PROSES EKSTRAKSI ASBUTON DENGAN PELARUT PERTASOL.

SEMINAR NASIONAL
L TEKNIK KIIMIA SOEBA
ARDJO BROTOHARDJO
ONO IX
Program Stu
udi Teknik Kimia UPN “V
Veteran” Jawaa Timur
Surabayya, 21 Juni 20012

PRO
OSES EKS
STRAKSII ASBUTO
ON DENG
GAN PELA
ARUT PE
ERTASOL
L

Susiantoo, Ali altwayy, Tommy C
Christianto, Nurcholis,
N

Harisma Lathiifah
Jurusann Teknik Kim
mia
Fakultas T
Teknologi Inndustri
Insttitut Teknoloogi Sepuluh Nopember

Abstrak
Penelitiian ini meruppakan studi peemisahan bituumen dari battuan aspal buuton (asbuton) dengan prosses
ekstraks
ksi menggunakkan pelarut peertasol. Asbutoon adalah battuan yang menngandung bituumen alam yanng
terdapaat di pulau Button, Sulawesi Tenggara
T
denggan cadangan yang
y
cukup beesar. Bitumen dapat
d
digunaka
kan
sebagaii campuran asppal untuk pembangunan dann pemeliharaan

n jalan raya. Asbuton
A
berupaa batuan minerral
(kapur, clay dan pasiir) yang tersellimuti oleh lappisan-lapisan bitumen.
b
Salahh satu cara pemisahan lapisan
bitumenn dari batuann mineral asbbuton adalah dengan prosees ekstraksi m
menggunakan pelarut
p
organik.
Penelitiian ini menggu
unakan pelarutt pertasol. Ekspperimen dilakuukan dengan m
menggunakan ekstraktor beruppa
tangki leaching berpeengaduk denga
an variabel ukkuran partikel,, kecepatan puutar pengadukk, waktu ektrakksi
dan rattio pelarut terhhadap asbuton.. Penelitian ini dilakukan dengan variasi kecepatan
k
puta
ar pengaduk 5000,
1000, 1500

1
RPM dan waktu ekstrakksi 600, 1200, 11800, 2400, 30000, dan 3600 detik. Ukuran partikel asbutton
adalah -16+20 mesh dan ratio peelarut/asbuton 1:1. Hasil peercobaan menunjukan yield yang dihasilkkan
naik seiiring dengan bertambahnya
kecepatan puttar pengadukan dengan yieldd akhir yang hampir
b
h
sama. Ini
I
menunjjukan bahwa kecepatan
k
puta
ar pengaduk ttidak berpengaaruh signifikann terhadap yieeld akhir prosses
ekstraks
ksi.

Kata kuunci : asbuton, aspal, bitumenn, ekstraksi, peertasol, yield.
Pendahuluan
I.
B

atau yanng dikenal denngan sebutan aasbuton adalahh batuan aspal yang terdapat di Pulau Butoon,
Aspal Buton
Sulawesi Tenggara. Saat ini penggunaan asbutoon sangat terb
batas, yaitu haanya sebagai campuran
c
bahhan
n mineralnya yaang sangat ting
ggi. Mineral daalam asbuton teerdiri atas kapuur,
perkeraasan jalan, kareena kandungan
clay daan pasir. Berdaasarkan data haasil ekplorasi bbitumen padat yang dilakukaan oleh Direktoorat Inventarisaasi
Sumberr Daya Mineraal Bandung, bahwa cadangaan aspal di Pulau Buton, terrsebar dibeberaapa daerah yaiitu
Kabung
gka, Lawele, Rongi
R
dan Erekke. Besarnya cadangan bitum
men dari asbutoon diperkirakann mencapai 65501000 juuta ton yang terrsebar pada areea seluas 70.0000 Ha.
Kebutu
uhan aspal di Inndonesia untuk
k pembangunaan dan pemelihharaan jalan masih mengandaalkan aspal yanng
berasal dari fraksinasii minyak bumi. Hal ini menyyebabkan hargaa aspal sangat tergantung

t
padda fluktuasi harrga
minyakk dunia. Olehh karena itu, pemanfaatan bbitumen dari asbuton untukk menggantikaan aspal minyyak
(asmin)) adalah sangatt potensial.
Salah saatu proses untu
uk memperolehh bitumen murrni dari asbutonn adalah dengaan cara ekstrakksi menggunakkan
pelarut.. Pelarut yang baik untuk proses ekstrakssi bitumen dari asbuton adallah pelarut orgganik. Penelitiian
tentang ekstraksi bitumen dari asbutton telah banyyak dilakukan. Suprapto dan M
Murachman (11998) melakukkan
studi prroses ekstraksi bitumen darri asbuton mennggunakan 3 jenis
j
pelarut yang
y
berbeda, yaitu n-Heksaan,
Pertasol, Trikhloroetiilene (TCE). Purwono dkk (2005) melak
kukan studi ppengaruh ukurran butir, wakktu
ekstraksi, dan keceppatan putar peengaduk terhaddap koefisien perpindahan massa pada proses ekstrakksi
multistaage cross currrent aspal Kab
bungka dengann pelarut n-heeksan (C6H14). Affandi (2006), menjabarkkan


