PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI ROKOK KRETEK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DI PR. BERKAH NALAMI, PONOROGO.

(1)

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI ROKOK KRETEK

DENGAN METODE SAVINGS MATRIX

UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI

DI PR. BERKAH NALAMI, PONOROGO

SKRIPSI

Disusun Oleh :

EKO PURWANTI 0932010081

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Al-hamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rosullullah Muhammad SAW, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI ROKOK KRETEK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DI PR. BERKAH NALAMI, PONOROGO Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna meraih gelar kesarjanaan.

Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini.

2. Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah dari kegelapan menuju jalan yang terang.

3. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(3)

ii

4. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MMT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

dan Bapak Drs. Pailan, MPd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Ibu Ir. Rr. Rochmoeljati, MMT Selaku Dosen Pembimbing I. 7. Bapak Drs. Pailan, MPd Selaku Dosen Pembimbing II.

8. Bapak Ir.Hari Purwoadi, MM selaku Dosen Penguji Seminar I. 9. Bapak Dwi Sukma, ST, MT selaku Dosen Penguji Seminar I.

10.Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MMT selaku Dosen Penguji Seminar II. 11.Bapak Ir. M. Anang Fahrodji, MT selaku Dosen Penguji Seminar II. 12.Bapak Ir. H. Tri Susilo, MM selaku Dosen Penguji I Ujian Negara Lisan. 13.Bapak Ir. Budi Santoso, MMT selaku Dosen Penguji II Ujian Negara Lisan. 14.Segenap staff Dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

15.Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya dan PR. BERKAH NALAMI pada khususnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Oktober 2012 Penulis


(4)

iii

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 4

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi dan Transportasi ... 6

2.1.1 Distribusi ... 6

2.1.1.1 Sistem Distribusi ... 7

2.1.1.2 Saluran Distribusi ... 7

2.1.1.3 Efesiensi Penjadwalan Jalur Distribusi ... 8


(5)

iv

2.1.2.1 Metode yang Digunakan Dalam Persoalan Transportasi ... 11

2.1.2.2 Fungsi Dasar Manajemen Distribusi dan Transportasi ... 13

2.2 Metode Supply Chain Dalam Penentuan Rute ... 15

2.2.1 Metode Savings Matrix ... 15

2.2.1.2 Langkah-langkah Metode Savings Matrix ... 16

2.2.2 Metode General Assignment ... 21

2.2.2.1 Metode Penentuan Urutan Customer ... 23

2.3 Teknik Peramalan ... 24

2.3.1 Pengertian Metode Peramalan ... 24

2.3.2 Peramalan Dalam Horizon Waktu ... 24

2.3.3 Prosedur Peramalan ... 25

2.3.4 Metode Time Series ... 26

2.3.4.1 Metode yang Digunakan Dalam Time Series ... 28

2.3.5 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan (Moving Range Chart) . 31 2.3.5.1 Peta Moving Range ... 31

2.3.5.2 Uji Kondisi di Luar Kendali ... 33

2.4 Peneliti Terdahulu ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 37

3.2.1 Identifikasi Variabel ... 37

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 38

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 39


(6)

v

3.5 Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data... ... 50

4.1.1 Data Permintaan Customer ... 50

4.1.2 Data Jalur Distribusi Awal dan Kapasitas Alat Angkut ... 54

4.1.3Data Biaya Transportasi Awal ... 55

4.2 Pengolahan Data ... 56

4.2.1 Menghitung Jarak Koordinat Lokasi Customer Dari Pabrik ke Toko ... 56

4.2.2 Menghitung Jarak Lokasi Dari Pabrik Ke Customer ... 57

4.2.3 Mengidentifikasi Matrix Jarak ... 59

4.2.3.1 Penentuan Alokasi Customer Pada Jalur Distribusi Awal Berdasarkan Permintaan Periode Januari 2011- Juni 2012 ... 59

4.2.4 Biaya Tranportasi Pada Jalur Awal Periode Januari 2011- Juni 2012 ... 60

4.2.5 Mengalokasikan Permintaan Customer Periode Januari 2011- Juni 2012Pada Jalur Distribusi Baru (Penerapan Metode Savings Matrix) ... 62

4.2.5.1 Mengidentifikasi Matrix Penghematan ... 62

4.2.5.2 Penentuan Alokasi Customer pada Kendaraan dan Jalur Distribusi Baru Periode Januari 2011-Juni 2012 ... 63


(7)

vi

4.2.5.4 Biaya Transportasi Sesudah Penerapan Metode Savings

Matrix Berdasarkan Permintaan Periode Januari 2011-

Juni 2012 ... .69 4.2.6 Peramalan ( Forecasting) Permintaan ... 71 4.2.6.1 Ploting Data Permintaan Periode Januari 2011-

Juni 2012 ... 71 4.2.6.2 Perhitungan Nilai MSE... 72 4.2.6.3 Pemilihan Nilai MSE Terkecil ... 73 4.2.6.4 Melakukan Uji MRC dari Metode Peramalan yang

