Peranan Analisis Break Even Point dalam Perencanaan Penjualan dan Laba di Samsara Hotel Bali.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

i

ABSTRAK

Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai daya tarik pariwisata yang besar. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis pariwisata, khususnya hotel. Ada berbagai macam hotel dari kelas bawah sampai denga n kelas bintang lima. Maraknya industri perhotelan ini telah membawa konsekuensi terjadinya persaingan yang ketat dinatara hotel yang ada.

Berbagai strategi dapat dipilih dan diterapka oleh para pengelolah hotel agar mampu bersaing dan terus berkembang sejalan dengan tuntutan konsumen. Di dalam menjalankan sebuah hotel, seperti halnya menjalankan bisnis yang lain, selalu berhubungan dengan pengelolaan uang. Untuk menghasilkan dan mengelola uang, hotel harus mendapatkan laba yang cukup agar dapat tetap bertahan dalam bisnis tersebut.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian mengenai Peranan Analisis Break Even Point dalam Perencanaan Penjualan dan Laba. Penelitian ini dilakukan di Samsara Hotel Bali.

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode peneltian deskriptif analisis, yaitu metode yang mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sesuai dengan keadaan sebenarnya, kemudian menarik kesimpulan dan membuat saran.

Untuk melakukan analisis break even point, diperlukan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dipergunakan adalah laporan laba rugi Samsara hotel tahun 2006.

Dari data laporan keuangan yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakan analisis break even point. Break even point ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu persamaan dan grafik. Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba. Sedangkan pendekatan grafik dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garis pendapatan penjualan dan garis biaya dalam satu grafik.

Break even point Samsara hotel, dimana hotel tidak menghasilkan laba dan juga tidak mengalami kerugian adalah pada Rp. 16.909.090,91 atau Rp. 16.909.100 (dibulatkan) serta pada 34,96503497 atau 35 (dibulatkan) kamar hotel terjual. Dimana titik break even Samsara hotel tercapai pada tingkat penjualan 17,5% dari penjualan pada tahun 2006.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, untuk meningkatkan laba, selain menekan atau mengurangi biaya, dapat juga dilakukan dengan menaikkan volume penjualan atau pun harga jual.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK…...………...

KATA PENGANTAR……….

DAFTAR ISI………....

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR……..……….

BAB I PENDAHULUAN……….... 1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1.2 Identifikasi Masalah………... 1.3 Tujuan Penelitian………... 1.4 Manfaat Penelitian…....………... 1.5 Kerangka Pemikiran………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Hotel………..………... 2.1.1. Pengertian Hotel………... 2.1.2 Jasa dan Fasilitas Hotel………... 2.1.3 Jenis-jenis Hotel……….. 2.1.4 Pembagian Hotel Menurut Luas Pasar yang Dilayani 2.1.5 Segmentasi Perhotelan……… 2.2 Analisis Break Even Point………. 2.2.1 Pengertian Break Even Point………..

i ii v viii ix 1 1 5 5 6 6 9 9 9 9 10 11 12 14 14


(3)

Universitas Kristen Maranatha

vi

2.2.2 Analisis Break Even Point……….. 2.2.3 Margin of Safety………... 2.2.4 Asumsi dari Analisis Break Even Point…………... 2.2.5 Manfaat Analisis Break Even Point……… 2.2.6 Perhitungan Break Even Point……….... 2.2.6.1 Pendekatan Teknik Persamaan………... 2.2.6.2 Pendekatan Grafik...

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN……….... 3.1 Objek Penelitian………... 3.1.1 Lokasi Penelitian………... 3.1.2 Sejarah Perusahaan………... 3.1.3 Produk yang Dipasarkan…………... 3.2 Metode Penelitian………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………... 4.1 Gambaran Umum Laporan Keuangan Samsara Hotel…… 4.2 Perhitungan Break Even Point... 4.3 Pembahasan Penelitian……… 4.3.1 Pengaruh Perubahan Biaya Variabel terhadap Break

Even……….. 4.3.2 Pengaruh Perubahan Biaya Tetap terhadap Break

Even……….. 4.3.3 Pengaruh Perubahan Volume Penjualan terhadap

14 16 17 20 21 21 24 28 28 28 28 28 30 33 33 36 40 40 43


(4)

Break Even……… 4.3.4 Pengaruh Perubahan Harga Jual Terhadap Break

Even………... 4.4 Perhitungan Margin of Safety……….. 4.5 Perhitungan tingkat penjualan dalam mencapai laba yang

dianggarkan...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 5.1 Kesimpulan………. 5.2 Saran………..

