

638,787

3

Analisis Rasio
Likuiditas
(Rasio Kas)

= (Kas + Efek) :
Utang Lancar

42,915

26,756

4

Analisis Rasio
Likuiditas
(Rasio Cepat)

= (Aktiva Lancar –
Persediaan) :
Utang Lancar

1,142,451

612,109

= (Aktiva Lancar –
Utang lancar) :
Total aktiva

0,0717

0,0607

222

3,136,554

0,0045

0,0031

0,0049

0,0034

13.891

11.702

0,0031

0,0045

5

6
7

8

9

10

Analisis Rasio
Likuiditas
(Working
Capital to Total
Asset)
Analisis Rasio
Solvabilitas
Analisis Rasio
Utang terhadap
Ekuitas
Analisis Rasio
Utang terhadap
Asset Modal
Analisis Rasio
Utang per
Kapita
Analisis Rasio
Utang terhadap
Ekuitas

= Total Aktiva :
Total Utang
= Total Utang :
Total Ekuitas
Dana
= Total Utang :
Total Asset
Modal
= Total Utang :
Jumlah
Penduduk
= Total Utang :
Jumlah
Ekuitas Dana

22

11

Analisis Rasio
Utang terhadap
Asset Modal

= Total Utang :
Total Asset
Modal

0,0049

0,0034

12

Analisis Rasio
Utang terhadap
Pertumbuhan
Pajak

= Total Utang :
Pendapatan
Pajak Daerah

0,1681

0,1304

13

Analisis Rasio
Utang terhadap
PAD

= Total Utang :
PAD

0,0908

0,0690

14

Analisis Rasio
Utang terhadap
Total
Pendapatan
Daerah

= Total Utang :
Total Pendapatan
Daerah

0,0172

0,0129

Presentase perubahan komponen neraca 2007/2008 kota Semarang

Perubahan Komponen Neraca Tahun 2007-2008

23

Analisis Pendapatan
No
1

Analisis
Pendapatan
Analisis
Varians
Anggaran
Pendapatan

Rumus
Selisih anggaran dengan realisasi

2007

2008

-

112,091,357,199

2

Analisis
Pertumbuhan
Pendapatan



Pendapa tan Th.2006  Pendapa tan Th.2005
- x100%
Pendapa tan Th.2005

3

Derajat
Desentralisasi



PAD
Total Pendapa tan Daerah

0.19

0.19



PAD
Transfer pusat  propinsi  pinjaman

0.31

0.38



Pendapa tan Transfer
Total Pendapa tan Daerah

0.62

0.49



Re alisasi penerimaan PAD
T arg et penerimaan PAD

-

1.13

4

5

6

Rasio
Ketergantungan
Keuangan
Daerah
Rasio
Kemandirian
Keuangan
Daerah
Rasio Efisiensi
PAD

14.47%

24

7

8

9

10

Rasio
Efektivitas
Pajak Daerah
Derajat
Kontribusi
BUMD
Debt Service
Coverage
Ratiomengukur
kemampuan
melakukan
utang j.panjang
Debt Service
Ratiokemampuan
pemda bayar
utang



Re alisasi penerimaan Pajak daerah
T arg et penerimaan Pajak daerah

-

1.08



Penerimaan bagian laba BUMD
Penerimaan PAD

-

-



( PAD  ( DBH  DBHDR)  DAU )  Belanja wajib
Angsuran Pokok Pinjaman  Bunga  Biaya Lain

162,47



Total Penda tan Daerah
Pokok pinjaman  Bunga

834,55

615,7

25

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63