ANALISA OPERASIONAL HALTE BUS KOTA PADA RUTE TERMINAL PURABAYA-TANJUNG PERAK (VIA JALAN RAYA DARMO) MENURUT TINJAUAN STANDAR KELAYAKAN DAN ASPEK AKSESIBILITAS.

ANALISA OPERASIONAL HALTE BUS KOTA PADA RUTE
TERMINAL PURABAYA-TANJ UNG PERAK (VIA J ALAN RAYA
DARMO) MENURUT TINJ AUAN STANDAR KELAYAKAN DAN
ASPEK AKSESIBILITAS

TUGAS AKHIR

`

OLEH :
HENRRY J ALADARA EKA ATMAJ A
NPM : 0953010015

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

ANALISA OPERASIONAL HALTE BUS KOTA PADA RUTE TERMINAL
PURABAYA-TANJ UNG PERAK (VIA J ALAN RAYA DARMO) MENURUT
TINJ AUAN STANDAR KELAYAKAN DAN ASPEK AKSESIBILITAS

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Tugas Akhir
Progam Studi Teknik Sipil FTSP UPN “Veteran” Jawa Timur
Pembimbing Utama

Tim Penguji
Penguji I

Masliyah, ST.,MT.,

Ibnu Sholichin, ST.,MT.,
NPT. 3 7109 99 0167 1


Pembimbing Pendamping

Penguji II

Iwan Wahjudijanto, ST.,MT.,
NPT. 3 7102 99 0168 1

Nugroho Utomo, ST.,MT.,
NPT. 3 7501 04 0195 1

Penguji III

Ir. Hendrata Wibisana, MT.,
NIP. 19651208 199103 1 00 1

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. NANIEK RATNI J ULIARDI AR., M.Kes.

NIP. 19590729 198603 2 00 1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISA OPERASIONAL HALTE BUS KOTA PADA RUTE TERMINAL
PURABAYA - TANJ UNG PERAK (VIA J ALAN RAYA DARMO) MENURUT
TINJ AUAN STANDAR KELAYAKAN DAN ASPEK AKSESIBILITAS

HENRRY J ALADARA EKA ATMAJ A
NPM : 0953010015

ABSTRAK
Peningkatan volume kendaraan umum ikut berkontribusi terjadinya
kemacetan dengan menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat.
Salah satunya dengan meningkatkan sarana dan peningkatan sarana yakni berupa
peningkatan fasilitas pemberhentian (halte) bus kota sehingga penggunaan bus kota
dapat optimal.
Rute bus kota Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) saat ini
terdapat 16 halte dan 9 halte pada rute sebaliknya. Dalam studi ini dilakukan dengan
menganalisa data-data dari survey kondisi halte eksisting, survey jumlah penumpang

pada setiap halte, dan kuisioner ke calon penumpang. Selain itu juga dilakukan studi
perencanaan halte baru yang memenuhi standar kelayakan dan aksesibilitas.
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh data bahwa hanya terdapat 4 halte
yang memenuhi standar kelayakan dan juga hanya terdapat 4 halte yang memenuhi
aspek aksesibilitas di sepanjang rute bus kota Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan
Raya Darmo) dan rute sebaliknya. Sedangkan dari hasil perencanaan lokasi halte
baru berdasarkan Peraturan Departemen Perhubungan, 1996, jumlah Demand dan
Land Use diperoleh 9 halte baru pada rute bus kota Purabaya-Tanjung Perak (via
Jalan Raya Darmo) dan 7 halte baru pada rute sebaliknya.
Kata Kunci : survey, halte, rute.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat


menyelesaikan

penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul ” Analisa Operasional Halte Bus Kota
Pada Rute Terminal Purabaya - Tanjung Perak (Via Jalan Raya Darmo Di Kota
Surabaya) Menurut Tinjauan Standar Kelayakan Dan Aspek Aksesibiltas “
Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan guna memenuhi salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S-1) di Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan UPN ”Veteran ” Jawa Timur.
Dalam menyesaikan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan
serta bantuan yang sangat bermanfaat untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Ir.Naniek Ratni Jar., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ibnu Sholichin, ST.MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Masliyah, ST. MT. selaku dosen pembimbing utama.
4. Bapak Nugroho Utomo, ST. MT. selaku dosen pembimbing kedua.
5. Para Dosen dan Staff pengajar yang telah memberikan bekal ilmu dan
pengetahuan yang amat berguna.

Dan sebagai akhir kata penulis harapkan agar Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surabaya, 3 September 2013

Penyusun

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I

BAB II


PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1

Latar Belakang ........................................................................1

1.2

Permasalahan ..........................................................................2

1.3

Tujuan Penelitian ....................................................................3

1.4

Batasan Masalah .....................................................................3

1.5

Lokasi Proyek .........................................................................4


TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................5
2.1

Umum .....................................................................................5

2.2

Manajemen Lalu Lintas ...........................................................5

2.3

2.4

2.2.1

Definisi Manajemen Lalu Lintas ..............................5

2.2.2


Tujuan Manajemen Lalu Lintas .................................6

2.2.3

Sasaran Manajemen Lalu Lintas ................................6

2.2.4

Strategi dan Teknik ..................................................7

2.2.5

Bentul-Bentuk Tindakan ..........................................8

2.2.6

Proses integrasi Manajemen Lalu Lintas ..................9

2.2.7


Elemen-elemen Manajemen Lalu Lintas...................9

Unsur-Unsur Lalu Lintas ....................................................... 10
2.3.1

Pemakaian Jalan ..................................................... 10

2.3.2

Kendaraan .............................................................. 11

2.3.3

Jalan ....................................................................... 11

2.3.4

Lingkungan ............................................................. 12

Arus Lalu Lintas .................................................................... 12

