PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI FILTER ROKOK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA DISTRIBUSI DI PT. FILTRONA INDONESIA, SIDOARJO.

PENENTUAN J ALUR DISTRIBUSI FILTER ROKOK
DENGAN METODE SAVINGS MATRIX
UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA DISTRIBUSI
DI PT. FILTRONA INDONESIA, SIDOARJ O

SKRIPSI

Oleh :
FITA SARI
0732010028

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia industri, menuntut

perusahaan untuk dapat menghadapi persaingan secara baik dan siap dengan
segala resiko yang akan dihadapi. Salah satu jaminan yang harus dipenuhi
perusahaan kepada pelanggan adalah pengiriman produk sesuai dengan
permintaan pelanggan secara tepat waktu dan efisien, sehingga proses distribusi
yang dilaksanakan tidak mengakibatkan pemborosan segi waktu, jarak, dan
tenaga.
PT. Filtrona Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
dalam bidang industri Cigarette Filters dan Tear Tapes. Sasaran distribusi PT.
Filtrona Indonesia adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat,
biaya yang efisien, dan pelayanan yang baik, sedangkan dalam pemenuhan
sasaran tersebut ada beberapa keterbatasan dari perusahaan yaitu kurangnya
perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat untuk menentukan
jalur distribusi ke pelanggan. Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut,
maka perusahaan membutuhkan suatu penjadwalan dan penentuan jalur distribusi
secara tepat untuk mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan tenaga
serta mendapatkan biaya distribusi yang lebih efisien.
Penelitian ini dilakukan di PT. Filtrona Indonesia dengan menggunakan
metode Savings Matrix. Beberapa langkah-langkah dalam meminimumkan jarak
yang ditempuh yaitu mengidentifikasikan matrik jarak, mengidentifikasikan
matrik penghematan (Savings Matrix), mengalokasikan customer ke kendaraan

atau rute, dan mengurutkan customer dalam rute yang sudah terdefinisi.
Dengan metode Savings Matrix diperoleh perencanaan rute tahun 2012
untuk rute A yang dipilih adalah alternatif IV (Pabrik
Ponorogo
Blitar
Pabrik) atau alternatif V (Pabrik
Malang
Blitar
Ponorogo
Malang
Pabrik) karena kedua alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu
482,89 km dengan beban rute A sebanyak 2.343.910 batang filter rokok. Untuk
rute B yang dipilih adalah alternatif IV (Pabrik
Probolinggo
Pasuruan
Mojokerto
Pabrik) atau alternatif V (Pabrik
Mojokerto
Pasuruan
Probolinggo

Pabrik) karena kedua alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh
terpendek yaitu 270,57 km dengan beban rute B sebanyak 2.351.797 batang filter
rokok. Biaya distribusi pada rute awal tahun 2011 sebesar Rp. 148.922.300,- per
tahun sedangkan biaya distribusi pada rute baru tahun 2011 yang sudah
menerapkan metode Savings Matrix sebesar Rp. 91.282.800,- per tahun. Maka
didapatkan penghematan sebesar Rp. 57.639.500,- atau 38,70% per tahun.
Sehingga untuk mendapatkan biaya distribusi yang minimum pada rute baru tahun
2012 diterapkan juga metode Savings Matrix dan diperoleh biaya distribusi
sebesar Rp. 91.447.100,- per tahun.

Kata kunci : Transportasi, Distribusi, Savings matrix, Rute.

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
Competition among industries make companies give their best effort to
handle and face every challenge that may be arise. Companies must deliver their

customers needs in timely manner efficiently, so time and power efficientcy
during distribution process can be achieved.
PT. Filtrona Indonesia is a Cigarette Filters and Tear Tapes factory which
aims to deliver their product in timely manner, to have efficient cost and to deliver
best services. However, this factory’s planning to distribute and deliver their
product is less effective to achieve their targets. Given that problem, this factory
needs efficient schedule and arrangement to distribute their product so time and
distribution cost efficiently can be achieved.
This study was conducted at PT. Filtrona Indonesia by using Savings
Matrix. Some steps in minimizing the distance when delivering products are
identifying distance matrix, identifying saving matrix, allocating the customers to
the transportation or to the route and sorting the customers in defined route.
By using Savings Matrix, there are some route planning for 2012 which
are more efficient than the old ones. Route planning A has two alternatives, there
Malang
Factory) or
are Alternative IV (Factory
Ponorogo
Blitar
Alternative V (Factory

Malang
Blitar
Ponorogo
Factory). Those two
alternative have shortest route, that is 482,89 km with 2.343.910 cigarette filters.
Route planning B has two alternative as well, there are Alternative IV (Factory
Probolinggo
Pasuruan Mojokerto
Factory) or Alternative V (Factory
Factory). Those two alternative have
Mojokerto
Pasuruan
Probolinggo
shortest route, that is 270,57 km with 2.351.797 cigarette filters. Previous
distribution cost in 2011 was IDR. 148.922.300/ year. But by using the new route,
the distribution cost becomes IDR. 91.282.800/ year which means the cost
efficientcy of the new route is IDR. 57.639.500/ year or 38,70%/ year. So as to
obtain the minimum cost distribution on the new route is also the method applied
in 2012 and obtained Savings Matrix distribution cost is IDR. 91.447.100/ year.