D.7-1

L TEKNIK KIIMIA SOEBA
ARDJO BROTOHARDJO
ONO IX
SEMINAR NASIONAL
Program Stu
udi Teknik Kimia UPN “V
Veteran” Jawaa Timur
Surabayya, 21 Juni 20012
prinsip pembuatan asp
pal murni (asppal hasil ekstrakksi Aspal Butoon). Bahan dassar Asbuton dieekstraksi denggan
mengguuanakan prosees dan bahan tertentu
t
sehinggga mineralnyya terpisah darri aspalnya. Dwinurwulan dan
d
Diana (2009),
(
melaku
ukan studi eksstraksi asbutonn dengan mennggunakan pelaarut kerosin. Akbar

A
dan Yulia
(2010), melakukan penelitian
p
pem
modelan prosess ekstraksi bittumen dari asbbuton dengan pelarut kerossin
dengan pendekatan Shhrinking Core Model
M
(SCM)..
Pertasol merupakan jeenis pelarut bittumen yang baaik ditinjau darri aspek kelaruutan dan tingkaat pemisahannyya.
Penelitiian mengenai ekstraksi
e
asbutton dengan pelarut pertasol teelah dilakukann, namun masihh sangat terbataas.
Penelitiian ini dilakukkan untuk meelakukan studii eksperimentaal proses eksttraksi asbuton dengan pelarrut
pertasoll ditinjau dari aspek
a
pengaruhh kecepatan puutar pengaduk dan
d waktu eksttraksi terhadapp yield bitumenn.
II.
Metodologi penelitian

n.
Proses ekstraksi dilakkukan dalam sebuah tangkii berpengadukk seperti pada gambar 1. Tangki ekstrakttor
berbenttuk tangki silinnder dengan kaapasitas 1000 ccc terbuat dari stainless-steell. Tangki ekstrraktor dilengkaapi
dengan sebuah pengaaduk jenis pichhed-blade turbiin yang digeraakan oleh motoor pengaduk. Kecepatan
K
mottor
pengaduuk dapat divarriasikan antaraa 0-2000 rpm.. Dalam penellitian ini dilakkukan proses ekstraksi.
e
Tanggki
ekstrakttor dilengkapii pula denga 4 buah baffle.. Proses ekstraaksi dilakukann dengan caraa mengisi tanggki
ekstrakttor dengan 100 gram asbutoon kemudian dditambahkan peelarut pertasol dengan ratio pelarut terhaddap
asbutonn 1 : 1. Selanjuutnya tangki dittutup dan dilakkukan proses ekstraksi
e
selam
ma waktu tertenntu sesuai denggan
variabel operasi. Ekasstraksi dilakuk
kan pada suhu kkamar. Setelahh proses ekstrakksi selesai, laru
utan dikeluarkkan
dari tanngki dan disariing menggunakkan kertas sariing untuk mem
misahkan padattan dan larutann hasil ekstrakksi.

Larutann hasil ekstrakssi dianalisa den
ngan mengambbil 10 cc larutan
n dan dilakukaan pemanasan untuk
u
pemisahhan
pelarut (pertasol) darii bitumen hasill ekstraksi. Daalam penelitiann ini ukuran paartikel ditetapkkan -16+20 meesh
dan ratiio pelarut terhaadap asbution 1 : 1. Kecepataan putar pengaaduk divariasi aantara 500, 10000 dan1500 rpm
m.
Waktu ekstraksi divaariasi 20, 30, 40,
4 50, 60 menit. Asbuton yang
y
digunakaan berasal darii daerah Lawele.
Pertasol yang digunak
kan adalah jeniis CA dari kilanng Cepu, Jawaa Tengah.


 
 
 
 

 
 
 
 
 
 

Keterangan :

1  3  4 

IIII.

2

1.
2.
3.
4.
5.


