Penanganan Infeksi Plasmodium falciparum (Studi Pustaka).

(1)

ABSTRAK

Plasmodium falciparum adalah penyebab infeksi malaria tropika. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan dunia yang cukup berarti, dengan angka kematian yang tinggi. Tingginya angka kematian disebabkan oleh timbulnya berbagai komplikasi dari penyakit ini, misalnya malaria serebral, gagal ginjal akut, anemia, hipoglikemia, infeksi bakteri sekunder, oedema pulmonum, dll. Keterlambatan atau tidak adekuatnya penanganan dari komplikasi ini dapat menyebabkan kematian penderita. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang cara penanganan pasien yang terinfeksi Plasmodium falciparum

Karya tulis ini bertujuan agar pasien yang terinfeksi Plasmodium falciparum dapat ditangani secara lebih tepat dan lebih baik.

Obat-obat anti malaria diberikan dalam dosis yang sesuai, dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya bagi pasien. Obat-obat tersebut diberikan untuk memberantas penyakit dan mencegah komplikasi.

Anti malaria yang digunakan dalam terapi infeksi Plasmodium falciparum umumnya merupakan skizontosida darah. Sebagai pengobatan radikal, obat-obat tersebut dapat digunakan dalam kombinasi dengan Primakuin yang mempunyai efek anti gametosit. Derivat Tetrasiklin digunakan terutama untuk menangani infeksi bakteri sekunder, selain juga merupakan skizontosida Iemah.

Sebaiknya digunakan 2 macam obat dalam terapi untuk mencegah terjadinya resistensi, yaitu obat anti malaria yang bekerja cepat dikombinasikan dengan obat anti malaria yang bekerja lambat sehingga menghasilkan efek potensiasi.

Penggunaan obat anti malaria pada pasien tanpa komplikasi berbeda dengan pasien dengan komplikasi. Anti malaria parenteral hanya diberikan pada kasus malaria berat atau muntah persisten.

Pasien yang diduga menderita malaria berat hams segera dimasukkan ke rumah sakit, ditangani di UGD, selanjutnya dirawat di ICU, serta dimonitor secara cermat dan teratur. Tindakan penanganan malaria berat terdiri dari tindakan suportif, pemberian obat-obat anati malaria, exchange transfusi bila diperlukan, pemberian cairan dan nutrisi, penanganan khusus pada gangguan fungsi organ, monitoring terapi, dan follow up.

Karena itu dirasa perlu untuk meningkatkan pengetahuan tentang manifestasi awal penyakit malaria, komplikasi, pengobatan dan penanganannya, serta melengkapi sarana di rumah sakit secara lebih memadai, untuk digunakan dalam penanganan malaria berat. Kita bahkan dituntut untuk mencari dan menemukan obat anti malaria baru yang lebih efektif


(2)

Plasmodium falciparum is the cause of the tropica malaria infection. This disease has been one of the most serious health problem in the world, because of its high mortulity rate. The high mortality rute is caused by the existence of various complication resulting from the disease such as cerebral mularia, acute renal failure, anemia, hypoglicemia, secondary bacterial infection, pulmonary oedema etc. Late or inadequat treatment of the complication can result in patient death, and this problem can be possibly caused by the lack of knowledge regarding the management of the patient infected by Plasmodium falcipurum

This paper is purposed to give a better understanding on proper treatment for patients infected by Plasmodium falciparum.

Anti mularia drugs should be given in proper dose, considering its advantage and disadvantage to the patients. The malaria treatment should be given in purpose to eliminate the disease and prevent the complication.

Antimalaria drugs used in the therapy of Plumodium falcipurum infection are generally blood schizonticides

.

As a radical treatment, this drug can be used in combination with primaquin, which has anti gametocite effect. Tetracyclin derivate is mainly used to overcome secondary bacterial infection, besides its weuk schizontocide effect.

In order to prevent the existence of resistance during the treatment of the disease, it is suggested to use two kinds of drug, which consist of fast acting anti malaria drug, combined with slow acting one. These drugs have potenciation e ffect.

The use o f malaria drugs in patient without complication, is different from the one with complication. Parenteral anti malaria drugs should only be given in severe malaria case or in persistent vomit. Patient suspected with severe malaria has to be directly admitted to the hospital., treated in emergency room and has to uccept .further treatment in intensive care unit ( ICU) . The putient should be monitored accurately and meticulous.