Keywor d : Transportation, Distribution, Savings matrix, Route.

xi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia industri, menuntut

perusahaan untuk dapat menghadapi persaingan secara baik dan siap dengan
segala resiko yang akan dihadapi. Salah satu jaminan yang harus dipenuhi
perusahaan kepada pelanggan adalah pengiriman produk sesuai dengan

permintaan pelanggan secara tepat waktu dan efisien, sehingga proses distribusi
yang dilaksanakan tidak mengakibatkan pemborosan segi waktu, jarak, dan
tenaga.
Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk
dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan
pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki dasar penjadwalan dan
penentuan rute secara tepat, sehingga pelanggan yang akan dikunjungi menerima
produk dalam kondisi baik dan sesuai dengan batas waktu permintaan.
PT. Filtrona Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
dalam bidang industri Cigarette Filters dan Tear Tapes. Sasaran distribusi
PT. Filtrona Indonesia adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara
tepat, biaya yang efisien, dan pelayanan yang baik, sehingga PT. Filtrona
Indonesia dituntut untuk dapat merancang kinerja pengiriman yang reliabel.
Sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut ada beberapa keterbatasan dari
perusahaan yaitu kurangnya perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang
yang tepat untuk menentukan jalur distribusi ke pelanggan, sehingga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2

mengakibatkan jalur pengiriman yang ditempuh semakin panjang tanpa melihat
terlebih dahulu kapasitas dari kendaraan dan jarak yang akan ditempuh, sehingga
mengakibatkan biaya distribusi yang mahal.
Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut,

maka

perusahaan

membutuhkan suatu penjadwalan dan penentuan jalur distribusi secara tepat untuk
mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan tenaga serta mendapatkan
biaya transportasi yang lebih efisien. Dengan demikian kegiatan distribusi ini
dapat berjalan lebih efektif dan efisien, sehingga permasalahan penjadwalan dan
penentuan jalur distribusi dapat diselesaikan dengan metode Savings Matrix.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada di perusahaan berkaitan dengan

pengiriman produk filter rokok, maka dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut :
“ Bagaimana menentukan jalur distribusi produk filter rokok secara tepat
waktu dan efisien ke customer untuk meminimalkan biaya distribusi? ”

1.3

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian hanya dilakukan pada produk filter rokok Wrapped Acetate (ACE).
2. Rute distribusi filter rokok dari kota asal Sidoarjo menuju ke kota Malang,
Pasuruan, Probolinggo, Ponorogo, Blitar, dan Mojokerto.
3. Biaya distribusi meliputi biaya bahan bakar, biaya retribusi (Tol dan lain-lain),
dan biaya tenaga kerja tahun 2011.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


3

4. Data permintaan yang digunakan dimulai dari periode Januari 2010 sampai
dengan Desember 2011.

1.4

Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kondisi kendaraan selama perjalanan dalam kondisi stabil, tidak ada
kerusakan dan tidak ada kemacetan selama perjalanan.
2. Biaya bahan bakar, tenaga kerja dan retribusi tetap selama penelitian
dilakukan.
3. Untuk waktu pemesanan produk oleh pelanggan tidak diperhitungkan.
4. Rute atau jalur distribusi yang dilalui pada saat pengiriman filter rokok dari
pabrik ke lokasi pelanggan diasumsikan sama dengan rute kembali dari lokasi
pelanggan ke pabrik.


1.5

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan rute atau jalur distribusi yang harus ditempuh tiap kendaraan
berdasarkan kapasitasnya untuk mengoptimalkan total jarak tempuh.
2. Mendapatkan biaya distribusi yang minimum.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

1.6

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Bagi Perusahaan, dapat memberikan masukan berupa informasi yang bersifat
keilmuan agar dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh PT. Filtrona
Indonesia untuk meminimalkan biaya distribusi.
2. Bagi Perguruan Tinggi, dapat memberikan referensi tambahan dibidang
industri khususnya tentang transportasi dan distribusi.
3. Bagi Mahasiswa, dapat menambah wahana pelatihan dan komprehensif antara
kenyataan sesungguhnya yang sering tidak sesuai teori akademis dan dapat
memberikan pengalaman peneliti pada masalah distribusi.

1.7

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Dalam bab satu dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian,
batasan dan asumsi yang dipakai dalam penelitian serta sistematika
penulisan.