2.4.1

Karakteristik Arus Lalu Lintas ............................... 12

2.4.2

Klasifikasi Jalan ..................................................... 13

2.4.3

Jalan Perkotaan ...................................................... 13

2.4.4

Tingkat Pelayanan Jalan ......................................... 14
iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.6
BAB III

2.4.5

Kecepatan Arus Bebas ……………………………..16

2.4.6

Kapasitas ............................................................... 16

2.4.7

Derajat Kejenuan ................................................... 17

Definisi Kemacetan lalu lintas ……………………………….20

METODE PENELITIAN .................................................................. 27
3.1

Tahap Persiapan .................................................................... 22

3.2

Pengumpulan Data ................................................................ 22

3.3

Analisa Data .......................................................................... 23

3.4

Flow Chart ........................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia setelah kota Jakarta. Salah

satu permasalahan yaang dihadapi kedua kota tersebut adalah kemacetan lalu lintas.
Kemacetan lalu-lintas di kota-kota besar adalah fenomena yang sering terjadi dan
bukan suatu hal yang baru. Salah satu penyebab kemacetan lalu-lintas yang melanda
kota Surabaya adalah pertumbuhan volume kendaraan yang melebihi kapasitas jalan
raya, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Peningkatan volume
kendaraan umum ikut berkontribusi terjadinya kemacetan dengan menaikkan dan
menurunkan penumpang di sembarang tempat.
Agar proses lalu lintas dapat berjalan dengan lancar maka perlu adanya
perhatian oleh pemerintah, khususnya pada sektor transportasi umum. Salah satunya
dengan meningkatkan sarana dan peningkatan sarana yakni berupa peningkatan
fasilitas pemberhentian (halte) bus kota sehingga penggunaan bus kota dapat optimal.
Untuk meningkatkan fasilitas halte bus kota tersebut diperlukan sistem operasional
yang baik agar para pengguna halte merasa nyaman sehingga pergerakan angkutan
umum dan penumpang dapat berjalan efektif. Dalam hal ini akan direncanakan
pengoptimalan operasional

halte di sepanjang

rute tersebut

dan dengan

pengoptimalan ini diharapkan penggunaan kendaraan pribadi dapat ditekan sehingga
resiko kemacetan lalu lintas dapat dikurangi.

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Rute bus kota Purabaya-Tanjung Perak (via jalan Darmo) saat ini terdapat 16
halte dan 9 halte pada rute sebaliknya, aktifitas bus kota menaikkan dan menurunkan
penumpang pada umumnya dilakukan hampir di sepanjang rute yang dilaluinya
demikian juga yang memberhentikan bus di sepanjang rute yang dilalui oleh bus
tersebut. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi kondisi lalu lintas di sepanjang rute
itu. Hal ini dikarenakan tata letak halte yang kurang strategis dan fasilitas halte
belum memenuhi standar kelayakan dan kurang memadai sehingga banyak calon
penumpang yang enggan menggunakan halte yang telah tersedia. Berdasarkan hal
tersebut tugas akhir ini akan mencoba mengkaji permasalahan tersebut dengan
melakukan analisa operasional halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (lewat
jalan Darmo) dan rute sebaliknya.

1.2.

Per masalahan
Adapun yang menjadi permasalahan pada studi analisa operasional halte bus

kota ini, adalah :
1. Apakah operasional halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan
Raya Darmo) dan rute sebaliknya sudah memenuhi standar kelayakan ?
2. Apakah operasional halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan
Raya Darmo) dan rute sebaliknya sudah memenuhi aspek aksesibilitas ?
3. Bagaimana meningkatkan kelayakan dan aksesibilitas operasional halte bus
kota rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute
sebaliknya ?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan studi pada halte bus kota rute Purabaya – Tanjung Perak

(via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya, adalah :
1. Mengetahui tingkat kelayakan operasional halte bus kota rute Purabaya –
Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
2. Mengetahui tingkat aksesibilitas operasional halte bus kota rute Purabaya –
Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
3. Dapat menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kelayakan dan
aksesibilitas operasional halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (via
Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.

1.4.

Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut :

1. Survey dilakukan hanya kepada orang-orang yang berada di halte.
2. Survey hanya dilakukan pada halte bus kota rute Purabaya – Tanjung Perak
(via Jalan Raya Darmo) dan rute sebaliknya.
3. Tidak melakukan perencanaan struktur halte bus.
4. Tidak merencanakan rute bus baru.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

1.5.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang di dapat dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Memberikan masukan dalam hal masalah operasional halte bus.
2. Menciptakan kondisi halte yang memenuhi standar kelayakan.
3. Dengan adanya operasional halte yang baik yang baik diharapkan mampu
meningkatkan daya tarik pengguna transportasi umum untuk menggunakan
halte bus.

1.6.

Lokasi Penelitian

LOKASI

U
uu
Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian halte di sepanjang rute PurabayaTanjung Perak (via Jalan Raya Darmo di kota Surabaya).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi Halte
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan (1993), yang dimaksud dengan

halte adalah tempat pemberhentian kendaraan umum untuk menaikkan atau
menurunkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan dan rambu bergambar
bus.

2.1.1. Fasilitas Halte
Menurut Departemen Perhubungan (1996), terdapat dua jenis fasilitas
pemberhentian kendaraan penumpang umum, antara lain :
1.

Fasilitas Utama
a. Halte
1. Identitas halte berupa nama atau nomor (atap)
2. Rambu petunjuk
3. Papan informasi trayek
4. Lampu penerangan
5. Tempat duduk
b. Tempat pemberhentian bus (TPB)
1. Rambu Petunjuk
2. Papan infomasi Trayek
3. Identifikasi TPB berupa nama atau nomor
5

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

2.

