GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI PARU DAN FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEMANGKU DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR.
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN FUNGSI PARU
DAN FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU
PADA PEMANGKU DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR
Dewa Gede Putra Angga Pradnyana1, I Made Muliarta 2
1
Program Studi Pendidikan Dokter
2
Bagian Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Gangguan fungsi paru adalah masalah yang ada di seluruh dunia terutama
negara berkembang. Gangguan fungsi pada paru terbagi menjadi tiga macam yaitu
restriktif, obstruktif, dan campuran. Asap dupa merupakan salah satu faktor risiko
penyebab gangguan fungsi paru, terutama pada Pemangku yang ada di Bali.
Terdapat beberapa faktor risiko pada Pemangku yang berkaitan dengan gangguan
fungsi paru, diantaranya lama bekerja, sebagai indikator lamanya paparan, dan
kebiasaan merokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara faktor risiko tersebut dengan gangguan fungsi paru pada Pemangku di
Kecamatan Denpasar Timur. Dalam penelitian ini digunakan metode analitik
dengan rancangan potong lintang. Sampel penelitian adalah 47 orang Pemangku
yang ada di Kecamatan Denpasar Timur. Hasilnya, diperoleh tidak adanya
hubungan yang signifikan antara lamanya bekerja dengan gangguan paru restriktif
(p = 0,181) dan gangguan paru obstruktif (p = 0,659). Tidak diperoleh juga adanya
hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan paru
restriktif (p = 0,654) maupun obstruktif (p = 0,939). Saran untuk Pemangku adalah
agar rutin memeriksakan kesehatan diri dan agar diadakannya penelitian dengan
skala yang lebih besar untuk mendapatkan data hubungan antara faktor risiko
dengan gangguan fungsi paru pada Pemangku yang lebih akurat.
Kata kunci: asap dupa, Pemangku, fungsi paru, merokok
1
CHARACTERISTICS AND RISK FACTORS OF
LUNG FUNCTION IMPAIRMENT AMONG HINDU’S PRIEST
IN DENPASAR TIMUR DISTRICT
ABSTRACT
Impaired lung function is a problem that occurs all over the world especially
in the developing countries. Impaired lung function can be divided into three kinds,
namely restrictive, obstructive, and mixed. Incense smoke is one of the risk factors
associated with lung function impairment, especially on priests in Bali. There are
two risk factors in priest associated with impaired lung function, i.e. length of time
he/she work as priests, as an indicator of duration of exposure, and smoking habits.
This study aims to determine the relationship between these risk factors with
impaired lung function that occurs in Eastern Denpasar District priests. This study
uses an analytical method with cross sectional design. Subjects were 47 priests in
Eastern Denpasar District. The result showed no significant correlation between the
length of working as priests with restrictive lung function (p=0.181) and obstructive
lung function (p=0,659). Also there is no significant correlation found between
smoking habits and restrictive (p=0,654) or obstructive lung function (p=0,939).
Suggestions for priest is to have a routine health check up and another study need
to be conducted on a larger scale to get more accurate data of the relationship
between risk factors and impaired lung function
Keywords: Incense smoke, priests, lung function, smoking
PENDAHULUAN
Gangguan fungsi pada paru terbagi
Dewasa ini penyakit paru di dunia
menjadi tiga yaitu gangguan paru
mendapat
restriktif, gangguan paru obstruktif,
perhatian
yang
serius
karena tingginya angka mortalitas dan
dan
morbiditas
Gangguan
yang
ditimbulkan.
gangguan
paru
paru
campuran.
restriktif
adalah
Menurut WHO, penderita gangguan
gangguan paru yang disebabkan oleh
paru berupa asma di dunia pada tahun
adanya
2005 mencapai 235 juta orang. Setiap
pengembangan paru baik karena
tahunnya tiga juta orang di seluruh
perubahan pada parenkim paru, atau
dunia
adanya penyakit pada pleura maupun
meninggal
karena
PPOK
hambatan
dada2.
pada
(Penyakit Paru Obstruktif Kronis).
dinding
Hal ini semakin diperparah karena
obstruktif adalah gangguan paru yang
90% kasus kematian akibat PPOK
terjadi karena adanya peningkatan
terjadi
resistensi jalan napas3. Sedangkan
di
negara
termasuk Indonesia1.
berkembang,
Gangguan
paru
gangguan paru campuran adalah
2
campuran dari gangguan obstruksi
adalah
volume
dan restriksi3.
dihembuskan dengan paksa setelah
melakukan
udara
inspirasi
yang
maksimal.