Tangki ekkstraktor
Statip
Baffle
Pengadukk
Motor pen
ngaduk

Hasil dan
d Pembaha
asan

Penelittian ini bertuujuan untuk mengetahui pengaruh variabel prosees terhadap yield
y
bitumeen.
Variab
ble proses yanng digunakan yaitu waktu eekstraksi darii 10, 20, 30, 40,
4 50, dan 600 menit, ukuraan
partikeel sebesar -16+20 mesh, keecepatan putaar pengadukan
n divariasi anntara 500 rpm, 1000 rpm daan
1500 rpm,
r
serta ratio asbuton dengan
d
pelaruut pertasol 1:1. Yield bituumen didefinnisikan sebaggai
perban
ndingan massaa bitumen yanng diperoleh terhadap
t
massa batuan asbbuton awal.
Gambar 1 menunjukkan
m
n hasil prosess ekstraksi yang merepressentasikan hu
ubungan antaara
b
kecepatan putar pengadukan.
p
waktu ekstraksi (dettik) terhadap yield bitumenn (%) untuk berbagai

D.7-2

% Yield

SEMINAR NASIONAL
L TEKNIK KIIMIA SOEBA
ARDJO BROTOHARDJO
ONO IX
Program Stu
udi Teknik Kimia UPN “V
Veteran” Jawaa Timur
Surabayya, 21 Juni 20012
20,00
2
18,00
1
16,00
1
14,00
1
12,00
1
10,00
1
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00

N=5
500 RPM
N=1000 RPM
N=1500 RPM

0

1000
2000
0
Wak
ktu Ekstraksi (Detik)

30
000

4000

Gambaar 1. Yield (%
%) vs waktu ekkstraksi (detikk) pada kondiisi ukuran parrtikel -16/+200 mesh
dan perbbandingan Assbuton : Pertaasol = 1 : 1
Pada gambar
g
1 hassil percobaann menunjukkaan yield peroolehan bitumen meningkaat dengan lam
ma
waktu ekstraksi unttuk setiap kecepatan putarr pengaduk dan
d mencapaii asimtotik. Untuk
U
berbaggai
men menunju
ukan hasil yang sama. In
ni menunjukaan
kecepaatan putar peengaduk, hasiil yield bitum
bahwa pada kondissi kecepatan putar pengadduk antara 5000, 100 dan 1500 rpm, kecepatan
k
puttar
b
Fenoomena ini daapat dijelaskaan
pengadduk tidak berrpengaruh siggnifikan terhhadap yield bitumen.
bahwa pada kecepaatan putar peengadukan m
mulai 500 rpm
m sistem cam
mpuran berad
da pada tingkkat
mpuran yang sempurna seehingga terjaddi kontak yang intesif anntara setiap partikel asbutoon
pencam
dengann pelarut perttasol. Kondissi ini juga meenunjukan baahwa proses ekstraksi dikkendalikan oleeh
proses pelarutan bituumen dari parrtikel asbutonn kedalam pellarut pertasol.
IV
V.
Kesimp
pulan
Hasil penelitian
p
menunjukan bah
hwa kecepataan putar pengaaduk tidak beerpengaruh seecara signifikaan
terhadaap yield bitum
men pada konndisi perbocaaan proses ek
kstraksi. Padaa rentang konndisi percobaaan
proses ekstraksi dikkendalikan olleh proses peelarutan bitum
men kedalam pelarut pertaasol. Perolehaan
b
maksimum berkisaar 14,85-15,47%.
yield bitumen
V.
Daftar Pustaka
di Furqon,(20
006),“Hasil Pemurnian A
Asbuton Law
wele Sebagaai Bahan Paada Campuraan
Affand
B
Beraspal
Untu
uk Perkerasann Jalan”, Jurnnal Jalan-Jembbatan,Vol. 23,No.3,hal. 6-2
28.
Affand
di Furqon,(20007), “Sifat Campuran
C
Asppal Keras yan
ng Menganduung Bitumen Asbuton untuuk
K
Konstruksi
Caampuran Beraaspal ”, Jurnaal Jalan-Jembaatan,Vol.24,N
No.2,hal. 130 – 146.
Akbar Novi dan Yuulia R.(2010)),“Pemodelann Perpindahann Massa padaa Ekstraksi Asbuton
A
dengaan
P
Pelarut
Kerossin”,Skripsi,Juurusan Teknikk Kimia FTI – ITS, Surabaaya.
Dwinu
urwulan Indahh dan Diana P. O.(2009),””Perpindahann Massa padaa Ekstraksi Asbuton
A
dengaan
P
Pelarut
Kerossin”,Skripsi,Juurusan Teknikk Kimia FTI – ITS, Surabaaya.
Purwon
no, S.(2005), “Koefisien Perpindahan
P
M
Massa pada Ekstraksi
E
Aspaal Buton dari Kabungka daan
B
Bau-Bau
deng
gan Pelarut n--Heksan”, Foorum Teknik Vol.
V 29,No.1,,hal. 40-49.
Suprap
pto T dan Muurachman, B.(1998), “Bituumen Ekstrakk Aspal Batu Buton”,Foruum Teknik Jillid
2 No.3.
22
 

D.7-3