Fasilitas Tambahan
1. Telepon umum
2. Tempat sampah
3. Pagar
4. Papan iklan/pengumuman

2.1.2. Tata Letak Dari Halte (Bus Stop)
Menurut Departemen Perhubungan (1996) tata letak dari halte (bus stop),
adalah :
a. Jarak
Untuk menentukan spacing antara halte perlu diperhatikan

jarak

calon penumpang untuk berjalan kaki mencapai halte tersebut.
b. Lokasi
Menurut Vuchic (1981), ada tiga macam dasar penentuan lokasi halte
(bus stop), antara lain :
1. Far Side
Bus stop jenis FS ini diletakkan pada persimpangan jalan
setelah melewati jalan simpang (cross street).
Tipe FS adalah untuk kondisi lalu lintas yang belok ke kiri
lebih banayak, rute bus kota belok ke kanan.
2. Near Side
Untuk tipe NS diletakkan pada persimpangan jalan
sebelum memotong jalan simpang (cross street).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Tipe NS adalah kondisi lalu lintas yang sedikit belok ke
kiri, dimana rute bus belok ke kiri dan volume penumpang
yang akan ditransfer ke kiri lebih banyak.
3. Mid Block (MB)
Tipe mid block terletak pada tengah-tengah suatu ruas
jalan

yaitu

pada

tempat

yang

cukup

jauh

dari

persimpangan atau pada ruas jalan tertentu.
Tipe MB adalah untuk kondisi volume penumpang yang
naik dan turun lebih banyak pada ruas jalan tersebut.
Institute of

Transpotation Engineers (1976), menyatakan bahwa

lokasi near side sangat cocok dipakai bila terdapat tempat parkir didekat
persimpangan jalan. Sedangkan lokasi far side akan meningkatkan jarak
pandangan pengemudi yang akan memasuki persimpangan jalan, meskipun
lebih baik lagi bila menggunakan lokasi mid block yang relatif jauh dari
persimpangan jalan. Berdasarkan tipe area, lokasi tempat pemberhentian bus
dibedakan oleh Confederation of British Road Transport (1981), antara lain :
1. Daerah pemukiman
2. Daerah industri
3. Pusat kegiatan bisnis
4. Fasilitas pendidikan dan kesehatan
5. Pusat hiburan
Kriteria penempatan pemberhentian bus untuk masing-masing lokasi diatas
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik daerah yang bersangkutan. Secara umum
penentuan lokasi harus memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhinya,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

diantaranya : koordinasi lampu pengatur lalu lintas, akses bagi penumpang, kondisi
lalu lintas dan pejalan kaki, geometri pemberhentian bus kota, dan gerakan
membelokkan bus kota.
Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan lokasi pemberhentian bus
adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi rambu lalu lintas, karena hal ini sangat mempengaruhi kecepatan
sebuah bus, sebuah bus dapat meninggalkan pemberhentian tipe near side
pada suatu persimpangan adalah selama fase hijau. Tetapi karena bus harus
berhenti maka bus tersebut beresiko kehilangan jalur untuk lewat dan
terperangkap hingga fase merah selanjutnya, sedangkan tipe far side, bus
tidak dipengaruhi fase hijau saat mengangkut atau menurunkan penumpang.
2. Akses penumpang pada saat penumpang berpindah ke rute lain, hal ini perlu
diperhatikan dengan seksama karena pada umumnya lokasi halte bus
diletakkan ditempat para penumpang terlindung dengan baik dari lalu lintas
dimana bus mendapat cukup ruang untuk bergerak dari lokasi pemberhentian
dan tidak menghalangi aliran pejalan kaki di trotoar.
3. Kondisi lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki disebuah persimpangan. Maka
perencanaan suatu lokasi halte diharapkan dapat meminimalisasi tingkat
bahaya keselamatan dan pelanggaran bus dengan kendaraan lain ataupun
dengan pejalan kaki.
4. Geometri bus saat belok dan berhenti, misalnya di suatu persimpangan
dimana arah harus berbelok kearah kiri, maka pemberhentian hate bus jangan
direncanakan disebelah kiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

2.1.3. Bentuk Fasilitas Halte Bus
Menurut Departemen Perhubungan (1996), bentuk fasilitas halte bus adalah :
1.

Kerb side
Merupakan tempat pemberhentian bus dengan memanfaatkan
trotoar yang ada disisi jalan sebagai tempat menampung penumpang
yang akan naik atau turun dan dilengkapi dengan rambu
pemberhentian bus. Bentuk ini banyak digunakan pada kondisi lahan
trotoar atau lebar jalan yang sempit, sehingga tidak penumpang dalam
waktu singkat untuk menghindari gangguan arus lalu lintas yang
timbu, memungkinkan bus berhenti terlalu lama. Bus hanya diijinkan
pada badan jalan untuk menaikkan dan menurunkan.

2.

Lay-Bys
Digunakan pada lahan atau trotoar yang cukup lebar sehingga
dibuat suatu lekukan yang memungkinkan bus berhenti pada lekukan
tersebut diluar badan jalan. Bentuk ini memiliki keuntungan
mengurangi gangguan terhadap lalu lintas pada saat bus menaikkan
atau menurunkan penumpang dan juga memungkinkan bus berhenti
lebih lama.

3.

Bus shelter
Calon penumpang yang menunggu bus mendapat fasilitas
tempat menunggu beratap yang memungkinkan terhindar dari sinar
matahari dan hujan. Sedangkan tempat pemberhentian bus kotanya
sendiri dapat berupa kerb side atau lay-bays.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

4.

Rambu
Rambu diletakkan disebelah kiri menurut arah lalu lintas, di
luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan lalu lintas
kendaraan. Dengan pertimbangan teknis tertentu rambu dapat
ditempatkan di sebelah kanan atau di daerah manfaat jalan.

