PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM Pertumbuhan Dan Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas Kopi Dan Daun Pisang Kering Yang Berbeda.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM
AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANG
BERBEDA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:
YUDHY IRHANANTO
A.420 100 127

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM
AMPAS KOPI DAN DAUN PISANG KERING YANG
BERBEDA

Yudhy Irhananto, A 420 100 127, Program Studi Pendidikan Biologi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014

ABSTRAK
Jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) adalah salah satu jamur kayu yang
dapat dikonsumsi serta mempunyai kandungan gizi tinggi seperti karbohidrat,
kalsium, protein, zat besi, lemak, kalium dan fosfor. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pertumbuhan dan produktifitas jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) pada komposisi media tanam ampas kopi dan daun pisang kering
yang berbeda. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan satu faktor komposisi ampas kopi dan daun pisang kering yaitu Y0
(tanpa ampas kopi dan daun pisang kering), Y1 (ampas kopi 50 g + daun
pisang kering 25 g), Y2 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g), Y3
(ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g), Y4 (ampas kopi 25 g + daun
pisang kering 15 g). Analisis data pengujian menggunakan One Way Anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan jamur tiram putih (waktu
pemenuhan miselium) paling cepat pada perlakun Y0 (tanpa ampas kopi dan
daun pisang kering) selama 28,7 hari. Produktifitas jamur tiram putih (Σ total
panen jumlah tubuh buah dan Σ total panen berat segar tubuh buah) tertinggi
pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) yaitu 17 helai

pada panen pertama, 11 helai pada panen kedua dan 126,67 g pada panen
pertama, 110 g pada panen kedua.

Kata kunci : Pleoratus ostreatus, ampas kopi, daun pisang kering

A. PENDAHULUAN
Jamur tiram putih merupakan salah satu produk pertanian yang
mempunyai kandungan gizi tinggi dibandingkan dengan jamur lain. Menurut
Cahyana (1999), kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein 27%, lemak
1,6%, karbohidrat 58%, serat 11,5%, abu 9,3%, kalori 265 Kkal. Selain
kandungan gizinya yang tinggi, juga mempunyai manfaat untuk kesehatan
yaitu sebagai protein nabati yang tidak mengandung kolesterol sehingga dapat
mencengah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung (Pasaribu, dkk
2002).
Suriawiria (2000), budidaya jamur tiram putih di Indonesia belum
dapat untuk memenuhi kebutuhan konsumen setiap hari. Padahal prospek
pengusahaan jamur tiram putih cukup cerah, karena pangsa pasar untuk
ekspor maupun lokal terbuka lebar, asal kualitas dan kuantitas produksi sesuai
dengan persyaratan. Budidaya jamur tiram putih tidak terlalu membutuhkan
modal besar karena salah satu media tanamnya adalah serbuk gergaji.

Menurut Suprapti (2000), budidaya jamur tiram putih dapat dilakukan dengan
teknologi sederhana menggunakan media tanam dari serbuk gergaji kayu.
Serbuk gergaji merupakan limbah dari pabrik kayu yang mudah diperoleh.
Yuniasmara, dkk (1999), jamur tiram dapat tumbuh pada media yang
mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yaitu lignin,
karbohidrat (selulosa dan glukosa), nitrogen, serat, dan vitamin. Media tanam
yang biasanya digunakan dalam pertumbuhan jamur tiram yaitu serbuk kayu
gergaji, bekatul, jerami, sekam, tepung beras. Menurut penelitian Winarni
(2002), produksi jamur tiram putih (Pleuratus ostreatus) menunjukkan bahwa
formulasi paling baik media tanam terhadap produksi jamur tiram putih
adalah serbuk gergaji kayu 15 kg, bekatul 2,25 kg, gips 0,15 kg, kapur 0,375
kg.
Di daerah Baki, Sukoharjo banyak warga yang mengkonsumsi kopi,
dari konsumsi kopi tersebut menghasilkan ampas kopi yang hanya di buang
begitu saja. Ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada
media tanaman jamur tiram putih, karena ampas kopi mengadung protein,

