Pudarnya Politik Idiologi di Desa Kuwiran I Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Political ideology fading in the Village Kuwiran First District County Banyudono Boyolali.

ISSN. 1907 - 0489
Oktober 2010

Spirit Publik
Volume 6, Nomor 2
Halaman: 31 - 44

Pudarnya Politik Idiologi di Desa Kuwiran I
Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali
Political ideology fading in the Village Kuwiran First District County Banyudono Boyolali
Sukadi
Jurusan Ilmu Administrasi
FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
(Diterima tanggal 20 Agustus 2010, disetujui tanggal 9 Oktober 2010)
Abstract
The purpose of this research is to understand that the Herbert Feith and Clifford Geertz theory is applicable in
Kuwiran village. In the early 1950s the population of Kuwiran were very active in political parties, and some of
them were elected to be a parliament member in the province and the regent. This qualitative research is based on
the experience of the person who had political experience. This research is using interview method for collecting
data and participant observation. This shows that before election on April 2009 ideology politics still looks deeply
clear but after that it has changed that the intimacy, popularity and the active candidate finally has influenced the

result in the election.

kali dilaksanakan baik itu untuk memilih anggota

Latar Belakang Masalah

DPR, DPD dan DPRD maupun memilih presiden
Indonesia adalah merupakan Negara

dan wakil presiden. Di tingkat daerah untuk

menganut

rakyat.

memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah ,

Ketentuan ini diatur dalam pasal 1 ayat (2)

bahkan di pemerintahan desa secara periodek


Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi

juga diselenggarakan pemilihan umum untuk

Kedaulatan

memilih kepala desa dan kepala dusun.

yang

sistem

ditangan

kedaulatan

rakyat

dan


dilakukan

Penelitian ini difocuskan pada pemilihan

menurut Undang-Undang Dasar. Kedaulatan bisa
diartikan suatu asas ketatanegaraan dimana

anggota

DPRD

Kabupaten

Boyolali

pada

kekuasaan tertinggi dalam Negara ada ditangan


pemilihan umum 9 April 2009 dengan memilih

rakyat seluruhnya. Rakyatlah yang memberikan

lokasi Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono.

legalitas dan kekuasaan pada pemerintah ( A

Pemilihan

Henken, 1988;264). Tata cara memberikan

tahun 2009 secara prinsip berbeda dengan

legalitas itu setiap negara yang menganut sistim

pemilihan umum sebelumnya. Kalau pemilihan

kedaulatan rakyat secara periodik melakukan


umum tahun 1955 dan masa Orde Baru

pemilihan umum.

menggunakan

Umum anggota DPR dan DPRD

sistim

proporsional

murni,

sedangkan pemilihan umum 9 April 2009

Sepanjang sejarah kehidupan negara RI,
mengadakan pemilihan

menggunakan sistim proporsional berdasarkan


umum. Pemilihan umum pertama diadakan tahun

suara terbanyak. Artinya perolehan kursi di

1955. Untuk memilih anggota DPR dan anggota

masing-masing

Konstituante. Pada waktu orde baru telah

dengan perolehan suara masing-masing partai

mengadakan pemilihan umum 6 kali. Untuk

politik peserta pemilihan umum. Sedangkan

memilih anggota anggota DPR dan DPR D.

penentuan wakil terpilih dari masing-masing


Setelah reformasi sampai sekarang telah berulang

partai politik tidak berdasarkan pada nomor urut,

telah berulang kali

31

daerah

pemilihan

proporsif

Spirit Publik Vol. 6, No. 2, Oktober 2010 Hal. 31 – 44

tetapi pada banyaknya perolehan suara. Kalau

Menurut Maurice Duverger, demokrasi


pemilihan umum anggota DPR dan DPRD

merupakan

sebelum tahun 2009 peranan partai politik sangat

golongan memerintah dan diperintah itu adalah

menonjol sedangkan pemilihan umum 9 April

sama dan tidak terpisahkan, artinya suatu sistim

2009 peranan calon anggota DPR dan DPRD

pemerintahan negara dimana pada pokoknya

cukup menonjol.

semua orang (rakyat) berhak sama untuk


Pemilihan lokasi Desa Kuwiran, karena
fanatisme idiologi masyarakatnya sangat kuat,

memerintah

tata

cara

dan

pemerintahan

diperitah

dimana

(Koentjoro


Purbopranata, 1975;16).

dimana pada masa tahun 50 an terbilah dalam 3

Bila demokrasi diartikan seperti itu

kekuatan yaitu P.N.I, Masyumi dan P.K.I. Begitu

hanya ada dalam teori dan tidak mungkin bisa

pula pada masa Orde Baru, masih banyak

diwujutkan dalam kenyataan. Pertama karena

penduduk yang fanatik pada PPP dan PDI

jumlah penduduk suatu negara cukup banyak,

sehingga sepanjang sejarahnya perolehan suara


dan yang kedua tidak semua orang cakap dan

Golongan Karya pada pemilihan umum masa

cukup waktu untuk menjalankan pemerintahan.

Orde Baru memperoleh suara terendah diantara

Karena

semua daerah di Kabupaten Boyolali. Di desa ini

adanya demokrasi perwakilan. Warga negara

juga

memilih orang-orang yang dianggap cakap untuk

terlahir

tokoh-tokoh

politik

tingkat

hambatan-hambatan

memerintah.

kabupaten, propinsi maupun nasional.

Rakyat

itulah

mendelegasikan

dikenal

atau

menyerahkan kekuasaan yang dimiliki kepada

Perumusan Masalah

orang yuang dianggap cakap.
Dalam ilmu politik dikenal bermacamKuwiran

macam sistim pemilihan umum, akan tetapi pada

didalam memilih anggota DPRD Kabupaten

umumnya berkisar pada dua prinsip pokok yaitu :

Boyolali masih mendasarkan pada politik aliran

a. Single number constetuency (satu daerah

Apakah

penduduk

Desa

pemilihan memilih satu wakil ) biasanya

atau pertimbangan yang lain.

disebut sistim distrik.

Tujuan Penelitian

b. Multi number constetuency ( satu daerah
pemilihan memilih beberapa wakil) biasanya

Untuk mengetahui apakah penduduk

dinamakan proporsional representation atau

Desa Kuwiran dalam memilih anggota DPRD

sistim perwakilan berimbang ( Meriam

Kabupaten Boyolai itu masih mendasarkan pada

Budihardjo, 1972;154)
Di dalam sistim distrik, wilayah negara

politik aliran atau pertimbangan lain.

dibagi-bagi atas distrik atau daerah pemilihan

Manfaat Penelitian

yang jumlahnya sama dengan jumlahh kursi yang
ada didalam dewan perwakilan. Seorang calon
politik,

dinyatakan terpilih , apabila ia memperoleh suara

khususnya di tingkat Kabupaten Boyolali dalam

terbanyak. Sisa suara dari partai politik pada

kebijakan mencalonkan anggota DPRD dimasa

distrik tertentu tidak bisa digabungkan dengan

pemilihan umum yang akan datang.

sisa suara dari daerah lain. Sistim distrik ini tidak

Bisa

dipakai

oleh

partai

begitu rumit. Kebaikannya calon lebih dikenal

Tinjauan Pustaka
32

pemilih, kelemahannya perolehan suara partai

Sukadi - Pudarnya Politik Idiologi di Desa Kuwiran I Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

tidak selalu proporsif dengan wakilnya di

menggunakan

lembaga perwakilan.