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas mengenai dasar-dasar teori yang digunakan untuk
mengolah dan menganalisa data-data yang diperoleh dari pelaksanaan
penelitian, yaitu teori mengenai distribusi, penjadwalan dan pemilihan
rute dalam transportasi dan savings matrix dan kegunaannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

BAB III

METODE PENELITIAN
Pada bab tiga ini diberi langkah-langkah dalam melakukan penelitian
ini yaitu hal-hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian
atau gambaran atau urutan kerja menyeluruh selama pelaksanaan
penelitian.

BAB IV

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan pengolahan dari data yang telah dikumpulkan
dan melakukan analisis serta evaluasi dari data yang telah diolah untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada.

BAB V

KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari analisa yang telah
dilakukan sehingga dapat memberikan suatu rekomendasi sebagai
masukan bagi pihak distributor.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Transportasi dan Distribusi

2.1.1

Transportasi
Transportasi mempunyai peranan penting bagi industri karena produsen

mempunyai kepentingan agar barangnya diangkut sampai kepada konsumen tepat
waktu, tepat pada tempat yang ditentukan dan barang dalam kondisi baik.
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang
dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi terlihat ada 2 unsur yang
terpenting yaitu (Salim, 1993) :
a. Pemindahan / pergerakan (movement).
b. Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke
tempat lain.
Dengan lancarnya transportasi, tepat waktu, adanya keselamatan barang
dan biaya relatif murah akan mempengaruhi harga atau mutu komoditi sampai
pada konsumen. Selain itu salah satu faktor yang memegang peranan utama dalam
penetapan lokasi industri atau kegiatan ekonomi lainnya adalah besar biaya
transportasi. Hal tersebut disebabkan karena biaya transportasi merupakan salah
satu komponen biaya produksi. Apabila biaya transportasi lebih murah akan
mengakibatkan biaya produksi lebih rendah dan harga produk lebih rendah,
sehingga menambah daya saing produk dan memperluas lokasi daerah pemasaran.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Dapat dirumuskan masalah transportasi dan jarak yang ada, yaitu :
Transportasi Cost/km =

TranportCost
Jarak

Masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal
dan beberapa sumber, dengan penawaran terbatas menuju beberapa tujuan, dan
dengan permintaan

tertentu

pada

biaya

transportasi minimum.

Dalam

permasalahan transportasi ini, kita mengenal 3 metode transportasi yang sering
digunakan, yaitu (Mulyono, 1991) :
1. Metode pojok kiri atas-pojok kanan bawah (North-West Corner)
Metode North-West Corner merupakan metode yang paling sederhana
diantara tiga metode yang telah disebutkan untuk mencari solusi awal.
2. Metode ongkos terkecil (Least Cost)
Metode Least Cost merupakan metode transportasi yang berusaha mencapai
tujuan untuk minimasi biaya dengan alokasi sistematik kepada kotak-kotak
sesuai dengan besarnya biaya transportasi per unit.
3. Metode pendekatan Vogel (Vogel’s Approximation Method, VAM)
Metode Aproksimasi Vogel (VAM) selalu memberikan suatu solusi awal yang
lebih baik dibanding metode Nort-West Corner dan sering kali lebih baik dari
pada metode Least Cost . VAM melakukan alokasi dalam suatu cara yang
akan meminimumkan penalty (Oportunity cost) dalam memilih kotak yang
salah untuk suatu lokasi.

2.1.2

Distribusi
Pengertian distribusi menurut Frank H. Woodward (1980) dalam bukunya

yang berjudul “Managing the Transport Service Function” dijelaskan didalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

industri, distribusi telah diterima sebagai pencapaian dari semua aktivitas bisnis
melibatkan penggerakan barang-barang dari titik memproses atau membuat
langsung atau penjualan kepada pelanggan dan termasuk pergudangan,
pengendalian persediaan barang yang telah jadi, penanganan material dan
pengemasan, dokumentasi dan pengiriman, lalu lintas dan transportasi, dan
layanan pasca jual ke pelanggan.
Salah satu keputusan operasional yang sangat penting dalam manajemen
distribusi adalah penentuan jadwal serta rute pengiriman dari satu lokasi ke
beberapa lokasi tujuan. Dan secara umum permasalahan penjadwalan dan
penentuan rute pengiriman bisa memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai
seperti tujuan untuk meminimumkan biaya pengiriman, meminimumkan waktu,
atau meminimumkan jarak tempuh. (Pujawan, 2005)
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan untuk menyalurkan suatu
produk dari produsen ke konsumen (konsumen akhir atau pemakai produk
industri). Fungsi saluran distribusi adalah :
1. Mengumpulkan

informasi

yang

diperlukan

untuk

perencanaan

dan

memudahkan pertukaran.
2. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi mengenai tawaran.
3. Melakukan pencarian dan berkomunikasi dengan calon pembeli.
4. Mengusahakan perundingan untuk mencapai persetujuan akhir atas harga dan
ketentuan lainnya mengenai tawaran agar perpindahan pemilikan dapat terjadi.
5. Melaksanakan pengangkutan dan penyimpanan produk.
6. Mengatur distribusi dana untuk menutup biaya saluran distribusi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

