Analisis SWOT Teori Sosial Budaya Pendid

1. BELAJAR DALAM SOSIAL MIPA
Menurut Faisal dan Yasik (1985) sebagai media seleksi sosial, tingkat pendidikan dari proses pembelajaran berperan pula sebagai nilai
sosial meliputi pengetahuan ilmiah, sikap ilmiah, cinta lingkungan dalam penerapan sains teknologi masyarakat.
Menurut Tohari (3 : 1978) adalah sebagai usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses MIPA,
memiliki nilai dan sikap yang baik terhadap MIPA serta menguasai materi MIPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori MIPA.
Apa keterkaitan antara teori sosial dengan pembelajaran MIPA?
Keterkaitan antara teori sosial dengan dengan perkembangan MIPA sebagai prosedur, proses dan produk. Sehingga perkembangan MIPA
sangat erat dengan perkembangan kondisi sosial dari suatu kelompok masyarakat.
Bagaimana penerapan teori sosial dalam pembelajaran MIPA?
MIPA sebagai “pengetahuan teoritis yang disusun dengan cara yang khas, dapat diterapkan dalam sosial sains meliputi observasi,
eksperimentasi, diskusi, workshop maupun kegiatan pembelajaran lainnya.
Mengapa perlu penerapan teori social dalam pembelajaran MIPA?
Perlunya penerapan teori sosial dalam pembelajaran MIPA untuk melakukan analisis kebutuhan nilai, kebutuhan sikap dan kebutuhan
hidup yang mendesak dan mengantisipasi kesiapan individu masyarakat dalam menghadapi perubahan kultur sosial seiring
perkembangan zaman.

Analisis SWOT No.1
Strengh (Kekuatan)
1. Teori Tohari memiliki nilai moral/humaniora pendidikan
MIPA di lingkungan sosial
2. Teori Faisal dan Yasik memiliki nilai seleksi sosial


Weakness (Kelemahan)
1. Belum seluruhnya diterapkan dalam materi pembelajaran MIPA,
sehingga dampaknya belum sepenuhnya dirasakan bagi kehidupan
sosial
2. Bagi pengembangan MIPA di Indonesia untuk menjadi disiplin ilmu
perlu kerjasama semua pihak

Opportunities (Peluang)
1. Berpeluang memperbaiki proses dalam bentuk sikap dalam
pendidikan MIPA melalui sikap ilmiah
2. Berpeluang memperbaiki nilai produktif dalam penerapan
disiplin ilmu dalam pendidikan MIPA.

Threat (Ancaman)
1. Terjadi penyimpangan kepribadian sosial yang bersifat individu
2. Terjadi kesenjangan dan degradasi nilai sosial di lingkungan
masyarakat

2. LINGKUNGAN PENDIDIKAN MIPA


Menurut Purwanto (2000) lingkungan pendidikan MIPA adalah lingkungan ilmiah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang
dengan cara tertentu yang mempengaruhi tingkah laku dan life proccess science kita kecuali genetik.
Menurut Umar Tirtaraharja et. Al ( 1990:39-40) lingkungan pendidikan MIPA adalah tempat berlangsungnya pendidikan matematika
dan IPA pada tiga aspek lingkungan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Apa itu lingkungan pendidikan MIPA?
Merupakan suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri kependidikan Matematikan dan IPA yang memungkinkan
terselenggaranya pendidikan MIPA dengan baik dan terencana.
Mengapa perlu lingkungan pendidikan MIPA?
Perlunya lingkungan pendidikan MIPA dalam pembelajaran sesuai kurikulum 2013 adalah untuk menanamkan keyakinan terhadap
Tuhan YME, mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah, mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang menguasai konsep
MIPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Bagaimana cara membentuk lingkungan pendidikan MIPA ?
Membentuk lingkungan pendidikan MIPA dalam era modern adalah dengan membangun kesadaran bersama semua pihak baik keluaga,
sekolah dan masyarakat

Analisis SWOT No.2
Strengh (Kekuatan)
1. Teori Purwanto meliputi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan, atau life proccess science

2. Teori Umar Tirtaraharja meliputi tiga lingkungan utama
pendidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat

Opportunities (Peluang)
1. Pengembangan lingkungan pendidikan MIPA yang bersifat
internal
2. Pengembangan lingkungan pendidikan MIPA yang bersifat
eksternal

1.
2.

