PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK SEHUBUNGAN DENGAN PENCANTUMAN KLAUSUL NON-KOMPETISI DALAM PERJANJIAN WARALABA DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEPASTIAN HUKUM.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK SEHUBUNGAN DENGAN
PENCANTUMAN KLAUSUL NON-KOMPETISI DALAM PERJANJIAN
WARALABA DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DI INDONESIA
SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KEPASTIAN HUKUM
ABSTRAK
Githa Bianti
110110100196
Perjanjian waralaba kini menjadi konsep bisnis yang sedang digemari
para pelaku usaha di dunia dikarenakan dapat memperluas jaringan usaha
secara cepat dan mudah dengan resiko usaha yang kecil. Namun perjanjian
waralaba dapat mengandung klausul-klausul yang berpotensi membatasi
persaingan usaha, salah satunya adalah klausul non-kompetisi. Klausul nonkompetisi berisi larangan melakukan kegiatan usaha yang sama dengan
dalam jangka waktu tertentu setelah berakhirnya perjanjian waralaba. Dalam
mencantumkan klausul tersebut tentunya harus memperhatikan hukum positif
yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah
pencantuman klausul non-kompetisi yang dapat menciptakan iklim usaha
yang sehat serta perlindungan hukum bagi para pihak. Karena dalam
praktiknya, pencantuman klausul ini dapat menciptakan ketidakseimbangan
kedudukan antar pelaku usaha.
Peneliti menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian deskriptif analitis, yang artinya peneliti menganalisis

peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori
hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan untuk memperoleh data
sekunder berupa bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan pencantuman
klausul non-kompetisi dalam perjanjian waralaba serta perlindungan hukum
bagi para pihak dalam rangka menciptakan kepastian hukum di bidang
perjanjian waralaba di Indonesia.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa pencantuman
klausul non-kompetisi harus memperhatikan jangka waktu, waktu
pemberlakuan, dan bidang usaha yang dilarang. Hal ini dikarenakan dalam
praktiknya, seperti dalam contoh kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor
159 K/Pdt.Sus.Arbitrase/2013, terdapat kejanggalan dalam klausul nonkompetisi dalam perjanjian waralaba kasus tersebut yang berakibat pada
dirugikannya franchisee karena adanya itikad yang tidak baik dari franchisor
dalam pemenuhan hak dan kewajibannya. Sehubungan dengan
pencantuman klausul non-kompetisi yang ada dalam kasus tersebut, maka
dibutuhkan perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan dalam rangka
tercapainya kepastian hukum dan ketertiban umum.
iv

LEGAL PROTECTION FOR THE PARTIES IN CONNECTION WITH THE
INCLUSION OF NON-COMPETITION CLAUSE IN A FRANCHISE

AGREEMENT IN ACCORDANCE WITH POSITIVE LAW IN INDONESIA
AS AN EFFORT TO CREATE A LEGAL CERTAINTY
ABSTRACT
Githa Bianti
110110100196
Franchise agreement has become a business concept which popular
throughout the world because business actors could expand business
network in fast and easy way with few risks. However, franchise agreement
may contain clauses that could potentially restrict competition, one of which is
a non-competition clause. Non-competition clause contains a prohibition to
perform same or similar business activities in particular period of time after
the expiration of the franchise agreement. In order to include that clause, the
positive law should be taken into consideration. This research aims to
determine how the inclusion of a non-competition clause that can create a
healthy business climate and legal protection for the parties since, in practice,
the inclusion of a non-competition clause could make an imbalance position
of business actors.
Furthermore, in order to examine the problems in this thesis,
Researcher uses normative juridical approach to the specification of analytical
descriptive study, which means researcher analyzed the legislation in force

associated with the legal theories derived from literature study to obtain
secondary data in the form of legal materials relating to the inclusion of a noncompetition clause in the franchise agreement as well as legal protection for
the parties in order to create legal certainty in the field of franchise
agreements in Indonesia.
The results show that the inclusion of a non-competition clause should
consider the time period, the timing of enforcement, and the business sectors
which are prohibited. In practice, for example in Supreme Court Decision
Number 159 K/Pdt.Sus.Arbitrase/2013, the court held that there were
irregularities in the non-competition clause in the franchise agreement which
caused franchisee suffered some loss since franchisor have performed in a
bad faith by failing in the fulfillment of the rights and obligations. In connection
with the inclusion of a non-competition clause contained in such case, the
legal protection is required to the injured party in order to achieve the legal
certainty and public order.

v