7. Menerima resiko dalam hubungan dengan pelaksana pekerjaan saluran
pemasaran.

2.1.3

Fungsi Dasar Manajemen Distribusi dan Transpor tasi
Pujawan (2005) mengemukakan bahwa secara tradisional kita mengenal

manajemen distribusi dan transportasi dengan berbagai sebutan. Sebagian
perusahaan menggunakan istilah manajemen logistik, sebagian lagi menggunakan
istilah distribusi fisik (physical distribution). Kegiatan transportasi dan distribusi
bisa dilakukan perusahaan manufaktur dengan membentuk bagian distribusi /
transportasi tersendiri atau diserahkan ke pihak ketiga. Dalam upayanya untuk
memenuhi tujuan-tujuan di atas, siapapun yang melaksanakan (internal
perusahaan atau mitra pihak ketiga). Manajemen distribusi dan transportasi pada
umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri dari :
1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level.
Segmentasi pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada revenue
perusahaan sangat bervariasi dan karakteristik tiap pelanggan bisa sangat
berbeda antara satu dengan lainnya. Dari segi revenue, sering kali hukum
pareto 20 / 80 berlaku disini. Artinya hanya sekitar 20% dari pelanggan atau
area penjualan menyumbangkan sejumlah 80% dari pendapatan yang
diperoleh perusahaan. Perusahaan tidak bisa menomorsatukan semua
pelanggan. Dengan memahami perbedaan karakteristik dan kontribusi tiap
pelanggan atau area distribusi, perusahaan bisa mengoptimalkan alokasi
persediaan maupun kecepatan pelayanan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

2. Menentukan mode transportasi yang akan digunakan.
Tiap mode transportasi memiliki karakteristik yang berbeda dan mempunyai
keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Sebagai contoh, transportasi
laut memiliki keunggulan dari segi biaya yang lebih rendah, namun lebih
lambat dibandingkan dengan transportasi udara. Manajemen transportasi harus
bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam mengirimkan /
mendistribusikan produk-produk mereka ke pelanggan. Kombinasi dua atau
lebih mode transportasi tentu bisa atau bahkan harus dilakukan tergantung
pada situasi yang dihadapi.
3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman.
Konsolidasi merupakan kata kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan
untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama
perlunya melakukan konsolidasi informasi maupun pengiriman. Salah satu
contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari berbagai
regional distribution center oleh central warehouse untuk keperluan
pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan konsolidasi pengiriman dilakukan
misalnya dengan menyatukan permintaan beberapa toko yang berbeda dalam
sebuah truk. Dengan cara ini, truk bisa berjalan lebih sering tanpa harus
membebankan biaya lebih kepada pelanggan atau klien yang menginginkan
produk tersebut.
4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman.
Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh gudang atau distributor
adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang
harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan. Apabila

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

jumlah pelanggan sedikit, keputusan ini bisa diambil dengan relatif gampang.
Namun perusahaan yang memiliki ribuan atau puluhan ribu toko atau tempattempat penjualan yang harus dikunjungi, penjadwalan dan penentuan rute
pengiriman adalah pekerjaan yang sangat sulit dan kekurangtepatan dalam
mengambil dua keputusan tersebut bisa berimplikasi pada biaya pengiriman
dan penyimpanan yang tinggi.
5. Memberikan pelayanan nilai tambah.
Disamping mengirimkan produk ke pelanggan, jaringan distribusi semakin
banyak dipercaya untuk melakukan proses nilai tambah. Kebanyakan proses
nilai tambah tersebut tadinya dilakukan oleh pabrik / manufacturer. Beberapa
proses nilai tambah yang bisa dikerjakan oleh distributor adalah pengepakan,
pelabelan harga, pemberian barcode, dan sebagainya. Untuk mengakomodasi
kebutuhan lokal dengan lebih baik, seperti industri printer, memindahkan
proses konfigurasi akhir dari produknya ke distributor di tiap-tiap negara. Ini
meningkatkan fleksibilitas produk sehingga mengurangi kelebihan stok di
suatu negara dan kekurangan di negara lain.
6. Menyimpan persediaan.
Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penyimpanan produk baik di suatu
gudang pusat atau gudang regional, maupun di toko dimana produk tersebut
dipajang untuk dijual. Oleh karena itu manajemen distribusi tidak bisa
dilepaskan dari manajemen pergudangan.
7. Menangani pengembalian (return).
Manajemen distribusi juga punya tanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu dalam supply chain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Pengembalian ini bisa karena produk rusak atau tidak terjual sampai batas
waktu penjualannya habis, seperti produk-produk makanan, sayuran, buah,
dan sebagainya. Kegiatan pengembalian juga bisa terjadi pada produk-produk
kemasan seperti botol, yang akan digunakan kembali dalam proses produksi
atau yang harus diolah lebih lanjut untuk menghindari pencemaran
lingkungan. Proses pengembalian produk atau kemasan ini lumrah dengan
sebutan reverse logistics.