2.1.4. Tata Letak Halte dan Tempat Pemberhentian Bus (TPB)
Menurut Departemen Perhubungan (1996), tata letak halte dan tempat
pemberhentian bus (TPB) adalah :
a.

Jarak

maksimal

terhadap

fasilitas penyeberangan pejalan kaki

adalah 100 meter
b.

Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter atau
bergantung pada panjang antrian

c.

Jarak minimal gedung (seperti : Rumah Sakit, Tempat Ibadah) yang
membutuhkan ketenangan adalah 100 meter

d.

Perletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu antar
sesudah persimpangan (FS) dan sebelum persimpangan (NS),
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1

e.

Perletakan di ruas jalan terlihat pada gambar 2.2

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

≤20 m

halte
a

Arus lalu lintas

halte

Jembatan Penyebrangan
≤20 m

≤20 m

Jembatan Penyebrangan

halte

Gambar 2.1 Perletakan Tempat Pemberhentian di Pertemuan Jalan
Simpang
Sumber : Departemen Perhubungan, 1996

Arus lalu lintas

Arus lalu lintas

Arus pejalan kaki

Arus pejalan kaki
Halte

Gambar 2.2 Tata Letak Halte Pada Ruas Jalan
Sumber : Departemen Perhubungan, 1996

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

2.1.5. Desain Halte
Menurut Departemen Perhubungan (1996), di dalam mendesain halte ini
harus diperhatikan mengenai :
1. Segi kelayakan
Dalam hal ini ditinjau mengenai kelayakan kondisi bangunan yang ada,
apakah sudah membuat para calon penumpang merasa aman dari lalu
lintas yang ada dan nyaman dari terik matahari dan hujan. Akan lebih
baik jika ada fasilitas komunikasi misalkan : adanya telepon umum.
2. Segi keefektifan
Bahwa halte yang ada mampu membuat para penumpang turun atau naik
dengan cepat dan aman, selain faktor kondisi dari bus kota itu sendiri.
3. Segi aksesibilitas
Di sini halte direncanakan di tempat yang strategis dan bisa dijangkau
dengan mudah oleh para calon penumpang sekitar jalan rute bus kota,
dalam antrian halte harus ada di tempat-tempat potensial bangkitan dan
tarikan penumpang.
4. Segi keamanan
Di dalam mendesain suatu halte harus juga diperhatikan mengenai segi
keamanan dari lalu lintas dan tidak mengganggu lalu lintas itu sendiri.
Perencanaan letak halte sebaiknya diluar jalur lalu lintas (off street),
misalnya dibuatkan lekukan pada jalur parkir. Hal ini terutama pada ruas
jalan dengan kondisi satu arah supaya lalu lintas tidak macet.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2.1.6. J enis Tempat Henti
Menurut Departemen Perhubungan (1996), jenis tempat henti dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Tempat henti tanpa lindungan (bus stop)
2. Tempat henti dengan lindungan (shelter)
Penentuan yang digunakan untuk menentukan jenis tempat henti yang digunakan
berdasarkan kriteria, antara lain :
1. Tingkat pemakaian
2. Ketersediaan lahan
3. Kondisi lingkungan

2.1.7. J arak Tempat Henti
Menurut Departemen Perhubungan (1996), seberapa jauh jarak antar tempat
henti direkomendasikan berdasarkan jarak berjalan penumpang, dimana untuk daerah
CBD (Central Business Distric) antara 200-400 meter, dan daerah untuk pinggiran
antara 300-500 meter. Selain ditentukan oleh hal-hal diatas juga ditentukan oleh
jumlah permintaan yang dipengaruhi tata guna lahan dan tingkat kepadatannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Berikut ini adalah tabel yang menyajikan jarak tempat henti berdasarkan
kegiatan dan tata guna lahan.
Tabel 2.1. Jarak tempat henti berdasarkan kegiatan dan tata guna lahan.
Zona
Tata Guna Lahan
Lokasi
Jarak Tempat
Henti (m)
1.
Pusat
kegiatan
CBD, Kota
200-300*)
sangat padat:
Pasar, Pertokoan
2.
Padat:
Kota
300-400
Perkantoran,
Sekolah, Jasa
3.
Pemukiman
Kota
300-400
4.
Campuran padat:
Pinggiran
300-500
Perumahan,
Sekolah, Jasa
5.
Campuran jarang:
Pinggiran
500-1000
Perumahan,
Ladang, Sawah,
Tanah kosong
Sumber : Departemen Perhubungan, 1996

2.1.8. Kriteria Penentuan Lokasi Tempat Henti
Menurut Departemen Perhubungan (1996), untuk menentukan lokasi tempat
henti, harus diperhatikan syarat sebagai berikut :
1. Terletak pada jalur pejalan kaki.
2. Dekat dengan pusat kegiatan yang membangkitkan pemakai angkutan
umum.
3. Aman terhadap gangguan kriminal, sehingga tempat henti harus terbuka
(letaknya tidak tersembunyi).
4. Aman terhadap kecelakaan lalu lintas, sehingga harus ada pengatur
pergerakan kendaraan, pemakai tempat henti dan pejalan kaki.
5. Tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas baik arus lalu lintas di ruas
jalan maupun di pertemuan jalan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, berikut ini diberikan pedoman praktis
penentuan lokasi tempat henti :
1. Tempat henti terletak pada trotoar dengan ukuran sesuai dengan
kebutuhan.
2. Tempat henti diletakkan di muka pusat kegiatan yang banyak
membangkitkan pemakai angkutan umum.
3. Tempat henti harus terbuka, untuk tujuan keamanan dari tindakan
kriminal.
4. Jarak maksimal tempat henti dengan fasilitas penyeberangan pejalan kaki
adalah 50 meter.
5. Agar tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas, apabila kecepatan
perjalanan cukup tinggi, maka sebaiknya disediakan bus lay by.
6. Jarak minimal tempat henti dari pertemuan jalan adalah 50 meter.
7. Jarak minimal tempat henti dari suatu gedung yang membutuhkan
ketenangan adalah 100 meter.

