Pola Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir, Tahun 2010

(1)

POLA PEMBERIAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24

BULAN DI DESA GINOLAT KECAMATAN SIANJUR MULA MULA KABUPATEN SAMOSIR, TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

NETTI F LIMBONG 051000182

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

POLA PEMBERIAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24

BULAN DI DESA GINOLAT KECAMATAN SIANJUR MULA MULA KABUPATEN SAMOSIR, TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NETTI F LIMBONG 051000182

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripisi Dengan Judul :

POLA PEMBERIAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24

BULAN DI DESA GINOLAT KECAMATAN SIANJUR MULA MULA KABUPATEN SAMOSIR, TAHUN 2010

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

NETTI F LIMBONG

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 27 Agustus 2010 dan Dinyatakan telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

051000182

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr.Ir.Albiner Siagian, Msi Dra. Jumirah, Apt, Mkes

NIP. 19670613 199303 1 004 NIP. 19580315 198811 2 001

Penguji II Penguji III

Dr.Ir.Evawany Y Aritonang, Msi Dr.Ir.Zulhaida Lubis, Mkes

NIP. 19680616 199303 1 004 NIP. 19620529 198903 2 001

Medan, Agustus 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRACT

Feeding pattern can provide the information and description about the type, amount, and frequency of the meal eaten by some one. This study was intended to know the description feeding pattern and the nutritional status of the infant of 0-24 months old in Ginolat Village, Sianjur Mulamula, Samosir District.

This is a descriptive study with cross-sectional design. The feeding pattern includes the type, amount, and frequency of meal. Nutritional status of the infants was measured by antropometric method. The samples for this study were all of the 40 infants of 0-24 months old in Ginolat Village.

The result of this study showed that 55.0% of the kind of meal in the infants of 0-24 months old in Ginolat Village belonged to good category and 45.0% belonged to poor category, in terms of amount of meal, 55.0% belonged to good category and 45.0% belonged to poor category, and in terms of meal frequency, 90.0% belonged to good category and 10.0% belonged to poor category. 7.5% of the infants of 0-24 months old in Ginolat Village were administered exclusive breastfeeding while the remaining 92.5% were not. Based on nutritional (body weight/length of body), 17.5% of the infants of 0-24 months old in Ginolat Village were heavy, 20.0% were at risk of obesity, 52.5% normal, 2.5% thin, and 7.5% very thin. Based on nutritional (body weight/age), 85.0% of the infants of 0-24 months old in Minolta Village were normal, 10.0% were less heavy and 5.0% were very thin. Based on nutritional (length of body/age), 55.0% of the infants of 0-24 months old in Ginolat Village were normal and 45.0% were short.

Some cases of malnutrition of 0-24 infants with the categories of wasting, very wasting, underweight, very underweight and stunted were found in infants with lack of nutritious food. Therefore, it was recommended that the mothers and the families should pay more attention to preparing and giving various kinds of nutritious food to the 0-24 month old accordingly.


(5)

ABSTRAK

Pola pemberian makanan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai jenis dan jumlah serta frekuensi makan yang dimakan oleh seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola pemberian makan dan status gizi anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Kabupaten Samosir.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Pola pemberian makanan meliputi jenis, jumlah dan frekuensi makan sedangkan status gizi anak diukur dengan menggunakan indeks BB/PB, BB/U dan PB/U. Sampel dalam penelitian adalah seluruh populasi yaitu sebanyak 40 anak usia 0-24 bulan yang ada di Desa Ginolat.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui jenis makanan pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 55,0% baik dan 45,0% tidak baik, jumlah makanan 55,0% baik dan 45,% tidak baik serta frekuensi makan 90,0% baik dan 10,0% tidak baik. Pemberian ASI eksklusif pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 7,5% yang diberi dan 92,5% tidak diberi. Status gizi (BB/PB) pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 17,5% gemuk, 20,0% resiko gemuk, 52,5% normal, 2,5% kurus, dan 7,5% sangat kurus. Status gizi (BB/U) pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 85,0% normal, 10,0% kurang dan 5,0% sangat kurang. Status gizi (PB/U) pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 55,0% normal dan 45,0% pendek.

Status gizi anak usia 0-24 bulan dengan kategori kurus, sangat kurus, berat badan kurang, berat badan sangat kurang dan kategori pendek pada umumnya ditemukan pada anak yang asupan pangannya terbatas. Oleh karena itu, dianjurkan kepada ibu dan keluarga agar lebih memperhatikan penyiapan dan pemberian makanan yang beraneka ragam kepada anak usia 0-24 bulan dan disesuaikan dengan umur anak.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Netti F Limbong

Tempat/Tanggal Lahir : Limbong, 8 September 1986

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : Anak ke 4 dari 5 bersaudara

Alamat Rumah : Limbong, Desa Sarimarrihit Kecamatan

Sianjur Mulamula, Samosir

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1993-1999 : SD Inpres No 173782 Na 40/90

2. Tahun 1999-2002 : SMP Swasta Budi Mulia Pangururan

3. Tahun 2002-2005 : SMA Negri 1 Sianjur Mulamula

4. Tahun 2005-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pola Pemberian Makan dan Status Gizi Anak Usia 0-24

Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Kabupaten Samosir, Tahun 2010” ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih

belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak

untuk menyempurnakan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi dan Ibu

Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat,

3. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Dosen Pembimbing


(8)

4. Seluruh dosen dan staf FKM-USU, khususnya pada Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat, yang telah banyak memberikan bimbingan dan

membantu penulis selama proses pengerjaan skripsi ini,

5. Bapak Abdon Sinaga selaku Kepala Desa di Desa Ginolat beserta staf yang

telah banyak membantu saya dalam pelaksanaan penelitian,

Secara khusus, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan

dalam kepada:

- Orang tua tercinta dan terkasih : A.Limbong (Bapak) dan E.Manalu (Ibu) yang

telah membesarkan dan memberi bantuan doa, semangat, materi sepanjang

hidup saya,

- Abang-abangku tersayang, Josafat Limbong dan Sudianto Limbong dengan

doa dan dorongan semangat yang selalu diberikan kepada saya,

- Kakak tercinta, Dorkas Limong atas dukungan dan motivasi selama saya

mengerjakan skripsi ini,

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, saya berharap

hasil yang diperoleh dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Medan, September 2010


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jenis-jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan ... 6

2.2. Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan ... 11

2.2.1. Makanan Bayi Umur 0-6 bulan ... 11

2.2.2. Makanan Bayi Umur 6-9 bulan ... 12

2.2.3 Makanan Bayi Umur 9-12 bulan ... 13

2.2.4. Makanan Bayi Umur 12-24 bulan ... 13

2.3 Kebutuhan Gizi Anak Usia 0-24 bulan. ... 14

2.4.Status Gizi ... 16

2.4.1. Pengertian Status Gizi ... 16

2.4.2. Penilaian Status Gizi Anak Usia 0-24 bulan ... 16

2.4.2.1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)... 18

2.4.2.2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) ... 19

2.4.2.3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan(BB/TB) ... 19

2.5. Kaitan Pola Makan dan Status Gizi... 20


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 24

3.4. Instrumen Penelitian ... 25

3.5.Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 25

3.4.1. Jenis data ... 25

3.4.2. Cara Pengumpulan Data ... 25

3.6. Definisi Operasional ... 26

3.7. Aspek Pengukuran ... 26

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 29

4.1.2. Geografis ... 29

4.1.3. Demografi ... 29

4.2. Gambaran Umum Responden ... 30

4.2.1. Umur Responden ... 30

4.2.2. Pendidikan Responden ... 31

4.2.3. Pekerjaan Responden ... 31

4.3. Gambaran Umum Anak ... 31

4.4. Pola Pemberian Makanan Pada Anak Usia 0-24 Bulan ... 32

4.4.1. Jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan ... 32

4.4.2. Jumlah Makanan Anak Usia 0-24 Bulan... 32

4.4.3. Frekuensi Makan Anak Usia 0-24 Bulan ... 33

4.4.4. Pemberian ASI Eksklusif ... 33

4.5. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan ... 33

4.5.1. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks BB/PB di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 34

4.5.2. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks BB/Udi Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 34

4.5.3. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks PB/Udi Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 35

4.6. Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Status Gizi ... 35

4.6.1. Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Status Gizi (BB/PB) ... 35 4.6.2. Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan


(11)

Berdasarkan Status Gizi (BB/U) ... 37

4.6.3. Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Status Gizi (PB/U) ... 39