The management of severe malaria consist of supportive therapy, the use of anti malaria drugs, exchange transfusion

If

necessary, rehidration and nutrition, special management for organ malfunction, monitoring therapy, and Considering this matter, it is necessary to extend the knowledge regarding the early manifestation of malaria disease, complication, management and treatment as well as improving the hospital facility adequately, in order to manage severe malaria properly, and we must search and find a more effective anti malaria drugs.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN MAHASISWA ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.2. Identifikasi Masalah 1.3, Maksud dan Tuj uan 1.4. Kegunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Umum

2.1.1 Morfologi Plasmodium falciparum 2.1.2. Daur Hidup Plasmodium

2.1.3 Diagnosis 2.1.4 Gejala Klinik 2.1.5 Patologi

2.2.1. Obat-obat Anti Malaria 2.2. Penanganan

2.2.1.1. Klorokuin 2.2.1.2. Kina

2.2.1.3. Sulfadoksin Pirimetamin 2.2.1.4. Primakuin

2.2.1.5. Derivat Artemisin 2.2.1.6. Meflokuin

2.2.1.7. Derivat Tetrasiklin

1 iv V V i x xi xii 3 3 5 7 10 14 19 19 19 24 27 29 31 35 37 vii


(4)

2.2.2. Penanganan Malaria Berat 2.2.2.1 Tindakan Suportif

2.2.2.2 Pemberian Obat- obat Anti Malaria 2.2.2.3 Exchange Tranfusion

2.2.2.4 Pemberian Cairan dan Nutrisi 2.2.2.5 Penanganan Kasus pada Gangguan 2.2.2.6 Monitoring Terapi

Fungsi Organ 2.3. Prognosis

2.4. Epidemiologi 2.5. Pencegahan

BAB II KESIMPULAN DAN SARAN

3. 1. Kesimpulan 3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

41 41 43 47 47

48

57

5 8 5 8

59

60

62 RIWAYAT HIDUP


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1.

2.2.

2.3.

2.4. 2.5.

2.6.

2.7.

Plasmodium falciparum pada Sediaan Darah Tipis dengan Pulasan Giemsa

Dosis yang Diberikan dalam Terapi dengan Klorokuin Dosis Klorokuin dan Primakuin untuk Pengobatan Malaria Klinis atau Pengobatan Radikal Malaria Falciparum yang Sensitif Klorokuin Berdasarkan Kelompok Umur

Dosis Klorokuin Parenteral

Dosis Kina Sulfat untuk Pengobatan Radikal Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi yang Resisten Klorokuin Dan Sulfadoksin-Pirimetamin Multidrug.

Dosis Sulfadoksin-Pirimetamin dan Primakuin untuk Pengobatan Radikal Malaria Falciparum yang Resisten Klorokuin Berdasarkan Kelompok Umur

Halaman 3

20

21 21

25

28 Dosis Klorokuin dan Primakuin untuk Pengobatan Malaria Klinis atau Pengobatan Radikal Malaria Falciparum

Yang Sensitif Klorokuin Berdasarkan Kelompok Umur 29


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Morfologi Plasmodium falciparum Dalam Berbagai


(7)

DAFTAR

LAMPIRAN

Lam piran

1 . Uji Laboratoris Lainnya. 2. Daftar Harga Normal.


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

Infeksi malaria masih merupakan suatu masalah kesehatan yang cukup berarti di berbagai belahan dunia, terutama di daerah-daerah endemisnya. Penyaki t ini disebabkan oleh suatu protozoa bergenus Plusmodium, yang terdiri dari beberapa s pesies , antara lain : Plasmodium malariae, Plusmodium ovule, Plasmodium vivax, dun Plasmodium falciparum. Masing-masing s pesies menyebabkan gejala klinik yang khas dan bervariasi.

Plasmodium falciparum adalah penyebab penyakit malaria tropika atau

malaria maligna, yang merupakan malaria yang paling berat dibandingkan malaria yang disebabkan oleh spesies lainnya. Beratnya penyakit ini disebabkan oleh timbulnya berbagai komplikasi yang menyerang teberapa organ penting, misalnya otak dan ginjal. Hal ini bahkan tidak jarang menimbulkan kematian. Mengingat fatalnya penyakit ini, diperlukan penanganan yang serius bagi para penderitanya.