2.1.9. Kriteria Tempat Henti Berdasarkan Kondisi Setempat
Menurut Departemen Perhubungan (1996), kriteria tempat henti berdasarkan
kondisi setempat dilihat dari berbagai kondisi yang ada di lapangan, seperti :
a.

Ketersediaan lahan untuk membuat bus lay by

b.

Ada tidaknya trotoar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

c.

Tingkat permintaan penumpang yang menentukan perlu atau
tidaknya adanya lindungan

d.

Kecepatan perjalanan

2.1.10. Kriteria Fasilitas Tempat Henti
Menurut Departemen Perhubungan (1996), fasilitas tempat henti terutama
diperlukan untuk menjamin pergerakan angkutan umum dan penumpang dapat
berlangsung dengan aman, efektif, dan efisien. Fasilitas yang utama pada setiap
tempat henti adalah :
1. Tempat menunggu penumpang yang tidak mengganggu pejalan kaki dan
aman dari lalu lintas.
2. Tempat berteduh yang berupa lindungan buatan atau alam.
3. Tempat henti kendaraan beserta rambu lebih aman dan melancarkan lalu
lintas dapat menggunakan bus lay by
4. Informasi tentang jadwal dan rute angkutan umum
5. Fasilitas penyeberangan bagi para pejalan kaki

2.2.

Metode Survey
Pengambilan data di lapangan dilakukan mengetahui kondisi yang

sesungguhnya di lapangan dengan menggunakan berbagai macam metode survey.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2.2.1. Teknik Wawancara
Menurut Irawati Singarimbun (1989), salah satu metode pengumpulan data
ialah dengan jalan wawancara yaitu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan informasi dengan bertanya langsung kepada responden.
Teknik wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survey.
Tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh
dengan jalan bertanya langsung kepada responden.

2.2.2. Konsep Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses intereksi dan komunikasi. dalam proses
ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan
mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Pewawancara
2. Responden
3. Topik penelitian
4. Situasi wawancara

2.2.3. Teknik Kuisioner (Angket)
Menurut Masri S. Dan Tri H. (1989), pada penelitian survey penggunaan
kuisioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner
tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian
serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa kuantitatif dilandaskan pada hasil
kuisioner tersebut. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner adalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan
respons sesuai dengan permintaan pengguna dan lain-lainnya.
1. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey.
2. Untuk memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi
mungkin.
Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, maka
senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan langsung berkaitan dengan
hipotesa dan tujuan penelitian tersebut. Alat ukur yang baik sudah menetapkan
tingkat pengukuran tertentu, yaitu dapat berupa :
1. Nominal
Ukuran nominal adalah tingkat pengukuran yang paling sederhana, tidak
ada asumsi tentang urutan antara satu dengan kategori lainnya.
2. Ordinal
Ukuran ordinal memungkinkan peneliti untuk mengurutkan responden
dari tingkatan “paling rendah” ketingkatan “paling tinggi”. Tingkat
ukuran ini banyak digunakan dalam penelitian sosial terutama untuk
mengukur kepentingan, sikap, atau persepsi. Peneliti dapat membagi
respondennya dalam urutan atas dasar sikap pada obyek atau tindakan
tertentu.
3. Interval
Ukuran interval adalah mengurutkan obyek berdasarkan suatu urutan
serta memberikan informasi tentang interval antara suatu obyek dengan
obyek lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

4. Ratio (NOIR)
Ukuran ratio adalah suatu bentuk

interval yang

jaraknya tidak

dinyatakan sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi memiliki nilai
nol mutlak (absolut).
Pada umumnya semua jenis angket paling sedikit mempunyai dua fungsi,
antara lain :
1. Deskriptif adalah informasi yang diperoleh melalui angket dapat
memberikan gambaran atau deskriptif tentang karakteristik dari individu
atau sekelompok responden.
2. Pengukuran adalah untuk melaksanakan pengukuran variabel-variabel
individual atau kelompok tertentu.
Menurut Ridwan (2002), penyusunan angket yang baik perlu memperhatikan
beberapa faktor berikut :
a. Populasi dan sampel
b. Tingkat sosial ekonomi, latar belakang pendidikan dan lain-lain individu
dan kelompok sasaran yang hendak diteliti.
c. Kejelasan fakta apa saja yang diperlukan untuk mempelajari masalah
yang akan diteliti.
d. Tingkat jangkauan untuk memperoleh fakta dan data.
e. Bagaimana cara angket diadministrasikan.
f. Macam-macam alternatif dan model jawaban responden yang akan
digunakan dalam penelitian.
g. Berapa lama waktu pembuatan angket.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

h. Bagaimana kontrol kita atau kendali yang bisa dilakukan oleh peneliti
agar responden dapat memberikan jawaban terhadap angket yang dibuat.
i.

Dalam penyusunan pertanyaan, peneliti menggunakan pertanyaan yang
dipahami responden, singkat, padat dan sederhana. Hal ini harus
diperhatikan, anatar lain : panjang pendeknya angket, isi angket,
kerahasiaan jawaban dan faktor lain yang terkait.

2.3. Per encanaan Lokasi Halte
Dalam studi ini penentuan lokasi halte akan dikumpulkan seluruh
hasil analisa survey yang telah diolah. Perencanaan lokasi halte ini akan
ditentukan berdasarkan Peraturan Departemen Perhubungan, 1996, jumlah
Demand, dan Land use. Lokasi yang memiliki persentase jumlah demand di
atas 5% dianggap memiliki jumlah demand yang tetap tiap harinya serta
efektif dan berlaku sebaliknya (Arifin Makmur, 2007).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah suatu perencanaan dan urutan kerja suatu
perhitungan untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Adapun tahapan
penelitian yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini meliputi:

3.1.