Pemilihan umum diikuti oleh 3 (tiga) organisasi

Sistim proporsional adalah suatu sistim pemilihan

kekuatan sosial politik, yakni Golongan Karya,

dimana

Partai Demokrasi Indonesia dan Partai Persatuan

perwakilan

dari

partai

politik

sistim

Pembangunan

yang diperoleh dalam pemilihan umum. Dalam

pemilihan umum seseorang harus diajukan oleh

sistim pemilihan ini pembagian wilayah hanya

organisasi peserta pemilihan umum. Penetapan

bersifat administratif. Sisa perolehan suara pada

hasil pemilihan bagi anggota DPR, DPRD I dan

daerah tertentu bisa digabungkan dengan sisa

DPRD

suara daerah pemilihan yang lainnya. Guna

berimbang. Sedangkan penetapan bagi calon

menetapkan banyaknya perolehan kursi dari

yang dinyatakan terpilih terikat pada nomor urut

masing-masing partai politik ditentukan lebih

dalam daftar calon yang sudah disyahkan.

digunakan

Pemilihan

dahulu bilangan pembagi pemilih.
Pemilihan umum tahun 1955 untuk

diadakan

menjadi

murni.

diusahaakan proporsional dengan perolehan suara

II

untuk

proporsional

calon

sistim

umum

perwakilan

setelah

tahun 1999 yang

dalam

reformasi

diatur dengan

Konstituante

Undang-undang No. 3 tahun 1999. Pasal 39

digunakan sistim pemilihan berimbang dengan

menyatakan Partai Politik dapat menjadi peserta

stilsil daftar. Calonnya bisa perorangan dan bisa

Pemilihan Umum apabila diakui keberadaannya

kumpulan calon dalam suau daftar. Calon

sesuai dengan undang-undang partai politik, yang

perorangan atau

dalam

memiliki pengurus di lebih dari ½ (setengah)

kumpulan daftar sekurang-kurangnya diajukan

jumlah propinsi di Indonesia dan juga memiliki

oleh 200 orang pemilih yang namanya tedaftar

pengurus di lebih dari ½ (setengah) jumlah

dalam daftar pemilih dari daerah pemilihan itu.

kebupaten

Selanjutnya calon-calon dari daftar kumpulan

bersangkutan.

memilih

anggota

DPR

calon

dan

nomor

satu

/

kotamadya

di

propinsi

yang

Setiap partai politik peserta pemilihan

harus dikemukakan sedikit-dikitnya 25 orang

umum dapat mengajukan calon anggota DPR,

pemilih.
Penentuan calon terpilih bagi calon

DPRD I dan DPRD II sebanyak-banyaknya 2

perorangan hanya dilihat apakah mereka bisa

(dua)

memperoleh sekurang-kurangnya sama dengan

Penyusunan daftar calon anggota DPR, DPRD I

bilangan

dan DPRD II dilakukan secara demokratis oleh

pembagi pemilih. Sedangkan calon

kali

jumlah

yang

Pusat

ditetapkan.

kumpulan dari partai politik, calon terpilih

Dewan

didasarkan pada nomor urut, kecuali bila banyak

memperhatikan sungguh-sungguh usulan tertulis

pemilih yang dalam memilih tidak mencoblos

dari pimpinan Partai Politik di Daerah Tingkat II.

tanda tambar, tetapi dengan menuliskan nomor

Perhitungan suara untuk menentukan perolehan

urut atau nama calon. Dalam

jumlah kursi partai politik peserta pemilihan

hal demikian

Pimpinan

kursi

Partai

dengan

sekurang-

umum untuk anggota DPR dan DPRD I

kurangnya seperdua dari bilangan pembagi

didasarkan atas dasar seluruh hasil suara yang

pemilih dinyatakan sebagai calon terpilih.

diperoleh masing-masing Partai Politik di Daerah

mereka

yang

memperoleh

suara

Pemilihan pada waktu Orde Baru yang

Tingkat

I.

Sedangkan

untuk

menentukan

diatur dengan Undang - Undang No. 15 tahun

perolehan kursi di DPRD II di dasarkan pada

1969 yang telah diperbarui terakhir dengan

perolehan suara di daerah tingkat II.

Undang

-

Undang

No.

1

tahun

1985

33

Spirit Publik Vol. 6, No. 2, Oktober 2010 Hal. 31 – 44

Penentuan calon terpilih anggota DPRD

DPRD

Kabupaten / Kota untuk setiap daerah

II dari masing-masing partai politik peserta

pemilihan disusun oleh KPU, KPU Propinsi dan

pemilihan umum oleh DPD II berdasarkan

KPU Kabupaten / Kota berdasarkan nomor urut

pengajuan Pimpinan Partai politik tingkat II

yang ditetapkan oleh partai politik peserta

dengan mengacu kepada suara terbanyak /

pemilihan umum sesuai dengan tingkatnya.

terbesar

yang diperoleh partai politik tersebut

Penentuan

perolehan

jumlah

kursi

diwilayah Kecamatan. Penentuan calon terpilih

anggota DPR, DPRD Propinsi dan DPRD

anggota DPRD I dari masing-masing

Kabupaten / Kota dan setiap partai politik peserta

partai

politik peserta pemilihan umum oleh PPD I

pemilihan

umum

berdasarkan pengajuan pimpinan partai politik

perhitungan yang sah yang diperoleh partai

tingkat I dengan mengacu pada suara terbanyak /

politik peserta pemilihan umum di daerah

terbesar yang diperoleh partai politik tersebut di

pemilihan

Daerah Tingkat II. Sedangkan penentuan calon

perhitungan seluruh suara sah yang diperoleh

terpilih anggota DPR dari masing-masing partai

partai politik peserta pemilihan umum di suatu

politik peserta pemilihan umum oleh PPI

daerah pemilihan, ditetapkan angka pembagi

berdasarkan pengajuan pimpinan partai politik

pemilihan dengan cara membagi jumlah suara

tingkat pusat dengan mengacu kepada suara

yang sah diperoleh seluruh partai politik peserta

terbanyak/terbesar yang diperoleh partai politik

pemilihan umum dengan jumlah kursi anggota

tersebut di Daerah Tingkat II.

DPR, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten /

yang

didasarkan

bersangkutan.

atas

Dari

hasil

hasil

Pemiliham Umum tahun 2004 diatur

Kota yang bersangkutan. Penetapan perolehan

dengan Undang-undang nomor 12 tahun 2003.

jumlah kursi tiap-tiap partai politik peserta

Menurut undang-undang itu peserta pemilihan

pemilihan umum disuatu daerah pemilihan,

umum untuk anggota DPR dan DPRD Propinsi

dengan cara membagi jumlah suara yang

dan DPRD Kabupaten / kota adalah partai politik

diperoleh masing-masing partai politik peserta

peserta pemilihan umum untuk memilih anggota

pemilihan umum dengan bilangan pembagi

DPD Perorangan. Pemilihan umum anggota DPR

pemilih.

dan DPRD Propinsi, Kabupaten dan Kota

Penetapan calon terpilih anggota DPRD,

dilaksanakan dengan sistim proporsional dengan

DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota

daftar calon terbuka. Setiap partai politik peserta

dari partai politik peserta pemilihan umum

pemilihan

disetiap daerah pemilihan ditentukan sebagai

umum

dapat

mengajukan

calon

sebanyak-banyaknya 120 % (seratus dua puluh
persen) jumlah kursi yang ditetapkan setiap
daerah

pemilihan,

keterwakilan

dengan

perempuan

memperhatikan

sekurang-kurangnya

30% (tigapuluh persen). Calon anggota DPR,

berikut :
1. Nama calon yang memperoleh suara
mencapai

bilangan

pembagi

pemilih

ditetapkan sebagai calon terpilih terlebih
dahulu.

DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota

2. Nama calon yang tidak bisa memperoleh

yang diajukan partai politik peserta pemilihan

suara sekurang-kurangnya sama bilangan

umum merupakan hasil seleksi secara demokratis

pembagi pemilih ditetapkan berdasarkan

dan terbuka sesuai dengan mekanisme Internal

nomor urut.

partai politik. Urutan nama-nama calon dalam

Tata cara pemilihan seperti itu berbeda lagi

daftar calon anggota DPR, DPRD Propinsi dan

dengan pemilihan umum berikutnya.

34

Sukadi - Pudarnya Politik Idiologi di Desa Kuwiran I Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

Pemilihan umum tanggal 9 April 2009

media masa elektronik nasional dan 1 (satu)

diatur dengan Undang-undang Nomor 10 tahun

media masa cetak harian dan media masa

2008. Peserta pemilihan umum untuk memililh

elektronik daerah serta sarana pengumuman

anggota DPR, DPRD Propinsi dan DPRD

lainnya selama 5 (lima) hari supaya mendapatkan

Kabupaten / Kota adalah partai politik. Partai

tanggapan masyarakat. Masukan dan tanggapan

politik dapat menjadi peserta pemilihan umum

dari masyarakat disampaikan kepada KPU, KPU

setelah memenuhi persyaratan :

Propinsi atau KPUD kabupaten / Kota paling

1. Berstatus badan hukum sesuai dengan
Undang-undang tentang partai politik.
2. Memiliki kepengurusan di 2/3

(dua per

lama 10 ( sepuluh ) hari sejak daftar calon
sementara diumumkan. Apa bila ada tanggapan
dari masyarakat KPU / KPUd proppinsi dan
KPUD Kabupaten / Kota meminta klarifikasi

tiga) jumlah propinsi
3. Memiliki kepengurusan di 2/3 (dua per

kepada partai politik atas masukan dan tanggapan

tiga) jumlah kabupaten / kota di propinsi

dari masyarakat. Pimpinan partai politik harus

yang bersangkutan.

memberikan kesempatan kepada calon yang

4. Menyertakan sekurang-kurangnya 30 %
(tiga

puluh

perempuan

perseratus)
pada

keterwakilan

kepengurusan

partai

bersangkutan untuk mengklarifikasi masukan dan
tanggapan dari masyarakat itu. Dalam hal hasil
klarifikasi yang disampaikan pimpinan partai
politik menyatakan bahwa calon sementara

politik tingkat pusat.
sekurang-kurangnya

tersebut tidak memenuhi syarat, partai politik

1000 (seribu) orang atau 1/1000 (satu

bisa mengganti calon yang lain. Apabila sudah

perseribu) dari jumlah penduduk pada

tidak ada permasalahan daftar calon sementara

setiap

politik

itu ditetapkan oleh KPU, KPUD Propinsi dan

sebagaimana dimaksud pada nomor 2 dan

KPUD Kabupaten / Kota menjadi calon tetap,

nomor

disusun berdasarkan nomor urut dan dilengkapi

5. Memiliki

anggota

kepengurusan
3

yang

partai

dibuktikan

dengan

dengan pas foto diri terbaru.

kepemilikan kartu tanda anggota.
untuk

Perolehan suara partai politik untuk

kepengurusan di tingkat propinsi maupun

anggota DPR ditetapkan KPU anggota DPRD

di tingkat kabupaten / kota.

Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota ditetapkan

6. Mempunyai

kantor

tetap

Partai politik peserta pemilihan umum

oleh KPU kabupaten / Kota. Partai peserta

melakukan seleksi bakal calon anggota DPR.D,

pemilihan umum harus memenuhi ambang batas

DPR Propinsi dan DPR D Kabupaten / Kota.

perolehan suara sekurang-kurangnya 2,5 % (dua

Seleksi bakal dilakukan secara demokratis dan

koma lima persen) dari jumlah suara sah secara

terbuka sesuai dengan mekanisme intenal partai

nasional

politik. Daftar bakal calon disusun oleh partai

perolehan kursi DPRD Propinsi dan DPRD

politik sesuai dengan tingkatanya. Bakal calon

Kabupaten / Kota . Suara untuk penghitungan

yang lulus verifikasi disusun dalam daftar calon

perolehan kursi DPR di suatu daerah pemilihan

sementara. Daftar calon sementara anggota DPR,

ialah jumlah suara sah seluruh partai politik

DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota

peserta pemilihan umum dikurangi jumlah suara

diumumkan oleh KPU, KPUD Propinsi dan

sah partai politik peserta pemilihan umum yang

KPUD Kabupaten / Kota sekurang-kurangnya

tidak memenuhi ambang batas perolehan suara.

dalam, 1(satu) media massa cetak harian dan

Dari hasil penghitungan suara sah yang diperoleh

untuk

diikutkan

dalam

penentuan

35

Spirit Publik Vol. 6, No. 2, Oktober 2010 Hal. 31 – 44

partai politik peserta pemilihan umum di suatu

bilangan pembagi pemilih. Dalam hal masih

daerah pemilihan ditetapkan angka bilangan

terdapat sisa kursi setelah dialokasikan dengan

pembagi pemilih dengan cara membagi jumlah

cara dimuka, pembagian selanjutnya dilakukan

suara sah partai politik peserta pemilihan umum

dengan cara membagikan sisa kursi berdasakan

dengan jumlah kursi di daerah pemilihan.

perolehab sisa suara dimulai dai sisa suaa

Penetapan kursi untuk anggota DPR dan

terbanak satu persatu sampai habis.

DPRD ada sedikit perbedaan, kalau untuk

Penetapan calon terpilih anggota DPR,

anggota DPR tahap pertama membagi jumlah

DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota dan

suara yang sah yang diperoleh partai politik

masing –masing partai politik menurut pasal 214

peserta

ditentukan sebagai berikut :

pemilihan

umum

dengan

bilangan

pembagi pemilih. Bila masih ada sisa kursi
penghitungan

tahap

kedua

dengan

cara

1. Calon

terpilih

anggota

DPR,

DPRD

Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota

membagikan jumlah sisa kursi yang belum

ditetapkan

terbagi kepada partai politik peserta pemilihan

memperoleh sekurang-kurangnya 30 %

umum

(tiga puluh Persen) dari bilangan pembagi

yang

memperoleh

suara

sekurang-

kurangnya 50 % (lima puluh persen) dari
bilangan pembagi pemilih. Dalam hal masih

berdasarkan

calon

yang

pemilih.
2. Dalam hal calon yang mendapatkan suara

dilakukan

30 % (tiga puluh persen) dari bilangan

penghitungan tahap kedua, maka dilakukan

pembagi pemilih jumlahnya lebih banyak

penghitungan perolehan kursi tahap ketiga

dari jumlah kursi yang diperoleh partai itu,

dengan cara seluruh sisa suara partai politik

maka kursi diberikan kepada calon yang

peserta pemilihan umum dikumpulkan di propinsi

memiliki nomor urut kecil lebih dahulu.

untuk penentuan bilangan pambagi jumlah DPR

3. Jika sampai ada dua calon atau lebih yang

yang baru di propinsi yang bersangkutan dengan

memperoleh suara yang sama dan diatas 30

membagi jumlah sisa suara sah seluruh partai

% (tiga puluh Persen) dari bilangan

politik peserta pemilihan umum dengan jumlah

pembagi pemilih, maka penentuan calon

sisa

kursinya

terpilih diberikan terlebih dahulu pada

dilakukan dengan cara memberikan kursi kepada

mereka yang mempunyai nomor urut lebih

pertai politik yang mencapai bilangan pembagi

kecil. Kecuali calon yang memperoleh

pemilih yang baru di propinsi yang bersangkutan.