1

nitrogen, lignin dan selulosa yang di butuhkan dalam pertumbuhan jamur

tiram putih, pemanfaatan daun pisang kering kurang terutama hanya dibakar
sebagai pengganti kayu atau minyak tanah, maka diperlukan inovasi
diversifikasi pemakaian daun pisang kering secara optimal. Di daun pisang
kering dapat di manfaatkan sebagai bahan tambahan media tanam jamur tiram
putih, karena mengandung karbon, selulosa dan lignin yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan jamur tiram putih.
Menurut S. Caetano (2012), kandungan ampas kopi meliputi total
karbon 47,8-58,9%; total nitrogen 1,9-2,3%; protein 6,7-13,6 g/100g; abu
0,43-1,6%; selulosa 8,6%.
Hasil penelitian Elliyanti (2002), menunjukan bahwa komposisi
medium serbuk gergaji kayu sengon 25% dan alang-alang 75% berpengaruh
terhadap pertumbuhan miselium lebih cepat, karena medium tanam tersebut
tidak padat, sehingga miselium dapat menjalar ke segala arah dalam medium
tersebut.
Daun pisang kering merupakan salah satu bagian tanaman pisang yang
mengandung hemiselulosa sehingga dapat dijadikan media tanam jamur.
Menurut Chang (1982), komponen organik daun pisang kering (gr/100 gr
berat kering sampel) adalah selulosa 10,85; hemiselulosa 19,96; lignin 18,21;
total C 50,52; C/N rasio 29,54. Hasil penelitian Mayun (2007), limbah daun
pisang merupakan media tanam jamur merang yang paling baik dibandingkan

limbah pertanian yang lain seperti kulit kopi, alang-alang, dan jerami.
Hasil penelitian Supiah (2000), menunjukan bahwa penambahan daun
pisang kering 15% pada medium dasar serbuk gergaji kayu sengon 75% dapat
meningkatkan berat segar tubuh buah jamur tiram

putih. Hartadi dalam

Suryani (2007), kandungan daun pisang kering terdiri atas bahan kering
16,0%, protein kasar 2,3%, serat kasar 3,7%, lemak 6,0%, kadar abu 1,9%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengaruh
pupuk kandang ayam pada media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

2

B. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai Mei 2014, didesa Sugihan Rt
21/ Rw 05, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Metode Penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu (ampas
kopi + daun pisang kering) yang terdiri dari lima perlakuan yaitu Y0 (tanpa

ampas kopi dan daun pisang kering), Y1 (ampas kopi 50g + daun pisang
kering 25g), Y2 (ampas kopi 50g + daun pisang kering 15g), Y3 (ampas kopi
25g + daun pisang kering 25g), Y4 (ampas kopi 25g + daun pisang kering15g)
, setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali.
Tahap penelitian dimulai dari Persiapan media tanam, pengomposan,
pembungkusan, sterilisasi, pendinginan, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan,
pemeliharaan pertumbuhan jamur tiram putih dan panen. Parameter yang
diamati adalah lama pertumbuhan miselium (hari), jumlah tubuh buah (helai)
dan berat segar tubuh buah jamur (gram).
Teknik pengumpulan data dengan percobaan langsung. Data diuji
menggunakan uji statistik One-Way ANOVA (α = 0,05). Analisis data dengan
menggunakan program computer SPSS(Statistic Product and Service Solution
) 17.0 for Windows

C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pertumbuhan miselium dan hasil jamur tiram putih yang
meliputi jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah sebagai berikut.
1. Waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih
Waktu pemenuhan miselium diamati sejak munculnya miselium
sampai memenuhi baglog. Salah satu indikator keberhasilan inokulasi

yaitu munculnya miselium. Disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.