Identifikasi Permasalahan
Penulisan tugas akhir ini mempelajari tentang latar belakang analisa operasional

halte bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak lewat Jalan Darmo. Juga bagaimana
mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan merumuskan menjadi suatu tujuan yang
harus diselesaikan untuk mengatasi permasalahan.

3.2.

Studi Liter atur
Dalam tahapan studi literatur ini yang dilakukan adalah mempelajari berbagai

sumber literatur seperti peraturan-peraturan yang digunakan, buku acuan serta literatur
berupa laporan penelitian studi sebelumnya yang berjudul Study Evaluasi Kelayakan
dan Perencanaan Halte Bis Kota Pada Rute Purabaya-Tanjung Perak (Via Raya Darmo)
disusun oleh Puguh Agung Susanto, 2008 dengan hasil penelitian :
1. Dari hasil analisa korelasi supply and demand Penggunaan halte tidak resmi
pada rute Purabaya-Perak lewat Jalan Raya Darmo lebih tinggi dibandingkan
persentase penggunaan halte resmi yaitu sebesar 55,21%, dan penggunaan halte
21

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

resmi sebesar 44,79%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa halte yang ada belum
bisa memenuhi demand yang ada.
2. Dari kedelapan belas halte yang ada di rute Purabaya-Perak lewat Jalan Raya
Darmo yang memenuhi segi kelayakan adalah halte PAY 4, PRD 2, PUS karena
bangunannya dalam kondisi baik, sedangkan untuk halte PAY 2, PWK, PRD 1,
PBR, PJM, PBT 2 dan PIN kurang memenuhi segi kelayakan karena kondisi
bangunannya rusak ditempati PKL. Dan dilihat dari segi keefektifan halte PWK
merupakan halte yang paling efektif dan halte PRD 1 merupakan halte yang tidak
efektif ditinjau dari banyaknya demand.
3. Terdapat 17 halte tidak resmi di rute Purabaya-Perak lewat Jalan Raya Darmo
yaitu: Jalan Raya Waru, Jalan Ahmad Yani (showroom nisssan), depan Giant,
depan Royal Plaza, depan Terminal Joyoboyo, depan Taman Bungkul, Mc.
Donald, Pandegiling, depan Gramedia,depan Hotel Tunjungan, depan UFO
factory outlet, Jalan Embong Malang (depan GO skate), Pom bensin, Kantor Pos
Besar, Palm Boom, Colombo, dan Pertamina.
4. Direncanakan 13 halte baru yaitu : samping showroom nissan (Jalan Ahmad
Yani), depan Giant, depan Royal Plaza, depan Terminal Joyoboyo, depan Mc.
Donald (Raya Darmo), Pandegiling, depan Gramedia (Basuki Rahmat), depan
Hotel Tunjungan, depan GO Skate (Jalan Embong Malang), samping Pom
Bensin Bubutan, depan Kantor Pos Besar, depan Palm Boom, dan depan
Colombo.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Perbedaan studi terdahulu dengan penelitian ini adalah :
Dalam penelitian ini akan diteliti semua halte bus di sepanjang rute
Purabaya–Tanjung Perak (via Raya Darmo) dan rute sebaliknya.

3.3.

Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan proses pengindentifikasian kondisi awal lokasi

studi yang ada hubungannya dengan rencana. Hal yang diidentifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Identifikasi jumlah halte
Mengidentifikasi jumlah dan lokasi yang ada saat ini. Ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa banyak jumlah halte yang ada saat ini serta letak lokasi
halte tersebut, sehingga memudahkan penentuan lokasi eksisting halte.
2. Identifikasi rute
Mengidentifikasi rute angkutan umum yang melintasi lokasi studi.

3.4.

Pengumpulan Data
Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu melakukan survey

pendahuluan. Survey pendahuluan yang dilakukan adalah mengetahui headway setiap
pemberangkatan bus kota.
Selanjutnya untuk keperluan analisa data dibutuhkan beberapa data sebagai
berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

3.4.1. Data Primer
Data primer ini diperlukan untuk menjelaskan analisa operasional halte bus kota
rute Purabaya-Tanjung Perak (via

Jalan Raya Darmo di Kota Surabaya) menurut

standar kelayakan dan aksesibilitas, data primer ini diperoleh melalui kegiatan:
a. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan langsung ke lapangan, hal-hal yang diamati dalam
kegiatan ini antara lain :
1. Jumlah dan lokasi halte
2. Lokasi eksisting halte
3. Survey kondisi halte
b. Kuisioner
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan (angket)
pada sampel, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan.

3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintahan yang terkait dengan apa
yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
Data yang diperlukan adalah:
a. Data jadwal headway bus kota rute Purabaya-Tanjung Perak (lewat Jalan
Raya Darmo) dari UPDT Terminal Purabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

3.5.

Analisa Data.
Setelah data-data primer dan sekunder dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan

pengolahan data yang diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut :

3.5.1. Analisa Standar Kelayakan
Analisa kelayakan adalah mengenai tingkat kelayakan suatu halte ditinjau dari
kondisi eksisting halte dan tingkat kenyamanan pengguna halte tersebut. Data ini
diperoleh berdasarkan survey observasi kondisi eksisting dan pembagian kuesioner
kepada para pengguna halte tersebut.

3.5.2. Analisa Aspek Aksesibilitas
Analisa tingkat aksesibilitas adalah analisa mengenai jarak ketersediaan halte
dengan berbagai pusat kegiatan. Data ini diperoleh berdasarkan survey naik bus untuk
mengetahui jumlah halte bayangan pada lokasi rute studi dan pembagian kuesioner
kepada pengguna halte.