1.
2.

Weakness (Kelemahan)
Perlu adanya integrasi antara lingkungan internal dan eksternal
MIPA
Perlu adanya alat kontrol untuk menagawasi jalannya lingkungan
pendidikan MIPA


Threat (Ancaman)
Jika tidak ada daya dukung internal dan eksternal, maka
lingkungan pendidikan MIPA tidak akan efektif dan berkembang
Lingkungan pendidikan MIPA jika tidak ditingkatkan maka akan
tertinggal dalam kompetensi global akibat tidak mencukupi dalam
melahirkan generasi yang melek sains dan teknologi

3. STRATIFIKASI SOSIAL PENDIDIKAN MIPA

Menurut Mayor Polak (1960); Stratifikasi sosial pendidikan MIPA adalah penggolongan sejumlah orang yang sama statusnya menurut
penilaian masyarakat tentang matematika, sains dan teknologi.
Menurut Patirim A. Sorokin (1968); Stratifikasi sosial pendidikan MIPA adalah kedudukan kondisi masyarakat (population) kedalam
kelas-kelas secara hierarki (bertingkat) berdasarkan pemahaman dan penerapan matematika dan IPA dalam kehidupan.
Apa yang dimaksud stratifikasi sosial pendidikan MIPA?
Stratifikasi sosial pendidikan MIPA adalah penggolongan individu dalam sistem sosial pendidikan MIPA berdasarkan kriteria ilmiah tertentu yaitu
dimensi penguasaan ilmu, privilese(gelar pendidikan) dan prestise(penghargaan/prestasi kelimuan) yang diperoleh dan digunakan sebagai indeks
status dalam kehidupan sosialnya.
Mengapa bisa terjadi stratifikasi sosial pendidikan MIPA?
Stratifikasi sosial pendidikan MIPA bisa terjadi karena perbedaan budaya masyarakat, kondisi politik suatu negara, sistem pendidikan, perbedaan ciri

biologis, seperti bakat&intelektual, pembagian tugas yang terspesialisasi dan kondisi ekonomi suatu masyarakat.
Bagaimana mengatasi stratifikasi sosial pendidikan MIPA?
Menghargai perbedaan dan kemampuan individu antar sesama, pendekatan keluarga, pendekatan akademik di sekolah, penguatan Undang-Undang
oleh pemerintah tentang penyelenggaraan pendidikan serta pencegahan yang bersesuaian oleh seluruh lapisan masyarakat.

Analisis SWOT No.3
Strengh (Kekuatan)

Weakness (Kelemahan)

1. Teori Mayor Polak meliputi penggolongan sejumlah orang 1. Tidak adanya kesetaraan akses pembelajaran MIPA sehingga
berdasarkan penilaian.
belum merata dan maksimal.
2. Teori Sorokin meliputi jenjang perbedaan kondisi masyarakat 2. Belum sepenuhnya setiap individu menerima perbedaan dalam
berdasarkan kemampuan pemahaman dan penerapan.
stratifikasi sosial, sehingga tidak jarang ada konflik dalam
diskusi pembelajaran MIPA.
Opportunities (Peluang)

Threat (Ancaman)


1. Dengan adanya penilaian, maka lahir banyak ilmuwan bagi
pengembangan
ilmu pengetahuan MIPA, sehingga
menentukan kualitas dan kuantitas pengembangan sumber
daya alam dan manusia.
2. Dengan adanya jenjang perbedaan kemampuan pemahaman
materi MIPA, maka akan mempermudah kontrol dan evaluasi
pendidikan MIPA di tingkat satuan pendidikan.