Fungsi paru dapat terganggu dan
Sedangkan, FEV1 adalah volume
menjadi tidak maksimal akibat faktor
udara yang dihembuskan dengan
dari luar tubuh (ekstrinsik) dan dari
paksa
dalam
Faktor
pertama. Dari hasil kedua nilai
intrinsik yang dapat mengakibatkan
tersebut, dapat diperkirakan fungsi
gangguan fungsi paru dipengaruhi
faal seseorang mengalami gangguan
oleh
obstruktif atau restriktif2.
tubuh
(intrinsik).
sistem
pertahanan
paru
dalam
durasi
satu
detik
(anatomis maupun fisiologis), umur,
jenis kelamin, status gizi (IMT).
Pemangku berasal dari kata “Pangku”
Salah satu faktor ekstrinsik yang
yang berarti “nampa”, “menyangga”,
dapat mengganggu fungsi paru adalah
“memikul beban”, atau “memikul
inhalasi bahan iritan (gas, debu, dan
tanggung jawab” sebagai perantara
uap). Komponen tersebut cenderung
antara
untuk
jaringan
Pencipta5. Dalam setiap kegiatan
sekitar (silia dan enzim) dan dapat
upacara agama Hindu, Pemangku
menyebabkan fibrosis luas di paru.
selalu membakar dupa yang berfungsi
Dengan demikian, lamanya paparan
sebagai lambang Dewa Agni yang
terhadap bahan iritan yang diinhalasi
berfungsi
sangat
upacara6.
bereaksi
dengan
mempengaruhi
tingkat
manusia
sebagai
dengan
Sang
saksi
adanya
pulau
dimana
keparahan gangguan fungsi paru yang
terjadi4.
Bali
merupakan
kebanyakan penduduknya beragama
Pemeriksaan faal paru menggunakan
Hindu. Dupa merupakan salah satu
spirometer
mendeteksi
sarana persembahyangan masyarakat
gangguan paru. Dalam pemeriksaan
Hindu di Bali. Dupa digunakan
faal paru, data yang sering dinilai
dengan
adalah
dapat
nilai
capacity)
FVC
dan
dibakar
dan
akan
vital
menghasilkan asap yang terdiri dari
(forced
bahan partikulat, produk gas, dan
(forced
FEV1
cara
expiratory volume in 1 second). FVC
senyawa organik lainnya7.
3
Asap dupa mempunyai beberapa
METODE
dampak
Dalam penelitian ini, digunakan
negatif
pada
sistem
pernapasan. Alarifi, dkk menemukan
rancangan
bahwa paparan asap dupa dengan
pendekatan potong lintang. Penelitian
rasio 4 gram/hari pada mencit selama
dilakukan
14 minggu menyebabkan terjadinya
Denpasar Timur pada Februari 2014.
perubahan ultrastruktural pada paru
Populasi penelitian yang digunakan
mencit yang melibatkan organel sel
adalah total populasi Pemangku di
dan sel pneumosit tipe II, ditemukan
Kecamatan Denpasar Timur. Sampel
adanya infiltrat neutrofil pada sel
penelitian
alveoli dan deposisi kolagen pada
populasi yang memenuhi kriteria
dinding alveoli yang menambah
inklusi: seorang Pemangku yang
ketebalan alveoli. Selain itu asap dupa
berdomisili di Denpasar Timur, mau
juga dapat menyebabkan peningkatan
menjadi
konsentrasi IgE yang menginduksi
melakukan
imunitas humoral yang pada akhirnya
Sampel penelitian akan dikeluarkan
akan menyebabkan penyakit alergi
jika
saluran pernapasan8
riwayat
Berdasarkan
hal
tersebut,
ada
kemungkinan orang yang berprofesi
sebagai
Pemangku
mengalami
gangguan fungsi paru akibat paparan
lama terhadap asap
dupa
studi
di
analitik
beberapa
diambil
sudah
di
seluruh
dan
pengujian
gangguan
pura
dari
responden
sampel
dengan
mau
spirometri.