Digunakan ... 74 4.2.6.5 Peramalan Permintaan dengan Metode yang Terpilih

Untuk Periode November 2012 - Oktober 2013 ... 75 4.2.7 Pengalokasian Customer Pada Jalur Distribusi Baru

(Penerapan Metode Savings Matrix) Berdasarkan Permintaan

Periode November 2012 – Oktober 2013 ... 77 4.2.8 Mengurutkan Customer Dalam Jalur Distribusi Baru

Periode November2012 - Oktober 2013... 82 4.2.9 Perhitungan Biaya Transportasi Jalur Distribusi Baru Untuk

Periode November 2012 – Oktober 2013 ... 84 4.2.10 Rekomendasi Jalur Distribusi Untuk Periode November

2012-Oktober 2013 ... 86 4.2.11 Hasil Dan Pembahasan ... 86


(8)

vii BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 89 5.2 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA


(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perubahan Yang Terjadi Dengan Menggabungkan Customer 1

dan Customer 2 Ke Dalam Satu Rute ... 18

Gambar 2.2 Kriteria di Luar Kendali ... 33

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ... 43

Gambar 4.1 Peta Jawa Timur ... 56

Gambar 4.2 Diagram pencar data permintaan Rokok Nalami Cokelat ... 71


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Lokasi Tujuan Dan Ukuran Order ... 16

Tabel 2.2 Matriks Jarak Dari Pabrik KeCustomer Dan Antar Customer ... 17

Tabel 2.3 Matriks Penghematan Jarak Dengan Menggabungan Dua Rute Yang Berbeda ... 19

Tabel 2.4 Langkah Awal Semua Customer Memiliki Rute Terpisah ... 19

Tabel 2.5 Semua CustomerMemiliki Rute Terpisah ... 20

Tabel 2.6 Customer 4 Masuk Ke Rute A Dan Customer 3 Masuk Ke Rute B ... 20

Tabel 4.1 Data Permintaan Rokok Nalami Cokelat (Bungkus) ... 50

Tabel 4.2 Data Permintaan Rokok Ijo (Bungkus) ... 51

Tabel 4.3 Data Permintaan Rokok Ekslusif (Bungkus) ... 51

Tabel 4.4 Data Permintaan Rokok Golden Start (Bungkus) ... 52

Tabel 4.5 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Cokelat per Bulan Tiap Toko Periode Januari 2011-Juni 2012 ... 53

Tabel 4.6 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Ijo per Bulan Tiap Toko Periode Januari 2011-Juni 2012 ... 53

Tabel 4.7 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Ekslusif per Bulan Tiap Toko Periode Januari 2011-Juni 2012 ... 53

Tabel 4.8 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Golden Start per Bulan Tiap Toko Periode Januari 2011-Juni 2012 ... 54

Tabel 4.9 Jalur Distribusi Awal Pendistribusian Rokok Kretek Dari Pabrik Ke Toko ... 54


(11)

x

Tabel 4.11 Jarak Total Perjalanan dan Beban Order Pendistribusian Rokok

dari Pabrik ke Toko Pada Jalur distribusi Awal... 55

Tabel 4.12 Daftar Harga Biaya Transportasi Awal ... 55

Tabel 4.13 Jenis Biaya Transportasi Awal ... 55

Tabel 4.14 Jarak Lokasi Dari Pabrik Ke Tiap Toko Dalam Koordinat ... 57

Tabel 4.15 Jarak Lokasi Dari Pabrik Ke Tiap Toko ... 58

Tabel 4.16 Matriks Jarak ... 59

Tabel 4.17 Total Biaya Transportasi ... 61

Tabel 4.18 Savings Matriks ... 62

Tabel 4.19 Total Biaya Transportasi Jalur distribusi Baru ... 70

Tabel 4.20 Nilai MSE dari 3 Metode Peramalan Rokok Nalami Cokelat ... 72

Tabel 4.21 Nilai MSE dari 3 Metode Peramalan Rokok Nalami Ijo ... 72

Tabel 4.22 Nilai MSE dari 3 Metode Peramalan Rokok Nalami Ekslusif ... 72

Tabel 4.23 Nilai MSE dari 3 Metode Peramalan Rokok Nalami Golden Start .. 73

Tabel 4.24 Nilai MSE Terkecil dan Metode Yang Digunakan Untuk Rokok Nalami Cokelat ... 73

Tabel 4.25 Nilai MSE Terkecil dan Metode Yang Digunakan Untuk Rokok Nalami Ijo ... 73

Tabel 4.26 Nilai MSE Terkecil dan Metode Yang Digunakan Untuk Rokok Ekslusif ... 74

Tabel 4.27 Nilai MSE Terkecil dan Metode Yang Digunakan Untuk Rokok Nalami Golden Start ... 74

Tabel 4.28 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Nalami Cokelat untuk periode November 2012- Oktober 2013 ... 76