1. Jika tidak ada kondisi terbimbing oleh guru, maka diskusi hanya
sekedar debat saja, tidak ada kesimpulan dan tidak seluruhnya
siswa paham terhadap materi yang diajarkan.
2. Jika tidak didukung dan diterapkan dalam pendidikan MIPA
maka akan sulit membangun kepedulian dan kesadaran anak
terhadap lingkungannya.
3. Jika tidak ada pembangungan pengorganisasian pengetahuan,
maka kemampuan siswa tidak akan berkembang

4. LEMBAGA PENDIDIKAN MIPA

Menurut Prof. Dr. Umar Tirtarahardja & Drs. La Sula (2005), lembaga pendidikan MIPA adalah tempat berlangsungnya pendidikan matematika
dan IPA khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yaitu keluarga, lingkungan, dan masyarakat.
Menurut Horton & Hunt (2006:59), lembaga pendidikan MIPA berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) yaitu mempersiapkan masyarakat
untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat sains perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan
ilmu pengetahuan dan menanamkan keterampilan ilmiah.
Menurut Aman, Grendy Hendrastomo & Nur Hidayah (2009), Lembaga pendidikan MIPA merupakan suatu lembaga yang mengurusi atau
menangani masalah proses sosialisasi pendidikan Matematika dan IPA, yang bertujuan untuk mengantarkan seseorang sesuai dengan prinsip-prinsip
kemanusiaan yang kompleks.
Apa yang dimaksud lembaga pendidikan MIPA?
Adalah suatu badan yang berusaha mengelola dan menyelenggarakan kegiatan belajar, sosial, kebudayaan, keagamaan, penelitian keterampilan dan
keahlian konsentrasi Matematika dan IPA sebagai tempat dimana orang berkumpul, bekerjasama secara rasional, ilmiah, sistematis dan terpimpin
dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-parasarana dan sumber belajar lainnya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Mengapa perlu lembaga pendidikan MIPA?
Dengan adanya Lembaga pendidikan MIPA maka penyelenggaraan kegiatan pendidikan lebih terorganisir dan terarah, Mempertahankan sistem kelas
sosial, Mengurangi pengendalian orang tua, Mengembangkan bakat perseorangan, Mempersiapkan individu dalam menerapkan keterampilan untuk
perbaikan kehidupan , menjaga nilai norma dan pelestarian budaya di masyarakat, meningkatkan daya saing dalam kompetisi global. Dengan
demikian, lembaga pendidikan memiliki peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan tujuan pendidikan secara substansial.
Bagaimana cara penyelenggaraan lembaga pendidikan MIPA?
Lembaga pendidikan bisa diselenggarakan di keluarga, sekolah( PAUD, TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA), formal, informal, non-formal

Universitas, Institut dan lingkungan serta masyarakat

Analisis SWOT No.4
Strengh (Kekuatan)
Weakness (Kelemahan)
1. Menurut Prof. Dr. Umar Tirtarahardja & Drs. La Sula, lembaga
1. Lembaga pendidikan umumnya dilaksanakan di sekolah,
sehingga di rumah dan di masyarakat belum maksimal
pendidikan MIPA meliputi tiga lingkungan utama pendidikan yaitu
2.
Tidak semua individu siap
keluarga, lingkungan, dan masyarakat.
3. Antara lembaga pendidikan yang satu dengan lain berbeda2. Menurut Horton & Hunt, lembaga pendidikan MIPA berkaitan
beda, tidak ada kesetaraan
dengan fungsi yang nyata (manifes) individu
3. Menurut Aman, Grendy Hendrastomo & Nur Hidayah, Lembaga
pendidikan MIPA merupakan suatu lembaga yang mengurusi atau
menangani masalah proses sosialisasi pendidikan
Opportunities (Peluang)


Threat (Ancaman)
1. Lembaga pendidikan MIPA tidak hanya diterapkan di sekolah saja
1. Lembaga pendidikan jika tidak ada alat kontrol maka
cenderung mejadi industry pendidikan menyimpang dari
tetapi juga dapat diterapkan dirumah dan linkungan masyarakat
awal tujuan pendidikan
2. Lembaga pendidikan MIPA mempersiapkan bekal kehidupan individu
2.
Lembaga pendidikan dan lapangan kerja harus seimbang
3. Lembaga pendidikan MIPA merupakan lembaga yang menjamin
agar tidak terjadi degradasi generasi bangsa
perkembangan pendidikan

5.SISTEM PEMBELAJARAN MIPA
Menurut Sanjaya (2007: 126) sistem pembelajaran MIPA adalah rangkaian kegiatan belajar matematika dan IPA dalam bentuk pendekatan strategi,
metode, teknik dan model yang memiliki proses dan tujuan untuk mendidik kemampuan peserta didik.
Menurut Reigeluth (1999: 11) Sistem pembelajaran MIPA merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen pembelajaran ; peserta didik,
pendidik, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses pembelajaran, fasilitas, lingkungan dan tujuan yang saling
berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Apa yang dimaksud sistem pembelajaran MIPA?

