Sastra hanya Dijadikan Ajang Kampanye.

RADAR BANDUNG
o Selasa
4

5

0
6

7

~?_ __~"

,_

Rabu
8

.

22_ ~___~~


Kamis
0 Jumat
9
10
11

25

26

0

Sabtu

12

13

27


0

Minggu
14

~

15
29

16
30

31

Mar ,) Apr . Mci ( Jun () Jul C Ags 0 Sep 0 Okt 0 Nav 0 Des

RATlHJRADAR


BANDUNG

DISKUSI: Sastrawan Indonesia Putu Wijaya, sedang menyampaikan pemikirannya tentang sastra
Indonesia, dalam diskusi Sastra yang diselenggarakan
mahasiswa Unpad di Jatinangor,
kemarin(2715).

Sastra hanya Dijadikan Ajang Kampanye
.
diajarkan secara optimal di dapat dilihat dari sebuah insekolah-sekolah.
Pemerintah
BANDUNG RADAR BANDUNG

MESKIPUN dianggap sebagai
instrumen pembangikt industri
kreatif, namun ternyata peme-rintah tidak memperhatikan
sastra sebagai kepentingan
publik. Bahkan hingga saat ini
sastra hanyalah dijadikan alat
orasi semata.

Hal tersebut diungkapkan sastrawan dan Pimpinan Teater Mandiri, Putu Wijaya, pada diskusi
ten tang peran sastra dalam industri kreatif, yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa
Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran (Unpad) pada Rabu (27/
4) di gedung Pusat Studi Bahasa
Jepang Unpad, Jatinangor. Diskusi ini menghadirkan pula M.
Irfan Hidayatullah, dosen jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra.
Unpad.
"Dunia Sastra masih kurang
diperhatikan oleh pemerintah,
padahal sastra dapat dijadikan
instrumen untuk membangkitkan industri kreatif. namun,
ironisnya, justru sastra tidak

hanya memerhatikan sastra jika
sudah menyangkut orasi untuk
kampanye, misalnya," katanya.
Menurut Putu Wijaya, peran
sastra sangatlah luas dan besar
bagi kehidupan masa kini. Beliau

mendetinisikan sastra sebagai
seluruh bentuk ekspresi dengan
bahasa sebagai basisnya.
"Tidak ada seorang pun yang
dapat lepas dari sastra. Dalam
kehidupan sehari-hari, sastra
turut mewarnai setiap aspek
dalam kehidupan kita. Sastra
dapat membuat segal a sesuatu
yang kering menjadi basah",
ujamya.
. Oleh sebab itu, industri kreatif
pun tidak akan luput dari sastra.
Sastra merupakan refleksi dari
kehidupan nyata. Industri kreatif seperti musik, film, teater, dan
acara televisi, semuanya berkaitan dengan sastra.
"Sastra dapat merepresentasikan pemikiran, rasa, bahkan
ideologi dari pembuatannya.
Ada dua macam sastra yang


dustri kreatif, yaitu sastra interpretatif dan sastra trans formasi," ujar M. Inan.
Menurutnya,
s.astra interpretatif itu sangat subjektif,
tergantung dari interpretasj
seseorang, setiap orang pasti
memiliki pemaknaan dan interpretasi yang berbeda terhadap .suatu karya. Saat sebuah
karya sastra berupa tulisan
diinterpretasikan ke dalam sebuah bentuk visual yang bergerak, akan menimbulkan interpretasi yang berbeda lagi.
"Selain itu, jika sudah masuk
menjadi industri, karya sastra
pun terlibat dengan berbagai
aspek kepentingan, terutama
aspek ekonomi. Hal ini me-nyangkut rating dan budgeting.
Karya tersebut hams dibumbui
sedemikian rupa sehingga disukai oleh pasar. Sebuah karya
pun hams dibatasi oleh aspekaspek budgeting menyangkut
teknologi untuk memvisualisasikan karya tersebut," tambahnya.(jobl)

Kliping


Humos

Un pod

2009--

I-