suara 100% (seratus persen) dari bilangan

Jika masih terdapat sisa kursi yang belum terbagi

pembagi pemilih.

terdapat

sisa

kursi.

kursi

Penetapan

setelah

perolehan

dengan perhitungan tahap ketiga itu, maka cara

4. Dalam hal calon yang memperoleh suara

terakhir membagikan sisa kursi kepada partai-

30 % (tiga puluh persen) dari bilangan

partai politik satu-persatu berturut-turut mulai

pambagi pemilih itu jumlahnya lebih

dari perolehan suara terbanyak sampai habis.

sedikit dari jumlah kursi yang diperoleh

Pembagian kursi partai politik untuk anggota

partai politik peserta pemilihan umum,

DPRD Propinsi, DPRD

Kabupaten dan kota

maka kursi yang belum terbagi diberikan

hampir sama dengan DPR hanya caranya lebih

kepada calon yang perolehan suaranya

sederhana. Perhitungan suara dilakukan dengan

tidak bisa mencapai 30% (tiga puluh

cara membagi perolehan suara masingn-masing

persen) dari bilangan pembagi pemililh

partai politik peserta pemilihan umum dengan

didasarkan pada nomor urut terkecil.

36

Sukadi - Pudarnya Politik Idiologi di Desa Kuwiran I Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

5. Kalau semua calon tidak ada yang

anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil

memperoleh suara 30% (tigapuluh persen)

maupun materiil ( Meriam Budiardjo,1972;141).

dari bilangan pembagi pemilih, penetapan

Menurut Sigmund Neumann partai politik secara

calon didasarkan pada nomor urut dari

umum dapat dikatakan sebagai bagian dari

nomor urut terkecil.

organisasi masyarakat yang merupakan unsur-

Ketentuan seperti itu tidak bisa berlaku

unsur aktif dalam bidang politik yaitu yang

setelah Mahkamah Konstitusi memenangkan

berhubungan

gugatan uji materiil Undang-undang Nomor 10

kekuasaan pemerintahan dan mereka berlomba

tahun 2008 khususnya yang berkenaan dengan

untuk memperoleh dukungan dari rakyat yang

tatacara penetapan calon terpilihya yang diajukan

mempunyai pandangan-pandangan berbeda. Hal

politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

ini merupakan perantara yang penting yang

dari Jawa Timur Muhammad Sholeh, dengan

menghubungkan kekuatan-kekuatan sosial dan

keputusannya menetapkan calon dari partai

idiologi-idiologi

politik berdasarkan suara terbanyak. Ketentuan

pemerintahan

ini menetapkan bahwa pemilihan umum bulan

keduanya, sehingga menjadi tindakan-tindakan

April

politik masyarakat yang lebih besar (usadi

2010

tetap

menggunakan

sistim

proporsional, dalam arti perolehan wakil partai

dengan

pengawasan

dengan
resmi

serta

terhadap

institusi-institusi
menghubungkan

Kataprawira,1977;64).
Bila

politik di DPR dan DPRD Propinsi maupun

dilihat

dari

segi

sifat

dan

DPRD Kabupaten / Kota diusahakan proporsif

urientasinya partai politik itu bisa dibedakan

dengan perolehan suaranya. Tetapi calon dari

menjadi partai lindungan (Patronage Party) dan

masing-masing partai politik yang dinyatakan

partai ases (idiological partay). Partai lindungan

terpilih didasarkan pada banyaknya perolehan

pada umumnya mempunyai organisasi yang

suara.

kendor dan disipin lemah. Maksud utama
hanyalah memenangkan pemilihan umum. Partai

Pengertian Partai Politik

asas adalah partai yang mempunyai pandangan
hidup yang digariskan oleh partai, disiplin partai

Pada akhir abad kesembilan

belas di

eropa timbulah perhimpunan-perhimpunan yang

sangat

ketat

dan

kuat

(Bulizuer

Buyung,1986;116).
Mauxice

berlatar belakang politik yang kemudian disebut

Duverger

(1984;6)

partai politik. Mulai saat itu berbagai negara yang

membedakan partai politik menjadi partai elite

pemerintahannya bersistim demokrasi pasti ada

dan partai massa. Partai elite tidak bertujuan

partai politik, sehingga dalam sistim demokrasi

mendapatkan anggota yang sebanyak-banyaknya,

seakan-akan adanya partai politik itu merupakan

tetapi mereka lebih menekankan pada dukungan

suatu keharusan.

orang-orang kaya yang memungkinkan partai

Menurut Carl J Fredericks partai politik

mendapatkan dana untuk biaya kampanye. Partai

adalah sekelompok manusia yang terorganisir

massa lebih mengandalkan kekuatan massa.

secara stabil dengan tujuan

merebut atau

Anggota diwajibkan membayar iuran yang

terhadap

dipakai untuk kegiatan partai dan membiayai

pemerintahan bagi pimpinan partainya dan

kampanye calon anggota parlemen dan partai itu.

berdasarkan pengawasan ini memberikan kepada

Huntington berpendapat stabilitas

mempertahankan

pengawasan

partai

dan

sistim

kepartaian

kekokohan
akan

sangat

37

Spirit Publik Vol. 6, No. 2, Oktober 2010 Hal. 31 – 44

tergantung atas derajat pelembagaan
partisipasiya.
dibarengi

Partisipasi

dengan

yang

derajat

luas

yang

dan

Penelitian Ganalirrahman pada pemilihan kepala

yang

Daerah Kabupaten Barito Timur menunjukan

rendah

identitas

etnis,

agama

dan

kewilayahan

pelembagaan partai politik akan menghasilkan

memegang peranan penting pada pemilihan itu.

politik anamik dan kekerasan. Partisipasi tanpa

Sedangkan visi dan misi lebih pada need sevice

organisasi

bagi pasangan calon untuk memenuhi prosedur

akan

menjadi

gerakan

massal.

Sementara organisasi yang tidak melahirkan

(Widyo

P

partisipasi cenderung mengarah ke klik personal

2009;337).

Setyanto,

Penelitian

(Budi Winarno.2008;98).

Mangadeg

Hasil Penelitian di Wilayah Lain

Halomoan

Pulungan,

Rejasa Mutasin di Desa

Kabupaten

Sleman

Yogyakarta

menunjukan bahwa kaum santri disana karena
warisan historis yang dulu tempat perjuangan

Penelitian yang dilakukan oleh Herbert

Pangeran Diponegoro, pada periode setelah

Feith di Jawa menyimpulkan bahwa Masyumi

penjajahan juga masih mempunyai sikap anti

telah bisa membangkitkan rasa persatuan bagi

pemerintah, termasuk pada masa Orde Baru

kaum santri di pekotaan. Nahdhatul Ulama

pilihan

menghasilkan hal yang sama bagi kaum santri di

Pembangunan dan anti pada Golongan Karya

pedesaan, sedangkan Partai Nasional Indonesia

(Rajasa Mutasin.2010,150)

mereka

pada

Partai

Persatuan

dan Patai Komunis Indonesia menetapkan diri

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh

sebagai wakil dan pembaharu dari beberapa

Pranowo tahun 1987 di Desa Tegalsoro di kaki

kelompok sosial di dunia abangan, Islam statistik

gunung

(Meriam Budihardjo,1981;211).

menemukan

adanya

Clifford Geertz dalam The Religion of

keagamaan

yang

melihat

distingse

Java,

komunitas

muslim

di

Jawa

Merbabu,

diantara

Kabupaen

Magelang

kemerosotan

polanisasi

mengakibatkan

lunturnya

santri-abangan,

hal

ini

memiliki tiga varian yaitu santri, abangan dan

disebabkan karena setelah Orde Baru, Masjid-

priyayi. Kaum santri abangan secara politik

masjid dan langgar-langgar semaikn banyak

diasosiaikan dengan Partai Komunis Indonesia,

didirikan penduduk (Imam Tholkhal,2001;XII).