mempunyai
fungsi
sebelum
berprofesi
Pemangku,
berprofesi
paru
sebagai
lain
yang
mempunyai intensitas paparan asap
tinggi, dan tidak bersedia menjadi
responden.
yang
merupakan bahan iritan. Oleh karena
Dalam pengumpulan data digunakan
itu, peneliti tertarik untuk mengetahui
beberapa instrumen berupa kuesioner
lebih lanjut mengenai gambaran
yang berisi data identitas responden,
umum spirometri dan faktor risiko
lamanya bekerja sebagai Pemangku,
yang berpengaruh terhadap gangguan
dan
fungsi pada paru Pemangku di
sampel.
Denpasar Timur.
langsung diukur di tempat dengan
riwayat
kebiasaan
Tinggi
badan
merokok
sampel
4
microtoise.
Berat
badan
diukur
sebanyak
lima
sampel
(10,6%).
dengan timbangan badan. Fungsi paru
Sementara, sampel dengan gangguan
sampel
fungsi paru campuran ditemukan
diukur
menggunakan
sebanyak empat sampel (8,5%).
spirometer.
Data yang dikumpulkan diproses
Tabel 1. Data Antropometri Sampel (n =
untuk mengetahui hubungan antara
47)
setiap
faktor
risiko
terhadap
Data
Rerata ± SD
Jenis Kelamin
gangguan fungsi paru. Data dianalisis
dengan menggunakan Chi-square test
Lelaki n (%)
33 (70,2%)
Wanita n (%)
14 (29,8%)
dengan program SPSS versi 20.0 64
Umur (Tahun)
bit dengan sistem operasi Windows10
Berat Badan (kg)
64,61 ± 10,664
Tinggi Badan (cm)
163,55 ± 6,413
dengan tingkat kemaknaan yang
2
BMI (kg/m )
53,4 ± 8,211
24,12 ± 3,560
diinginkan adalah p < 0,05.
Tabel 2. Gambaran Fungsi Paru Sampel (n
HASIL
Dari
= 47)
hasil
penelitian,
diperoleh
Jumlah n (%)
Fungsi Paru
sampel sebanyak 47 orang. Sebanyak
Normal
11 (23,4%)
33 sampel adalah lelaki dan sisanya
Restriktif
27 (57,4%)
Obstruktif
5 (10,6%)
Campuran
4 (8,5%)
wanita. Usia sampel adalah 53,40
tahun. Rerata berat badan sampel
64,61 kg. Rerata tinggi badan sampel
adalah 163,55 cm dan rerata BMI
(Body Mass Index) adalah 24,12.
Dari total 47 orang sampel penelitian,
diperoleh sebanyak 23 sampel telah
menjadi Pemangku selama kurang
dari 10 tahun dan 24 orang telah
Dari 47 orang sampel, diperoleh 11
sampel (23,4%) dengan fungsi paru
normal. Sampel dengan gangguan
fungsi
paru
sebanyak
27
restriktif
sampel
ditemukan
(57,4%),
sedangkan sampel dengan gangguan
menjadi Pemangku selama lebih dari
10 tahun. Sebanyak 10 sampel
mempunyai
kebiasaan
merokok,
sedangkan 37 orang lainnya tidak
pernah
mempunyai
kebiasaan
merokok.
fungsi paru obstruktif ditemukan
5
Data-data
diatas,
kemudian
yang
tidak
mempunyai
merokok,
riwayat
dimasukkan ke dalam tabulasi silang
kebiasaan
sebanyak
yang dapat dilihat pada Tabel 3. Dari
delapan sampel mempunyai fungsi
tabulasi silang diperoleh dari 23
pada paru yang normal, 22 sampel
sampel yang telah menjadi menjadi
mempunyai gangguan paru restriktif,
Pemangku selama kurang dari 10
4 sampel mempunyai gangguan paru
tahun, enam sampel mempunyai
obstruktif, dan 3 orang mempunyai
fungsi paru normal, dan 17 sampel
gangguan paru campuran.