Pengobatan dilakukan untuk memberantas penyakit dan mencegah komplikasi. Kendala yang dihadapi dalam pengobatan antara lain ketidaktepatan pemberian dosis anti malaria, resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat anti malaria yang sudah menyebar luas, serta adanya ketidakcocokan dari tubuh tiap- tiap penderita terhadap obat-obat anti malaria tertentu.

Jika sudah terjadi komplikasi, diperlukan penanganan yang tepat dan cepat karena keterlambatan dan ketidaktepatan dalam melakukan pertolongan dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, dirasa penting untuk mengetahui cara-cara penanganan pasien yang terinfeksi Plasmodium falciparum, juga mengetahui


(9)

2

dosis yang tepat dari tiap obat anti malaria berikut keuntungan dan kerugiannya bagi pasien.

1.2, Identifikasi masalah

Bagaimana cara menangani pasien yang terinfeksi Plasmodium falciparum ?.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud.

Maksud dari karya tulis ini adalah untuk memberikan gambaran secara lebih jelas mengenai berbagai obat anti malaria untuk terapi infeksi Plasmodium

falciparum, serta memberi kan gambaran tentang berbagai cara penanganan malaria berat.

Tujuan.

Tujuan dari karya tulis ini adalah, agar pasien yang terinfeksi oleh Plasmodium falciparum dapat ditangani secara lebih tepat dan lebih baik

1.4. Keguaaan

Kegunaan dari karya tulis ini adalah dapat memberikan pengetahuan secara lebih mendalam tentang berbagai obat anti malaria tropika, dan mengenai cara- cara menangani pasien dengan malaria berat.


(10)

BAB

III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Obat-obat anti malaria yang digunakan dalam terapi infeksi Plasmodium falciparum umumnya merupakan skizontosida darah. Untuk pengobatan radikal,

obat-obat anti malaria tersebut digunakan dalam kombinasi dengan Primakuin yang merupakan antigametosit. Sedangkan obat antibiotika yang juga merupakan anti malaria (Tetrasiklin dan Doksisiklin) digunakan terutama untuk menangani infeksi bakteri sekunder, selain juga merupakan skizontosida lemah. Tetrasi klin dan Doksisiklin bekerja lambat, dan dalam penggunaannya dikombinasikan dengan obat anti malaria yang bekerja cepat sehingga menghasilkan efek potensiasi.

Dalam pengobatan malaria sebaiknya digunakan kombinasi dua macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi. Anti malaria parenteral hanya digunakan dalam kasus malaria berat dan muntah-muntah persisten.

Pasien yang diduga malaria berat harus segera dimasukkan ke rumah sakit, ditangani di Unit Gawat Darurat, dan selanjutnya dirawat di Intensive Unit Care (ICU), serta dimonitor secara cermat dan teratur. Tindakan-tindakan penanganan malaria berat terdiri dari tindakan suportif, pemberian obat-obat anti malaria (dengan aturan dan dosis berbeda dari malaria tanpa komplikasi), exchange transfusion bila diperlukan, pemberian cairan dan nutrisi, penanganan khusus pada gangguan fungsi organ, monitoring terapi, dan follow up.

3.2. Saran

Meningkatkan pengetahuan tentang manifestasi awal penyakit malaria, komplikasi, pengobatan, dan penanganannya.


(11)

61 Melengkapi sarana di rumah sakit dengan memadai agar dapat digunakan untuk menangani pasien yang menderita malaria berat.

Mencari dan menemukan obat anti malaria baru yang lebih efektif Melakukan usaha pencegahan berjangkitnya penyakit malaria.


(12)

62 DAFTAR PUSTAKA

Arbani. P.R, Rencana Pemberantasan Malaria di Indonesia Menjelang Tahun 2000, dalam Pribadi. W, Muljono. R, Sutanto. I, Kumpulan Makalah Simposium Malaria. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 199 1.

Bartlett A.C, Staten R.T, The Sterile Insect Release Method And Other Genetic Control Strategies. The University of Minnesota, 1996.

http://www. ipmworld. umn. htm

Bradley.T, html., 1996.