2.1.4

Efisiensi Penjadwalan J alur Distr ibusi
Penjadwalan yang efisien dan penyusunan rute yang baik dapat

menghemat waktu pengiriman bagi kendaraan, dan hasilnya jumlah biaya operasi
dapat berkurang. Untuk mencapai tingkat susunan rute dan jadwal perjalanan yang
lebih baik bagi kendaraan ialah dengan menggunakan sistem peta jalan atau jarak
lokasi pelanggan dengan menggunakan skala perbandingan.
Perencanaan rute merupakan bagian penting untuk mencapai angkutan
produk perusahaan dengan biaya minimal. Setiap kendaraan yang meninggalkan
lokasi pabrik harus mnegikuti rute yang sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan sebelumnya. Agar menghasilkan efisiensi biaya dalam jumlah yang
besar. Kendaraan tidak saja harus siap dimuati, tetapi juga siap di service,
pengisian bahan bakar, sehingga pengemudi dan kendaraan harus dijauhkan
dari kemungkinan kecelakaan. Dengan mempertimbangkan kemungkinankemungkinan yang akan terjadi maka kita dapat melakukan penjadwalan yang
efisien dan pengiriman barang yang optimal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Dapat dikatakan bahwa penjadwalan yang efisien dan pengiriman barang
yang optimal jika dapat mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan
tenaga sehingga mendapatkan biaya transportasi yang lebih efisien serta produk
yang dikirim tepat waktu dan dalam kondisi baik. (Hadinoto, 1996)

2.2

Metode Savings Matrix

2.2.1

Penger tian Metode Savings Matrix
Savings Matrix merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk

menjadwalkan sejumlah terbatas kendaraan dari suatu fasilitas dan jumlah
kendaraan dalam armada ini dibatasi dan mereka mempunyai kapasitas
maksimum yang berlainan. Tujuan metode ini adalah untuk memilih penugasan
kendaraan dan routing sebaik mungkin. (Bowersox, 1978)
Metode Savings Matrix

pada hakekatnya adalah metode untuk

meminimumkan jarak atau waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan
kendala-kendala yang ada. (Pujawan, 2005)

2.2.2

Langkah-Langkah Metode Savings Matrix
Sebelum melakukan perhitungan Savings Matrix, terlebih dahulu

menentukan titik koordinat jarak dari pabrik / gudang ke tiap-tiap pelanggan.
(Pujawan, 2005)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Tabel 2.1 Lokasi Tujuan dan Ukuran Order
Customer Tujuan

Koordinat x

Koordinat y

Ukuran Order

Customer 1

χ1
χ2
χ3
χ4

y1
y2
y3

A Unit
C Unit

y4

D Unit

.
.
.

.
.
.

.
.
.
N Unit

Customer 2
Customer 3
Customer 4
.
.
.
Customer n

χn

yn

B Unit

Kemudian melakukan perhitungan dalam meminimumkan jarak yang
ditempuh menggunakan Metode Savings Matrix, terdapat beberapa langkahlangkah dalam meminimumkan jarak yang ditempuh, yaitu (Pujawan, 2005):
1. Mengidentifikasikan matrik jarak
Pada langkah ini perlu jarak antara pabrik ke masing-masing customer,
sehingga menggunakan lintasan terpendek sebagai jarak antar lokasi. Jadi
dengan mengetahui koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua
lokasi bisa dihitung dengan menggunakan rumus jarak standar.
Tabel 2.2 Matrik Jarak dari Pabrik ke Customer dan antar Customer
Pabrik/ Customer Customer Customer Customer …Customer
1
2
3
4
n
Gudang
Customer
1
Customer
2
Customer
3
Customer
4
.
.
.
Customer
n

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Misalkan dua lokasi masing-masing dengan koordinat (χ1 , y1 ) dan (χ 2 , y2 )
maka perhitungan matrik jarak dua lokasi tersebut adalah :
J (1,2) =

(χ1 − χ 2 )2 + ( y1 − y2 )2

Hasil perhitungan jarak ini digunakan untuk menentukan matrik penghematan
(Savings Matrix) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.
2. Mengidentifikasi matrik penghematan (Savings Matrix)
Savings matrix mempresentasikan penghematan yang bisa direalisasikan
dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute. Misalkan
menggabungkan customer 1 dan customer 2 ke dalam satu rute maka jarak
yang akan dikunjungi adalah dari gudang ke customer 1 kemudian ke
customer 2 dan dari customer 2 balik ke gudang.
Gudang