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan ... 41

5.2. Frekuensi Makan Anak Usia 0-24 Bulan ... 42

5.3. Angka Kecukupan Energi dan Protein ... 43

5.4. Pemberian ASI Eksklusif Pada Anak Usia 0-24 Bulan ... 44

5.5. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan ... 45

VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 47

6.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Master data

3. Surat Keterangan Selesai Penelitian 4. Surat Permohonan Izin Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1. Jumlah Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi... 15 Tabel 2.2. Kebutuhan Air Bayi dan Balita dalam Sehari ... 16 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di

Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 29 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa

Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 30 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa

Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 30 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di

Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 31 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Terakhir di

Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 31 Tabel 4.6. Distribusi Kelompok Umur Berdasarkan Jenis Kelamin

Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mulamula Tahun 2010... 31 Tabel 4.7. Distribusi Jenis Makanan Berdasarkan Kelompok Umur

Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur

Mulamula Tahun 2010 ... 32 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Kelompok Umur

Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur

Mulamula Tahun 2010 ... 32 Tabel 4.9. Distribusi Angka Kecukupan Energi Berdasarkan Kelompok

Umur Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mulamula Tahun 2010... 33 Tabel 4.10. Distribusi Angka Kecukupan Protein Berdasarkan Kelompok

Umur Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mulamula Tahun 2010... 33 Tabel 4.11.Distribusi Pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Kelompok

Umur Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur MulamulaTahun 2010... 34 Tabel 4.12.Distribusi Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan

Indeks BB/PB di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur

Mulamula Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.13.Distribusi Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan

Indeks BB/U di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.14.Distribusi Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan


(13)

Indeks PB/U di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.15.Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Jenis Makanan

Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur

MulaMula Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.16.Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Frekuensi Makan

Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur

Mulamula Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.17.Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Angka Kecukupan

Energi Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mulamula Tahun 2010... 37 Tabel 4.18.Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Angka Kecukupan

Protein Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mulamula Tahun 2010... 37 Tabel 4.19.Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Pemberian ASI

Eksklusif Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010... 38 Tabel 4.20.Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Jenis Makanan Anak

Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.21.Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Frekuensi Makan Anak

Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.22.Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Angka Kecukupan

Energi Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat

Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.23.Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Angka Kecukupan

Protein Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat

Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.24.Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Pemberian ASI

eksklusif Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010... 40 Tabel 4.25.Distribusi Status Gizi (PB/U) Berdasarkan Jenis Makanan Anak

Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.26.Distribusi Status Gizi (PB/U) Berdasarkan Angka Kecukupan

Energi Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.27.Distribusi Status Gizi (PB/U) Berdasarkan Angka Kecukupan

Protein Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.28.Distribusi Status Gizi (PB/U) Berdasarkan Frekuensi Makan Anak


(14)

Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.29.Distribusi Status Gizi (PB/U) Berdasarkan Pemberian ASI

Eksklusif anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010 ... 43


(15)

ABSTRACT

Feeding pattern can provide the information and description about the type, amount, and frequency of the meal eaten by some one. This study was intended to know the description feeding pattern and the nutritional status of the infant of 0-24 months old in Ginolat Village, Sianjur Mulamula, Samosir District.

This is a descriptive study with cross-sectional design. The feeding pattern includes the type, amount, and frequency of meal. Nutritional status of the infants was measured by antropometric method. The samples for this study were all of the 40 infants of 0-24 months old in Ginolat Village.

The result of this study showed that 55.0% of the kind of meal in the infants of 0-24 months old in Ginolat Village belonged to good category and 45.0% belonged to poor category, in terms of amount of meal, 55.0% belonged to good category and 45.0% belonged to poor category, and in terms of meal frequency, 90.0% belonged to good category and 10.0% belonged to poor category. 7.5% of the infants of 0-24 months old in Ginolat Village were administered exclusive breastfeeding while the remaining 92.5% were not. Based on nutritional (body weight/length of body), 17.5% of the infants of 0-24 months old in Ginolat Village were heavy, 20.0% were at risk of obesity, 52.5% normal, 2.5% thin, and 7.5% very thin. Based on nutritional (body weight/age), 85.0% of the infants of 0-24 months old in Minolta Village were normal, 10.0% were less heavy and 5.0% were very thin. Based on nutritional (length of body/age), 55.0% of the infants of 0-24 months old in Ginolat Village were normal and 45.0% were short.

Some cases of malnutrition of 0-24 infants with the categories of wasting, very wasting, underweight, very underweight and stunted were found in infants with lack of nutritious food. Therefore, it was recommended that the mothers and the families should pay more attention to preparing and giving various kinds of nutritious food to the 0-24 month old accordingly.


(16)

ABSTRAK

Pola pemberian makanan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai jenis dan jumlah serta frekuensi makan yang dimakan oleh seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola pemberian makan dan status gizi anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Kabupaten Samosir.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Pola pemberian makanan meliputi jenis, jumlah dan frekuensi makan sedangkan status gizi anak diukur dengan menggunakan indeks BB/PB, BB/U dan PB/U. Sampel dalam penelitian adalah seluruh populasi yaitu sebanyak 40 anak usia 0-24 bulan yang ada di Desa Ginolat.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui jenis makanan pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 55,0% baik dan 45,0% tidak baik, jumlah makanan 55,0% baik dan 45,% tidak baik serta frekuensi makan 90,0% baik dan 10,0% tidak baik. Pemberian ASI eksklusif pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 7,5% yang diberi dan 92,5% tidak diberi. Status gizi (BB/PB) pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 17,5% gemuk, 20,0% resiko gemuk, 52,5% normal, 2,5% kurus, dan 7,5% sangat kurus. Status gizi (BB/U) pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 85,0% normal, 10,0% kurang dan 5,0% sangat kurang. Status gizi (PB/U) pada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat sebanyak 55,0% normal dan 45,0% pendek.

Status gizi anak usia 0-24 bulan dengan kategori kurus, sangat kurus, berat badan kurang, berat badan sangat kurang dan kategori pendek pada umumnya ditemukan pada anak yang asupan pangannya terbatas. Oleh karena itu, dianjurkan kepada ibu dan keluarga agar lebih memperhatikan penyiapan dan pemberian makanan yang beraneka ragam kepada anak usia 0-24 bulan dan disesuaikan dengan umur anak.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan terciptanya

masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk hidup

dalam lingkungan dan perilaku sehat, mempunyai kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat

kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2004).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat

kesehatan dan kesejahteraan manusia. Kurang gizi pada anak mengakibatkan

gangguan pertumbuhan, seperti kenaikan berat badan yang tidak normal,

pertambahan tinggi badan berkurang dan perkembangan massa tubuh lainnya.

Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh kecukupan zat-zat gizi yang

dikonsumsi oleh anak-anak. Sementara yang menjadi sasaran penting sumber

daya manusia adalah anak termasuk diantaranya adalah anak usia 0-24 bulan.

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.

Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh

asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi

dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya,


(18)

tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya

(Uripi, 2004).

Memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) dalam enam bulan pertama

kehidupan bayi adalah yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi,

dilanjutkan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan ASI

dilanjutkan pemberiannya sampai usia dua tahun, merupakan kunci agar anak

dapat tumbuh kembang secara optimal (Dinkes Prop SU, 2006). Anjuran Badan

Kesehatan Dunia (WHO) memberikan ASI secara maksimal, tetapi sampai usia

tertentu ASI tidak dapat lagi memenuhi seluruh kebutuhan, karena bayi

memerlukan makanan tambahan sebagai pendamping ASI.

Secara nasional, diketahui bahwa hanya 40% ibu yang memberi ASI

kepada bayi mereka, sementara Penelitian Kesehatan Indonesia Tahun 2002

disebutkan bahwa balita Indonesia hanya diberi ASI selama kurang dari dua bulan

(Siswono, 2007). Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 1997 dan

2000 menunjukkan pemberian ASI kepada bayi satu jam setelah kelahiran

menurun dari 8% menjadi 3,7%. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

menurun dari 42,2% menjadi 39,5%, sedangkan penggunaan susu formula

meningkat tiga kali lipat dari 10,8% menjadi 32,5% (Kustiani, 2006).

Terdapat sekitar 98% balita dan anak-anak kekurangan gizi di Indonesia

diakibatkan oleh pola asuh anak (balita) yang tidak benar. Pola asuh yang tidak

benar dikarenakan ibu sibuk bekerja sehingga tidak sempat memperhatikan pola

makan dan gizi balita (Marpaung, 2003).

Berdasarkan data dari 39 Puskesmas di Kota Medan Tahun 2008, jumlah


(19)

masih jauh dibawah target yang ditentukan (Profil Dinas Kesehatan Kota Medan

Tahun 2008).