3

Tabel 4.1 Rata-rata waktu pemenuhan miselium jamur tiram putih
Perlakuan

Waktu
Pemenuhan
miselium (hari)
28,7*
39**
37,7
36,3
35,3

Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering)
Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g)
Y2 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g)
Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g)

Y4 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g)
*Waktu pemenuhan miselium paling cepat
**Waktu pemenuhan miselium paling lama

Tabel 4.1 menunjukkan waktu pemenuhan miselium pada baglog
paling cepat penuh selama 28,7 hari pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi
dan tanpa daun pisang kering). Rata-rata waktu pemenuhan miselium
jamur tiram putih paling lama 39 hari pada perlakuan Y1 (ampas kopi 50
g, dan daun pisang kering 25 g).
2. Jumlah Tubuh Buah dan Berat Segar Tubuh Buah
Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih disajikan
pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Rata-rata berat segar tubuh buah dan jumlah tubuh buah jamur tiram putih
Σ berat segar
Jumlah
Σ jumlah
Berat segar
Perlakuan Panen
tubuh buah
tubuh buah

tubuh buah
tubuh buah (g)
(g)
(helai)
(helai)
1

96,67

8

Y0

430*
2

46,67*

1


100

36*
4*
9

Y1

490
2

63,33

1

120

51
8
13


Y2

640
2

93,33

1

126,67**

67
10
17**

Y3

710**
2

110

1

93,33

83**
11
11

Y4

550
2

90

54
7

Keterangan:
Y0: tanpa ampas kopi dan daun pisang kering
Y1: ampas kopi 50 g + daun pisang kering 25 g
Y2: ampas kopi 50 g + daun pisang kering 15 g
Y3: ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g
Y4: ampas kopi 25 g + daun pisang kering 15 g

4

*Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah paling rendah
**Jumlah tubuh buah dan berat segar tubuh buah paling tinggi

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tubuh buah
jamur tiram putih putih yang paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas
kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebanyak 17 helai pada panen ke
1, sedangkan jumlah tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada
perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebanyak 4
helai pada panen ke 1.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa berat segar tubuh buah jamur
tiram putih yang paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g +
daun pisang kering 25 g) sebesar 126,67 g pada panen ke 1, sedangkan
berat segar tubuh buah jamur tiram putih paling rendah pada
perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) sebesar
46,67 g pada panen ke 2.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Σ tubuh buah dan berat segar
tubuh buah jamur tiram putih paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas
kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) sebesar 83 helai dan 710 g,
sedangkan Σ tubuh buah dan berat segar tubuh buah jamur tiram putih
paling rendah pada perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang
kering) sebanyak 36 helai dan 430 g.

D. Pembahasan
1. Waktu pemenuhan miselium
Pemenuhan miselium diamati sejak munculnya miselium
sampai miselium memenuhi baglog. Salah satu indikator keberhasilan
inokulasi yaitu munculnya miselium. Perbedaan waktu pemenuhan
miselium dapat dilihat pada histogram berikut ini:

5

Pemenuhan miselium jamur tiram putih

Lama (Hari)

39
40
35
30
25
20
15
10
5
0

37,7

36,3

35,3

28,8
Y0
Y1
Y2
Y3
Y4
Y0

Y1

Y2

Y3

Y4

Perlakuan

Gambar 4.1
.1 Waktu pemenuhan miselium berbagai pelakuan media
edia

Pa
Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa wakt
aktu pemenuhan
miselium
um perlakuan Y0 (tanpa ampas kopi dan daun
un pisang kering),
yaitu 28,7 hari paling cepat namun dilihat dari hasil rendah karena
tanpa nut
nutrisi tambahan, sedangkan waktu pemenuha
enuhan miselium
perlakuan
kuan Y1 (ampas kopi 50 g + daun pisang kering
ng 25 g), yaitu 39
hari paling
ling lama waktu pemenuhan miselium namun
un ha
hasil tidak lebih
rendah da
dari Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) karena
ampas kopi memiliki kandungan lignin 33,6% sehingga agak
menggangg
nggu pemenuhan miselium.
Khol
Kholisoh (2011), selulosa merupakan rantai lur
lurus polimer dari
1-4-β-D-g
-glukosa dan merupakan komponen terbesarr pa
pada dinding sel
tanaman.
n. Keberadaannya pada dinding sel tanaman
an bersama-sama
dengann he
hemiselulosa dan lignin, oleh karena itu serat
rat tanaman biasa
disebut de
dengan lignoselulosa. Lignin merupakan pol
polimer kompleks
dari pheny
phenyl propana dan mudah didegradasi oleh asam
sam, basa, maupun
enzim lig
lignolitik. Enzim yang dapat mendegradasi
dasi lignin adalah
mangan
angan pe
peroxidase, lignin peroxidase, dan cellobiose
ose dehydrogenase.
Karena lig
lignin melindungi selulosa dan hemiselulosa da
dalam dinding sel
tanaman,
n, maka enzim selulase tidak mudah diadsorpsi
dsorpsi oleh selulosa