(12)

xi

Tabel 4.29 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Nalami Ijo untuk

periode November 2012- Oktober 2013 ... 76 Tabel 4.30 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Nalami Ekslusif untuk

periode November 2012- Oktober 2013 ... 77 Tabel 4.31 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Nalami Golden Start

untuk periode November 2012- Oktober 2013 ... 77 Tabel 4.32 Total Biaya Transportasi Jalur distribusi Baru ... 85 Tabel 4.33 Perbandingan Jalur Distribusi Awal dan Jalur Distribusi Baru serta

Total Jarak Tempuh ... 87 Tabel 4.34 Perbandingan Biaya Transportasi Jalur distribusi Awal Dan


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan dan Struktur Organisasi Lampiran B Data Perusahaan PR. Berkah Nalami

Lampiran C Perhitungan Rata-rata Beban Order Rute Awal Lampiran D Perhitungan Matrix Jarak

Lampiran E Perhitungan Biaya Tranportasi Rute awal Lampiran F Perhitungan Matrix Penghematan

Lampiran G Iterasi Metode Saving Matrix

Lampiran H Ploting (Diagram Pencar) Data Permintaan Customer Lampiran I Forecasting Time Series Output

Lampiran J Moving Range Chart (MRC)

Lampiran K Perhitungan Rata-rata Beban Order Hasil Peramalan Lampiran L Iterasi Metode Peramalan


(14)

ABSTRAKSI

Tingginya tingkat persaingan dalam dunia industri, menuntut perusahaan untuk dapat menghadapi persaingan secara baik dan siap dengan segala resiko yang akan dihadapi. Salah satu jaminan yang harus dipenuhi perusahaan kepada customer adalah pengiriman produk sesuai dengan permintaan customer secara tepat waktu dan efisien.Sehingga proses distribusi tidak mengakibatkan pemborosan dari segi waktu, jarak, tenaga dan biaya transportasi yang tinggi.

Perusahaan Berkah Nalami, Ponorogo merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri rokok kretek. Sasaran distribusi PR. Berkah Nalami Ponorogo adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat, biaya yang efisien, dan pelayanan yang baik. Sedangkan dalam pengiriman rokok ke beberapa daerah pemasaran belum adanya perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat sehingga mengakibatkan jalur pengiriman yang ditempuh semakin panjang dan mengakibatkan biaya transportasi menjadi mahal.

Dengan adanya permasalahan tersebut maka digunakan metode Savings Matrix yang dapat digunakan untuk menentukan jalur distribusi rokok kretek ke customer dengan cara menentukan urutan jalur distribusi yang harus dilalui oleh kendaraan dan jumlah alat angkut berdasarkan kapasitas dari alat angkut tersebut. Metode ini diterapakan agar diperoleh jalur distribusi terpendek dan mendapatkan penghematan biaya transportasi setelah perbaikan dengan menggunakan metode Savings Matrix.

Hasil penelitian dengan metode Saving Matrix didapat jalur pendistribusian rokok kretek ke 7 customer yang ada di Jawa Timur dengan 3 jalur distribusi baru yaitu

Jalur distribusi A dari Gudang – Trenggalek - TulungAgung – Nganjuk – Gudang dengan jarak tempuh terpendek sebesar 174,57 km, Jalur distribusi B dari Gudang – Madiun – Ngawi – Magetan - Gudang dengan jarak tempuh terpendek sebesar 114,76 km dan Jalur distribusi C dari Gudang - Pacitan – Gudang dengan jarak tempuh terpendek sebesar 116,34 km. Sehingga terjadi penghematan total jarak tempuh sebesar 536,62 km – 405,67 km = 130,95 km atau 24,40 % per bulan. Dan sesudah menggunakan metode Saving Matrix didapat perbaikan biaya transportasi dari Rp. 11.000.916,-/ bulan menjadi Rp. 6.765.206,-/ bulan sehingga didapat penghematan sebesar Rp. 4.235.710,-/ bulan atau 38,50 % per bulan.

Kata Kunci : Biaya Transportasi, Efesien, Jalur Distribusi, Kapasitas Alat Angkut,


(15)

ABSTRACT

The high level of competition in the industry, requires companies to be able to compete well and ready with all the risks that will be faced. One insurance company that must be met to the customer is shipping the product according to customer demand in a timely and efisien. So distribution process does not result in waste in terms of time, distance, energy and transportation costs are high.

Berkah Nalami companies, Ponorogo is a company engaged in the cigarette industry. PR distribution targets. Berkah Nalami Ponorogo is able to precisely time product delivery, cost efficient, and good service. While the delivery of cigarettes to some areas of the lack of marketing planning and delivery of the exact distribution of items resulting in delivery path taken longer and result in a high cost of transportation.

With the problems we used methods Savings Matrix that can be used to determine the distribution of clove cigarettes to the custoer by way of determining the order of the distribution channels that must be passed by vehicles and the numbers of carriers based on the capacity of the conyeyance. This method applied order to obtain the shorthest path distribution and obtain transportation cost Saving after improvements by using the Savings matrix.