Penelitian Firdaus dkk pada ibu yang bekerja di Aceh Tahun 1996

mengatakan bahwa 40,7% ibu yang bekerja memberikan ASI pada bayinya,

sedangkan 55,6% memberikan ASI bersama Pengganti Air Susu Ibu(PASI) dan

3,7% memberikan PASI. Ada dua kecenderungan yang terjadi akhir-akhir ini

dalam pemberian makanan bayi. Pertama, kecenderungan pemberian makanan

bayi dengan ASI dan kedua, kecenderungan pemberian makanan bayi dengan

susu botol dan makanan bayi hasil industri. Kecenderungan-kecenderungan ini

terjadi karena adanya kekuatan sosial yang mempengaruhi kehidupan ibu dan

keluarga. Kekuatan-kekuatan sosial ini ada yang mendorong terjadinya

kecenderungan kedua (Khumaidi, 1994).

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah (2000) di Desa Alue

Awe Kecamatan Muara Dua Aceh, hanya 16,4% responden pola pemberian

makanan pendamping ASI yang dikategorikan baik.

Menurut data Puskesmas di Kabupaten Samosir Tahun 2008, cakupan ASI

Eksklusif di Kabupaten Samosir masih jauh dibawah standard nasional (80%).

Dari 3.122 bayi, hanya 1.240 (39,72%) bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif

(Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, 2008).

Status gizi umumnya dan status gizi balita khususnya merupakan refleksi

keadaan yang lalu atau merupakan resultan dari masukan dan penggunaan zat gizi.

Zat gizi diperoleh dari makanan sehari yang dimakan. Makanan pada gilirannya


(20)

bawah usia dua tahun, sangat sensitif terhadap perubahan sosial ekonomi dan

lingkungan dimana ia tinggal (Soekirman, 2000).

Dari 209 kepala keluarga penduduk Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula

Mula, 185 (88,5%) penduduk mata pencahariannya bertani dan mempunyai pola

makan yang lebih memprioritaskan kepada kepala keluarga karena kepala

keluarga merupakan pencari nafkah keluarga, sedangkan anggota keluarga yang

lain terutama anak balitanya belum tentu mendapatkan makanan yang baik.

Padahal anak balita merupakan salah satu golongan rawan gizi yang sangat

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.

Desa Ginolat berada di wilayah kerja Puskesmas Limbong, dimana

Puskesmas ini mencakup wilayah kerja sebanyak 11 desa. Berdasarkan data

semua Posyandu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Limbong pada Tahun

2009, dari 1.008 anak balita terdapat 5,34% balita yang berada dibawah garis

merah, 0,79% balita yang mengalami gizi kurang dan 0,39% balita yang

mengalami gizi buruk. Sementara untuk Desa Ginolat, dari 53 anak usia 0-24

bulan terdapat 25 anak yang berasal dari keluarga miskin (Puskesmas Limbong

Tahun 2009).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melihat pola

pemberian makan dan status gizi anak umur 0-24 bulan di Desa Ginolat

Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir dimana pemberian ASI

Eksklusif juga masih sangat rendah di daerah ini.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi


(21)

makanan dan status gizi anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur

Mula Mula Kabupaten Samosir.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pola pemberian makanan dan status gizi anak usia 0-24

bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir tahun

2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pemberian ASI/PASI di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir tahun 2010.

2. Untuk mengetahui gambaran tentang jumlah, frekuensi dan jenis MP-ASI

yang diberikan kepada anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan

Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir tahun 2010.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan dalam perencanaan

program gizi mengenai pola pemberian makanan pada anak usia 0-24

bulan.

2. Sebagai pengetahuan kepada masyarakat khususnya ibu yang mempunyai


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis-jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan

1. Air Susu Ibu (ASI)

ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi

bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah

yang cukup (Maclean, 1998). ASI juga merupakan makanan terbaik dan sempurna

untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi (Dinkes Prop SU,2005).

ASI diberikan segera setelah bayi lahir, biasanya 30 menit setelah bayi

lahir. Sampai bayi berumur enam bulan, bayi hanya diberi ASI saja tanpa

tambahan makanan dan minuman lain (Sulistijani, 2001).

Pemberian ASI secara eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI tanpa

memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi

berusia enam bulan, kecuali obat dan vitamin sesuai dengan rekomendasi

WHO/UNICEF tahun 1997 yaitu pemberian ASI Eksklusif sejak lahir sampai

enam bulan. Pemberian ASI sebaiknya juga tetap dilanjutkan hingga bayi berusia

dua tahun (Dinkes Prop SU, 2005).

Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan,

yaitu:

1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan gizi bayi.

2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.


(23)

4. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu ideal dan dalam

keadaan segar serta bebas dari kuman.

5. Berfungsi menjarangkan kehamilan.

6. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.

Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan. ASI yang

diproduksi pada 1 sampai 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan

kental yang berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi,

karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A.

Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat (As’ad, 2002).

Data UNICEF menunjukkan sekitar 30 ribu kematian anak balita di

Indonesia setiap tahunnya dan 10 juta kematian balita diseluruh dunia setiap

tahunnya, yang sebenarnya dapat dicegah melalui pemberian ASI Eksklusif

selama enam bulan sejak kelahiran.

Pola asuh juga berkaitan dengan status gizi anak. Pemberian kolostrum

pada bayi di hari-hari pertama kehidupan berdampak positif pada keadaan anak di

umur-umur selanjutnya. Anak-anak dengan keadaan gizi yang lebih baik berkaitan

erat dengan perilaku pemberian ASI. Mereka yang sudah tidak diberikan ASI lagi

ternyata keadaan gizinya lebih rendah (Jahari, dkk, 2000).

Sementara, bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada

tahun 2006 mengungkapkan bahwa bayi yang diberi susu formula (susu bayi)

memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kehidupan 25

kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui ibunya secara eksklusif (Anonim,


(24)

2. Makanan Pengganti Air Susu Ibu (PASI)

Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi bayi, namun tidak semua

ibu dapat memberikan ASI pada bayinya. Menurut Sulistijani (2001), pemberian

PASI dapat dimengerti jika alasannya adalah:

- Bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut atau infeksi paru-paru

- Bayi lahir dengan berat badan rendah

- Bayi lahir sumbing (bawaan)

Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu :

- Jumlah dan mutu ASI kurang memadai sehingga tidak mencukupi kebutuhan

bayi

- Ibu menderita sakit dan karena sakitnya dilarang menyusui oleh dokter baik

untuk kepentingan ibu maupun bayinya, seperti ginjal atau penyakit menular

- Ibu menderita infeksi, luka puting (mastitis)

- Ibu mengalami gangguan jiwa atau epilepsi

- Ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi.

Untuk alasan-alasan tersebut, pada umumnya bayi harus diberi makanan

pengganti ASI (PASI) berupa susu formula. Pada umumnya susu formula untuk

bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa

sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping. Oleh

karena ASI yang paling ideal untuk bayi maka perubahan yang dilakukan pada

komponen gizi susu sapi harus mendekati susunan zat gizi ASI.

Meskipun para ahli teknologi pangan telah berusaha untuk memperbaiki


(25)

sampai saat ini usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang baik (Krisnatuti,

2004).

Dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak kelemahan

terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus

di kontrol dari kemungkinan masuknya organisme-organisme patogen atau

terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan diare.

Pengaturan makanan bayi dengan PASI sama dengan pengaturan makanan

dengan ASI. Pemberian PASI dilakukan berdasarkan kebutuhan gizi bayi

terutama dalam hal kebutuhan air, energi dan protein (RSCM dan Persagi, 1992).

Untuk mencukupi kebutuhan bayi, susu diberikan sesuai dengan

takarannya. Takaran akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur bayi.

Jadwal menyusu dengan susu formula tetap seperti pada bayi yang diberi ASI

(Nadesul, 2005).

3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan

pada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi

memenuhi gizi bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara

berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan

menelan serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan

rasa.

Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, mulai dari

bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat,


(26)

Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair,

karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat.

Disamping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang

usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan

benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat tersebut bayi siap

mengkonsumsi makanan (setengah padat) (Arisman, 2004). Selain itu saat bayi

berumur enam bulan ke atas, sistem percernaannya juga sudah relatif sempurna

dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam

lambung, pepsin, lipase, enzim amilase dan sebagainya juga telah diproduksi

sempurna pada saat ia berumur enam bulan (Anonim, 2005).

Ada dua tujuan pengaturan makanan untuk anak usia 0-24 bulan (As’ad,

2002) :

1. Untuk mendidik kebiasaan makan anak yang baik

2. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup yaitu untuk

pemeliharaan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan,

perkembangan fisik dan psikomotor serta melakukan aktivitas fisik.

