Hubungan pola asuh makan dan status gizi dengan perkembangan anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas plus, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima JURNAL. JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PLUS, KECAMATAN SAPE,
KABUPATEN BIMA
1

Ardiansyah1, Diffah Hanim2, Kusnandar2
Mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Gizi Universitas Sebelas Maret
2
Dosen Program Pascasarjana Ilmu Gizi Universitas Sebelas Maret
(ardiardian_ardi@yahoo.com)
INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh makan dengan
perkembangan anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Plus, Kecamatan
Sape, Kabupaten Bima. Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Responden terdiri dari 85 anak usia 6-24 bulan dan diambil dengan

teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis
dengan analisis regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan anak usia 6-24 bulan berhubungan signifikan dengan frekuensi
makan
dan waktu pertama pemberian MP-ASI
setelah dikontrol confounder asupan energi
Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa perkembangan anak usia 6-24 bulan
berhubungan signifikan dengan status gizi
setelah dikontrol
confounder asupan energi
, asupan protein
, pendidikan
ibu
dan infeksi
Kata Kunci: pola asuh makan, status gizi, perkembangan anak

commit to user

1


perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRACT
This study aim to analyze the association between parental feeding practices and
nutritional status was associated with the development of children aged 6-24 months
in the working area of Puskesmas Plus, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. The
study was designed as a observational analytic research with a cross sectional
approach. Respondent consisted of 85 children aged 6-24 months and were selected
following a consecutive sampling procedure. Data collected by questionnaires and
were analyzed by logistic binary regression. Research revealed a significant
association between development of children aged 6-24 months with meal
frequencies
and first time complementary feeding
after controlled by energy intake as confounder
Research
also revealed significant association between development of children aged 6-24
months and nutritional status

after controlled by confounders
variables of energy intake
, protein intake
, mother’s
education
and infection
.
Keywords: parental feeding practices, nutritional status, children development

commit to user

2

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

makanan pendamping ASI (MP-ASI)
Pendahuluan
sejak usia 6 bulan sampai 24 bulan serta

Masa anak di bawah lima tahun
meneruskan pemberian ASI sampai
merupakan periode penting dalam
usia 24 bulan atau lebih (Kemenkes,
tumbuh
kembang
anak
karena
2011).
pertumbuhan dasar yang berlangsung
Status gizi juga mempengaruhi
akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak. Data Riskesdas
perkembangan selanjutnya (Gunawan et
(2013) menunjukan prevalensi kasus
al,
2011).
Pertumbuhan
dan
gizi kurang pada anak Indonesia adalah

perkembangan paling pesat terjadi pada
19,6% sementara di NTB mencapai
dua tahun awal kehidupan sehingga
angka 25,7% (Kemenkes, 2013b). Hasil
disebut periode emas (Adriani dan
Pemantauan Status Gizi (PSG) di
Wirjatmadi, 2012). Pada usia ini, anak
Kabupaten
Bima
pada
2013
berada dalam pertumbuhan tinggi dan
menemukan prevalensi gizi kurang
saat dimulainya pemberian makanan
pada anak usia 0-59 bulan berdasarkan
selain ASI (Gemala et al, 2009).
index berat badan menurut umur
Secara garis besar perkembangan
(BB/U) terdapat 10.866 (20,10%) dan
anak meliputi perkembangan motorik,

20% (2.000) di antaranya berusia 12-24
bahasa, bicara serta sosial kemandirian.
bulan (Dinkes Bima, 2014). UNICEF
Di Indonesia sekitar 5 hingga 10% anak
(1998) dalam Gemala et al (2009)
diperkirakan mengalami keterlambatan
menyatakan bahwa kekurangan gizi
perkembangan. Prevalensi kejadian
berdampak perkembangan fisik, mental,
keterlambatan perkembangan pada anak
kecerdasan, kemampuan interaksi anak
di bawah 5 tahun diperkirakan sekitar
dengan lingkungan, sosialisasi dan
1-3% (IDAI, 2013).
kemandirian.
Periode emas perkembangan anak
Puskesmas Plus Kecamatan Sape
dapat diwujudkan dengan asupan gizi
adalah salah satu Puskesmas di
sesuai