The results obtained with the method of Saving Matrix distribution channels to 7 customer cigarette is in East Java with 3 new distribution channels ie Line A of the Warehouse distribution - Trenggalek - TulungAgung – Nganjuk - Warehouse with the shortest distance of 174.57 miles, point distribution Warehouse-B from Madiun - Ngawi - Magetan - Warehouse with the shortest distance of 114.76 km and Line C of the Warehouse distribution - Pacitan - Warehouse with the shortest distance of 116.34 miles. Resulting in savings of the total mileage of 536.62 miles - 405.67 km = 130.95 km or 24.40% per month. And after using the Saving Matrix transportation improvements gained from Rp. 11,000,916, - / month to Rp. 6,765,206, - / month in order to get a savings of Rp. 4,235,710, - / month or 38.50% per month.

Keywords: Transportation Cost, Efficient, Lane Distribution, Conveyance Capacity, Demand Customer, Saving Matrix


(16)

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI ROKOK KRETEK

DENGAN METODE SAVINGS MATRIX

UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI

DI PR. BERKAH NALAMI, PONOROGO

SKRIPSI

Disusun Oleh :

EKO PURWANTI 0932010081

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia industri, menuntut perusahaan untuk dapat menghadapi persaingan secara baik dan siap dengan segala resiko yang akan dihadapi. Salah satu jaminan yang harus dipenuhi perusahaan kepada customer adalah pengiriman produk sesuai dengan permintaan

customer secara tepat waktu dan efisien. Pendistribusian mempunyai peranan

yang penting dalam memenuhi permintaan customer karena tanpa adanya sistem distribusi yang tepat maka akan membuat proses distribusi yang dilaksanakan mengakibatkan pemborosan dari segi waktu, jarak, tenaga dan biaya transportasi yang tinggi.

Distribusi dan transportasi merupakan kegiatan yang saling berhubungan karena keduanya merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada customer. Ketepatan pengiriman produk kepada customer harus memiliki dasar penjadwalan dan penentuan jalur distribusi secara tepat, melalui metode Saving matrix (Matrik Penghematan) maka dapat membantu pendistribusian produk ke customer dan dapat meminimumkan jarak, waktu, tenaga, dan biaya transportasi sehingga memberikan keuntungan pada perusahaan dan customer yang akan dikunjungi.

Perusahaan rokok Berkah Alami Ponorogo merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri rokok kretek. Sasaran distribusi PR. Berkah Nalami Ponorogo adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat, biaya


(18)

yang efisien, dan pelayanan yang baik. PR. Berkah Nalami Ponorogo dituntut untuk dapat merancang kinerja pengiriman yang reliabel. Sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut masih ada permasalahan dari perusahaan dimana dalam pengiriman rokok ke beberapa daerah pemasaran belum adanya perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat yaitu dalam menentukan jalur distribusi ke customer yang mengakibatkan jalur pengiriman yang ditempuh semakin panjang tanpa melihat terlebih dahulu kapasitas dari kendaraan dan jarak yang akan ditempuh sehingga mengakibatkan biaya transportasi menjadi mahal.

Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut, maka perusahaan membutuhkan suatu penjadwalan dan penentuan jalur distribusi secara tepat untuk mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan tenaga serta mendapatkan biaya transportasi yang lebih murah. Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian dengan metode saving matrix dengan harapan dapat di tentukan jalur pengiriman rokok kretek yang lebih cepat sehingga di hasilkan biaya transportasi yang lebih murah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada di perusahaan berkaitan dengan pengiriman produk produk karung, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

“Jalur distribusi mana sajakah yang dapat digunakan oleh PR. Berkah

Nalami Ponorogo sehingga dapat menentukan jalur distribusi dan


(19)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan pada 4 macam produk yaitu Nalami Cokelat, Nalami Ijo, Nalami Ekslusif, dan Nalami Golden Start.

2. Jalur distribusi rokok kretek dari kota asal Ponorogo ke kota Nganjuk, Magetan, Pacitan, Trenggalek, Tulung Agung, Madiun, dan Ngawi. 3. Biaya transportasi meliputi bahan bakar (bensin), biaya tenaga kerja dan

biaya retribusi (parkir) periode Januari 2011 – Juni 2012.

4. Jenis kendaraan yang digunakan dalam distribusi rokok kretek adalah mobil box dengan kapasitas alat angkut 32.000 bungkus.

5. Data permintaan rokok kretek yang diambil mulai Januari 2011 – Juni 2012.

1.4 Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kondisi kendaraan diasumsikan dalam kondisi stabil, tidak ada rusak, tidak terjadi bencana alam selama perjalanan.

2. Biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja dan biaya retribusi diasumsikan tetap selama penelitian dilakukan.

3. Untuk waktu pemesanan produk oleh customer tidak diperhitungkan. 4. Jalur distribusi yang dilalui pada saat pengiriman rokok kretek dari pabrik

ke lokasi customer diasumsikan sama dengan jalur kembali dari lokasi


(20)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Menentukan jalur distribusi rokok kretek yang harus ditempuh tiap kendaraan berdasarkan kapasitas alat angkut dan mendapatkan penghematan biaya transportasi setelah perbaikan dengan menggunakan metode Saving

Matrix.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan, dapat memberikan masukan dalam pengoptimalan jalur distribusi dan penghematan biaya transportasi setelah dilakukan penelitian sehinggadapat dijadikan bahan pertimbangan oleh PR. Berkah Nalami, Ponorogo.