Kaum santri diasosiasikan dengan organisasi-

Sedangkan Iman Tholkhal (2001,231) pada

organisasi Islam seperti Masyumi dan serikat

pemilihannya di Desa Madukoro Kabupaten

Islam dan Kaum priyayi lebih dekat pada Partai

Madiun

Nasional Indonesia (Iman Tholkhal, 2001,19).

pemilihan

tahun

2001

umum

menyimpulkan
tahun

1999,

pada
varian

Penelitian Bungaran Antonius simanjutak

dikotomiIslam non Islam atau dengan istilah

dan Netty Hora Hutabarat di Etnis Batak Toba di

Islam sikuller, Islam Nasionalis, Islam tulen dan

Sumatra Utara menyimpulkan bahwa partai

Islam karbitan masih nampak menonjol. Pada

politik peranannya sangat kecil dalam setiap

pemilihan umum 1999 nampak jelas varian santri

pemilihan. Pengaruh yang sangat besar adalah

dibelakang partai-partai Islam antara lain PPP,

agama Etnisitas dan kewilayahan. Landasan

PKB, PK dan lain lain atau sekurang-kurangnya

utama adalah etnisitas sedangkan unsur agama

memilih partai yang lebih sekuler dengan

dan

menjadi

identitas Islamnya seperti, PAN dan Partai

pertimbangan (Widyo P Setyanto, Halomoan

Golongan Karya. Sedangkan kalangan abangan

Pulungan,2009;62)

diwakili oleh PDI P.

38

kewilayahan

selalu

turut

Sukadi - Pudarnya Politik Idiologi di Desa Kuwiran I Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

Dari beberapa penelitian yang telah dilaksanakan

DPR dan DPRD baik tingkat Propinsi maupun

menunjukan hasil yang berbeda. Oleh sebab itu

kabupaten.
Seperti

peneliti juga mencoba mengadakan penelitian

hasil

penelitiannya

Clifford

Geertz penduduk Desa Kuwiran secara politik

yang sama di desa yang berbeda.

pada pertengahan tahun lima puluhan, terbagi

Metodologi Penelitian

menjadi tiga kelompok yaitu pengikut Masyumi
yaitu warga Muhammadiyah, PNI didukung

Penelitian

ini

merupakan

penelitian

warga Islam nominal

yang sebagian besar

kualitatif nara sembernya adalah tokoh-tokoh

bekerja sebagai pegawai negeri dan petani

masyarakat baik yang aktif dalam politk maupun

pemilik sawah atau kuli kenceng dan PKI

yang tidak dan juga bebeapa anggota masyarakat

didukung sedangkan PNI dianggap moderat.

yang terbuka tidak takut dan tidak malu

Setelah masyumi pada tahun 1960 dibubarkan

memberikan keterangan mengenai permasalahan

oleh

yang diteliti.

Presiden No 61 tahun 1960 konflik politik

Sumber data utama adalah angka-angka
perolehan suara masing-masing calon anggota

Presiden

Sukarno

dengan

Keputusan

bergeser ke PKI dan PNI sedangkan warga
Muhammadiyah dibelakang PNI

DPR D Kabupaten Boyolali dan partai politik.
Dalam

memperdalam

analisisnya

Kondisi Politik Masa Orde Baru

peneliti

mewawancarai beberapa tokoh masyarakat dan
penduduk yang mau memberikan keterangan.

Peristiwa G 30 S / PKI mengakibatkan

Pengumpulan datanya digunakan pengamatan

peta kekuatan dan konflik politik berubah lagi.

berperan penuh. Peneliti mengamati gerak-gerik

Sikap

sikap para penduduk yang sedikit banyak punya

peristiwa G 30 S / PKI sangat menguntungkan

pengaruh dilingkungnnya. Kecuali itu peneliti

perkembangan partai itu. Pimpinan PNI Cabang

menggunakan

tidak

Boyolali Sastro Suparno dan Komandan sektor

terstruktur. Duduk-duduk sama warga atau

Kepolisian Banyudono Marto Satrio dianggap

bersepeda

berjasa besar bagi para pengikut PKI. Mereka

teknik
bersama

wawancara
dengan

tokoh-tokoh

moderat

tokoh-tokoh

PNI

sesudah

masyarakat untuk memperolah data yang akurat.

percaya

Sebab masalah pemilihan dan latar belakangnya

menyelamatkannya dari maut. Mereka sangat

mengapa ia memilih itu, merupakan hal yang

benci dengan tokoh-tokoh muda PNI yang

sangat rahasia, sehingga tidak mungkin bisa

dianggap sangat kejam dan setelah Orde Baru

diungkap

menjadi

bnerdasarkan

tehnik

wawancara

terstruktur atau dalam pertemuan formal yang

bahwa

pengurus

kedua

Golongan

tokoh

Karya

itu

karena

menjadi pamong desa.

khusus membicarakan masalah itu.

Pada masa Orde Baru perolehan suara
Golongan Karya di Desa Kuwiran di setiap

Hasil dan Pembahasan

pemilihan umum paling rendah bila dibandingkan
dengan

Desa

Kuwiran

merupakan

desa

di

desa-desa

Pemilihan Umum

lainnya,

bahkan

pada

tahun 1971, PNI masih

Kecamatan Banyudono yang penduduknya sejak

mengungguli Golongan Karya . Kekuatan politik

proklamasi aktif berpolitik. Di desa itu dilahirkan

pada masa Orde Baru juga terbagi menjadi tiga

tokoh-tokoh politik yang penah menjadi anggota

PPP, Golongan Karya dan PDI. Walaupun

39

Spirit Publik Vol. 6, No. 2, Oktober 2010 Hal. 31 – 44

Perolehan suara partai-partai besar di

Golongan Karya selalu menang , tapi PPP dan
PDI juga cukup kuat, bahkan ada beberapa

Desa

Kuwiran,

pegawai negeri yang dicurigai menggerakan PPP

memperoleh 675 suara, PDI P memperoleh 294

Golongan Karya didukukng oleh pegawai negeri,

suara, PAN memperoleh 384 suara dan Partai

pamong desa dan sebagian petani atau wira

Demokrat memperoleh 237 suara, Sedangkan

swasta yang dianggap mampu untuk ukuran desa,

partai menengah adalah Gerendra 95 Suara, PKN

PPP didukung oleh sebagian besar warga

sebanyak 96 suara dan PKS 78 suara. Hampir

Muhamadiyah dan PDI dikukung oleh keluarga

semua

atau anak anak tokoh PNI dan sebagian besar

pendapat tokoh-tokoh masyarakat desa itu, partai

keluarga yang secara ekonomi kurang mampu

partai kecil yang memperoleh suara itu karena

untuk ukuran desa itu.

hanya kekeliruan saja. Orang-orang tua yang

partai

pendidikannya

Kondisi Politik Setelah Reformasi

kebanyakan

Partai

Golongan

memproleh

rendah

mengalami

suara.

atau

Karya

Menurut

buta

huruf

kebingungan

dalam

memilih, sehingga banyak yang keliru atau rusak.
Peta politik setelah reformasi berubah