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN I

LAMPIRAN II LAMPIRAN III

RIWAYAT HIDUP PENULIS

45

47 50

51 52 52 53


(5)

Universitas Kristen Maranatha

viii

DAFTAR TABEL

No Tabel Teks Halaman

1.1 Room Occupancy Rate of Classified Hotel in Ten Main Tourism Province Destination, 2005……… Tarif Kamar Per Season………

3 29, 33


(6)

LAMPIRAN I

Laporan keuangan Samsara hotel tahun 2006

Penghasilan Rp. 96.720.000

Biaya Variabel

Gaji dan upah Rp. 24.184.800

Supplies operasi Rp. 2.500.000

Adminitrasi dan umum Rp. 2.000.000

Listrik Rp. 4.200.000

Total biaya Variabel Rp. 32.884.800

Biaya Tetap

Sewa, PBB, Asuransi Rp. 11.160.000


(7)

Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN II


(8)

(9)

Universitas Kristen Maranatha

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang penelitian

Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai daya tarik pariwisata yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara kepulauan yang mempunyai wilayah yang luas dengan memiliki berbagai keunikan pada masing- masing daerah. Setiap daerah mempunyai keindahan alam dan daya tarik yang berbeda – beda sehingga menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Keunikan pariwisata tersebut secara tidak langsung mengakibatkan pesatnya perkembangan industri pariwisata pada umumnya dan kegiatan dunia usaha pada khususnya, yang berdampak positif terhadap perkembangan industri perhotelan.

Jumlah Wisata Mancanegara (Wisman) yang datang ke Indonesia melalui 13 pintu masuk pada bulan Juli 2004 mencapai 424,8 ribu orang, atau naik 4,14 persen dibanding jumlah Wisman bulan Juni 2004 sebanyak 407,9 ribu orang (BPS : 2004).

Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di Bali, pada bulan Juni 2004 naik dari 51,01 persen menjadi 52,41 persen. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama bulan Juni 2004 mengalami penurunan jika dibanding bulan Mei 2004, yaitu dari 2,08 hari menjadi 2,05 hari.

Pada November 2005 jumlah wisatawan mancanegara mencapai 261,1 ribu orang. Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di Bali bulan Oktober 2005 turun tajam dari 53,16 persen menjadi 41,11 persen. Penurunan yang cukup signifikan


(10)

ini disebabkan antara lain karena pada bulan Oktober 2005 adalah bulan ramadhan 1426 H dan juga adanya pengaruh dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak serta seirama dengan turunnya jumlah wisman ke Bali. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama bulan Oktober 2005 mengalami kenaikan 0,26 hari jika dibanding bulan September 2005, yaitu dari 2,03 hari menjadi 2,29 hari.

Jumlah (Wisman) yang datang ke Indonesia Melalui 13 pintu masuk pada bulan Desember 2005 mencapai 312,2 ribu orang (BPS : 2005), tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di Bali bulan November 2005 turun dari 41,11 persen menjadi 38,25 persen, seirama dengan turunnya jumlah wisman ke Bali pada bulan November. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama bulan November 2005 mengalami penurunan 0,19 hari jika dibanding bulan Oktober 2005, yaitu dari 2,29 hari menjadi 2,10 hari.

Pada Bulan Januari 2006 jumlah Wisman mencapai 295,2 ribu orang, (BPS : 2006). Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di Bali bulan Desember 2005 naik dari 38,25 persen menjadi 39,88 persen, seirama dengan naiknya jumlah wisman ke Bali pada bulan Desember. Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang selama bulan Desember 2005 mengalami penurunan 0,12 hari jika dibanding bulan November 2005, yaitu dari 2,10 hari menjadi 1,98 hari. (www.bps.go.id)

Kondisi perhotelan jika dilihat secara makro (di Indonesia) cukup mengalami peningkatan yang berarti. Peningkatan dapat dilihat dari makin menjamurnya hotel- hotel yang ada di Indonesia, dari hotel- hotel kelas bawah sampai hotel kelas atas.