2. Bagi Perguruan Tinggi, dapat memberikan referensi tambahan dibidang industri khususnya tentang transportasi dan distribusi.

3. Bagi Mahasiswa, dapat menambah wawasan, kemampuan dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkulihan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai distribusi dan transportasi pada perusahaan.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :


(21)

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori-teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian sebagai penunjang untuk mengolah dan menganalisa data-data yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung yaitu teori tentang distribusi, penjadwalan dan penentuan jalur dalam transportasi dan Savings Matrix.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan penelitian, mulai dari lokasi pencarian data, metode pengambilan data, identifikasi variabel, dan metode pengolahan data, yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian selama pelaksanaan penelitian. BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang data-data yang telah terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup tulisan yang berisi kesimpulan dan saran mengenai analisa yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan suatu rekomendasi sebagai masukan ataupun perbaikan bagi pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, asumsi, dan sistematika penulisan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi dan Transportasi 2.1.1 Distribusi

Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi.

Beberapa definisi yang diberikan oleh ahli mengenai distribusi, diantaranya :

a. Menurut Kotler (2000:347), “Distribusi adalah seperangkat organisasi yang paling tergantung dan saling terlibat dalam proses perluasan produk atau jasa yang tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi”.

b. Menurut Dharmesta (2002:285), “Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai produsen”.

c. Menurut Simamorang (2001:309), “Distribusi adalah suatu lembaga perantara yang dilakukan kegiatan menyalurkan barang dan jasa disertai hak milik dari produsen ke konsumen”.

Dari ketiga definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan masyarakat konsumen. Distribusi produk ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai perantara sekaligus penghubung


(23)

antara produsen dengan konsumen. Agar produk dapat diterima konsumen dengan cepat, tepat dan dalam kondisi yang baik sesuai yang diharapkan baik produsen maupun konsumen (Nasution, 2002 ; 30).

2.1.1.1 Sistem Distribusi

Pengertian sistem distribusi adalah pengaturan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Sistem distribusi dapat dibedakan menjadi 2 (http://balaipustaka.wordpress.com/2009/03/15/pengertian-distribusi/) :

a. Sistem distribusi jalan pendek atau langsung

Adalah sistem distribusi yang tidak menggunakan saluran distribusi. Contoh distribusi sistem ini adalah penyaluran hasil pertanian oleh petani ke pasar langsung.

b. Sistem distribusi jalan panjang atau tidak langsung

Adalah sistem distribusi yang menggunakan saluran distribusi dalam kegiatan distribusinya biasanya melalui agen. Contoh: motor, mobil.

2.1.1.2Saluran Distribusi

Salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan dalam memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen adalah saluran distribusi yang tepat.. Masalah pemilihan saluran distribusi produksi merupakan persoalan yang sangat penting. Mengingat fungsinya sebagai penyalur/ penghubung hasil produksi dari produsen ke konsumen.

Beberapa definisi yang diberikan oleh ahli mengenai saluran distribusi, diantaranya :


(24)

a. Menurut Warren J. Keegan (2003:89), “Saluran DistribusI adalah Saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebutdari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industry”.

b. Menurut Djaslim Saladin (2006:153), “Saluran Distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yangterlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakanatau dikonsumsi.

c. ”Menurut Philip Kotler (2007:122), “ Saluran Distribusi adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi.

”Dari definisi diatas dapat tergambar bahwa saluran distribusi merupakan suatu lembaga pemasaran baik itu milik produsen maupun bukan yang bertugas untuk menyalurkan produk baik ke konsumen maupun ke konsumen industri berdasarkan prinsip manajemen perusahaan yang telah ditetapkan. Jadi permasalahan pemilihan saluran distribusi bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, kesalahan didalam pemilihan saluran pemasaran dapat memperlambat distribusi.

2.1.1.3 Efisiensi Penjadwalan Jalur Distribusi

Penjadwalan yang efisien dan penyusunan rute yang baik dapat menghemat waktu pengiriman bagi kendaraan, dan hasilnya jumlah biaya operasi dapat berkurang. Untuk mencapai tingkat susunan rute dan jadwal perjalanan yang lebih baik bagi kendaraan ialah dengan menggunakan sistem peta jalan atau jarak lokasi pelanggan dengan menggunakan skala perbandingan.


(25)

Perencanaan rute merupakan bagian penting untuk mencapai angkutan produk perusahaan dengan biaya minimal. Setiap kendaraan yang meninggalkan lokasi pabrik harus mnegikuti rute yang sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. Agar menghasilkan efisiensi biaya dalam jumlah yang besar. Kendaraan tidak saja harus siap dimuati, tetapi juga siap di service, pengisian bahan bakar, sehingga pengemudi dan kendaraan harus dijauhkan dari kemungkinan kecelakaan. Dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi maka kita dapat melakukan penjadwalan yang efisien dan pengiriman barang yang optimal.