mempunyai gangguan fungsi paru
sampel
Data-data tersebut lalu diproses ke
mempunyai fungsi paru restriktif,
dalam tabulasi silang agar diketahui
empat sampel mempunyai fungsi paru
hubungan dari setiap faktor risiko
obstruktif,
sampel
terhadap masing-masing gangguan
mempunyai gangguan fungsi paru
restriktif dan obstruktif. Lalu, data
campuran. Sedangkan dari 24 sampel
akan dianalisis dengan Chi-square
yang telah menjadi Pemangku selama
Test agar diperoleh kaitan dari setiap
lebih dari 10 tahun, lima sampel
faktor risiko dengan gangguan paru
mempunyai fungsi paru yang normal,
restriktif dan obstruktif.
dengan
pembagian
dan
12
satu
sedangkan 15 sampel mempunyai
gangguan paru restriktif, satu orang
Hasil dari Chi-square Test dengan
mempunyai
paru
menggunakan tingkat kemaknaan p <
sampel
0,05 diperoleh tidak ada hubungan
obstruktif,
mempunyai
gangguan
dan
tiga
gangguan
paru
yang
signifikan
antara
lamanya
campuran. Dari 10 sampel yang
sampel menjadi seorang Pemangku
mempunyai
merokok,
dengan terjadinya gangguan paru tipe
sebanyak tiga sampel mempunyai
restriktif (p = 0,181). Hubungan
fungsi paru normal, sedangkan lima
antara kebiasaan merokok dengan
sampel mempunyai gangguan paru
gangguan fungsi paru restriktif juga
restriktif, satu sampel mempunyai
ditemukan tidak signifikan (p =
gangguan paru obstruktif, dan satu
0,654).
kebiasaan
sampel mempunyai gangguan paru
campuran. Sedangkan dari 37 sampel
6
Tabel 3. Gangguan fungsi paru dibagi
Tabel 5. Gangguan fungsi paru Obstruktif
berdasarkan faktor risiko
(%FEV1 < 75) Berdasarkan Faktor Risiko
Fungsi Paru
Kategori
Terganggu
Normal
Res
Obs
Obstruktif
Faktor Risiko
Mix
6
12
4
1
>10
5
15
1
3
Nilai p
Tidak
Lama Bekerja (tahun)
Lama Bekerja (tahun)
DAN FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU
PADA PEMANGKU DI KECAMATAN DENPASAR TIMUR
Dewa Gede Putra Angga Pradnyana1, I Made Muliarta 2
1
Program Studi Pendidikan Dokter
2
Bagian Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Gangguan fungsi paru adalah masalah yang ada di seluruh dunia terutama
negara berkembang. Gangguan fungsi pada paru terbagi menjadi tiga macam yaitu
restriktif, obstruktif, dan campuran. Asap dupa merupakan salah satu faktor risiko
penyebab gangguan fungsi paru, terutama pada Pemangku yang ada di Bali.
Terdapat beberapa faktor risiko pada Pemangku yang berkaitan dengan gangguan
fungsi paru, diantaranya lama bekerja, sebagai indikator lamanya paparan, dan
kebiasaan merokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara faktor risiko tersebut dengan gangguan fungsi paru pada Pemangku di
Kecamatan Denpasar Timur. Dalam penelitian ini digunakan metode analitik
dengan rancangan potong lintang. Sampel penelitian adalah 47 orang Pemangku
yang ada di Kecamatan Denpasar Timur. Hasilnya, diperoleh tidak adanya
hubungan yang signifikan antara lamanya bekerja dengan gangguan paru restriktif
(p = 0,181) dan gangguan paru obstruktif (p = 0,659). Tidak diperoleh juga adanya
hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan paru
restriktif (p = 0,654) maupun obstruktif (p = 0,939). Saran untuk Pemangku adalah
agar rutin memeriksakan kesehatan diri dan agar diadakannya penelitian dengan
skala yang lebih besar untuk mendapatkan data hubungan antara faktor risiko
dengan gangguan fungsi paru pada Pemangku yang lebih akurat.
Kata kunci: asap dupa, Pemangku, fungsi paru, merokok
1
CHARACTERISTICS AND RISK FACTORS OF
LUNG FUNCTION IMPAIRMENT AMONG HINDU’S PRIEST
IN DENPASAR TIMUR DISTRICT
ABSTRACT
Impaired lung function is a problem that occurs all over the world especially
in the developing countries. Impaired lung function can be divided into three kinds,
namely restrictive, obstructive, and mixed. Incense smoke is one of the risk factors
associated with lung function impairment, especially on priests in Bali. There are
two risk factors in priest associated with impaired lung function, i.e. length of time
he/she work as priests, as an indicator of duration of exposure, and smoking habits.