Makanan untuk anak usia 0-24 bulan harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut (As’ad, 2002) :

1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur

2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan

yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera makan

3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan

keadaan faali anak


(27)

Pemberian makanan padat sebaiknya diberikan pada umur yang tepat.

Resiko pemberian makanan padat sebelum umur adalah :

1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas

2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut

3. Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan

4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau

zat pengawet yang tidak diinginkan

5. Kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau penyimpanannya.

Sebaliknya, penundaan pemberian makanan padat menghambat

pertumbuhan jika energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak

mencukupi lagi kebutuhannya (Pudjiadi, 1990).

Makanan tambahan untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai

berikut : nilai energi dan kandungan protein cukup, dapat diterima dengan baik,

harganya relatif murah, sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang

tersedia secara lokal. Makanan tambahan pada bayi hendaknya juga bersifat padat

gizi dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna sedikit

mungkin. Sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu

pencernaan (Muchtadi,1994).

2.2.Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan 2.2.1. Makanan Bayi Umur 0-6 bulan

Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI Eksklusif).

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30 menit


(28)

gizi bayi. Berikan ASI dari kedua payudara. Berikan ASI dari satu payudara

sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya (Depkes, 2000).

Kolostrum jangan dibuang tetapi harus segera diberikan pada bayi.

Walaupun jumlahnya sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi pada

hari-hari pertama. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan

frekuensinya tidak perlu dijadwal (diberikan pagi, siang, dan malam hari). Serta

sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman (air kelapa, air tajin, air

teh, madu, pisang dan lain-lain) pada bayi sebelum diberikan ASI karena sangat

membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui (Dinkes

Prop SU, 2005).

2.2.2. Makanan Bayi Umur 6-9 Bulan

a. Pemberian ASI diteruskan

b. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi

sudah memiliki refleks mengunyah. Contoh MP-ASI terbentuk halus antara

lain bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang

dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI dan berikan

sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari.

Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis

MP-ASI yang lainnya.

c. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI

dimanfaatkan seoptimal mungkin.

d. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit

menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit


(29)

2.2.3.Makanan Bayi Umur 9-12 Bulan

a. Pemberian ASI diteruskan

b. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim

saring/bubur campur saring dengan frekuensi dua kali dalam sehari

c. Untuk mempertinggi nilai gizi dalam makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit

demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak

kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi,

disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A

dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.

d. Kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati

bentuk dan kepadatan makanan keluarga.

e. Berikan makanan selingan satu kali sehari, dipilih makanan selingan yang

bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah dan lain-lain dan diusahakan

agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.

f. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan. Pengenalan

berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap

kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari.

2.2.4.Makanan Anak Umur 12-24 bulan

a. Pemberian ASI diteruskan.

b. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari

dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu

tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.


(30)

d. Menyapih anak harus dilakukan secara bertahap dan jangan secara tiba-tiba.

Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

2.3. Kebutuhan Gizi Anak Usia 0-24 Bulan

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk

memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi

ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan

(Uripi,2004).

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Oleh karena itu, pangan harus tersedia

pada setiap saat dan tempat dengan jumlah dan mutu yang memadai (Soekirman,

2000).

Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita relatif besar jika

dibandingkan dengan orang dewasa sebab pada usia tersebut pertumbuhannya

masih sangat pesat. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak perempuan

dan laki-laki dalam hal kebutuhan energi dan protein. Kecukupan akan semakin

menurun seiring dengan bertambahnya usia. Namun untuk protein, angka

kebutuhannya bergantung pada mutu protein. Semakin baik mutu protein,

semakin rendah angka kebutuhan protein. Mutu protein bergantung pada susunan

asam amino yang membentuknya, terutama asam amino essensial.

(Sulistijani,2001).

Konsumsi pangan anak bayi dan balita harus cukup dan seimbang karena

anak balita sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.

Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi (2004) bahwa jumlah zat gizi yang


(31)

protein. Demikian juga zat-zat gizi lainnya yang dibutuhkan seperti vitamin,

niasin, dan lain-lain dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut :

Tabel 2.1. Jumlah Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi

Zat Gizi Kelompok Umur (bulan)

Nama Satuan 0-6 7-12 12-36

Energi Protein Vitamin A Tiamin Riboflavin Niasin Vitamin B12 Asam Folat Vitamin C Kalsium Fosfor Besi Seng Iodium kkal gr RE mg mg mg mg µg mg mg mg mg mg µg 550 10 375 0,3 0,3 2 0,4 65 40 200 100 5 1,3 90 650 16 400 0,4 0,4 4 0,5 80 40 400 225 7 7,5 90 1000 25 400 0,5 0,5 6 0,9 150 40 500 400 8 8,2 90

Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi (2004)

Air merupakan zat gizi yang penting bagi bayi dan anak karena (As,ad,

2002) :

a. Bagian terbesar dari tubuh adalah air.

b. Kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada bayi dan anak lebih besar daripada

orang dewasa.

c. Bayi dan anak lebih mudah terserang penyakit yang menyebabkan kehilangan

air dalam jumlah banyak (dehidrasi seperti yang terjadi pada muntah-muntah

dan diare berat).

Kandungan air bayi pada waktu lahir adalah 75% berat badan, sedangkan


(32)

cairan ekstraselular. Kebutuhan air bagi bayi dan balita dalam sehari akan

berfluktasi seiring dengan bertambahnya usia (Sulistijani, 2001).

Tabel 2.2. Kebutuhan Air Bayi dan Balita dalam Sehari

Kelompok Umur Kebutuhan Air (ml/kg BB/hari)

3 hari 10 hari 3 bulan 6 bulan 9 bulan 1 tahun 2-3 tahun

80-100 125-150 140-160 130-155 125-145 120-135 115-125

Sumber: Nelson, Textbook of Pediatrics. Dalam : Penuntun Diit Anak, 1992

2.4.Status Gizi

2.4.1.Pengertian Status Gizi

Menurut Santoso (1999) yang dikutip dari Ellyana, status gizi adalah

keadaan kesehatan anak akibat interaksi antara makanan dalam tubuh dengan

lingkungan sekitarnya. Nilai keadaan gizi anak sebagai refleksi kecukupan gizi,

merupakan salah satu parameter yang penting untuk nilai tumbuh kembang fisik

anak dan nilai kesehatan anak tersebut.

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi

dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan

fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Sehingga status gizi

dapat diartikan sebagai ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu


(33)

2.4.2.Penilaian Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan

keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang

bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku

yang telah tersedia (Arisman, 2004).

Menurut Supariasa dkk (2001), penilaian status gizi dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu:

1. Penilaian status gizi secara langsung, dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung, dapat dibagi tiga yaitu: survei

konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan

adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan

status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk

menilai status gizi.

Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan,

lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

Terdapat beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat

Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat

Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).

Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak,


(34)

Lengan Atas) adalah pengukuran terhadap otot, lemak, dan tulang pada area yang

diukur. Hasil pengukuran tissue mass (dalam hal ini adalah BB dan LLA) dapat

berubah relatif cepat, naik atau turun tergantung makanan anak dan status

kesehatannya. Tapi diantara keduanya, BB lebih cepat terpengaruh oleh perbedaan

konsumsi makanan sehari-hari dibanding LLA. Sebaliknya, TB perubahannya

terjadi perlahan-lahan dan perbedaannya dapat diukur setelah beberapa waktu

lamanya (Aritonang, 1996).

2.4.2.1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Untuk anak, pada umumnya pengukuran berat badan menurut umur

(BB/U) merupakan cara standar yang digunakan untuk pertumbuhan. Berat badan

adalah salah satu parameter yang sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

ang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu

makan, atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil, oleh sebab itu indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

Kelebihan indeks BB/U antara lain:

a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum

b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

c. Berat badan dapat berfluktuasi

d. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

e. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight)

Kelemahan Indeks BB/U antara lain:

a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema


(35)

b. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima

tahun

c. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau

gerakan anak pada saat penimbangan.

2.4.2.2. Panjang Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.

Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu

yang relatif lama.

Berdasarkan karakteristik di atas, maka indeks ini menggambarkan status

gizi masa lalu. Menurut Bealon dan Bengoa (1973) yang dikutip dari Ellyana

menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi

masa lampau, juga erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.

Keuntungan Indeks TB/U

a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau

b. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.

Kelemahan Indeks TB/U

a. Tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak cepat turun.

b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga

diperlukan dua orang untuk melakukannya.


(36)

2.4.2.3. Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan

tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang

baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah

merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Keuntungan indeks BB/TB:

a. Tidak memerlukan data umur

b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)

Kelemahan indeks BB/TB:

a. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi

badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak

dipertimbangkan

b. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran

panjang/tinggi badan pada akelompok balita

c. Membutuhkan dua macam alat ukur

d. Pengukuran relatif lebih lama.