Dapat dikatakan bahwa penjadwalan yang efisien dan pengiriman barang yang optimal jika dapat mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan tenaga sehingga mendapatkan biaya transportasi yang lebih efisien serta produk yang dikirim tepat waktu dan dalam kondisi baik. (Hadinoto, 1996 ; 112-113)

2.1.2 Transportasi

Transportasi berasal dari bahasa latin yaitu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Dari kata tersebut transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu dari tempat ketempat lain.

Pengertian transportasi menurut para ahli adalah sebgai berikut :

a. Menurut Haryono (2006: 93) “Transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin”.


(26)

b. Menurut Kamaluddin 1987 : 9,“ Transportasi dapat didefinisikan sebagai usaha mengangkut atau membawa barang dan/ atau penumpang dari suatu tempat ketempat lainnya.

c. Meunurut Nasution, 2004 ; 15, “Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Proses tranportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, ke mana kegiatan tranportasi diakhiri”. Dalam hubungan ini terlihat bahwa unsur-unsur tranportasi meliputi atas :

- Ada muatan yang diangkut

- Tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya - Ada jalanan yang dapat dilalui

- Ada terminal asa dan terminal tujuan

- Sumber daya manusia dan organisasi/ manajemen yang menggerakan kegiatan tranportasi tersebut.

Dari tiga pengertian di atas disimpulkan bahwa konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Transportasi menyebabkan nilai barang lebih tinggi ditempat tujuan daripada di tempat asal, dan nilai ini lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutannya.

Dengan lancarnya transportasi, tepat waktu, adanya keselamatan barang dan biaya relatif murah akan mempengaruhi harga atau mutu komoditi sampai pada konsumen. Selain itu salah satu faktor yang memegang peranan utama dalam penetapan lokasi industri atau kegiatan ekonomi lainnya adalah besar biaya transportasi. Hal tersebut disebabkan karena biaya transportasi merupakan salah


(27)

satu komponen biaya produksi. Apabila biaya transportasi lebih murah akan mengakibatkan biaya produksi lebih rendah dan harga produk lebih rendah, sehingga menambah daya saing produk dan memperluas lokasi daerah pemasaran. Dapat dirumuskan masalah transportasi dan jarak yang ada, yaitu (Salim, 2002 ;

54) :

Transportasi Cost/km =

Jarak st TranportCo

2.1.2.1 Metode yang Digunakan Dalam PersoalanTransportasi

Metode tranportasi merupakan suatu teknik riset operasi (operation

research) yang dapat sangat membantu dalam pembuata keputusan-keputusan

lokasi pabrik atau gudang. Metode ini terutama digunakan bila perusahaan yang mempunyai beberapa pabrik dan beberapa gudang bermaksud menambah kapasitas satu pabriknya atau realokasi pelayanan dari setiap pabrik serta penambahan pabrik atau gudang baru (Salim, 2002 ; 255).

Masalah-masalah metode tranportasi merupakan masalah-masalah khusus dari programasi linier. Dalam permasalahan transportasi ini, kita mengenal 3 metode transportasi yang sering digunakan, yaitu (Nasution 2004 ; 37) :

1. Metode pojok kiri atas-pojok kanan bawah (North-West Corner)

Metode North-West Corner merupakan metode yang digunakan untuk menacari penyelesaian awal dari sebuah persoalan tranportasi yang dihadapi. 2. Metode ongkos terkecil (Least Cost)

Metode Least Cost merupakan metode transportasi yang berusaha mencapai tujuan untuk minimasi biaya dengan alokasi sistematik kepada kotak-kotak sesuai dengan besarnya biaya transportasi per unit.


(28)

3. Metode pendekatan Vogel (Vogel’s Approximation Method, VAM)

Metode Aproksimasi Vogel (VAM) selalu memberikan suatu solusi awal yang lebih baik dibanding metode Nort-West Corner dan sering kali lebih baik dari pada metode Least Cost . VAM melakukan alokasi dalam suatu cara yang akan meminimumkan penalty (Oportunity cost) dalam memilih kotak yang salah untuk suatu lokasi.

Sedangkan masalah transportasi dalam penentuan jadwal serta rute pengiriman dari satu lokasi tujuan merupakan keputusan operasional paling penting yang berhubungan dengan transportasi di dalam supply chain adalah penentuan rute dan penjadwalan pengiriman. Manajer harus menentukan customer yang akan dikunjungi dengan sebuah kendaraan khusus dan urutan yang akan dikunjungi. Keputusan jadwal pengiriman serta rute yang akan ditempuh oleh setiap kendaraan akan berpengaruh terhadap biaya-biaya pengiriman, kapasitas kendaraan atau armada pengangkutan.