(11)

Universitas Kristen Maranatha

3

Maraknya industri perhotelan ini tidak dapat dipungk iri telah membawa konsekuensi terhadap terjadinya persaingan yang sangat ketat diantara hotel yang ada. Berbagai strategi dapat dipilih dan diterapkan oleh para pengelola hotel agar mampu bersaing dan terus berkembang sejalan dengan tuntutan konsumen.

Tabel 1.1

Room Occupancy Rate of Classified Hotel in Ten Main Tourism Province Destination, 2005

Home Back to: Tourism Statistics

Selected Tables:

Room Occupancy Rate of Classified Hotel in Ten Main Tourism Province Destination, 2005

Year 2005

Province July August September October November December

North Sumatera 43.10 40.86 39.74 33.40 32.62 40.53

West Sumatera 45.47 40.36 51.93 27.81 48.11 44.52

DKI Jakarta 56.86 59.96 61.73 53.53 53.64 55.53

West Java 40.33 35.17 43.65 35.58 36.14 36.76

Central Java 36.52 32.77 42.39 33.71 44.44 50.28

DI Yogyakarta 55.87 44.45 50.87 33.73 55.52 51.41

East Java 37.10 41.38 48.76 37.28 39.41 38.68

Bali 59.61 55.01 53.16 41.11 38.25 39.88

North Sulawesi 50.76 59.31 59.57 45.58 43.76 42.68

South Sulawesi 33.74 31.34 43.80 25.47 33.82 37.59

Total 50.98 49.37 52.34 41.84 43.75 45.31

Sumber: www.bps.go.id

Di dalam menjalankan sebuah hotel, seperti halnya menjalankan bisnis yang lain, selalu berhubungan dengan pengelolaan uang. Untuk menghasilkan dan


(12)

mengelola uang, hotel harus mendapatkan laba yang cukup agar dapat tetap bertahan dalam bisnis ini.

Begitu pula dengan Samsara hotel yang berdiri dan mulai beroperasi pada bulan Oktober 2004 yang berlokasi di jalan Legian, Kuta-Bali. Berdasarkan segmentasi hotel, atas dasar kondisi ekonomi, jasa dan fasilitaas hotel yang disediakan oleh hotel, maka Samsara hotel bisa digolongkan sebagai hotel melati.

Pengelola Samsara hotel memerlukan pengelolaan uang yang cukup baik, agar hotel mendapatkan laba yang cukup agar dapat tetap bertahan, sekaligus untuk memastikan bahwa laba ini menghasilkan kas yang cukup untuk membayar semua kewajiban.

Analisis keuangan yang akan dibahas disini adalah ana lisis break even

point di dalam merencanakan penjualan dan laba, dimana perusahaan dapat

melihat pengaruh dari perubahan harga jual, biaya, dan volume aktivitas terhadap laba hotel.

Analisis Break even point dapat membantu menentukan aliran kas, tingkat permintaan yang dibutuhkan, serta kombinasi harga dan permintaan mana yang akan memperbesar kemungkinan untuk memperoleh laba. Break even point adalah teknik analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba nol.(Dwi Prastowo dan Aji Suryo, 2005, 96)

Analisis break even point dapat didasarkan pada data penjualan dan biaya yang diproyeksikan. Data untuk analisis break even dapat dilihat dari laporan laba-rugi atas dasar direct atau variable costing, unsur biaya tetap dan biaya


(13)

Universitas Kristen Maranatha

5

variabel telah dipisahkan sehingga berguna dalam analisis break even ini. (Dwi Prastowo dan Aji Suryo, 2005,96)

Mengingat bahwa Samsara hotel baru beroperasi sekitar 2 tahun lebih, maka analisis break even point sangat berguna bagi pengelola dalam melihat tingat penjualan berapa hotel mendapatkan laba atau tidak menderita kerugian. Pihak pengelola hotel juga dapat melihat atau mengetahui besaran laba yang akan diperoleh oleh hotel pada tingkat penjualan tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti “ Peranan Analisis Break even point dalam perencanaan penjualan dan laba di Samsara Hotel ”.