Pemilihan umum 9 April 2009, di TPS I

total. Pada awal reformasi yaitu pada pemilihan

suara pemilih terpecah menjadi 3 kekuatan.

umum 1999 PDI merupakan partai pemenang,

Agung Hartanto, SH calon dari Partai Golkar

jauh diatas Golongan Karya dan Partai Amanah

penduduk desa setempat memperoleh 26 suara,

Nasional. Kondisi itu berlanjut sampai pemilihan

Agus Handoyo, SE calon dari PDI P memperoleh

umum 2004. Tapi pada pemilihan umum angota

20 suara dan Turisti Hendriyo, A.Md mendapat

DPR danDPRD pada 9 April 2009 dimana sistim

23 suara dari suara yang sah. Sedangkan pemilih

pemilihanya

yang tidak menggunakan haknya 60 orang atau

pemilihan

dilakukan
propoprsional

berdasarkan

sistem

berdasarkan

suara

kurang lebih 30 %.

terbanyak. Pertimbangn seseorang memilih calon

Perolehan suara Turisti Hendriyo ini sangat

anggota DPRD bukan lagi didasarkan pada partai

mengejutkan, sebab TPS I dan TPS II itu

yang mencalonkan tetapi lebih didasarkan pada

merupakan kandang banteng. Padahal tokoh PDI

calonnya itu sendiri.

P Bapak Kartono jauh sebelum pemilihan sudah

Pemilihan umum 9 April 2009 wilayah

bilang, kalau di desanya ada yang mencalonkan

Desa Kuwiran dibagi menjadi 11 daerah tempat

ia tidak akan menggerakan dan memilih PDI P Ia

pemilihan. Penduduk desa yang tercatat punya

juga berkata bahwa pencalonan pada waktu itu

hak

yang

tidak mungkin menang kalau tidak pakai uang.

menggunakan hak pilihnya 2259 orang dan yang

Perolehan Turisti Hendriyo, A. Md sebanyak 23

tidak menggunakan hak pilih nya sebanyak 887

suara itu cukup fantastis, karena ia bukan warga

orang atau 29 % (dua puluh sembilan persen)

Desa Kuwiran dan disitu juga bukan basis PAN.

Mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya itu

Menurut

kebanyakan merantau. Calon anggota DPR D

membagi-bagikan uang, namun keterangan itu

Kabupaten

sulit dibuktikan.

pilih

sebanyak

Boyolali

3046

Daerah

orang

Pemilihan

III,

keterangan

seorang

warga,

Ari

sebanyak 86 orang . Calon yang dari Desa

Perolehan suara di TPS II hampir sama

Kuwiran sebanyak 11 orang, yaitu dari Partai

dengan di TPS I dimana Golkar memperoleh 56

Golongan Karya, Partai Gerakan Indonesia Raya,

suara, untuk Agung Hartanto sendiri 48 suara.

Partai Buruh dan Partai Matahari Bangsa.

PDI P memperoleh 19 suara yang 10 suara milik

40

Sukadi - Pudarnya Politik Idiologi di Desa Kuwiran I Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

Susbandoro. PAN Subandi Mulyono memperoleh

memperoleh 7 suara, Agus Handyoyo, SE 10

11 suara dari seluruhnya 17 suara, Partai

suara

Demokrat 13 suara. Jumlah pemilih semuanya

Jumangin dan Susbandoro masing-masing 1 uara.

sebanyak 207 orang yang menggunakan hak

PAN mendapatkan 38 suara, Subandhi Mulyono

pilihnya 133 orang. Di TPS II peta politik

23 suara dan Turisti Hendriyo, A.Md 15 suara.

sebelumnya juga sama TPS I yaitu sebagian besar

Dari perolehan suara secara berturut-turut dari

pendukung PDI P.

TPS barat ke timur nampak semakin dekat lokasi

TPS III yang meliputi Dukuh Tegal Rejo
RT 04 dan Dukuh Tegal Bulus RT 06 jumlah

Eko

Wardoyo

18

suara

sedangkan

TPS dengan rumah keluarga Agung Hartanto,
SH semakin banyak perolehan suaranya.

pemilih seluruhnya 223 orang. Di TPS III ini

Di TPS V perolehan suara PAN cukup

merupakan daerah Desa Kuwiran Barat yang

besar hampir sama dengan PDI P padahal di

pada waktu tahun lima puluh banyak pendukung

TPS ini dulu sebelum G 30 S / PKI banyak yang

Partai Masyumi dan pada masa Orde Baru ada

mendukung PKI. Kenaikan suara yang cukup

tokoh PPP di TPS

itu yang menjadi anggota

besar itu disamping di TPS V telah berdiri masjid

Kabupaten Boyolali, yaitu Bapak H.

juga peran Kepala Dusun II Istakmar H.W yang

Hardiman. Partai Golkar memang memperoleh

membawahi wilayah itu. Ia adalah tokoh

suara terbanyak yaitu 42 suara, dimana Agung

Masyumi dan pada waktu Orde Baru salah satu

Hartanto, SH memperoleh suara tertinggi dari

anggota KORPRI yang dicurigai menggerakan

calon lainnya yaitu 38 suara. Pemenang kedua

PPP. Ia berhasil mempengaruhi Suparno ketua

adalah Agus Handoyo, SE didukung oleh 32 dan

orgaisasi

semua perolehan PDI P sebanyak 44 suara,

susksesnya Subandhi Mulyono diwilayah TPS V

sedangkan PAN memperoleh 38 suara, dimana

dan TPS VI Suparno adalah anak tokoh PDI P

Mustafa

setempat. Almarhum Bapak Sumar yang sebelum

DPRD

memperoleh

18

suara,

Subandhi

Mulyono 9 suara dan Turisti Hendriyo, A.Md 10

sinoman

Orsela

sebagai

team

G 30 S / PKI aktivis Pemuda Rakyat.
Di TPS VI dimana keluarga Agung

suara.
Di TPS IV ini Muji Hartono, calon dari

Hartono, SH bertempat tinggal, ia memperleh

Partai Demokrat mengungguli suara Agung

110 suara dari keseluruhan perolehan Partai

Hartanto, SH dari Partai Golkar. Muji Hartono

Golkar 123 suara. PDI P masih mendapatkan 41

memperoleh 38 suara sedangkan Agung Hartanto

suara. Eko wardoyo dapat 18 suara dan Agus

memperoleh 38 suara. PAN mendapatkan 21

Hanoyo, SE 17 suara. Jumangin 1 suara dan

suara

Susbandoro

dimana

Turisti

Hendriyo,

A.Md

1

suara.

Sedangkan

PAN

memperoleh 13 suara dan Subandi Mulyono 6

memperoleh 31 suara, Subandhi Mulyono 24

suara. Kemenangan Muji Hartanto disamping

suara, partai 7 suara. Susbandhi Mulyono calon

adik iparnya rumahnya di TPS itu ia sendiri

PAN dari Desa Bendan dan belum dikenal

bertandang kesana mendekati anak-anak muda

masyarakat setempat. Begitu juga Eko Wardoyo

yang sering keluar malam.

dan Agus Handoyo calon dari PDI P diluar desa

Di TPS V kemenangan Agung Hartanto,

itu.