Dalam penentuan jadwal serta rute pengiriman terdapat 2 metode dalam

supply chain, yaitu: (Pujawan, 2005; 179-180).

a. Metode Savings Matrix b. Metode General Assignment

Metode Savings Matrix mendasarkan penyelesaian permasalahan transportasi dengan melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman produk dari pabrik ke customer, dengan tujuan dapat meminimumkan jarak atau waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. Kendala yang terjadi adalah satu kali pengiriman produk dilakukan dalam satu rute untuk satu customer. Dengan adanya permasalahan tersebut maka metode


(29)

savings matrix dapat memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan

kendala-kendala yang terjadi.

Agar penjadwalan distribusi dengan menentukan jalur distribusi dapat optimal, maka dalam pengiriman tersebut harus disesuaikan dengan jumlah permintaan produk oleh customer dan kapasitas dari kendaraan atau armada yang ada, sehingga dilakukan teknik peramalan permintaan pada tiap-tiap customer dengan menggunakan metode peramalan Time Series.

2.1.2.2 Fungsi Dasar Manajemen Distribusi dan Transportasi

Pujawan (2005) mengemukakan bahwa secara tradisional kita mengenal manajemen distribusi dan transportasi dengan berbagai sebutan. Sebagian perusahaan menggunakan istilah manajemen logistik, sebagian lagi menggunakan istilah distribusi fisik (physical distribution). Kegiatan transportasi dan distribusi bisa dilakukan perusahaan manufaktur dengan membentuk bagian distribusi/ transportasi tersendiri atau diserahkan ke pihak ketiga. Manajemen distribusi dan transportasi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri dari : 1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level.

Segmentasi pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada revenue perusahaan sangat bervariasi dan karakteristik tiap pelanggan bisa sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Dari segi revenue, sering kali hukum pareto 20 / 80 berlaku disini. Artinya hanya sekitar 20% dari pelanggan atau area penjualan menyumbangkan sejumlah 80% dari pendapatan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan tidak bisa menomorsatukan semua pelanggan. Dengan memahami perbedaan karakteristik dan kontribusi tiap


(30)

pelanggan atau area distribusi, perusahaan bisa mengoptimalkan alokasi persediaan maupun kecepatan pelayanan.

2. Menentukan mode transportasi yang akan digunakan.

Tiap mode transportasi memiliki karakteristik yang berbeda dan mempunyai keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Sebagai contoh, transportasi laut memiliki keunggulan dari segi biaya yang lebih rendah, namun lebih lambat dibandingkan dengan transportasi udara. Manajemen transportasi harus bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam mengirimkan / mendistribusikan produk-produk mereka ke pelanggan. Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau bahkan harus dilakukan tergantung pada situasi yang dihadapi.

3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman.

Konsolidasi merupakan kata kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi informasi maupun pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari berbagai regional distribution center oleh central warehouse untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman.

4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman.

Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh gudang atau distributor adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan. Apabila jumlah pelanggan sedikit, keputusan ini bisa diambil dengan relatif gampang.


(31)

5. Memberikan pelayanan nilai tambah.

Disamping mengirimkan produk ke pelanggan, jaringan distribusi semakin banyak dipercaya untuk melakukan proses nilai tambah. Kebanyakan proses nilai tambah tersebut tadinya dilakukan oleh pabrik/ manufacturer. Beberapa proses nilai tambah yang bisa dikerjakan oleh distributor adalah pengepakan, pelabelan harga, pemberian barcode, dan sebagainya.

6. Menyimpan persediaan.

Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penyimpanan produk baik di suatu gudang pusat atau gudang regional, maupun di toko dimana produk tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu manajemen distribusi tidak bisa dilepaskan dari manajemen pergudangan.

7. Menangani pengembalian (return).

Manajemen distribusi juga punya tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu dalam supply chain. Pengembalian ini bisa karena produk rusak atau tidak terjual sampai batas waktu penjualannya habis, seperti produk-produk makanan, sayuran, buah, dan sebagainya. Proses pengembalian produk atau kemasan ini lumrah dengan sebutan reverse logistics.

2.2 Metode Supply Chain Dalam Penentuan Rute 2.2.1 Metode Savings Matrix

Savings Matrix merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk

menjadwalkan sejumlah terbatas kendaraan dari suatu fasilitas dan jumlah kendaraan dalam armada ini dibatasi dan mereka mempunyai kapasitas


(32)

maksimum yang berlainan. Tujuan metode ini adalah untuk memilih penugasan kendaraan dan routing sebaik mungkin. (Bowersox, 2002 ; 232)

Metode Savings Matrix pada hakekatnya adalah metode untuk meminimumkan jarak atau waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. (Pujawan, 2005 ; 180)

2.2.1.1 Langkah-Langkah Metode Savings Matrix

Sebelum melakukan perhitungan Savings Matrix, terlebih dahulu menentukan titik koordinat jarak dari pabrik/ gudang ke tiap-tiap pelanggan.