3.5.3. Perencanaan Lokasi Halte
Pada tahap perencanaan, lokasi halte akan dikumpulkan seluruh hasil analisa
survey yang diolah. Perencanaan lokasi halte ini akan ditentukan berdasarkan Peraturan
Departemen Perhubungan,1996, jumlah Demand dan Land use. Lokasi yang memiliki
persentase jumlah demand di atas 5% dianggap memiliki jumlah demand yang tetap
tiap harinya serta efektif dan berlaku sebaliknya (Arifin Makmur, 2007). Lokasi yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

baik adalah berada di luar jalur pengemudi, hal ini lebih aman dari tingkat masalah yang
ditimbulkan dengan kendaraan lain yang lebih rendah. Lokasi pemberhentian (halte)
bus yang umum adalah bertempat dilokasi parkir dan berlokasi di special bus bay
(Vuchic,1981).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

3.6.

Flow Char t
Berikut diagram alurnya

MULAI

Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data

Data Primer :
1. Observasi
2. kuisioner

Data Sekunder :
Data headway bus kota rute
Purabaya-Tanjung Perak

1. Analisa standar kelayakan
2. Analisa tingkat aksesibilitas
3. Memberi masukan halte yang
sesuai standar kelayakan dan
aksesibilitas
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.

Kinerja Operasional
Jumlah armada bus adalah jumlah ketersediaan kendaraan atau bus yang

melayani rute yang sama. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan diketahui bahwa
jumlah armada bus kota yang melayani rute Purabaya–Tanjung Perak (via Jalan Raya
Darmo) akan ditampilkan pada tabel 4.1. sebagai berikut :
Tabel 4.1. Jumlah Armada Bus Rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya
Darmo)
No.

Kode Tr ayek

OD Tr ayek

Potensi

1.

P.1

Purabaya – Darmo –
Perak (PATAS) PP

25

2.

PAC. 1

Purabaya – Darmo –
Perak (RMB) PP

44

JUMLAH

69

Sumber : Dinas Perhubungan

Waktu tunggu diperoleh berdasarkan headway, yaitu selang waktu antara
kendaraan dengan kendaraan yang berurutan dibelakangnya pada satu rute yang
sama. Besarnya headway dan waktu tunggu kendaraan bus rute Purabaya – Tanjung
Perak adalah setiap 10 menit, diperoleh dari UPTD Terminal Purabaya.
Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan umum untuk menaikkan atau
menurunkan penumpang yang dilengkapi dengan bangunan dan rambu bergambar
bus. Dari hasil survey di sepanjang rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya
Darmo) yang berjarak 20,25 km hanya terdapat 16 halte dan pada Rute sebaliknya,
28
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

rute Tanjung Perak-Purabaya (via Jalan Raya Darmo) yang berjarak 21,25 km hanya
terdapat 9 halte. Jadi total halte yang tersedia di sepanjang rute Purabaya-Tanjung
Perak (via Jalan Raya Darmo) adalah 25 halte.
4.2.

Analisa Kelayakan
Pengertian analisa kelayakan adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauh

mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dimana
rasa aman dan nyaman yang diberikan sebagai tolak ukurnya (Agung Puguh, 2008).

4.2.1. Analisa Standar Kelayakan Menurut Fasilitas Eksisting Halte
Di sepanjang rute Purabaya-Tanjung Perak dan rute sebaliknya terdapat 25
halte, dalam bab ini akan menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas halte ke-25 tersebut.
Menurut Departemen Perhubungan (1996), halte memiliki 5 fasilitas utama,
antara lain :
a. Identitas halte berupa nama atau nomor (atap)
b. Rambu petunjuk
c. Papan informasi trayek
d. Lampu penerangan
e. Tempat duduk
Dengan kata lain halte yang belum memenuhi ke-5 fasilitas utama tersebut
belum memenuhi standar kelayakan halte.
Berdasarkan survey observasi kondisi kelengkapan fasilitas eksisting halte
sepanjang rute Purabaya–Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo) pada hari Sabtu
tanggal 9 Maret 2013 ditunjukkan pada tabel 4.2. sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

Tabel 4.2. Jumlah Halte dan Fasilitas Halte Sepanjang Rute Purabaya–Tanjung Perak
(via Jalan Raya Darmo).
No.

Lokasi
Halte

Tipe
Halte

Atap

Tempat
Duduk

Rambu

Identitas
Halte

Lampu

Papan
Tr ayek

Keterangan

1.

A. Yani 1

FS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

2.

A. Yani 2

FS

ADA

ADA

ADA

TIDAK
ADA

ADA

ADA

3.

A. Yani 3

FS

ADA

ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

4.

RS.
Bhayangka
ra
Ubhara A.
Yani

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

TIDAK
ADA

6.

RSI
Yani

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

TIDAK
ADA

7.

Raya
Darmo 1

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

8.

Raya
Darmo 2

FS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

9.

Raya
Darmo 3

FS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

10.

Raya
Darmo 4

FS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

11.

BASRAH

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

12.

Basuki
Rahmat

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

TIDAK
ADA

13.

Gelael

FS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

14.

Embong
Malang

NS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

15.

Bubutan

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

16.

Indrapura

FS

ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

17.

Perak timur
1

FS

ADA

ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

18.

Perak timur
2

FS

ADA

ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

19.

Rajawali

FS

ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

20.

Gubernur
Suryo

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

TIDAK
ADA

Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Memenuhi
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Memenuhi
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Memenuhi
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Memenuhi
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan

5.

A.

Sumber : Hasil Survey.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

Tabel 4.2. Jumlah Halte dan Fasilitas Halte Sepanjang Rute Purabaya–Tanjung Perak
(via Jalan Raya Darmo) (Lanjutan).
No.