SH bila dibanding dengan calon anggota yang

Perolehan suara Agung Hertanto, SH

lain cukup jauh . Ia memperoleh 81 suara dari 83

yang terbanyak adalah di TPS VII yaitu

suara yang diraih oleh Partai Golkar. PDI juga

memperoleh 179 suara, dari 198 suara yang

masih memperoleh 39 suara, dimana S. Paryanto

diperoleh Partai Golkar, dari jumlah pemilih 267

41

Spirit Publik Vol. 6, No. 2, Oktober 2010 Hal. 31 – 44

orang yang datang menggunakan hak pilihnya

IAIN yang dulu pengurus Muhamadiyah pusat ,

245 orang, yang tidak menggunakan hak pilih 25

terakhir sebagai anggota DPRD Propinsi Banten

orang dan yang rusak 8 suara.

mewakili PAN.

TPSVII ini terdiri dari 3 (tiga) dukuh, Citran,

Sebelum G 30 S / PKI Geo politik Desa

Jajar dan Gading. Masyarakatnya muslim yang

Kuwiran itu terbagi menjadi 2 wilayah Kuwiran

aktif menjalankan ibadah. Sebelum keluarga

Timur yang meliputi Dukuh Jajar, Gading,

Agung Hertanto bertempat tinggal di Desa

Citran, Peni dan Kembaran itu

Kuwiran yang jaraknya dengan Masjid Sri

santri Muhamadiyah orientasi politiknya pada

Rochmah jaraknya 50 m, sebagian besar besar

Masyumi dan Kuwiran Barat dari Beteng sampai

memilih PPP dan sebelum peristiwa G 30 S / PKI

Dukuh, Islamnya lebih condong sinkritisme

aktivis Masyumi. Sri Rochmah merupakan

orentasi politiknya pada PNI dan PKI. Bahkan

Masjid tertua di Desa Kuwiran, yang didirikan

generasi tua di Kuwiran barat mempunyai

pada tahun 1960 an. Pada awal tahun dua ribuan,

semboyan kepala desanya harus orang barat.

karena dimakan umur, Masjid rusak dan nampak

Pendirian seperti itu akan selalu muncul dan

kumuh dan mulai tahun itu Masjid Sri Rocmah

menguat pada waktu menjelang pelaksanaan

mulai dibangun dan ditata oleh masyarakat

pemilihan kepala desa. Edy Sarwoedy ketika mau

setempat.

Hartanto

pilihan enggan mencalonkan, dipaksa tokoh-

dalam

tokoh masyarakat untuk mencalonkan. Faiz

diangap

Keluarga
punya

besar

jasa

Agung

yang

besar

membangun masjid itu, maka tidaklah aneh kalau

Hamidi,

Agung Hartanto memperolah suara mutlak.

Muhamadiyah dan cucu dari pendiri Masyumi di

TPS VIII pemilihnya cukup banyak yaitu

ST

Kecamatan

sebenarnya
Banyudono.

anak

penduduknya

dari

Keluarganya

tokoh
cukup

365 orang, yang tidak menggunakan hak pilihnya

disegani masyarakat setempat, tapi karena ia

73 orang, suara rusak 18 lembar dan suara yang

bukan calon dari PAN tapi dari PMB tidak bisa

syah 292 lembar. Faiz Hamidi, ST yang

memperoleh suara mutlak di TPS nya sendiri,

dicalonkan Partai Matahari Bangsa mendapatkan

Subandhi Mulyono, Agung Hartanto, SH dan H.

55 suara dari 58 suara yang diperoleh partai itu.

Jumali, ST juga masih mendapat suara cukup

Subandhi Mulhono 28 suara dari 39 suara yang

banyak. Dari hasil pemilihan umum itu nampak

diperoleh PAN. Sedangkan Agung Hartanto SH

bahwa penduduk di TPS VIII yang sebagian

urutan ketiga dengan memperolah 26 suara dari

besar muslim tidak berminat memilih partai non

35 suara yang diperoleh Partai Golkar. PKNU

Islam.

memperoleh 36 suara dimana 22 suara memilih

Hasil pemilihan umum di TPS IX Agung

H. Jumali Kusuma, ST. PDI menempati urutan ke

Hartanto, SH mengungguli perolehan suara

empat dengan memperoleh 27 suara dan kelima

Subandhi Mulyono dan Faiz Hamidi, ST. Agung

Partai Demokrat 24 suara.

Hartanto

memperoleh

67

suara,

Subandhi

TPS VII khususnya dan Dukuh Peni pada

Mulyono 46 suara, Faiz Hamidi, ST 24 suara,

umumnya penduduknya meyoritas muslim yang

Susbandoro calon dari PDI 23 suara dan H.

taat menjalankan ibadah. Di Dukuh Peni ini dulu

Jumali Kusuma, ST 16 suara.
Wilayah

pendiri Partai Masyumi Kecamatan Banyudono

TPS

IX

ini

setelah

Bapak Sastro Didagdo bertempat tinggal. Banyak

meninggalnya bapak H. Ali Ahmadi, tidak ada

tokoh-tokoh

lagi

Muhamadiyah yang berasal dari

Dukuh itu. Prof. Dr. Hajid Harno Didagdo dosen

42

tokoh

Muhamadiyah

yang

cukup

berpengaruh. Tokoh muda yang berpengaruh,

Sukadi - Pudarnya Politik Idiologi di Desa Kuwiran I Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali

Sapardi

lebih

berpikir

mengkampanyekan

untuk

prakmatis.
mendukung

Ia
calon

Di

Dukuh

Kembaran

dan

sebagian

Peni,

penduduknya sebagian besar muslim yang patuh

putra desa Agung Hartanto, SH yang diharapkan

menjalankan

akan bisa membawa Desa Kuwiran lebih maju.

Muhamadiyah dan orientasi politiknya dulu ke

Tapi karena di TPS

ini masyarakatnya Islam

Masyumi, pada waktu Orde Baru ke PPP dan

Muhamadiyah pemikiran seperti itu sangat

setelah reformasi mendukung PAN. Di wilayah

berpengaruh

pendangan

ini berdiri masjid yang telah tua Takmir

masyarakat tetapi belum mutlak. Subandhi

Masjidnya Bapak H. Mochtarom almarhum. Di

Mulyono juga masih memperoleh suara banyak.

TPS

untuk

mengubah

ibadah.

Organisasinya

ini juga berdomisili Ibu Suparni, S. Pd

SH

seorang guru SMP yang dulu pernah menjadi

Subandi

anggota DPRD Kabupaten Boyolali tahun 1982

Mulyono yang memperoleh 46 suara, Suyatno,

sampai dengan 1992 oleh sebab itu wajar kalau

SH dari Partai Demokrat menperoleh 46 suara,

Partai Golkar dan PAN memperoleh suara

baru Agung Hartanto memperoleh 22 suara.

seimbang.

Di
menempati

TPS
urutan

X

Agung
ketiga

Hartanto,
setelah

Di TPS X ini bertenpat tinggal seorang kader

Kesimpulan

PAN yang cukup Aktif, yaitu Abdul Rochim.
Sebenarnya istri Addul Rochim teman sekantor
dengan ibu Agung Hartanto, tetapi karena pada

Dari hasil penelitian itu bisa disimpulkan

waktu pemilihan Kepala Desa Kuwiran keluarga

bahwa garis pemisah masyarakat pendukung

Agung

olehnya

partai Islam dulu Masyumi, lalu berubah menjadi

pendukung kepala desa yang jadi sekarang Edy

PPP dan setelah reformasi menjadi PAN dengan

Sarwoedy, SE maka ia berkampanye mati-matian

partai non Islam yang dulu diwakili oleh PNI dan

untuk memenangkan Subandi Mulyono, dan

PKI itu masih nampak.

Hartanto,

SH

dianggap

tidak terlalu memusuhi calon dari partai lainya.