Bruce L.J, Chwatt, Essential Malariology, Second edition. William Heinemann Medical Books Ltd-London. 1985.

Canada Communicable Disease Report Supplement - October 1997 Vol. 23S5, New Drugs for Prevention and Treatment of Malaria

EMedicine Journal, June 20 2001 Vol. 2, number 6 , eMedicine.com. Inc,

Copyright 2002. htm

Gandahusada.S, Ilahude.H.D, Pribadi. W, Parasitologi Kedokteran. Edisi kedua. FKUI. 1992

Garcia.L S , Bruckner.D.A, Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996

Harijanto.P.N, Gejala Klinik Malaria, dalam Harijanto.P.N, Malaria :

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penangunan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.

Harijanto.P.N, Penanganan Malaria Berat, dalam Harijanto.P.N, Malaria :

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.


(13)

63

Haznam M. W, Diagnostik & Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III, 1997

Hien&White, 1993 dalam Manta.C,

1999

http://www.Dietsmart.com., 200 1 http: //www. fpnote boo k. com/ID69. htm.

http://www. rxmed. com/rxmed/ahome. html.

Kakkilaya, http://www. 200 1

Kapadia.J, 4302 apr01/gps 281 .htm., 2001.

Laihad F.J, Gunawan.S, Malaria di Indonesia, dalam Harijanto P.N, Malaria :

Epidemiologi, Patogenesis, Man ifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.

Manta.C, htm, 1999.

Medical Association of South Africa, http://www. sahealthinfo.

ody severemalaria.htm, 200 1. MedlinePlus,

http://www. nlm. ni h. html.

200 I.

Nadesul. H, Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan Malaria. Puspa Swara. 1995.


(14)

64

NavyEnvi ronmentalHealthCenter, http://www. vnh. org/Malaria/Malaria. html, 200 1.

Nugroho.A, Tumewu.M, Wagey, Siklus Hidup Plasmodium, dalam Harijanto.P.N, Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Man infestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.

Pribadi. W, Sungkar.S, Malaria. Balai Penerbit FKUI, 1994.

Purwaningsih.S, Diagnosis Malaria, dalam Harijanto.P.N, . Malaria :

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbi t Buku Kedokteran EGC. 1999.

Roche Laboratories Inc., http://www. html 1999 Rollo.I.m, Drug Used in the Chemotherapy of Malaria, dalam Gilman.A, Goodman. L, The Pharmacological Basis of Therapeutics. Sixth edition. Mac Milan Publishing Co. INC, New York, 1980.

RPHLaboratoryMedicine,

http://www.rph. wa. html 200 1.

Soedarto, Protozoologi Kedokteran. Penerbit Widya Medika, Jakarta. 1990.

Tambajong.E.H Patobiologi Malaria, dalam Harijanto.P.N, Malaria :

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.

Tjitra.E, Obat Anti Malaria, dalam Harijanto.P.N, Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.


(15)

65

Wilairatna.P, Looaresuwan.S, Walsh.D.S, Cerebral Malaria : Treatment and Prevention. Medical Progress. August 1997.


(1)

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Obat-obat anti malaria yang digunakan dalam terapi infeksi Plasmodium falciparum umumnya merupakan skizontosida darah. Untuk pengobatan radikal,

obat-obat anti malaria tersebut digunakan dalam kombinasi dengan Primakuin yang merupakan antigametosit. Sedangkan obat antibiotika yang juga merupakan anti malaria (Tetrasiklin dan Doksisiklin) digunakan terutama untuk menangani infeksi bakteri sekunder, selain juga merupakan skizontosida lemah. Tetrasi klin dan Doksisiklin bekerja lambat, dan dalam penggunaannya dikombinasikan dengan obat anti malaria yang bekerja cepat sehingga menghasilkan efek potensiasi.

Dalam pengobatan malaria sebaiknya digunakan kombinasi dua macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi. Anti malaria parenteral hanya digunakan dalam kasus malaria berat dan muntah-muntah persisten.