This study aims to determine the relationship between these risk factors with
impaired lung function that occurs in Eastern Denpasar District priests. This study
uses an analytical method with cross sectional design. Subjects were 47 priests in
Eastern Denpasar District. The result showed no significant correlation between the
length of working as priests with restrictive lung function (p=0.181) and obstructive
lung function (p=0,659). Also there is no significant correlation found between
smoking habits and restrictive (p=0,654) or obstructive lung function (p=0,939).
Suggestions for priest is to have a routine health check up and another study need
to be conducted on a larger scale to get more accurate data of the relationship
between risk factors and impaired lung function
Keywords: Incense smoke, priests, lung function, smoking
PENDAHULUAN
Gangguan fungsi pada paru terbagi
Dewasa ini penyakit paru di dunia
menjadi tiga yaitu gangguan paru
mendapat
restriktif, gangguan paru obstruktif,
perhatian
yang
serius
karena tingginya angka mortalitas dan
dan
morbiditas
Gangguan
yang
ditimbulkan.
gangguan
paru
paru
campuran.
restriktif
adalah
Menurut WHO, penderita gangguan
gangguan paru yang disebabkan oleh
paru berupa asma di dunia pada tahun
adanya
2005 mencapai 235 juta orang. Setiap
pengembangan paru baik karena
tahunnya tiga juta orang di seluruh
perubahan pada parenkim paru, atau
dunia
adanya penyakit pada pleura maupun
meninggal
karena
PPOK
hambatan
dada2.
pada
(Penyakit Paru Obstruktif Kronis).
dinding
Hal ini semakin diperparah karena
obstruktif adalah gangguan paru yang
90% kasus kematian akibat PPOK
terjadi karena adanya peningkatan
terjadi
resistensi jalan napas3. Sedangkan
di
negara
termasuk Indonesia1.
berkembang,
Gangguan
paru
gangguan paru campuran adalah
2
campuran dari gangguan obstruksi
adalah
volume
dan restriksi3.
dihembuskan dengan paksa setelah
melakukan
udara
inspirasi
yang
maksimal.
Fungsi paru dapat terganggu dan
Sedangkan, FEV1 adalah volume
menjadi tidak maksimal akibat faktor
udara yang dihembuskan dengan
dari luar tubuh (ekstrinsik) dan dari
paksa
dalam
Faktor
pertama. Dari hasil kedua nilai
intrinsik yang dapat mengakibatkan
tersebut, dapat diperkirakan fungsi
gangguan fungsi paru dipengaruhi
faal seseorang mengalami gangguan
oleh
obstruktif atau restriktif2.
tubuh
(intrinsik).
sistem
pertahanan
paru
dalam
durasi
satu
detik
(anatomis maupun fisiologis), umur,
jenis kelamin, status gizi (IMT).
Pemangku berasal dari kata “Pangku”
Salah satu faktor ekstrinsik yang
yang berarti “nampa”, “menyangga”,
dapat mengganggu fungsi paru adalah
“memikul beban”, atau “memikul
inhalasi bahan iritan (gas, debu, dan
tanggung jawab” sebagai perantara
uap). Komponen tersebut cenderung
antara
untuk
jaringan
Pencipta5. Dalam setiap kegiatan
sekitar (silia dan enzim) dan dapat
upacara agama Hindu, Pemangku
menyebabkan fibrosis luas di paru.
selalu membakar dupa yang berfungsi
Dengan demikian, lamanya paparan
sebagai lambang Dewa Agni yang
terhadap bahan iritan yang diinhalasi
berfungsi
sangat
upacara6.
bereaksi
dengan
mempengaruhi
tingkat
manusia
sebagai
dengan
Sang
saksi
adanya
pulau
dimana
keparahan gangguan fungsi paru yang
terjadi4.