2.5.Kaitan Pola Makan dan Status Gizi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi

status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang akan

digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal

(Roesli, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Munawaroh (2006) di


(37)

tidak baik mempunyai risiko untuk mengalami status gizi kurang 8,1 kali lebih

besar daripada balita dengan pola makan baik.

Pengetahuan ibu tentang makanan yang bergizi akan sangat berperan

terhadap baiknya tumbuh kembang anak balita. Pola asuh (meliputi sikap dan

perilaku ibu dalam hal memberi makanan, merawat, menjaga kebersihan,

memberi kasih sayang, sikap dan tindakan ibu terhadap anak yang tidak mau

makan dan sebagainya) yang kurang memadai dapat menyebabkan anak tidak

mau makan sehingga konsumsi makan anak kurang. Sikap ketidak pedulian ibu

terhadap gizi dan kesehatan anak juga dapat mempengaruhi status gizi anak balita

sehingga anak tidak mendapat makanan yang jumlahnya cukup, beragam dan

seimbang.

Sementara penelitian Ellyana di Sunggal tahun 2005 menyatakan bahwa

praktik pemberian makan yang baik tidak menjamin status gizi anak akan baik

pula. Dapat saja terjadi, dengan praktik pemberian makan yang tidak baik status

gizi anak akan baik. Praktik pemberian makan yang tidak baik yang dimaksudkan

adalah tidak dipenuhinya salah satu syarat praktik pemberian makan yang baik.

Hal ini terjadi karena baik tidaknya status gizi anak dipengaruhi oleh konsumsi

makanan dan kesehatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mastaria di Desa Sipolha

Horisan Tahun 1998 diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi

energi dan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan pendapat Sediaoetama (1991)

bahwa keadaan gizi tergantung pada tingkat konsumsi. Bila konsumsi energi

cukup, pemecahan jaringan tidak terjadi dan berat badan dapat dipertahankan


(38)

apabila konsumsi energi kurang, tubuh akan membakar energi tubuh dan

menyebabkan pertumbuhan terganggu.

Sementara penelitian Arnita di Desa Serapuh Asli Tahun 2007 menyatakan

adanya hubungan antara penyapihan dengan status gizi anak, dimana gizi buruk

dan gizi kurang terdapat pada anak yang disapih dan mengganti ASInya dengan

memberi teh manis dan air tajin. Walaupun terdapat 72,4 % anak yang disapih

mendapat susu botol, ada kemungkinan ukuran dari susu tersebut tidak sesuai

sehingga tidak mencukupi kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan penelitian

Gambrio 1976 yang menyebutkan adanya hubungan usia penyapihan dengan

tingkat gizi anak dan dalam Khumaidi 1994 disebutkan juga bahwa kurang gizi

dapat terjadi bila anak terlalu cepat disapih.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Harsiki di Padang Luar

Tahun 1991 menyatakan bahwa timbulnya masalah KKP dalam umur penyapihan

dapat diakibatkan dari usia penyapihan yang terlalu dini, atau usia penyapihan

yang teralu lama tanpa diimbangi dengan pemberian makanan tambahan yang

memadai.

Menurut penelitian Harsiki jenis makanan tambahan yang diberikan pada

anak, 80,0% ibu menggunakan jenis makanan dapur ibu dengan bentuk dan

frekuensi pemberian yang baik. Tetapi jika dilihat dari status gizi anak, gizi buruk

dan gizi kurang terdapat pada anak yang diberi makanan dapur ibu. Hal ini

disebabkan karena makanan dapur ibu yang diberikan kepada anak diolah menjadi

makanan lumat hanya terdiri dari tepung beras tanpa campuran lauk pauk dan


(39)

2.6.Kerangka Konsep

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

ini, maka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan Gambar : Pola pemberian makanan pada anak usia 0-24 bulan yang terdiri dari pola pemberian ASI/PASI dan pola pemberian MP-ASI akan menggambarkan status gizi anak usia 0-24 bulan.

Pola Pemberian Makanan pada Anak Usia 0-24 bulan

- Pola Pemberian ASI/PASI

- Pola Pemberian MP-ASI

Status Gizi Anak Usia 0-24 bulan


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan rancangan

cross sectional, bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pola pemberian

makan dan status gizi anak usia 0-24 bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur

Mula Mula Kabupaten Samosir.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Ginolat pada bulan Maret 2010

sampai Mei 2010, lokasi tersebut dipilih atas dasar pertimbangan :

1. Masih ada ibu-ibu yang memberikan makanan kepada bayi tidak sesuai dengan

umurnya.

2. Adanya kejadian gizi buruk pada anak usia 0-24 bulan pada tahun 2009 yang

terjadi di Desa Ginolat yaitu sebesar 1,88%.

3. Di daerah tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang pola pemberian

makanan anak dan status gizi anak usia 0-24 bulan.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 0-24 bulan di Desa

Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Kabupaten Samosir Tahun 2010 yang

berjumlah 37 orang dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah


(41)

3.3.2.Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi.

3.4.Instrumen Penelitian

1. Kuesioner.

2. Timbangan bayi (Dacin).

3. Meteran.

3.5.Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1. Jenis Data

a. Data Primer

• Pemberian ASI.

• Keterangan si ibu mengenai makanan anak diberikan MP-ASI atau tidak

mendapat MP-ASI.

• Pola pemberian makanan pada anak usia 0-24 bulan mengenai, frekuensi

makan, bahan makanan dan umur pertama kali makanan diberikan. • Berat badan dan panjang badan anak.

b. Data Sekunder

Data sekunder meliputi data demografi penduduk yang diperoleh dari

kantor kepala Desa Ginolat.

3.5.2. Cara Pengumpulan Data

1. Identitas anak diperoleh melalui wawancara dengan responden (ibu)

menggunakan kuesioner.

2. Pola makan anak diperoleh melalui wawancara dengan responden dan


(42)

3. Status gizi anak diperoleh melalui pengukuran berat badan menggunakan

dacin dan panjang badan seharusnya diukur pengukur panjang badan.

Akan tetapi karena keterbatasan alat ukur di daerah penelitian maka

panjang badan diukur dengan modifikasi, dimana anak diukur di atas meja

yang diberi ukuran meter. Posisi anak ditidurkan di atas meja, kepala

ditegakkan oleh kader dan kaki diluruskan oleh kader yang lain sementara

peneliti dan bidan melakukan pengukuran panjang badan anak.

3.6.Defenisi Operasional

1. Pola pemberian makanan anak usia 0-24 bulan adalah makanan yang

diberikan pada anak usia 0-24 bulan baik jenis dan jumlah makanan

maupun frekuensi makanan dalam sehari.

2. Jenis makanan adalah jenis/macam dan bahan-bahan makanan yang

diberikan kepada anak usia 0-24 bulan.

3. Jumlah makanan adalah jumlah/ banyak makanan dari tiap jenis makanan

yang dikonsumsi anak usia 0-24 bulan dalam satu hari.

4. Frekuensi makan adalah berapa kali pemberian dari tiap jenis makanan

yang dikonsumsi anak usia 0-24 bulan dalam satu hari.

5. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa memberikan

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia

enam bulan, kecuali obat dan vitamin.

6. Status gizi anak adalah keadaan gizi anak usia 0-24 bulan yang diukur

dengan membandingkan BB/U, BB/PB, PB/U.

3.7.Aspek Pengukuran


(43)

- Baik, apabila jenis makanan yang diberikan berupa :

Umur 0-6 bulan : ASI/PASI

Umur 6-12 bulan : ASI/PASI + Bubur susu, sari buah, nasi tim

Umur 12-24 bulan : ASI/PASI + Makanan keluarga

- Tidak baik, apabila selain ketentuan di atas.

2. Angka kecukupan energi dan protein diukur dengan metode Recall 24 jam

dengan pengkategorian

- Baik : ≥ 100% AKG

- Sedang : 80 – 99% AKG

- Kurang : 70 – 80% AKG

- Defisit : < 70% AKG

3. Frekuensi makan, diukur dengan pengkategorian:

- Baik, apabila:

Umur 0-6 bulan : ASI /PASI 8-10 kali dalam sehari termasuk malam

hari.