Adalah pengembangan pembelajaran Matematika dan IPA secara sistematis, efektif dan efisiensi meliputi analisis kebutuhan peserta didik,
menentukan tujuan pembelajaran MIPA, mengembangkan bahan dan aktivitas pembelajaran MIPA, yang mencakup penentuan sumber belajar,
strategi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian (evaluasi).
Mengapa perlu sistem pembelajaran MIPA?
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran MIPA. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat
efektivitas, efisiensi dan produktivitas proses pembelajaran..
Bagaimana cara menyelenggarakan sistem pembelajaran MIPA?
Melalui pendekatan strategi, metode, teknik dan model pembelajaran sesuai kebutuhan dan kondisi

Analisis SWOT No.5

Strengh (Kekuatan)
1. Menurut Sanjaya (2007: 126) sistem pembelajaran MIPA
meliputi pendekatan strategi, metode, teknik dan model yang
memiliki proses dan tujuan untuk mendidik kemampuan
peserta didik.
2. Menurut Reigeluth (1999: 11) Sistem pembelajaran MIPA
merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.


Weakness (Kelemahan)
1. MIPA sebagai suatu proses belum terintegrasi
2. MIPA sebagai suatu pengembangan sikap belum sepenuhnya
dilaksanakan dalam setiap aspek kehidupan

Opportunities (Peluang)
1. Sistem pembelajaran MIPA memiliki manfaat sebagai alat
bantu pilihan dalam proses kegiatan belajar sesuai situasi dan
kondisi
2. Sistem pembelajaran menjadi jelas tujuannya karena didukung
berbagai elemen komponen pendidikan

Threat (Ancaman)
1. Apabila kondisi sistem pembelajaran MIPA tidak
direncanakan, maka siswa akan tidak semangat dan terarah
dalam belajar
2. Apabila kondisi pemanfaatan komponen pendidikan tidak
lengkap atau hilang salahsatunya maka system pembelajaran
MIPA cenderung terbatas dan tidak maksimal

6.KOMPETENSI HASIL PENDIDIKAN MIPA

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mencakup Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial dan

Kompetensi Kepribadian yang menekankan pada standar atau hasil pembelajaran MIPA.
Menurut Gordon Allport (Dalam Sutrisno, 2010: 204), kompetensi hasil pendidikan MIPA meliputi Pengetahuan (knowledge),
Pemahaman (understanding), Kemampuan (skill), Nilai (value), Sikap (attitude) dan Minat (interest).
Menurut Benjamin, S. Bloom (1956), kompetensi hasil pendidikan MIPA meliputi aspek kognitif(proses berpikir), afektif(nilai dan
sikap) psikomotorik (keterampilan)
Apa yang dimaksud kompetensi hasil pendidikan MIPA?

Kompetensi hasil pendidikan MIPA adalah kemampuan penilaian matematika dan IPA meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Profesional, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian bagi guru dan bagi siswa Pengetahuan (knowledge), Pemahaman
(understanding), Kemampuan (skill), Nilai (value), Sikap (attitude) dan Minat (interest).
Mengapa perlu kompetensi hasil pendidikan MIPA?
Agar berkembangnya pengetahuan matematika dan IPA serta tujuan pendidikan nasional tercapai, terkontrol dan terarah.
Bagaimana cara menilai kompetensi hasil pendidikan MIPA?
Melalui evaluasi hasil belajar siswa, MGMP MIPA, stakeholder pendidikan yang melibatkan kerjasama semua pihak

Analisis SWOT No.6
Strengh (Kekuatan)
1. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 mencakup
Kompetensi Pedagogik, Profesional, Sosial dan Kepribadian
2. Menurut Gordon, kompetensi meliputi Pengetahuan (knowledge),
Pemahaman (understanding), Kemampuan (skill), Nilai (value),
Sikap (attitude) dan Minat (interest).
3. Menurut Benjamin, S. Bloom, kompetensi hasil pendidikan MIPA
meliputi aspek kognitif(proses berpikir), afektif(nilai dan sikap)
psikomotorik (keterampilan)
Opportunities (Peluang)
1.
2.
3.