1.2 Identifikasi masalah

Masalah- masalah yang akan dibahas adalah:

1. Pada tingkat penjualan berapakah hotel akan mancapai break even point? 2. Pada tingkat penjualan berapakah hotel akan dapat mencapai laba yang

ditargetkan?

3. Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun agar hotel tidak menderita kerugian?

4. Bagaimana peranan analisis break even point dalam menentukan perencanaan penjualan dan laba?

1.3 Tujuan penelitian


(14)

1. Mengetahui tingkat penjualan berapakah hotel akan ma ncapai break even point.

2. Mengetahui tingkat penjualan berapakah hotel akan dapat mencapai laba yang ditargetkan.

3. Mengetahui berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun agar hotel tidak menderita kerugian.

4. Mengetahui peranan break even point dalam perencanaan penjualan dan laba.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang di dapat di dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Berguna bagi penulis untuk lebih memahami analisis laporan keuangan perhotelan pada umumnya, dan analisis break even point di perhotelan pada khususnya.

2. Analisis break even point berguna untuk membantu pengelola hotel dalam perencanaan penjualan, dan mengenai posisi keuangan dalam kemampuannya menghasilkan laba.

1.5 Kerangka pemikiran

Permasalahan yang telah diidentifikasi di atas disusun berdasarkan kerangka pemikiran bahwa pada umumnya tujuan selain usaha pemasaran adalah laba. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan volume penjualan dari barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.


(15)

Universitas Kristen Maranatha

7

Laba adalah selisih antara pengasilan penjualan dengan keseluruhan biaya, maka perubahan dari penghasilan atau biaya dengan sendirinya akan mempengaruhi laba.

Meskipun manajemen merencanakan laba untuk tiap periode, akan tetapi pada umumnya manajemen juga sangat memperhatikan titik impas (Break even point)

Impas adalah suatu kondisi dimana hotel tidak memperoleh laba akan tetapi tidak menderita kerugian. Dengan kata lain keadaaan impas menunjukkan jumlah laba sama dengan nol.

Analisis impas merupakan suatu kasus khus us dari analisis biaya-volume-laba, yaitu penentuan tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba nol. (Dwi Prastowo dan Aji Suryo, 2005,96)

Titik impas dapat ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan persamaan (linier) dan pendekatan grafik. Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba. Sedangkan pendekatan grafik dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garis pendapatan penjualan dan garis biaya dalam satu grafik.

Kegunaan Break even point menurut Gunawan (2000, 94) adalah:

1. Analisis BEP bermanfaat untuk menilai apakah sasaran penjualan yang telah ditentukan kiranya akan memberikan keuntungan atau tidak, dan berapa jauh kemunduran penjualan dapat ditolerir.

2. Analisis BEP juga dapat dipakai untuk menentukan jumlah penjualan yang dapat memberikan laba. Jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh akan


(16)

sama dengan jumlah penjualan pada keadaan BEP ditambah penjualan lain yang diperlukan untuk memperoleh laba yang anggarkan.

Dengan melihat dari uraian tersebut di atas, maka penulis merasa bahwa analisis BEP merupakan perencanaan yang tepat bagi perusahaan untuk memperoleh laba yang telah dianggarkan.


(17)

Universitas Kristen Maranatha

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan perhitungan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Pihak Samsara hotel belum menggunakan laporan keuangan yang lengkap, yang dapat memudahkan pihak hotel untuk melihat posisi keuangan hotel. Pihak hotel masih menggunakan pembukuan akuntansi sederhana.

2. Break even point Samsara hotel, dimana hotel tidak menghasilkan laba dan juga tidak mengalami kerugian adalah pada Rp. 16.909.090,91 atau Rp. 16.909.100 (dibulatkan) serta pada 34,96503497 atau 35 (dibulatkan) kamar hotel terjual. Dimana titik break even Samsara hotel tercapai pada tingkat penjualan 17,5% dari penjualan pada tahun 2006.