Bali
merupakan
kebanyakan penduduknya beragama
Pemeriksaan faal paru menggunakan
Hindu. Dupa merupakan salah satu
spirometer
mendeteksi
sarana persembahyangan masyarakat
gangguan paru. Dalam pemeriksaan
Hindu di Bali. Dupa digunakan
faal paru, data yang sering dinilai
dengan
adalah
dapat
nilai
capacity)
FVC
dan
dibakar
dan
akan
vital
menghasilkan asap yang terdiri dari
(forced
bahan partikulat, produk gas, dan
(forced
FEV1
cara
expiratory volume in 1 second). FVC
senyawa organik lainnya7.
3
Asap dupa mempunyai beberapa
METODE
dampak
Dalam penelitian ini, digunakan
negatif
pada
sistem
pernapasan. Alarifi, dkk menemukan
rancangan
bahwa paparan asap dupa dengan
pendekatan potong lintang. Penelitian
rasio 4 gram/hari pada mencit selama
dilakukan
14 minggu menyebabkan terjadinya
Denpasar Timur pada Februari 2014.
perubahan ultrastruktural pada paru
Populasi penelitian yang digunakan
mencit yang melibatkan organel sel
adalah total populasi Pemangku di
dan sel pneumosit tipe II, ditemukan
Kecamatan Denpasar Timur. Sampel
adanya infiltrat neutrofil pada sel
penelitian
alveoli dan deposisi kolagen pada
populasi yang memenuhi kriteria
dinding alveoli yang menambah
inklusi: seorang Pemangku yang
ketebalan alveoli. Selain itu asap dupa
berdomisili di Denpasar Timur, mau
juga dapat menyebabkan peningkatan
menjadi
konsentrasi IgE yang menginduksi
melakukan
imunitas humoral yang pada akhirnya
Sampel penelitian akan dikeluarkan
akan menyebabkan penyakit alergi
jika
saluran pernapasan8
riwayat
Berdasarkan
hal
tersebut,
ada
kemungkinan orang yang berprofesi
sebagai
Pemangku
mengalami
gangguan fungsi paru akibat paparan
lama terhadap asap
dupa
studi
di
analitik
beberapa
diambil
sudah
di
seluruh
dan
pengujian
gangguan
pura
dari
responden
sampel
dengan
mau
spirometri.
mempunyai
fungsi
sebelum
berprofesi
Pemangku,
berprofesi
paru
sebagai
lain
yang
mempunyai intensitas paparan asap
tinggi, dan tidak bersedia menjadi
responden.
yang
merupakan bahan iritan. Oleh karena
Dalam pengumpulan data digunakan
itu, peneliti tertarik untuk mengetahui
beberapa instrumen berupa kuesioner
lebih lanjut mengenai gambaran
yang berisi data identitas responden,
umum spirometri dan faktor risiko
lamanya bekerja sebagai Pemangku,
yang berpengaruh terhadap gangguan
dan
fungsi pada paru Pemangku di
sampel.
Denpasar Timur.
langsung diukur di tempat dengan
riwayat
kebiasaan
Tinggi
badan
merokok
sampel
4
microtoise.
Berat
badan
diukur
sebanyak
lima
sampel
(10,6%).
dengan timbangan badan. Fungsi paru
Sementara, sampel dengan gangguan
sampel
fungsi paru campuran ditemukan
diukur
menggunakan
sebanyak empat sampel (8,5%).
spirometer.
Data yang dikumpulkan diproses
Tabel 1. Data Antropometri Sampel (n =
untuk mengetahui hubungan antara
47)
setiap
faktor
risiko
terhadap
Data
Rerata ± SD
Jenis Kelamin
gangguan fungsi paru. Data dianalisis
dengan menggunakan Chi-square test
Lelaki n (%)
33 (70,2%)
Wanita n (%)
14 (29,8%)
dengan program SPSS versi 20.0 64
Umur (Tahun)
bit dengan sistem operasi Windows10
Berat Badan (kg)
64,61 ± 10,664
Tinggi Badan (cm)
163,55 ± 6,413
dengan tingkat kemaknaan yang
2
BMI (kg/m )
53,4 ± 8,211
24,12 ± 3,560
diinginkan adalah p < 0,05.