Umur 6-12 bulan : ASI/PASI 4-6 kali + Bubur susu 2 kali + Sari buah

1-2 kali + Nasi tim 1 kali

Umur 12-24 bulan :4-6 kali pemberian sehari + makanan selingan

- Tidak baik, apabila selain ketentuan di atas

4. Status gizi diukur berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U),

Panjang Badan Menurut Umur(PB/U) dan Berat Badan Menurut Panjang

Badan(BB/PB) dengan menggunakan standar WHO 2005. Kategorinya


(44)

Indeks BB/U :

a. Normal : Z Score ≥ -2

b. Kurang : Z Score ≥ -3 s/d < -2 c. Sangat Kurang : Z Score < -3

Indeks PB/U :

a. Lebih : Z Score > 3

b. Normal : Z Score ≥ -2 s/d ≤ 3

c. Pendek : Z Score ≥ -3 s/d < -2 d. Sangat pendek : Z Score < -3

Indeks BB/PB :

a. Sangat gemuk : Z Score > 3

b. Gemuk : Z Score > 2 s/d ≤ 3

c. Resiko gemuk : Z Score ≥ 1 s/d ≤ 2 d. Normal : Z Score ≥ -2 s/d < 1 e. Kurus : Z Score ≥ -3 s/d < -2 f. Sangat kurus : Z Score < -3

4.8.Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dikumpulkan, diolah secara manual dengan

langkah-langkah editing, koding dan tabulasi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif

untuk memperoleh gambaran tentang pola pemberian makan dan status gizi anak


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Geografis

Desa Ginolat merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sianjur

Mula Mula yang berada di kaki pegunungan Pusuk Buhit terdiri dari 3 lingkungan

dengan luas wilayah 4,75 Ha, dengan batas wilayah :

- Sebelah Utara : Desa Siboro

- Sebelah Selatan : Desa Sianjur Mulamula

- Sebelah Timur : Pegunungan Pusuk Buhit

- Sebelah Barat : KecamatanHarian

4.1.2. Demografi

Desa Ginolat mempunyai jumlah penduduk sebanyak 839 jiwa, terdiri dari

419 laki-laki dan 420 perempuan serta 203 kepala keluarg dan semuanya terdiri

dari suku Batak Toba.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Tahun 2010

No Pendidikan Jumlah (Orang) %

1 Belum Sekolah 135 16,1

2 Tidak Pernah Sekolah 20 2,4

3 Tidak Tamat SD 162 19,3

4 Tamat SD 185 22,1

5 Tamat SLTP 165 19,7

6 Tamat SLTA 140 16,6

7 Tamat Perguruan Tinggi 32 3,8

Jumlah 839 100,0

Sumber : BPS Samosir 2010

Pada Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir

penduduk di Desa Ginolat yang terbanyak adalah tamat SD yaitu sebesar 22,1%


(46)

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Tahun 2010

No Pekerjaan Jumlah (Orang) %

1 Petani 802 95,6

2 Pegawai Negri 28 3,3

3 Pedagang 6 0,7

4 Sopir 3 0,4

Jumlah 839 100,0

Sumber : BPS Samosir 2010

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat di Desa

Ginolat pada umumnya adalah petani yaitu sebesar 95,6%, sedangkan yang paling

sedikit adalah Sopir yaitu sebesar 0,4%.

4.2. Gambaran Umum Responden 4.2.1. Umur Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu anak usia 0-24 bulan yang

bertempat tinggal di Desa Ginolat. Penyebaran umur responden terendah adalah

21 tahun dan umur tertinggi adalah 42 tahun.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Tahun 2010

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) %

1 21-30 21 52,5

2 31-40 17 42,5

3 >40 2 5,0

Jumlah 40 100,0

Dari Tabel 4.4. diatas dapat diketahui bahwa penyebaran umur responden

terbanyak terdapat pada kelompok umur 21-30 tahun yaitu sebesar 52,5% dan


(47)

4.2.2. Pendidikan Responden

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Tahun 2010

No Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) %

1 Tamat SD 3 7,5

2 Tamat SLTP 12 30,0

3 Tamat SLTA 21 52,5

4 Tamat Perguruan Tinggi 4 10,0

Jumlah 40 100,0

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak

adalah tamat SLTA yaitu sebesar 52,5% dan masih ada yang hanya tamat SD

yaitu sebesar 7,5%.

4.2.3. Pekerjaan Responden

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mula Mula Tahun 2010

No Pekerjaan Jumlah (Orang) %

1. Bekerja 38 95,0

2. Tidak Bekerja 2 5,0

Jumlah 40 100,0

Pada tabel 4.6. menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja

sebagai petani yaitu sebesar 95,0% dan 5,0% lagi tidak bekerja atau merupakan

ibu rumah tangga.

4.3. Gambaran Umum Anak

Tabel 4.6. Distribusi Kelompok Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No. Umur (Bulan)

Jenis Kelamin Total %

Laki-laki Perempuan

N % n %

1 0-6 0 0,0 3 7,5 3 7,5

2 7-12 6 15,0 7 17,5 13 32,5


(48)

Jumlah 24 60,0 16 40,0 40 100,0 Pada Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa distribusi kelompok umur anak

terbanyak antara umur 13-24 bulan yaitu 24 anak (60,0%). Distribusi anak

berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 24 anak (60,0%) dan perempuan 16 anak

(40,0%).

4.4. Pola Pemberian Makanan pada Anak Usia 0-24 bulan 4.4.1. Jenis Makanan Anak Usia 0-24 bulan

Jenis makanan yang diberikan kepada anak usia 0-24 bulan sebagian besar

merupakan makanan yang dibuat sendiri oleh ibu berupa bubur nasi, nasi tim yang

dicampur dengan berbagai macam sayur-sayuran seperti wortel, bayam, dan

kentang.

Tabel 4.7. Distribusi Jenis Makanan Berdasarkan Kelompok Umur Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No. Umur (Bulan)

Jenis Makanan Jumlah

Baik Tidak Baik

N % n % n %

1 0-6 2 66,7 1 33,3 3 100,0

2 7-12 10 76,9 3 23,1 13 100,0

3 13-24 10 41,7 14 58,3 24 100,0

Jumlah 22 55,0 18 45,0 40 100,0

Kategori jenis pemberian makanan dapat dilihat pada Tabel 4.7. yang

menunjukkan bahwa jenis makanan yang diberikan dengan kategori baik ada

sebanyak 22 anak (55,0%) dan jenis makanan yang diberikan dengan kategori

tidak baik yaitu sebanyak 18 anak (45,0%) terutama pada kelompok umur 13-24

bulan sebanyak 14 anak (58,3%).

4.4.2. Frekuensi Makan Anak Usia 0-24 bulan

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Makan Berdasarkan Kelompok Umur Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010


(49)

No. Umur (Bulan)

Frekuensi Makan Jumlah

Baik Tidak Baik

N % n % n %

1 0-6 3 100,0 0 0,0 3 100,0

2 7-12 12 92,3 1 7,7 13 100,0

3 13-24 21 87,5 3 12,5 24 100,0

Jumlah 36 90,0 4 10,0 40 100,0

Dari Tabel 4.9. di atas menunjukkan bahwa terdapat 4 anak (10,0%)

frekuensi makannya tidak baik yaitu 1 anak (7,7%) umur 7-12 bulan dan 3 anak

(12,5%) umur 13-24 bulan.

4.4.3. Distribusi Angka Kecukupan Energi dan Protein Anak Usia 0-24 Bulan Tabel 4.9. Distribusi Angka kecukupan Energi Berdasarkan Kelompok

Umur Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010

No Umur (Bulan)

Angka Kecukupan Energi Jumlah

Baik Sedang Kurang Defisit

n % n % n % n % n %

1 0-6 3 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 3 100,0

2 7-12 7 53,8 5 38,5 1 7,7 0 0,0 13 100,0

3 13-24 15 62,5 4 16,7 5 20,8 0 0,0 24 100,0

Jumlah 25 62,5 9 22,5 6 15,0 0 0,0 40 100,0 Hasil penelitian pada tabel 4.9. menunjukkan bahwa terdapat 6 anak

(15,0%) angka kecukupan energinya kurang dimana pada anak usia 13-24 bulan,

terdapat 5 anak (20,8%) yang angka kecukupan energinya kurang. Sementara

pada anak usia 7-12 bulan terdapat 1 anak (7,7%) dengan angka kecukupan energi


(50)

Tabel 4.10. Distribusi Angka kecukupan Protein Berdasarkan Kelompok Umur Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010

No Umur (Bulan)

Angka Kecukupan Protein Jumlah

Baik Sedang Kurang Defisit

n % N % n % n % n %

1 0-6 3 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 3 100,0

2 7-12 7 53,8 5 38,5 0 0,0 1 7,7 13 100,0

3 13-24 10 41,7 13 54,2 1 4,2 0 0,0 24 100,0

Jumlah 20 50,0 18 45,0 1 2,5 1 2,5 40 100,0

Pada tabel 4.10. di atas menunjukkan bahwa terdapat 1 anak (7,7%) pada

usia 7-12 bulan dengan angka kecukupan protein yang defisit dan 1 anak (4,2%)

pada usia 13-24 bulan dengan angka kecukupan protein yang kurang.