Customer 1

Gudang

Customer 2

Customer
1

Customer
2

Gambar 2.1 Perubahan yang terjadi dengan menggabungkan Customer 1 dan
Customer 2 ke dalam satu rute.
Dari Gambar 2.1 terjadi perubahan jarak sebesar jarak kiri dikurangi total
jarak kanan yang besarnya adalah (Pujawan, 2005):
2 J (G,1) + 2 J (G,2 ) − [J (G ,1) + J (1,2 ) + J (2, G )]

= J (G,1) + J (G,2) − J (1,2)
Hasil ini diperoleh dengan asumsi bahwa jarak (x,y) sama dengan jarak (y,x).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Hasil di atas bisa digeneralisasi sebagai berikut :

S ( x, y ) = J (G, x ) + J (G, y ) − J ( x, y )
Dimana :
S (x, y ) = Penghematan

jarak

(Savings)

yang

diperoleh

dengan

menggabungkan rute x dan y menjadi satu.

J (G, x ) = Jarak dari gudang ke customer x.
J (G, y ) = Jarak dari gudang ke customer y.
J ( x, y ) = Jarak dari customer x ke customer y.

Kemudian dibuat tabel matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua
rute yang berbeda.
Tabel 2.3 Matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua rute yang
berbeda
Customer
1

Customer
2

Customer
3

Customer
4

….Customer
n

Customer 1
Customer 2
Customer 3
Customer 4
.
.
.
Customer n

Tabel 2.4 Langkah awal semua customer memiliki rute terpisah
Pabrik/
Gudang
Rute a
Rute b
Rute c
Rute d

Customer 1
Customer 2
Customer 3
Customer 4
.
.
.
Customer n Rute z
Order

Customer
1

Customer Customer Customer …Customer
2
3
4
n

A

B

C

D

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

…N Unit

17

3. Mengalokasikan customer ke kendaraan atau rute
Pada langkah ini melakukan alokasi customer ke kendaraan atau rute. Dalam
penggabungan rute customer, digabungkan sampai pada batas kapasitas truk
atau armada yang ada, dengan melihat nilai penghematan terbesar pada tabel
matrik penghematan jarak. Misalkan didapat matrik penghematan jarak
sebagai berikut :
Tabel 2.5 Semua customer memiliki rute terpisah
Pabrik/Gudang
Customer 1
Customer 2
Customer 3
Customer 4

Rute a
Rute b
Rute c
Rute d
Order

Customer
1
0.0
14.8
12.5
24.9
320

Customer
2

Customer
3

Customer
4

0.0
12.9
8.2
85

0.0
12.6
300

0.0
150

Dari tabel 2.5 didapat penghematan terbesar pada Customer 1 dan 4 sebesar
24.9. Sehingga Customer 4 bergabung ke Rute a (Diasumsikan kapasitas truk
memadai).
Tabel 2.6 Customer 4 masuk ke Rute a dan Customer 3 masuk ke Rute b
Pabrik/Gudang
Customer 1 Rute a
Customer 2 Rute b
Customer 3 Rute c
Customer 4 Rute a
Order

Customer
1
0.0
14.8
12.5
24.9 (1)
320

Customer
2

Customer
3

Customer
4

0.0
12.9 (2)
8.2
85

0.0
12.6
300

0.0
150

Selanjutnya dicari penghematan terbesar kedua didapatkan 12.9 (Customer 2
dan 3) masuk ke rute b, dan begitu seterusnya hingga customer ke-n. Jika
terdapat customer yang sudah teralokasikan , tidak terjadi penggabungan.
kemudian didapatkan jumlah rute sesuai dengan kapasitas armada yang ada
dan penghematan jarak alokasi dari pabrik ke customer.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

4. Mengurutkan customer (Tujuan) dalam rute yang sudah terdefinisi
Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan urutan
kunjungan, namun pada penelitian ini menggunakan metode Nearest
Neighbor. Metode Nearest Neighbor merupakan metode pengurutan
kunjungan yang menambahkan customer yang jaraknya paling dekat dengan
customer yang akan dikunjungi terakhir. Misalnya diketahui 3 customer dalam
rute a, customer 1 memiliki jarak terdekat dengan gudang / pabrik dengan
jarak 6.4, kemudian cari jarak customer terdekat dengan customer 1 didapat
customer 3 dengan jarak 6.7 dan terakhir yang dikunjungi adalah customer 2
kemudian kembali ke gudang (Gudang-Customer1-Customer3-Customer2Gudang). Jika kebetulan menghasilkan rute dengan jarak yang sama maka
dipilih total jarak yang minimum.
Dengan dilakukan penyelesaian permasalahan tersebut menggunakan
metode savings matrix, maka dapat dihasilkan jalur distribusi yang optimal
dengan biaya distribusi yang lebih efisien.