Lokasi
Halte

Tipe
Halte

Atap

Tempat
Duduk

Rambu

Identitas
Halte

Lampu

Papan
Tr ayek

Keterangan

21.

Bambu
Runcing 1

FS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

22.

Bambu
Runcing 2

FS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

23.

Urip
Sumoharjo
1
Raya
Darmo 1

FS

ADA

TIDAK
ADA

ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

FS

ADA

ADA

ADA

ADA

ADA

TIDAK
ADA

Raya
Darmo 2

FS

ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

TIDAK
ADA

Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan
Tidak sesuai
standar
kelayakan

24.

25.

Sumber : Hasil Survey.

4.2.2. Analisa Keefektifan Halte-Halte Yang Ada.
Saat ini di sepanjang rute Purabaya-Tanjung Perak terdapat 16 halte dan di
sepanjang rute sebaliknya Tanjung Perak-Purabaya terdapat 9 halte, Jadi total halte
yang tersedia di sepanjang Rute Purabaya-Tanjung Perak (via Jalan Raya Darmo)
adalah 25 halte. Beberapa halte-halte tersebut berlokasi terletak di tepi sepanjang
jalan dan sebuah di depan Ubhara terletak di teluk bus. Pada bab ini, akan ditinjau
mengenai tingkat keefektifan ke 25 halte tersebut. Hal ini dimaksudkan agar halte
yang ada bisa lebih memenuhi demand penumpang dan efektif penggunaannya
sesuai dengan fungsi halte tersebut, parameter tingkat keefektifan suatu halte bus
adalah sebagai berikut:
1. Letak dan posisi halte terhadap land use dan kemudahan menjangkaunya.
2. Kelengkapan fasilitas dan kondisi di sekitar halte.
Berikut ini adalah tinjauan keefektifan halte bus di sepanjang rute Purabaya-Tanjung
Perak dan rute sebaliknya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

32

1. Halte A. Yani 1
Halte ini adalah halte yang pertama yang kita temui di sepanjang ruas
Jalan A.Yani terletak 200 m dari JPO SMKN 3 Surabaya dan 200 m sebelum
Kantor Dishub Provinsi Jawa Timur. Lokasinya kurang strategis untuk
menghasilkan banyak calon penumpang. Dan kondisi halte ini kurang
nyaman dan belum memenuhi standar kelayakan, sehingga para calon
penumpang lebih memilih memberhentikan bus di tempat yang lebih dekat
dan nyaman.

Gambar 4.1. Halte A. Yani 1.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 1 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini tidak memiliki tempat duduk, papan rute, lampu penerangan
dan juga halte ini sering disalahgunakan para petugas kebersihan untuk
beristirahat siang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

33

2. Halte A. Yani 2
Halte ini adalah halte kedua di sepanjang ruas Jalan A. Yani terletak
di depan dealer Nissan sekitar 100 m dari fasilitas penyeberangan
Siwalankerto. Lokasinya strategis, dekat dengan land use sehingga banyak
dipergunakan oleh calon penumpang bus kota. Hanya saja kondisi halte ini
kurang nyaman dan belum memenuhi standar kelayakan, sehingga para calon
penumpang lebih memilih memberhentikan bus di tempat yang lebih dekat
dan nyaman.

Gambar 4.2. Halte A. Yani 2.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 2 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini tidak ada papan rute dan tempat duduk dari gagang besi
sehingga membuat para calon penumpang kurang nyaman.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

34

3. Halte A. Yani 3
Halte ini adalah halte ketiga di sepanjang ruas Jalan A. Yani terletak
dibawah JPO depan Dinas Pertanian A. Yani. Lokasinya sangat strategis
karena dekat dengan perkantoran dan bersebelahan dengan jembatan
penyeberangan, namun halte ini kurang efektif karena kondisinya terlalu
menjorok dan jauh dari jalan utama.

Gambar 4.3. Halte A. Yani 3.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 3 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini hanya tersedia tempat duduk pipa besi yang kurang nyaman,
kondisi atap yang mulai mengelupas, tidak adanya rambu bus stop, lampu
penerangan yang kurang, tidak adanya papan trayek, adanya PKL di samping
halte dan sering disalahgunakan sebagai tempat parkir taksi-taksi, sehingga
para calon penumpang lebih memilih memberhentikan bus di tempat yang
lebih dekat dan nyaman.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

35

4. Halte RS Bhayangkara
Halte ini adalah halte keempat yang kita temui di sepanjang ruas Jalan
A. Yani terletak di depan RS. Bhayangkara, lokasinya strategis, dekat dengan
land use sehingga banyak dipergunakan oleh calon penumpang bus kota.

Gambar 4.4. Halte RS Bhayangkara.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 4 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., halte ini memiliki kelengkapan fasilitas utama halte dan nyaman,
sehingga para calon penumpang banyak menggunakan halte ini.

5. Halte Ubhara A. Yani
Halte ini adalah halte kelima di sepanjang ruas Jalan A. Yani terletak
di depan kampus Ubhara di bawah JPO IAIN Sunan Ampel, Lokasinya
strategis, dekat dengan land use sehingga banyak dipergunakan oleh calon
penumpang bus kota.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

36

Gambar 4.5. Halte Ubhara A. Yani.
Kelengkapan fasilitas halte A. Yani 5 yang ditunjukkan pada tabel
4.2., kondisi bangunan halte yang baru dan nyaman tapi belum dilengkapi
papan trayek, sehingga halte ini belum memenuhi standar kelayakan.

6. Halte RSI A. Yani
Halte ini adalah halte keenam di sepanjang ruas Jalan A. Yani terletak
di depan RS. Islam di dekat Flyover Wonokromo. Lokasinya sangat strategis.

Gambar 4.6