4.4.4. Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.11. Distribusi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Kelompok Umur Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No. Umur (Bulan)

Pemberian ASI Eksklusif Jumlah

Diberi Tidak Diberi

n % n % n %

1 0-6 0 0,0 3 100,0 3 100,0

2 7-12 1 7,7 12 92,3 13 100,0

3 13-24 2 8,3 22 91,7 24 100,0

Jumlah 3 7,5 37 92,5 40 100,0

Pada Tabel 4.11. dapat dilihat bahwa pada saat penelitian tidak ada anak

umur 0-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif yaitu tidak terdapat anak yang diberi

ASI Eksklusif, dan hanya ada 3 anak (7,5%) yang diberi ASI Eksklusif.

4.5. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan

Status gizi anak usia 0-24 bulan diukur dengan membandingkan berat

badan dan umur anak usia 0-24 bulan pada saat penelitian, membandingkan berat

badan dan tinggi badan anak usia 0-24 bulan yang diperoleh dari hasil pengukuran


(51)

4.5.1. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks BB/PB di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010

Tabel 4.12. Distribusi Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks BB/PB di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Umur (Bulan)

Status Gizi (BB/PB)

Jumlah Gemuk Resiko

Gemuk

Normal Kurus Sangat Kurus

n % n % n % n % n % n %

1. 0-6 0 0,0 1 33,3 2 66,7 0 0,0 0 0,0 3 100,0

2. 7-12 2 15,4 4 30,8 5 38,5 0 0,0 2 15,4 13 100,0

3. 13-24 5 20,8 3 12,5 14 58,3 1 4,2 1 4,2 24 100,0

Jumlah 7 17,5 8 20,0 21 52,5 1 2,5 3 7,5 40 100,0 Dari Tabel 4.12. dapat dilihat bahwa terdapat 7 anak (17,5%) berstatus gizi

gemuk, 8 anak (20,0%) berstatus gizi resiko gemuk, 21 anak (52,5%) berstatus

gizi normal, 1 anak (2,5%) berstatus gizi kurus dan 3 anak (7,5%) berstatus gizi

sangat kurus. Tidak terdapat status gizi sangat gemuk.

4.5.2. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks BB/U di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010

Tabel 4.13. Distribusi Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks BB/U di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Umur (Bulan)

Status Gizi (BB/U) Jumlah

Normal Kurang Sangat Kurang

n % N % n % n %

1. 0-6 3 100,0 0 0,0 0 0,0 3 100,0

2. 7-12 12 92,3 0 0,0 1 7,7 13 100,0

3. 13-24 19 79,2 4 16,7 1 4,1 24 100,0

Jumlah 34 85,0 4 10,0 2 5,0 40 100,0

Hasil penelitian pada Tabel 4.13. di atas menunjukkan bahwa terdapat 34

anak (85,0%) berstatus gizi normal, 4 anak (10,0%) berstatus gizi kurang dan 2


(52)

4.5.3. Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks PB/U di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur Mulamula Tahun 2010

Tabel 4.14. Distribusi Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan Berdasarkan Indeks PB/U di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Umur (Bulan)

Status Gizi (PB/U) Jumlah

Normal Pendek

n % n % n %

1. 0-6 3 100,0 0 0,0 3 100,0

2. 7-12 7 53,8 6 46,2 13 100,0

3. 13-24 12 50,0 12 50,0 24 100,0

Jumlah 22 55,0 18 45,0 40 100,0

Dari Tabel 4.14. dapat dilihat bahwa terdapat 22 anak (55,0%) yang

tergolong normal dan 18 anak (45,0%) tergolong pendek. Tidak ada anak yang

tergolong pendek pada umur 0-6 bulan.

4.6. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan

Zat gizi diperoleh dari makanan sehari yang dimakan. Makanan pada

gilirannya akan menentukan status gizi.

4.6.1. Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan

Tabel 4.15. Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Jenis Makanan

Status Gizi (BB/PB)

Jumah Gemuk Resiko

Gemuk

Normal Kurus Sangat Kurus

n % n % n % n % n % n %

1. Baik 5 22,7 5 22,7 9 40,9 1 4,6 2 9,1 22 100,0

2. Tidak Baik 2 11,1 3 16,7 12 66,7 0 0,0 1 5,5 18 100,0

Total 7 17,5 8 20,0 21 52,5 1 2,5 3 7,5 40 100,0 Dari Tabel 4.15. di atas menunjukkan bahwa 22 anak (100,0%) dengan


(53)

(40,9%) dan ada 2 anak (9,1%) dengan status gizi sangat kurus. Sedangkan

dengan jenis makanan tidak baik, terdapat 12 anak (66,7%) yang berstatus gizi

normal dan ada 1 anak (5,5%) yang berstatus gizi sangat kurus.

Tabel 4.16. Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Frekuensi Makan Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Frekuensi Makan

Status Gizi (BB/PB)

Jumlah Gemuk Resiko

Gemuk

Normal Kurus Sangat Kurus

n % n % n % n % n % n %

1. Baik 5 13,9 8 22,2 19 52,8 1 2,8 3 8,3 36 100,0

2. Tidak Baik 2 50,0 0 0,0 2 50,0 0 0,0 0 0,0 4 100,0

Total 7 17,5 8 20,0 21 52,5 1 2,5 3 7,5 40 100,0 Dari Tabel 4.16. di atas dapat dilihat bahwa 36 anak (100,0%) dengan

frekuensi makan baik, 19 anak (52,8%) diantaranya dengan status gizi normal dan

3 anak (8,3%) dengan status gizi sangat kurus. Sedangkan dengan frekuensi

makan tidak baik hanya terdapat 2 anak (50,0%) dengan status gizi normal dan 2

anak (50,0%) dengan status gizi gemuk.

Tabel 4.17. Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Angka Kecukupan Energi Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Angka Kecukupan Energi

Status Gizi (BB/PB) Jumlah

Gemuk Resiko Gemuk

Normal Kurus Sangat Kurus

n % n % n % n % n % n %

1 Baik 7 28,0 8 32,0 10 40,0 0 0,0 0 0,0 25 100,0

2 Sedang 0 0,0 0 0,0 8 88,9 0 0,0 1 11,1 9 100,0

3 Kurang 0 0,0 0 0,0 3 50,0 1 16,7 2 33,3 6 100,0

4 Defisit 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Total 7 17,5 8 20,0 21 52,5 1 2,5 3 7,5 40 100,0

` Dari hasil penelitian pada tabel 4.17. di atas menunjukkan bahwa pada


(54)

dan sangat kurus. Sementara pada anak dengan angka kecukupan energi sedang,

terdapat 1 anak (11,1%) dengan status gizi sangat kurus dan pada angka

kecukupan energi yang kurang dijumpai 3 anak (50,0%) dengan status gizi

normal, 1 anak (16,7%) dengan status gizi kurus serta 2 anak (33,3%) dengan

status gizi sangat kurus.

Tabel 4.18. Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Angka Kecukupan Protein Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Angka Kecukupan Protein

Status Gizi (BB/PB) Jumlah

Gemuk Resiko Gemuk

Normal Kurus Sangat Kurus

n % n % n % n % n % n %

1 Baik 6 30,0 8 40,0 6 30,0 0 0,0 0 0,0 20 100,0

2 Sedang 1 5,6 0 0,0 15 83,3 1 5,6 1 5,6 18 100,0

3 Kurang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0

4 Defisit 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0 1 100,0

Total 7 17,5 8 20,0 21 52,5 1 2,5 3 7,5 40 100,0 Pada tabel 4.18. dapat dilihat bahwa pada anak dengan angka kecukupan

protein yang sedang terdapat 1 anak (5,6%) dengan status gizi kurus dan 1 anak

(5,6%) dengan status gizi sangat kurus. Sementara pada anak dengan angka

kecukupan protein yang kurang terdapat 1 anak (100,0%) dengan status gizi

sangat kurus dan yang angka kecukupan protein defisit terdapat 1 anak (100,0%)

dengan status gizi sangat kurus.