2.3

Analisa Keputusan
Analisa keputusan dapat dipandang sebagai gabungan dari dua disiplin

ilmu yang telah ada lebih dahulu, yaitu Teori Keputusan dan Metodologi
Pemodelan Sistem.
Teori Keputusan adalah teori yang mempelajari bagaimana sikap fikir
yang rasional dalam situasi yang amat sederhana, tetapi yang mengandung
ketidakpastian, seperti dalam permainan lotre. Karena itu maka peranannya dalam
menghadapi situasi yang kompleks adalah sangat kecil. Sedangkan Metodologi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Pemodelan Sistem mempelajari bagaimana memperlakukan aspek yang dinamis
dan kompleks dari suatu lingkungan.
Jadi Analisa Keputusan yang merupakan gabungan dari keduanya,
mengkombinasi kemampuan untuk menangani sistem yang kompleks dan
dinamis, dan kemampuan untuk menangani ketidakpastian dalam satu disiplin
keilmuan.
Karenanya, Analisa Keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur logis
dan kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai proses pengambilan
keputusan tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan. Dengan
kata lain cara untuk membuat model suatu keputusan memungkinkan dilakukan
pemeriksaan dan pengujian (Kuntoro,Trisnadi,1983).

2.3.1

Langkah-langkah Dalam Analisa Keputusan
Langkah – langkah dalam analisa keputusan dapat dilihat pada gambar 2.2

berikut :

Gambar 2.2 Siklus Analisa Keputusan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Dari gambar tersebut dapat dlihat bahwa didalam prosedur analisa
keputusan akan terdapat tiga tahapan utama, yaitu (Kuntoro,Trisnadi,1983) :
1. Tahap Deterministik
Dalam tahap ini variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan perlu
didefinisikan dan saling hubungkan, perlu dilakukan penetapan nilai dan
selanjutnya tingkat kepentingan variabel diukur tanpa terlebih dahulu
memperhatikan unsur ketidakpastiannya.
2. Tahap Probabilistik
Ini merupakan tahap penetapan besarnya ketidakpastian yang melingkupi
variabel-variabel yang penting, dan menyatakannya dalam bentuk suatu nilai.
Dalam tahapan ini juga dilakukan penetapan preferensi atas risiko.
3. Tahap Informasional
Intinya adalah meninjau hasil dari dua tahap terdahulu guna menentukan nilai
ekonomisnya bila kita ingin mengurangi ketidakpastian pada suatu variabel
yang dianggap penting. Dengan demikian dari tahap ini kita dapat menentukan
apakah masih diperlukan pengumpulan informasi tambahan untuk dapat
mengurangi ketidakpastian. Bila ternyata kita mendapatkan bahwa nilai
informasi lebih kecil dari ongkos yang dikeluarkan, maka tidak perlu mencari
informasi tambahan, sehingga hasil dari proses pertamalah yang kita jalankan.

2.4 Peramalan (Forecasting)
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran, kuantitas, kualitas, waktu dan
lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Sedangkan peramalan permintaan merupakan tingkat permintan produkproduk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa
yang akan datang. Peramalan permintaan ini digunakan untuk meramalkan
permintaan dari produk yang bersifat bebas (tidak tergantung), seperti peramalan
produk jadi.(Nasution, 1999)
Metode peramalan dibagi menjadi dua yaitu Peramalan subyektif atau
kualitatif dan Metode peramalan kuantitatif. Sedangkan metode peramalan
kuantitatif dibagi dua, yaitu Metode Seri Waktu (Time Series) dan Metode Kausal
(Metode Sebab Akibat atau Korelasi). Dalam penelitian ini menggunakan metode
peramalan Time Series yang merupakan metode peramalan secara kuantitatif
dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. (Ariyani, 2008)

2.4.1 Per amalan Dalam Horizon Waktu
Dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan maka kita dapat
mengklasifikasikan peramalan tersebut dalam 3 kelompok (Nasution, 1999) :
1. Peramalan jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini
digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2. Peramalan jangka menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini
lebih mengkhususkan dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya
digunakan untuk menentukan aliran khas, perencanaan produksi, dan
penentuan anggaran.
3. Peramalan jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini
digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,
penjadwalan kerja dan lain-lain keputusan kontrol jangka pendek.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2.4.2 Beber apa Sifat Hasil Peramalan
Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan maka
ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu (Nasution, 1999) :
1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa
mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak akan menghilangkan
ketidakpastian tersebut.
2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran
kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kasalahan maka
penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang
mungkin terjadi.
3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka
panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktofaktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan
semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya perubahan factor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