Polarisasi seperti itu bergeser pada waktu

Oleh sebab itu Suyatno SH calon dari Partai

Orde Baru. Dengan berdirinya Golongan Karya

Demokrat

ketegangan politik Islam dan nasional itu mereda,

Cukup

memperoleh

pendukung

banyak, yaitu 36 suara. Sedangkan calon dari PDI

berubah

P tidak mendapatkan dukungan, karena di TPS

Golongan Karya dengan partai non pemerintah

ini berdomisili tokoh-tokoh Muhamadiyah yang

PDI

orientasi politiknya ke PAN, yaitu Drs.H. Damari

masyarakat pendukung partai Islam dan non

dan H. Abdul Rochman. Pemikiran Drs H.

Islam atau ia menyebut golongan nasionalis,

Damiri sebenarnya sudah bergeser ke pragmatis,

menguat lagi setelah reformasi.

menjadi

dan

PPP.

partai

pemerintah

Persaingan

antara

yaitu
anggota

tetapi ia tidak bisa berbicara lantang, karena ia

Pada waktu reformasi Partai Golkar

tokoh Muhamadiyah yang dulu dikenal fanatik

merupakan partai tengah antara partai Islam dan

pada PAN.

partai nasionalis. Sebagian besar kaum Islam,

Di TPS XI Subandi Mulyono juga

mau memilih calon dari Partai Golkar tapi tidak

mendapatkan dukungan paling banyak yaitu 47

mau memilih calon dari PDI. Tetapi untuk

suara dari 53 suara yang diperoleh PAN.

pemilih PDI agaknya sudah mengendor, mau

Sedangkan Agung Hartanto SH memperoleh 29

memilih calon dari partai-partai Islam. Turisti

suara dari 55 suara. Hanura memperoleh 14 suara

Hindriya, A. Md yang memperoleh 23 suara yang

dan Gerindra 20 suara sedangkan PDI P 11 suara.

melebihi perolehan suara Agus Handoyo, SE

43

Spirit Publik Vol. 6, No. 2, Oktober 2010 Hal. 31 – 44

partai Islam dan ada yang memilih Agung

Alfian, 1988, Pemikiran dan Perubahan Politik,
Jakarta PT Gramedia.
Bulzier Buyung, 1985 Sistim Administrasi Negara
Indonesia, Jakarta Universitas Terbuka.
Eep Saifullah 2000, Zaman Kesempatan, Agendaagenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru,
Bandung Mizan Pustaka.
Hanken SJ, Yulia Gunawan, Herman Edison Sinaga
dan Arista Hadi, Lusiklopedi Politik
Pembangunan Pancasila, Jakarta. Ciptaloka.
H.B. Sutopo, 2002 Metode Penelitian Kualitatif, Dasar
Teori dan Terapanya Dalam Penelitian,
Surakarta, Sebelas Maret University Press.
Iman Tholkhal, 2001 Anatomi Konflik Politik di
Indonesia, Belajar dan Ketegangan Politik
Varian di Madukoro, Jakarta PT Raja Grafindo
Persada.
Joemarto, 1967 Demokrasi dan SistimPemerintahan
Negara, Yogyakarta Yayasan Badan Penerbit
Gajah Mada.
Koentjoro Purbopranoto, 1975 Sedikit Tentang Sistim
Pemerintahan Demokrasi, Jakarta PT Eresco.
Meriam Budihardjo, 1972 Dasar-dasar Ilmu Politik,
Jakarta PT Dian Rakyat.
Meriam Budihardjo, 1982 Partisipasi dan Partai
Politik Sebuah Bunga Rampai, Jakarta
Yayasan Obor.
Maurice Duverger 1984 Party Politics and Presure
Groups Acomparative, Alih Bahasa Laila
Hasyim, Jakarta Beria Aksara.
Maulani, 2000 Demokrasi dan Pembangunan Daerah
Kalimantan, Banjarmasin nusantara.
Moerdiyono, 1991 Pancasila sebagai Idiologi
dalam Berbagai Bidang Kehidupan, Jakarta
BP.7
Lexy .J Mokong. 2000 Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung PT Remaja Raesda Karya.
Rejasa Mutasim, 2010 Perlawanan Santri Pinggiran,
Yogyakarta PT Bintang Pustaka Madani.
Roesadi Kaartaprawira, 1977 Sistim Politik Indonesia,
Bandung PT Tribuana Karya Widya P
Setyanto, Halaman Pulungan, 2009 Politik
Identitas,
Salatiga,
Persemaian
Cinta
Kemanuasiaan.

Hartanto, SH calon dari Partai Golkar. Mereka

Sumber Lain.

yang hanya memperoleh 20 suara menunjukan
ada faktor lain yang berpengaruh. Begitu pula
perolehan PAN 38 suara yang hampir sama
dengan PDI P sebesar 39 suara dan partai Golkar
85 suara di TPS V yang dulu fanatik pemilih PDI
P telah melemah.
Pemilih di TPS VII yang pada tahun
enam puluhan pendukung fanatik Masyumi dan
waktu Orde Baru pendukung PPP pada pemilihan
umum 2009 pendukung mutlak Agung Hartanto
SH, karena keluarga Agung Hartanto SH anggota
jemaah Masjid Sri Rochmah dan dianggap sangat
berjasa dalam pembangunan Masjid itu dan
dilingkungan Dukuh RT 12, Jajar RT 13 Gading
dan Citran RT 14, RT 12.
Sedangkan di Kuwiran Timur yang
masyarakatnya muslim Muhamadiyah suaranya
terpencar-pencar. Ada TPS yang menang Faiz
Hamidi, ST dimana keluarganya bertempat
tinggal, Subandhi Mulyono yang lokasi TPS nya
agak jauh dengan rumah keluarga Agung
Hartanto, SH dan hubungan kemasyarakatanya
tidak akrap.
Dari data yang terkumpul nampak bahwa
di kantong-kantong PDI pilihan mereka sudah
tidak banyak yang didasarkan idiologi sedang di
kantong-kantong

Partai

Islam,

fanatismenya

masih lebih nampak. Walaupun suara mereka
terpencar-pencar sebagian besar kecalon-calon

sangat sedikit yang memilih calon dari PDI P.

Daftar Pustaka
Alfian, 1988 Pemikiran dan Perubahan Politik,
Jakarta. Gramedia.
Budi Winarno, 2008 Sistim Politik Indonesia Era
Reformasi, Yogyakarta, Media Pressindo.

44

Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1985
tentang Pemilihan Umum
Undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 1999
tentang Pemilihan Umum
Undang-undang Republik Indonesia No. 12 tahun
2004 tentang Pemilihan Umum
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun
2008 tentang Pemilihan Umum

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA WANITA MENOPAUSE DI DESA KUWIRAN KECAMATAN Hubungan Asupan Serat Dan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 3 13

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA WANITA MENOPAUSE DI DESA KUWIRAN KECAMATAN Hubungan Asupan Serat Dan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 2 18

PENDAHULUAN Hubungan Asupan Serat Dan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 2 5

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Asupan Serat Dan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 3 4

PENDAHULUAN Hubungan Asupan Lemak Total Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Asupan Lemak Total Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 1 5

NASKAH PUBLIKASI Hubungan Asupan Lemak Total Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.

0 1 15

UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA MELALUI METODE PROYEK DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KUWIRAN, BANYUDONO, UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA MELALUI METODE PROYEK DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KUWIRAN, BANYUDONO, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 1 18

PENDAHULUAN UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA MELALUI METODE PROYEK DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH KUWIRAN, BANYUDONO, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 1 8

Cover Jurnal Mimbar Bengawan

0 0 1