3. Berdasarkan perhitungan margin of safety yaitu sebesar 86 %, maka agar tidak menderita kerugian, maksimum penjualan tersebut boleh turun sebesar 86% atau target penjualan tersebut harus mencapai minimum 14%. Dengan kata lain, bahwa Samsara hotel memiliki resiko kerugian yang sangat kecil.

4. Dengan adanya penekanan pada biaya serta menaikkan volume penjualan ataupun harga jual, sangat mempengaruhi tingkat break even point, sehingga laba yang diperoleh akan lebih besar.


(18)

5. Analisis break even sangat bermanfaat bagi pihak hotel untuk dapat membantu pihak hotel dalam menentukan tingkat volume penjualan dan penekanan terhadap biaya untuk mencapai target laba yang diharapkan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan-kesimpulan, maka penulis mencoba untuk memberikan saran-saran, yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya pihak Samsara hotel menyusun laporan keuangan di dalam mengendalikan keuangannya, agar pihak hotel dapat mengetahui kemajuan operasional hotel yang telah dicapai, serta agar dapat membuat perencanaan akan biaya, volume penjualan dan laba yang akan diharapkan. 2. Samsara hotel diharapkan dapat melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, dimana biaya variabel yang tinggi sebesar 74,67% dari total biaya yang dikeluarkan hotel, dapat ditekan atau diturunkan.

3. Penekanan terhadap biaya yang dikeluarkan diharapkan tidak

mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan, karena akan mempengaruhi profit yang dihasilkan.


(19)

Universitas Kristen Maranatha

54

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan. 2000. Anggaran perusahaan 2. Edisi 1. BPFE, Yogyakarta.

Darminto, Dwi Prastowo. Suryo, Aji. 2005. Analisis laporan keuangan hotel. ANDI, Yogyakarta.

Gill, James. 2006. Financial analysis. PPM, Jakarta.

Gunter, Heather. 2004. Hotel and motel management. www.findarticles.com.

Mulyadi. 2001. Akuntansi manajemen. Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta. Suwardjono. 2002. Akuntansi pengantar. Edisi 3. BPFE, Yogyakarta

Sekaran, Uma. (2000). Research Methods for Business. 3rd edition. John Wiley & Sons, Inc. USA


(1)

1. Mengetahui tingkat penjualan berapakah hotel akan ma ncapai break even point.

2. Mengetahui tingkat penjualan berapakah hotel akan dapat mencapai laba yang ditargetkan.

3. Mengetahui berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun agar hotel tidak menderita kerugian.

4. Mengetahui peranan break even point dalam perencanaan penjualan dan laba.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang di dapat di dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Berguna bagi penulis untuk lebih memahami analisis laporan keuangan perhotelan pada umumnya, dan analisis break even point di perhotelan pada khususnya.

2. Analisis break even point berguna untuk membantu pengelola hotel dalam perencanaan penjualan, dan mengenai posisi keuangan dalam kemampuannya menghasilkan laba.

1.5 Kerangka pemikiran

Permasalahan yang telah diidentifikasi di atas disusun berdasarkan kerangka pemikiran bahwa pada umumnya tujuan selain usaha pemasaran adalah laba. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan volume penjualan dari barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.


(2)

Universitas Kristen Maranatha 7

Laba adalah selisih antara pengasilan penjualan dengan keseluruhan biaya, maka perubahan dari penghasilan atau biaya dengan sendirinya akan mempengaruhi laba.

Meskipun manajemen merencanakan laba untuk tiap periode, akan tetapi pada umumnya manajemen juga sangat memperhatikan titik impas (Break even point)

Impas adalah suatu kondisi dimana hotel tidak memperoleh laba akan tetapi tidak menderita kerugian. Dengan kata lain keadaaan impas menunjukkan jumlah laba sama dengan nol.