2.4.3 Prosedur Peramalan
Dalam melakukan peramalan terdapat beberapa prosedur peramalan
permintaan dengan metode time series adalah sebagai berikut (Baroto, 2002) :
1. Tentukan pola data permintaan. Dilakukan dengan cara memplotkan data
secara grafis dan menyimpulkan apakah data berpola trend, musiman, siklikal,
atau random.
2. Mencoba beberapa metode time series dengan pola permintaan tersebut untuk
melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak semakin baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba.
Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE, MAPE atau yang
lainnya. Sebaiknya nilai tingkat kesalahan (apakah MAD, MSE, MAPE) ini
ditentukan dulu. Tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan
maksimal dalam peramalan.
4. Memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba. Metode
terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dibanding
metode lainnya dan tingkat kesalahan tersebut berada dibawah tingkat
kesalahan yang telah diterapkan.
5. Melakukan peramalan dengan metode terbaik yang dipilih.

2.5

Metode Time Series
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Time Series.

Metode Time Series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan
menggunakan waktu sebagai dasar peramalan.
Perlu dipahami bahwa tidak ada suatu metode terbaik untuk suatu
peramalan. Metode yang memberikan hasil ramalan secara tepat belum tentu tepat
untuk meramalkan data yang lain. Dalam peramalan Time Series, metode
peramalan terbaik adalah metode yang memenuhi kriteria ketepatan ramalan.
Kriteria ini berupa Mean absolute deviation (MAD), Mean square of error
(MSE), atau Mean absolute procentage of error (MAPE).
Peramalan dengan Time Series memiliki prosedur yang harus dilaksanakan
secara utuh. Bila tidak, maka resiko-resiko berikut akan terjadi :
1. Hasil peramalan tidak valid, sehingga tidak dapat diterapkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

2. Kesulitan mendapatkan/memilih metode peramalan yang akan memberikan
validitas ramalan yang tinggi.
3. Memerlukan waktu dalam melakukan analisis dan peramalan.

2.5.1 Pola Per mintaan
Pemilihan metode peramalan yang akan digunakan tergantung pada pola
data dan horison waktu dari peramalan. Menurut Makridakis (1999), pola-pola
data Time Series yang umum terjadi yaitu :
1. Pola Stasioner/ Horisontal
Terjadi bila nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan. Suatu
produk yang tingkat penjualannya tidak meningkat atau menurun selama
waktu tertentu termasuk jenis ini. Menurut Baroto (2002), metode peramalan
yang sesuai untuk pola stasioner/ horisontal ini adalah metode moving average
atau exponential smoothing.

Gambar 2.3 Pola Data Stasioner/ Horisontal
2. Pola Musiman
Terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal
tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Penjualan dari
produk seperti minuman ringan dan bahan bakar pemanas ruangan, semuanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

menunjukkan jenis pola data ini. Menurut Baroto (2002), metode peramalan
yang sesuai untuk pola musiman adalah metode winter atau moving average.

Gambar 2.4 Pola Data Musiman
3. Pola Siklikal/ Cyclical
Terjadi bila data dipengaruhi fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang
berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja dan
peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola siklikal. Menurut Baroto
(2002), metode peramalan yang sesuai untuk pola siklikal adalah metode
moving average atau exponential smoothing.

Gambar 2.5 Pola Data Siklikal
4. Pola Trend
Terjadi bila terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam
data. Menurut Baroto (2002), metode peramalan yang sesuai untuk pola trend
adalah metode regresi linear, exponential smoothing, atau double exponential
smoothing.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Gambar 2.6 Pola Data Trend

2.5.2

Metode Yang Digunakan Dalam Time Series
Metode yang digunakan dalam time series adalah sebagai berikut (Baroto,

2002) :
1. Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing)
Formula untuk Metode Single Exponential Smoothing (SES) adalah :
fˆt = αf t + (1 − α ) fˆt −1

Dimana :
fˆt = Perkiraan permintaan pada periode t

α = Suatu nilai (0< α

Dokumen yang terkait

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI ROKOK KRETEK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DI PR. BERKAH NALAMI, PONOROGO.

2 8 110

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI FLEKSIBEL KEMASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. SURYA MULTI INDOPACK SURABAYA.

0 10 104

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI “DAGING SAPI” DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI.

78 245 110

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK KE KONSUMEN UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PG CANDI BARU SIDOARJO.

0 0 100

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OLIE DRUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT KAMADJAJA LOGISTICS SURABAYA.

5 13 139

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. CAHAYA SEJAHTERA SENTOSA BLITAR.

0 8 201

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. CAHAYA SEJAHTERA SENTOSA BLITAR

0 1 20

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK KE KONSUMEN UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PG CANDI BARU SIDOARJO

0 1 12

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI ROKOK KRETEK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DI PR. BERKAH NALAMI, PONOROGO

0 0 21

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI FILTER ROKOK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA DISTRIBUSI DI PT. FILTRONA INDONESIA, SIDOARJO

0 1 8