Tabel 2. Gambaran Fungsi Paru Sampel (n
HASIL
Dari
= 47)
hasil
penelitian,
diperoleh
Jumlah n (%)
Fungsi Paru
sampel sebanyak 47 orang. Sebanyak
Normal
11 (23,4%)
33 sampel adalah lelaki dan sisanya
Restriktif
27 (57,4%)
Obstruktif
5 (10,6%)
Campuran
4 (8,5%)
wanita. Usia sampel adalah 53,40
tahun. Rerata berat badan sampel
64,61 kg. Rerata tinggi badan sampel
adalah 163,55 cm dan rerata BMI
(Body Mass Index) adalah 24,12.
Dari total 47 orang sampel penelitian,
diperoleh sebanyak 23 sampel telah
menjadi Pemangku selama kurang
dari 10 tahun dan 24 orang telah
Dari 47 orang sampel, diperoleh 11
sampel (23,4%) dengan fungsi paru
normal. Sampel dengan gangguan
fungsi
paru
sebanyak
27
restriktif
sampel
ditemukan
(57,4%),
sedangkan sampel dengan gangguan
menjadi Pemangku selama lebih dari
10 tahun. Sebanyak 10 sampel
mempunyai
kebiasaan
merokok,
sedangkan 37 orang lainnya tidak
pernah
mempunyai
kebiasaan
merokok.
fungsi paru obstruktif ditemukan
5
Data-data
diatas,
kemudian
yang
tidak
mempunyai
merokok,
riwayat
dimasukkan ke dalam tabulasi silang
kebiasaan
sebanyak
yang dapat dilihat pada Tabel 3. Dari
delapan sampel mempunyai fungsi
tabulasi silang diperoleh dari 23
pada paru yang normal, 22 sampel
sampel yang telah menjadi menjadi
mempunyai gangguan paru restriktif,
Pemangku selama kurang dari 10
4 sampel mempunyai gangguan paru
tahun, enam sampel mempunyai
obstruktif, dan 3 orang mempunyai
fungsi paru normal, dan 17 sampel
gangguan paru campuran.
mempunyai gangguan fungsi paru
sampel
Data-data tersebut lalu diproses ke
mempunyai fungsi paru restriktif,
dalam tabulasi silang agar diketahui
empat sampel mempunyai fungsi paru
hubungan dari setiap faktor risiko
obstruktif,
sampel
terhadap masing-masing gangguan
mempunyai gangguan fungsi paru
restriktif dan obstruktif. Lalu, data
campuran. Sedangkan dari 24 sampel
akan dianalisis dengan Chi-square
yang telah menjadi Pemangku selama
Test agar diperoleh kaitan dari setiap
lebih dari 10 tahun, lima sampel
faktor risiko dengan gangguan paru
mempunyai fungsi paru yang normal,
restriktif dan obstruktif.
dengan
pembagian
dan
12
satu
sedangkan 15 sampel mempunyai
gangguan paru restriktif, satu orang
Hasil dari Chi-square Test dengan
mempunyai
paru
menggunakan tingkat kemaknaan p <
sampel
0,05 diperoleh tidak ada hubungan
obstruktif,
mempunyai
gangguan
dan
tiga
gangguan
paru
yang
signifikan
antara
lamanya
campuran. Dari 10 sampel yang
sampel menjadi seorang Pemangku
mempunyai
merokok,
dengan terjadinya gangguan paru tipe
sebanyak tiga sampel mempunyai
restriktif (p = 0,181). Hubungan
fungsi paru normal, sedangkan lima
antara kebiasaan merokok dengan
sampel mempunyai gangguan paru
gangguan fungsi paru restriktif juga
restriktif, satu sampel mempunyai
ditemukan tidak signifikan (p =
gangguan paru obstruktif, dan satu
0,654).
kebiasaan
sampel mempunyai gangguan paru
campuran. Sedangkan dari 37 sampel
6
Tabel 3. Gangguan fungsi paru dibagi
Tabel 5. Gangguan fungsi paru Obstruktif
berdasarkan faktor risiko
(%FEV1 < 75) Berdasarkan Faktor Risiko
Fungsi Paru
Kategori
Terganggu
Normal
Res
Obs
Obstruktif
Faktor Risiko
Mix
6
12
4
1
>10
5
15
1
3
Nilai p
Tidak
Lama Bekerja (tahun)
Lama Bekerja (tahun)