6

dan hem
miselulosa. Bahkan, lignin mampu menga
ngadsorpsi enzim
selulase m
meskipun tidak bereaksi. Hal ini tentu saja m
merugikan dalam
proses hidr
hidrolisis lignoselulosa secara enzimatik. Enz
nzim yang dapat
menghidrol
drolisis

selulosa

adalah selulase.

Kapa
pang

yang bisa

menghasil
silkan selulase adalah Aspergillus niger, Trichode
choderma viride.
La
Lama

pemenuhan

miselium

dipengaruhi
uhi

oleh

suhu,

kelembaba
baban, tempat inkubasi dan kualitas bibit jamur
ur yyang digunakan.
Guna menunj
enunjang pemenuhan miselium pada jamur
ur tiram, idealnya
ruang inkuba
inkubasi memiliki suhu 22-29oC dan kelemba
mbaban 90-100%
(Ipuk dan Saparinto dalam Steviani, 2011). Tingkat ke
kepadatan baglog
juga mem
empengaruhi pada penyebaran miselium, apabil
bila baglog terlalu
padat maka
aka miselium juga akan sulit untuk memenuhi
enuhi ke seluruh
permukaan
ukaan baglog, oleh karena itu dalam peng
pengisian baglog
diusahaka
kan untuk tidak terlalu padat atau terlalu rengga
nggang.
2) Jumlah tu
tubuh buah jamur tiram putih
Jum
Jumlah tubuh buah jamur tiram putih menj
enjadi parameter
pengamata
atan untuk menjelaskan salah satu indikator
or ha
hasil jamur tiram
putih. Per
erbedaan jumlah tubuh buah jamur tiram put
putih dapat dilihat
pada histog
histogram berikut ini. Berikut adalah histogram
ram hasil rata-rata
jumlahh tubuh bua
buah jamur tiram putih:

Helai

Jumlah tubuh buah jamur tiram pu
putih
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

17
13
9 8

8

10

11

11
7

4

YO

Y1

Y2

Y3

Y4

Perlakuan

Panen 1
Panen 2

Ga
Gambar 4.2 Rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram pputih

7

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa jumlah tubuh buah
jamur tiram putih paling tinggi pada perlakuan Y3 (ampas kopi 25 g +
daun pisang kering 25 g) 17 helai pada panen pertama dan 11 helai
pada panen kedua. Hal ini menunjukkan bahwa Y3 (komposisi ampas
kopi 25 g dan daun pisang kering 25 g) berpengaruh terhadap jumlah
tubuh buah jamur tiram putih.
Nutrisi yang terkandung dalam penambahan ampas kopi
adalah unsur nitrogen

kisaran 2,3%, selulosa 8,6%, hemiselulosa

36,7%, protein 6,7–13,6% yang dapat memacu pertumbuhan dan hasil
tubuh buah jamur. Sesuai dengan pernyataan Soenanto dalam Steviani
(2011), bahwa nitrogen berfungsi untuk pembentukan protein, dan
membangun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya untuk
memacu pertumbuhan tubuh buah jamur. Sesuai juga dengan
pernyataan Darlina (2008), protein merupakan sumber nitrogen yang
dibutuhkan sebagai penyusun jaringan yang sedang aktif tumbuh,
sehingga mempengaruhi diameter tudung jamur.
Hasil rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih pada
panen pertama dan kedua secara keseluruhan mengalami penurunan,
hal ini disebabkan menurunnya nutrisi pada media sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram.
3) Berat segar tubuh buah jamur tiram putih
Berat segar tubuh buah jamur tiram putih menjadi parameter
pengamatan untuk menjelaskan salah satu indikator hasil jamur tiram
putih. Perbedaan berat segar tubuh buah jamur tiram putih dapat
dilihat pada histogram berikut ini:

8

Berat segar tubuh buah jamur tiram
iram putih
150
100

gram

96,67
100

126,67
120
110
93,33

93,3390

63,33
46,67

50
0
Y0

Y1

Y2

Perlakuan

Y3

Y4
panen 1
panen 2

Gambar 4.3 Rata-rata berat segar jamur tiram putih
tih berbagai perlakuan
media

Pengamatan berat segar buah jamur diperole
roleh hasil bahwa
Pe
kuan Y3 (ampas kopi 25 g + daun pisang kering
ring 25 g) dengan
perlakuan
berat segar tubuh buah jamur tiram putih
ih 126,67 g pada
rata-rataa be
pertama dan 110 g pada panen
panen pe

kedua
dua, hal tersebut

ukkan bahwa (ampas kopi 25 g + daun pisang
sang kering 25 g)
menunjukka
suai dengan hasil
dapat meeningkatkan hasil jamur tiram putih. Sesua
an Supiah (2000), menunjukan bahwa pena
penambahan daun
penelitian
kering 15% pada medium dasar serbuk gerga
rgaji kayu sengon
pisang ke
pat meningkatkan berat segar tubuh buah jamur
ur tiram putih.
75% dapa
Hasil rata-rata berat segar tubuh buah jamur
ur ti
tiram putih pada
Ha
pertama dan kedua secara keseluruhan mengal
ngalami penurunan,
panen per
disebabkan oleh menurunnya nutrisi pada
da m
media sehingga
hal ini di
ngaruhi pertumbuhan dan hasil jamur tiram.. Hasil penelitian
mempenga
ni ((2002), bahwa rata-rata berat tubuh buahh se
segar jamur yang
Winarni
kan setiap kali panen baik panen pertama da
dan panen kedua
dihasilkan
ami penurunan, hal ini karena sebagian nutri
nutrisi media tanam
mengalam
digunakan oleh jamur untuk menghasilkan tub
tubuh buah pada
telah digun
pertama.
panenn pert

9

E. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pertumbuhan jamur tiram putih (waktu pemenuhan miselium) paling cepat
pada perlakun Y0 (tanpa ampas kopi dan daun pisang kering) selama 28,7
hari.
2. Produktifitas jamur tiram putih (Σ total panen jumlah tubuh buah dan Σ
total panen berat segar tubuh buah) tertinggi pada perlakuan Y3 (ampas
kopi 25 g + daun pisang kering 25 g) yaitu 17 helai pada panen pertama,
11 helai pada panen kedua dan 126,67 g pada panen pertama, 110 g pada
panen kedua.

DAFTAR PUSTAKA

Adikasari, Ria. 2012. “Pemanfaatan Ampas Teh Dan Ampas Kopi Sebagai
Penambah Nutrisi Pada Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum
Lycopersicum) Dengan Media Hidroponik”. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Aini, Fitriah Nur. 2013. “Pengaruh Penambahan Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes) terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus)”. Jurnal Sains dan Seni Pomits, Vol. 2, No.1, (2013): 23373520
Alex, M. 2011. Meraih Sukses dengan Budidaya Jamur Tiram, Jamur Merang,
dan Jamur Kuping. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Belewu.2005. Cultivation of mushroom (Volvariella volvacea) on banana leaves.
African Journal of Biotechnology Vol. 4 (12), pp. 1401-1403, December
2005
Chang-Ho,Y. 1982. Ecological Studies of Volvaroella volvaceae, dalam Chang,
S.T. and T.H. Quimio (Ed.), 1982, Tropical Mushroom: Biological
Nature and Cultivation Methods, Chinese university Press, Hongkong.
Chazali dan Pertiwi,P. 2010. Usaha Jamur Tiram. Penebar Swadaya. Bogor.