Pasien yang diduga malaria berat harus segera dimasukkan ke rumah sakit, ditangani di Unit Gawat Darurat, dan selanjutnya dirawat di Intensive Unit Care (ICU), serta dimonitor secara cermat dan teratur. Tindakan-tindakan penanganan malaria berat terdiri dari tindakan suportif, pemberian obat-obat anti malaria (dengan aturan dan dosis berbeda dari malaria tanpa komplikasi), exchange transfusion bila diperlukan, pemberian cairan dan nutrisi, penanganan khusus pada gangguan fungsi organ, monitoring terapi, dan follow up.

3.2. Saran

Meningkatkan pengetahuan tentang manifestasi awal penyakit malaria, komplikasi, pengobatan, dan penanganannya.


(2)

Melengkapi sarana di rumah sakit dengan memadai agar dapat digunakan untuk menangani pasien yang menderita malaria berat.

Mencari dan menemukan obat anti malaria baru yang lebih efektif Melakukan usaha pencegahan berjangkitnya penyakit malaria.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arbani. P.R, Rencana Pemberantasan Malaria di Indonesia Menjelang Tahun 2000, dalam Pribadi. W, Muljono. R, Sutanto. I, Kumpulan Makalah Simposium Malaria. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 199 1.

Bartlett A.C, Staten R.T, The Sterile Insect Release Method And Other Genetic Control Strategies. The University of Minnesota, 1996.

http://www. ipmworld. umn. htm

Bradley.T, html., 1996.

Bruce L.J, Chwatt, Essential Malariology, Second edition. William Heinemann Medical Books Ltd-London. 1985.

Canada Communicable Disease Report Supplement - October 1997 Vol. 23S5, New Drugs for Prevention and Treatment of Malaria

EMedicine Journal, June 20 2001 Vol. 2, number 6 , eMedicine.com. Inc,

Copyright 2002. htm

Gandahusada.S, Ilahude.H.D, Pribadi. W, Parasitologi Kedokteran. Edisi kedua. FKUI. 1992

Garcia.L S , Bruckner.D.A, Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996

Harijanto.P.N, Gejala Klinik Malaria, dalam Harijanto.P.N, Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penangunan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 1999.

Harijanto.P.N, Penanganan Malaria Berat, dalam Harijanto.P.N, Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.


(4)

Haznam M. W, Diagnostik & Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III, 1997

Hien&White, 1993 dalam Manta.C,

1999

http://www.Dietsmart.com., 200 1

http: //www. fpnote boo k. com/ID69. htm.

http://www. rxmed. com/rxmed/ahome. html.

Kakkilaya, http://www. 200 1

Kapadia.J, 4302 apr01/gps 281 .htm., 2001.

Laihad F.J, Gunawan.S, Malaria di Indonesia, dalam Harijanto P.N, Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Man ifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.

Manta.C, htm, 1999.

Medical Association of South Africa, http://www. sahealthinfo.

ody severemalaria.htm, 200 1.

MedlinePlus,

http://www. nlm. ni h. html.

200 I.

Nadesul. H, Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan Malaria. Puspa Swara. 1995.


(5)

NavyEnvi ronmentalHealthCenter, http://www. vnh. org/Malaria/Malaria. html, 200 1.

Nugroho.A, Tumewu.M, Wagey, Siklus Hidup Plasmodium, dalam Harijanto.P.N,

Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Man infestasi Klinis, dan Penanganan.

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.

Pribadi. W, Sungkar.S, Malaria. Balai Penerbit FKUI, 1994.

Purwaningsih.S, Diagnosis Malaria, dalam Harijanto.P.N, . Malaria :

Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbi t Buku

Kedokteran EGC. 1999.

Roche Laboratories Inc., http://www. html 1999

Rollo.I.m, Drug Used in the Chemotherapy of Malaria, dalam Gilman.A, Goodman. L, The Pharmacological Basis of Therapeutics. Sixth edition. Mac Milan Publishing Co. INC, New York, 1980.

RPHLaboratoryMedicine,

http://www.rph. wa. html 200 1.

Soedarto, Protozoologi Kedokteran. Penerbit Widya Medika, Jakarta. 1990.

Tambajong.E.H Patobiologi Malaria, dalam Harijanto.P.N, Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999.

Tjitra.E, Obat Anti Malaria, dalam Harijanto.P.N, Malaria : Epidemiologi,

Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 1999.


(6)

Wilairatna.P, Looaresuwan.S, Walsh.D.S, Cerebral Malaria : Treatment and Prevention. Medical Progress. August 1997.