Pendidikan MIPA dipandang sebagai alat utama tanggung jawab guru dalam
mendidik MIPA kepada peserta didik
Pendidikan MIPA dipandang sebagai alat kontrol kedudukan kemampuan &
kompetensi peserta didik disetiap jenjang pendidikan
Pendidikan MIPA dipandang sebagai alat evaluasi pengembangan ketrampilan
metakognitif setiap peserta didik

Weakness (Kelemahan)
1. Belum sepenuhnya terlaksana
2. Belum ada alat kontrol evaluasi yang mencakup keseluruhan
3. Umumnya guru lebih mudah melakukan penilaian aspek
kognitif

Threat (Ancaman)
1. Jika tidak dilaksanakan sepenuhnya, maka penilaian hasil
kompetensi pendidikan MIPA tidak tepat sasaran
2. Jika tidak ada pemahaman guru, cenderung proses penilaian
kompetensi pendidikan MIPA tidak baku
3. Jika diabaikan, menghambat informasi siswa kepada orangtua/
wali murid

PERJALANAN KURIKULUM PENDIDIKAN MIPA

1. Kurikulum 1947, tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Matematika disebut ilmu hitung dan IPA disebut ilmu hayat. Kedua
Diutamakan adalah : pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Perhatian utama terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.
2. Kurikulum 1952, Kurikulum diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952 berisi rincian setiap mata pelajaran. Matematika dan
ilmu Hayat sudah terpisah. Setiap rencana pelajaran memperhatikan isi pelajaran MIPA yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran matematika
atau IPA,
3. Kurikulum 1964, pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan,dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada pengembangan dayacipta, rasa,
karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatanfungsional praktis Matematika dan IPA
4. Kurikulum 1968. Bersifat politis, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasilasejati..Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuaninstruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,dan evaluasi Matematika dan IPA
5. Kurikulum 1975 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
6. Kurikulum 1984 ini juga sering disebut “Kurikulum1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Learning (SAL) pada mata pelajaran Matematika dan IPA
7. Kurikulum 1994, terdiri dari muatan nasional sampai muatan lokal. menjelma menjadi kurikulum super padat
8. Kurikulum 2004, dikenal KBK, pengembangan kurikulum sampai silabus Matematika maupun IPA
9. Kurikulum 2006, dikenal KTSP, pengembangan kurikulum sampai kompetensi dasar(KD) Matematika maupun IPA.
Menekankan aspek kognitif, Test menjadi cara penilaian yang dominan
10. Kurikulum 2013,Menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik secara proporsional serta Penilaian test dan portofolio saling
melengkapi

KURIKULUM MIPA 2013

Pada kurikulum tahun 2013, IPA SMP/MTs sebagai mata pelajaran integrative science atau “IPATerpadu” bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Konsep keterpaduan ini ditunjukkan dalam Kompetensi Inti ( KI) dan Kompetensi Dasar ( KD)
pembelajaran IPA yakni di dalam satu KD sudah memadukan konsep-konsep IPA dari bidang ilmu biologi, fisika, dan ilmu
pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA). Pada Kurikulum 2013, KD mata pelajaran IPA sudah memadukan konsep dari aspek
fisika, biologi kimia dan IPBA. Terdapat beberapa model yang potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu,
diantaranya connected, webbed,shared, dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil keterpaduan yang
optimal.Sedangkan pada SMA/SMK/MA tidak ada penjurusan, melainkan peminatan yang akan dipilih oleh peserta didik.
Pemilihan peminatan itu dilakukan saat peserta didik baru mulai masuk sekolah. Pertama masuk mereka akan mendapatkan
sembilan mata pelajaran pokok. Kemudian ditambah dengan empat mata pelajaran peminatannya. Kemudian dia diberikan
kesempatan untuk memilih dua mata pelajaran berikutnya.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63