Analisis impas merupakan suatu kasus khus us dari analisis biaya-volume-laba, yaitu penentuan tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba nol. (Dwi Prastowo dan Aji Suryo, 2005,96)

Titik impas dapat ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan persamaan (linier) dan pendekatan grafik. Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba. Sedangkan pendekatan grafik dilakukan dengan cara mencari titik potong antara garis pendapatan penjualan dan garis biaya dalam satu grafik.

Kegunaan Break even point menurut Gunawan (2000, 94) adalah:

1. Analisis BEP bermanfaat untuk menilai apakah sasaran penjualan yang telah ditentukan kiranya akan memberikan keuntungan atau tidak, dan berapa jauh kemunduran penjualan dapat ditolerir.

2. Analisis BEP juga dapat dipakai untuk menentukan jumlah penjualan yang dapat memberikan laba. Jumlah penjualan yang seharusnya diperoleh akan


(3)

sama dengan jumlah penjualan pada keadaan BEP ditambah penjualan lain yang diperlukan untuk memperoleh laba yang anggarkan.

Dengan melihat dari uraian tersebut di atas, maka penulis merasa bahwa analisis BEP merupakan perencanaan yang tepat bagi perusahaan untuk memperoleh laba yang telah dianggarkan.


(4)

Universitas Kristen Maranatha 52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan perhitungan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Pihak Samsara hotel belum menggunakan laporan keuangan yang lengkap, yang dapat memudahkan pihak hotel untuk melihat posisi keuangan hotel. Pihak hotel masih menggunakan pembukuan akuntansi sederhana.

2. Break even point Samsara hotel, dimana hotel tidak menghasilkan laba dan juga tidak mengalami kerugian adalah pada Rp. 16.909.090,91 atau Rp. 16.909.100 (dibulatkan) serta pada 34,96503497 atau 35 (dibulatkan) kamar hotel terjual. Dimana titik break even Samsara hotel tercapai pada tingkat penjualan 17,5% dari penjualan pada tahun 2006.

3. Berdasarkan perhitungan margin of safety yaitu sebesar 86 %, maka agar tidak menderita kerugian, maksimum penjualan tersebut boleh turun sebesar 86% atau target penjualan tersebut harus mencapai minimum 14%. Dengan kata lain, bahwa Samsara hotel memiliki resiko kerugian yang sangat kecil.

4. Dengan adanya penekanan pada biaya serta menaikkan volume penjualan ataupun harga jual, sangat mempengaruhi tingkat break even point, sehingga laba yang diperoleh akan lebih besar.


(5)

5. Analisis break even sangat bermanfaat bagi pihak hotel untuk dapat membantu pihak hotel dalam menentukan tingkat volume penjualan dan penekanan terhadap biaya untuk mencapai target laba yang diharapkan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan-kesimpulan, maka penulis mencoba untuk memberikan saran-saran, yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya pihak Samsara hotel menyusun laporan keuangan di dalam mengendalikan keuangannya, agar pihak hotel dapat mengetahui kemajuan operasional hotel yang telah dicapai, serta agar dapat membuat perencanaan akan biaya, volume penjualan dan laba yang akan diharapkan. 2. Samsara hotel diharapkan dapat melakukan efisiensi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan, dimana biaya variabel yang tinggi sebesar 74,67% dari total biaya yang dikeluarkan hotel, dapat ditekan atau diturunkan.

3. Penekanan terhadap biaya yang dikeluarkan diharapkan tidak mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan, karena akan mempengaruhi profit yang dihasilkan.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

54

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan. 2000. Anggaran perusahaan 2. Edisi 1. BPFE, Yogyakarta.

Darminto, Dwi Prastowo. Suryo, Aji. 2005. Analisis laporan keuangan hotel. ANDI, Yogyakarta.

Gill, James. 2006. Financial analysis. PPM, Jakarta.

Gunter, Heather. 2004. Hotel and motel management. www.findarticles.com.

Mulyadi. 2001. Akuntansi manajemen. Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta. Suwardjono. 2002. Akuntansi pengantar. Edisi 3. BPFE, Yogyakarta

Sekaran, Uma. (2000). Research Methods for Business. 3rd edition. John Wiley & Sons, Inc. USA