10

Djarijah, N. M dan A. S. Djarijah., 2001. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius,
Yogyakarta. Hal 9, 14, 15, 47.
Etty Sumiati. 2006. “Cara Praktis Budidaya Jamur Tiram”. Sinar Tani Edisi 19-25
July 2006.
Fan, Leifa., C.R. Soccol. 2005. “Shittake Bag Cultivation”. COFFEE
RESIDUES.Mushroom Growers. Handbook 2.
Griffin, D.H. 1994. Fungal Physiology. John Wiley & Sons, Inc, New York.
Nofriadi, Edo. 2009. Keragaman Nilai Lignin Terlarut Asam (Acid Soluble
Lignin) Dalam Kayu Reaksi Pinus merkusii Jungh Et de Vriese dan
Gnetum gnemon Linn. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Houston,D.F. and G.O Kohler, 1982. Nutritional Propertes Of Rice. National
Academy Of Science Washington DC.
Isnaeni , W. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Yogyakarta: Lily Publisher.
Kholisaoh, S. Diyar. 2011. DELIGNIFIKASI SABUT KELAPA DENGAN
NaOH UNTUK PRODUKSI GULA PEREDUKSI SECARA
ENZIMATIK. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses: 1411-4216
Moore E and Landecker. 1996. Fundamentals of the Fungi. Edisi IV, Prentice
Hall, Inc, New Jersey.
Mutakin, Jenal. 2006. “Uji Kultivasi Efisiensi Biologi Jamur Tiram (Pleurotus
spp.) Liar dan Budidaya”. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Nelson, Scot. 2008. “Black Leaf Streak of Banana”. Plant Disease, PD-50
Redaksi Agromedia. 2009. Bertanam Jamur Konsumsi. PT Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Rismunandar, 1984. Mari Berkebun Jamur. Ternate. Bandung.

S. caetano, Nidia. 2012. “Valorization of Coffee Grounds for Biodiesel
Production”. CHEMICAL ENGINEERING TRANSACTIONS, VOL. 26,
2012. DOI: 10.3303/CET1226045
Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram Budidaya dan Peluang Usaha. Semarang:
Aneka Ilmu.

11

Steviani, Susi. 2011. “Pengaruh Penambahan Molase Dalam Berbagai Media Pada
Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)”. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Suprapti S. 1988. “Pengaruh penambahan dedak terhadap produksi jamur
tiram”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 5 (6): 337-339

Suryani, T. 2007. Kajian Komposisi Medium Tumbuh pada Pertumbuhan dan
Hasil Dua Varietas Jamur Tiram(Laporan Penelitian). Universitas
Wangsa Manggala, Yogyakarta.
Sutanto, Rahman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Kanisus.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogya: UGM Press
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Yogyakarta : UMM Press.
Widiyastuti, B. 2008. Budi Daya Jamur Kompos: Jamur Merang, Jamur Kancing
(Champignon), Jakarta: Penebar Swadaya.
Winarni, Inggit. Rahayu, Ucu. (2002). “Pengaruh Formulasi Media Tanam
dengan Bahan Dasar Sebuk Gergaji terhadap Produksi Jamur Tiram
Putih (Pleuratus Ostreatus)”. Jurnal jurusan pendidikan Biologi,
Fakultas MIPA Universitas Terbuka.

12

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Berbagai Media Serbuk Kayu Dan Pemberian Pupuk NPK

5 81 121

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS JAMUR TIRAM PUTIH(Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM Pertumbuhan Dan Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas Kopi Dan Daun Pisang Kering Yang Berbeda.

0 2 14

PENDAHULUAN Pertumbuhan Dan Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas Kopi Dan Daun Pisang Kering Yang Berbeda.

0 3 5

DAFTAR PUSTAKA Pertumbuhan Dan Produktifitas Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Ampas Kopi Dan Daun Pisang Kering Yang Berbeda.

0 45 5

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Jantung Pisang Yang Berbeda.

0 2 15

PENDAHULUAN Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Jantung Pisang Yang Berbeda.

0 1 6

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Jantung Pisang Yang Berbeda.

0 3 15

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Kulit Pisang Yang Berbeda.

0 0 16

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Komposisi Media Tanam Serbuk Gergaji, Ampas Tebu Dan Kulit Pisang Yang Berbeda.

0 1 13

PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA VARIASI KOMPOSISI MEDIA TANAM LIMBAH KARDUS DAN AMPAS TEBU

1 4 86