Tabel 4.19. Distribusi Status Gizi (BB/PB) Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Pemberian ASI

Eksklusif

Status Gizi (BB/PB)

Jumlah Gemuk Resiko

Gemuk

Normal Kurus Sangat Kurus

n % n % n % n % n % n %

1. Diberi 1 33,3 0 0,0 2 66,7 0 0,0 0 0,0 3 100,0

2. Tidak Diberi 6 16,2 8 21,6 19 51,4 1 2,7 3 8,1 37 100,0


(55)

Pada Tabel 4.19. menunjukkan bahwa 37 anak (100,0%) yang tidak diberi

ASI Eksklusif, 19 anak (51,4%) diantaranya dengan status gizi normal dan ada 3

anak (8,1%) dengan status giz sangat kurus. Sedangkan anak yang diberi ASI

Eksklusif hanya terdapat 2 anak (66,7%) dengan status gizi normal dan 1 anak

(33,3%) dengan status gizi gemuk.

4.6.2. Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan

Tabel 4.20. Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Jenis Makanan Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Jenis Makanan Status Gizi (BB/U)

Jumlah

Normal Kurang Sangat

Kurang

n % n % n % n %

1. Baik 19 86,4 2 9,1 1 4,5 22 100,0

2. Tidak Baik 15 83,3 2 11,1 1 5,6 18 100,0

Total 34 85,0 4 10,0 2 5,0 40 100,0

Dari Tabel 4.20. di atas menunjukkan bahwa 22 anak (100,0%) dengan

jenis makanan baik, 19 anak (86,4%) diantaranya dengan status gizi normal, 2

anak (9,1%) dengan status gizi kurang dan 1 anak (4,5%) dengan status gizi

sangat kurang. Sedangkan 18 anak (100,0%) dengan jenis makanan tidak baik, 15

anak (83,3%) dengan status gizi normal, 2 anak dengan status gizi kurang dan 1

anak (5,6%) dengan status gizi sangat kurang.

Tabel 4.21. Distribusi Status Gizi (BB/U) Berdasarkan Frekuensi Makan Anak Usia 0-24 Bulan di Desa Ginolat Kecamatan Sianjur MulaMula Tahun 2010

No Frekuensi Makan

Status Gizi (BB/U)

Jumlah

Normal Kurang Sangat

Kurang

n % N % n % n %

1. Baik 30 83,3 4 11,1 2 5,6 36 100,0

2. Tidak Baik 4 100,0 0 0,0 0 0,0 4 100,0


(1)

III.

Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 bulan

FORMULIR FOOD FREQUENCY

1.

Nama

:

2.

No. Responden

:

3.

Tanggal Wawancara

:

Jenis Makanan

Bentuk

Makanan

Frekuensi Konsumsi Makanan

1x/hr

>1x/hr

1-3x/mg

4-6x/mg

1x/bln

1x/thn

ket

Apakah jenis MP-ASI

yang diberikan:

a.

MP-ASI pabrikan

b.

MP-ASI dapur ibu

c.

Lain-lain

Bahan Makanan Pokok:

a.

Beras

b.

Ubi

c.

Tepung Terigu

d.

Lain-lain

Lauk Pauk Hewani:

a.

Ikan Basah

b.

Telur

c.

Daging Ayam

d.

Lain-lain

Lauk Pauk Nabati:

a.

Tahu

b.

Tempe

c.

Kacang-kacangan

d.

Lain-lain

Sayuran:

a.

Bayam

b.

Wortel

c.

Buncis

d.

Lain-lain

Buah-buahan:

a.

Pisang

b.

Pepaya

c.

Jeruk


(2)

IV. Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 bulan

FORMULIR METODE RECALL 24 JAM

1.

Nama

:

2.

No. Responden

:

3.

Tanggal Wawancara

:

Waktu Makan

Nama Masakan

Bahan Makanan

Jenis

Banyaknya

URT

g

Pagi/Jam

Siang/Jam


(3)

V. Lain-lain

1.

Apakah anak ibu diberi ASI?

a.

Ya (ke no. 4)

b. Tidak

2.

Jika tidak, apa alasan ibu?

a.

Anak tidak mau

c. ASI tidak keluar

b.

Ibu bekerja

d.Lainnya,sebutkan...

3.

Jika tidak diberi ASI, apa yang diberikan?


(4)

4.

Apakah ibu memberikan kolostrum pada bayi?

a.

Ya

b. Tidak, karena...

5.

Mulai usia berapa makanan selain ASI diberikan?

a.

0-4 bulan

c. 6-12 bulan

b.

4-6 bulan

d. 12-24 bulan

6.

Apakah ada jenis makanan yang dipantangkan bagi anak anda?

a.

Ada, sebutkan...

b. Tidak ada

7.

Apakah alasan ibu dalam memilih makanan yang akan diberikan kepada

anak?


(5)

DATA POLA PEMBERIAN MAKANAN & STATUS GIZI ANAK USIA

0-24 BULAN DI DESA GINOLAT KECAMATAN SIANJUR MULAMULA

KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010

No Nama Responde n Nama Anak Se x U m u (bl n ) BB (kg) PB (cm)

Status Gizi Jenis

Makanan Frekuensi Makan ASI Eksklusif E

BB/PB BB/U PB/U

1 Lisma Teddy L 19 8,6 75,3 Normal Kurang Pendek 2 1 2 798

2 Titin Airin P 7 7,7 62,0 Rsk gemuk Normal Pendek 1 1 2 660

3 Esli Kalep L 14 7,3 72,0 Kurus Kurang Pendek 1 1 2 720

4 Antarprida Khatrina P 9 8,5 65,0 Rsk gemuk Normal Pendek 1 1 2 680

5 Hertina Halan L 15 10,2 80,0 Normal Normal Normal 2 1 2 1100

6 Emi Rika P 7 7,1 60,0 Rsk gemuk Normal Pendek 2 1 2 665

7 Marlina Sharon P 8 6,3 64,0 Normal Normal Normal 1 1 2 600

8 Renta Johan P L 8 9,1 78,0 Normal Normal Normal 1 1 2 640

9 Dermawati Sintong L 7 5,2 63,7 Sgt kurus Sgt

kurang

Pendek 1 1 2 500

10 Dermawan Ronaldo L 14 9,2 70,0 Rsk gemuk Normal Pendek 2 1 2 1150

11 Asyah Valentine P 3 5,2 55,0 Rsk gemuk Normal Normal 1 1 2 645

12 Rianan Basado L 20 8,1 80,5 Sgt kurus Sgt

kurang

Normal 2 1 2 725

13 Hesli Tiara P 23 12,5 79,0 Gemuk Normal Normal 2 1 2 1005

14 Sunter Butet P 4 5,5 62,0 Normal Normal Normal 2 1 2 600

15 Lenni Lasro L 20 10 81,2 Normal Normal Normal 2 1 2 1120

16 Menti Ratih P 23 10,2 78,0 Normal Normal Normal 1 1 2 1100

17 Saurma Januadri L 16 10,2 74,1 Rsk gemuk Normal Pendek 1 1 2 1140

18 Romedi Sergius L 8 7,1 73,2 Sgt kurus Normal Normal 1 1 2 589

19 Bungahot Rodastua L 19 8,5 69,0 Normal Kurang Pendek 1 1 2 720

20 Ledis Niko L 16 10,3 69,7 Gemuk Normal Pendek 1 1 2 1010

21 Renia Johan L 20 10,2 75,0 Normal Normal Pendek 1 1 2 1080


(6)

26 Katarina Berkati P 10 8,2 71,3 Normal Normal Normal 1 1 2 655

27 Herti Salmon L 18 9 76,4 Normal Normal Normal 1 1 2 978

28 Rosdiana Marito P 11 7 70,0 Normal Normal Normal 2 1 2 625

29 Henry Renata P 17 10,2 75,5 Normal Normal Normal 2 1 2 980

30 Dewi Hezekiel L 7 9,2 59,0 Gemuk Normal Pendek 1 2 2 706

31 Lidia Tanta P 14 8,2 68,4 Normal Normal Pendek 2 2 2 995

32 Rosinda Paris L 7 8,6 65,5 Rsk gemuk Normal Normal 2 1 2 679

33 Hotlinna Andi L 13 10,2 71,4 Rsk gemuk Normal Normal 1 1 2 1021

34 Endang Gita P 9 7,4 65,2 Normal Normal Normal 1 1 1 645

35 Ristauli Pintanao

mi

P 18 10,3 58,1 Gemuk Normal Pendek 2 2 1 1332

36 Elperida Hendri L 21 9,1 70,0 Normal Kurang Pendek 2 1 1 780

37 Lestari Sevin L 20 10,1 70,0 Normal Normal Pendek 2 1 2 1005

38 Tianur Sagala L 22 10,5 80,0 Normal Normal Normal 2 1 2 1025

39 Juita Immanue

l

L 17 12,5 78,5 Normal Normal Normal 2 2 2 1080