untuk
tumbuh
kembang
Kabupaten Bima, NTB. Berdasarkan
(Kemenkes, 2013a). Kekurangan gizi
hasil wawancara peneliti pada survei
pada periode emas menyebabkan
awal terhadap 20 ibu yang memiliki
gangguan tumbuh kembang, serta
anak usia 6-24 bulan, 13 orang di
menyebabkan perubahan struktur dan
antaranya ternyata memberikan MPfungsi otak di mana sel otak dapat
berkurang 15% hingga 20% (Michael,
ASI sebelum anak berusia 6 bulan. Ibu2008). Anak dengan kondisi kurang
ibu ini juga menyatakan bahwa anaknya
gizi juga beresiko tinggi infeksi. Jika
susah makan dan mereka kurang
pola makan pada anak tidak diberikan
memahami kebutuhan gizi untuk
dengan baik maka akan terjadi

tumbuh kembang anak. Ibu sering
memberikan makanan yang disukai
gangguan tumbuh kembang anak
(Purwani dan Maryam, 2013).
anak saja tanpa memperhatikan
kandungan gizi.. Sementara 8 anak di
Rekomendasi WHO dan UNICEF
terdiri dari 4 hal penting yang harus
antaranya berstatus gizi kurang.
dilakukan dalam praktik pemberian
Berdasarkan uraian di atas, perlu
dilakukan penelitian tentang pola asuh
makan pada bayi dan anak yaitu
memberikan air susu ibu (ASI) kepada
makan dan status gizi hubungannya
dengan perkembangan anak usia 6-24
bayi segera dalam waktu 30 menit
commit to user
setelah kelahiran, memberikan ASI
bulan di wilayah kerja Puskesmas Plus,

eksklusif sampai 6 bulan, memberikan
Sape, NTB.
3

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

sesuai KPSP. Kriteria eksklusinya
adalah anak dengan kelainan congenital
atau cacat fisik dan anak yang
berpindah-pindah
puskesmas
saat
penelitian berlangsung.
Penelitian dilakukan pada bulan
November-Desember 2015. Variabel
independennya adalah status gizi dan
pola asuh makan yang terdiri atas jenis
makanan, frekuensi makan, waktu

pertama kali pemberian ASI dan MPASI. Variabel dependennya adalah
perkembangan anak usia 6-24 bulan.
Variabel potensi perancu adalah
pendidikan ibu, pekerjaan ibu, asupan
energi, asupan protein, asupan lemak
dan infeksi. Data penelitian adalah data
primer yang dikumpulkan melalui
kuesioner. Analisa data dilakukan
secara univariat, bivariat dengan chi
square serta fisher exact serta
multivariate dengan binary logistic
regression.

Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik
observasional
dengan
pendekatan cross sectional, dimana
dinamika korelasi antara faktor-faktor

resiko dengan efek dipelajari dengan
cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu
waktu.
Populasi penelitian adalah seluruh
anak berusia 6-24 bulan (579 anak) di
wilayah kerja Puskesmas Plus, Sape,
Bima, NTB. Sampel penelitian adalah
85 anak usia 6-24 bulan dihitung
dengan mekanisme Slovin dengan
derajat penyimpangan populasi 10%.
Sampel penelitian diambil secara
consecutive
sampling
dengan
mengambil sampel yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria
inklusinya adalah anak tidak dalam
perawatan medis saat penelitian,
bertempat tinggal di Kecamatan Sape
dan tidak sedang merantau serta berusia

Hasil Penelitian
Distribusi
responden
menurut
Tabel 1. Karakteristik Responden
karakteristiknya menunjukkan bahwa
Variabel
n
%
dari 85 responden, sebanyak 43
Usia anak
responden diketahui berusia 12-24
6-8 bulan
16
18,8
bulan (50,6%), sebanyak 45 responden
9-11 bulan
26
30,6
diketahui berjenis kelamin perempuan
12-24 bulan
43
50,6
(52,9%), sebanyak 31 responden
Jenis kelamin anak
diketahui mendapatkan asupan protein
Laki-laki
40
47,1
yang sedang (36,5%), sebanyak 33
Perempuan
45
52,9
responden diketahui mendapatkan
Asupan protein
asupan lemak yang sedang (38,8%),
Baik
24
28,2
sebanyak 31 responden diketahui
Sedang
31
36,5
mendapatkan asupan energi yang
Kurang
30
35,3
sedang
(36,5%),
sebanyak
52
Asupan lemak
responden memiliki ibu berpendidikan
Baik
25
29,4
rendah (61,2%), sebanyak 60 responden
Sedang
33
38,8
memiliki ibu yang tidak bekerja
Kurang
27
31,8
(70,6%) dan sebanyak 44 responden
Asupan energi
tidak memiliki riwayat infeksi (Tabel
Baik
26
30,6
commit to user
1).
Sedang
31
36,5
Kurang
28
32,9
4

perpustakaan.uns.ac.id

Pendidikan ibu
Tinggi
Menengah
Rendah
Pekerjaan ibu
Bekerja di luar
rumah
Bekerja di dalam
rumah
Tidak bekerja
Riwayat infeksi
Ada infeksi
Tidak ada infeksi
Data Primer (2016)

digilib.uns.ac.id

5
28
52

5,9
32,9
61,2

17

20

8

9,4

60

70,6

41
44

48,2
51,8

Status Gizi
Gizi baik
Gizi kurang
Data Primer (2016)

54
31

63,5
36,5

Hasil pengukuran dengan KPSP
terhadap 85 anak menemukan sebanyak
47 anak yang termasuk dalam kategori
perkembangan kurang baik (55,3%) dan
jenis keterlambatan yang paling
dominan adalah keterlambatan motorik
halus yang dialami oleh 17 responden
(20%) (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Pengukuran KPSP
Variabel
n
%
Perkembangan umum
Baik
38
44,7
Kurang baik
47
55,3
Jenis keterlambatan
Tidak ada
38
44,7
Motorik halus
17
20
Motorik kasar
16
18,8
Sosial kemandirian
6
7,1
Bicara dan bahasa
8
9,4
Data Primer (2016)

Gambaran pola asuh makan dari 85
responden menunjukkan sebanyak 59
responden mendapatkan jenis makanan
yang sesuai dengan usia mereka
(69,4%), 65 responden mendapatkan
frekuensi makan yang tepat (76,5%), 68
responden memiliki waktu pertama kali
pemberian ASI yang baik (80%), 45
responden memiliki waktu pertama kali
pemberian MP-ASI yang tidak baik
(52,9%) dan 54 responden memiliki
status gizi yang baik (63,5% (Tabel 2).

Berdasarkan hasil analisis bivariat
antara variabel pola asuh makan yang
Tabel 2. Pola Asuh Makan dan
dengan perkembangan anak usia 6-24
Status Gizi
bulan di Puskesmas Plus, Sape, Bima,
Variabel
n
%
NTB diketahui bahwa variabel pola
Jenis makanan
asuh makan yang berhubungan
Sesuai usia
59
69,4
signifikan dengan perkembangan anak
Tidak sesuai usia
26
30,6
usia 6-24 bulan terdiri atas jenis
Frekuensi makan
makanan
frekuensi makan
Tepat
65
76,5
waktu pertama kali
Tidak tepat
20
23,5
pemberian ASI
dan waktu
Waktu pertama kali pemberian
pertama kali pemberian MP-ASI
ASI
. Sementara itu hasil
Baik
68
80
analisis bivariat juga menunjukkan
Tidak baik
17
20
adanya hubungan signifikan antara
Waktu pertama kali pemberian
variabel
status
gizi
dengan
MP-ASI
perkembangan anak usia 6-24 bulan di
Baik
40
47,1
di Puskesmas Plus, Sape, Bima, NTB
commit to user
Tidak baik
45
52,9
(Tabel 4).
5

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel 4. Hubungan Pola Asuh Makan dan Status Gizi dengan Perkembangan Anak
Usia 6-24 Bulan Menurut KPSP
Perkembangan Anak
Menurut KPSP
Total
Variabel
Nilai
Baik
Kurang Baik
n
%
n
%
n
%
Jenis makanan
Sesuai usia
38
64,4
21
35,6 59 100

Dokumen yang terkait

Praktek Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Ditinjau Dari Pekerjaan Ibu Di Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Tahun 2005

1 46 80

Pola Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir, Tahun 2010

3 39 79

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Hubungan Pola Asuh Anak Dengan Status Gizi Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2008

1 38 105

Hubungan Status Gizi Balita Dan Pola Asuh Di Kabupaten Bener Meriah Tahun 2006

0 41 93

Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status gizi pada Balita Usia 4–12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Medang Kabupaten Blora tahun 2006

2 7 86

Hubungan Pola asuh makan dan Status gizi dengan Perkembangan anak usia 6-24 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Plus, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima.

0 0 4

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON 1 BANTUL

0 0 12

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATTINGALLOANG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

0 0 102

Hubungan Pola Asuhan Gizi dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Tinggimoncong Kab. Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 65