(Pujawan, 2005 ; 180)

Tabel 2.1 Lokasi Tujuan dan Ukuran Order

Customer Tujuan Koordinat x Koordinat y Ukuran Order

Customer 1

1

χ y1 A Unit

Customer 2

2

χ y2 B Unit

Customer 3 χ3 y3 C Unit

Customer 4

4

χ y4 D Unit

. . . Customer n . . . n χ . . . n y . . . N Unit

Sumber : Pujawan, 2005 ; 180

Kemudian melakukan perhitungan dalam meminimumkan jarak yang ditempuh menggunakan Metode Savings Matrix, terdapat beberapa langkah-langkah dalam meminimumkan jarak yang ditempuh, yaitu (Pujawan, 2005;180): 1. Mengidentifikasikan matrik jarak

Pada langkah ini perlu jarak antara pabrik ke masing-masing customer, sehingga menggunakan lintasan terpendek sebagai jarak antar lokasi. Jadi


(33)

dengan mengetahui koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua lokasi bisa dihitung dengan menggunakan rumus jarak standar.

Tabel 2.2 Matrik Jarak dari Pabrik ke Customer dan antar Customer Pabrik/ Gudang Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4 …Customer n Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4 . . . Customer n

Sumber : Pujawan, 2005 ; 180

Misalkan dua lokasi masing-masing dengan koordinat

(

χ1, y1

)

dan

(

χ2, y2

)

maka perhitungan matrik jarak dua lokasi tersebut adalah (Pujawan, 2005):

( ) (

) (

)

2

2 1 2 2 1 2 ,

1 y y

J = χ −χ + −

Hasil perhitungan jarak ini digunakan untuk menentukan matrik penghematan (Savings Matrix) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.

2. Mengidentifikasi matrik penghematan (Savings Matrix)

Savings matrix mempresentasikan penghematan yang bisa direalisasikan

dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute. Misalkan menggabungkan customer 1 dan customer 2 ke dalam satu rute maka jarak yang akan dikunjungi adalah dari gudang ke customer 1 kemudian ke


(34)

Gambar 2.1 Perubahan yang terjadi dengan menggabungkan Customer 1 dan

Customer 2 ke dalam satu rute (Sumber : Pujawan, 2005 ; 180)

Dari Gambar 2.1 terjadi perubahan jarak sebesar jarak kiri dikurangi total jarak kanan yang besarnya adalah (Pujawan, 2005):

( )

G J

( )

G

[

J

( ) ( ) ( )

G J J G

]

J ,1 2 ,2 ,1 1,2 2,

2 + − + +

( ) ( ) ( )

G,1 J G,2 J 1,2

J + −

=

Hasil ini diperoleh dengan asumsi bahwa jarak (x,y) sama dengan jarak (y,x). Hasil di atas bisa digeneralisasi sebagai berikut :

( ) ( ) ( ) ( )

x y J G x J G y J x y S , = , + , − , Dimana :

( )

x y =

S , Penghematan jarak (Savings) yang diperoleh dengan menggabungkan rute x dan y menjadi satu.

( )

G x =

J , Jarak dari gudang ke customer x.

( )

G y =

J , Jarak dari gudang ke customer y.

( )

x y =

J , Jarak dari customer x ke customer y.

Kemudian dibuat tabel matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua rute yang berbeda.

Gudang

Customer 1 Customer 2

Gudang

Customer 2 Customer 1


(35)

Tabel 2.3 Matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua rute yang berbeda

Sumber : Pujawan, 2005 ; 181

Tabel 2.4 Langkah awal semua customer memiliki rute terpisah Pabrik/ Gudang Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4 …Customer n

Customer 1 Rute a

Customer 2 Rute b

Customer 3 Rute c

Customer 4 Rute d .

. .

Customer n Rute z

Order A B C D …N Unit

Sumber : Pujawan, 2005 ; 181

3. Mengalokasikan customer ke kendaraan atau rute

Pada langkah ini melakukan alokasi customer ke kendaraan atau rute. Dalam penggabungan rute customer, digabungkan sampai pada batas kapasitas truk atau armada yang ada, dengan melihat nilai penghematan terbesar pada tabel matrik penghematan jarak. Misalkan didapat matrik penghematan jarak sebagai berikut :

Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4 ….Customer n Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4 . . . Customer n


(36)

Tabel 2.5 Semua customer memiliki rute terpisah Pabrik/Gudang Customer

1 Customer 2 Customer 3 Customer 4

Customer 1 Rute a 0.0

Customer 2 Rute b 14.8 0.0

Customer 3 Rute c 12.5 12.9 0.0

Customer 4 Rute d 24.9 8.2 12.6 0.0

Order 320 85 300 150

Sumber : Pujawan, 2005 ; 182

Dari tabel 2.5 didapat penghematan terbesar pada Customer 1 dan 4 sebesar 24.9. Sehingga Customer 4 bergabung ke Rute a (Diasumsikan kapasitas truk memadai).

Tabel 2.6 Customer 4 masuk ke Rute a dan Customer 3 masuk ke Rute b Pabrik/Gudang Customer

1 Customer 2 Customer 3 Customer 4

Customer 1 Rute a 0.0

Customer 2 Rute b 14.8 0.0

Customer 3 Rute c 12.5 12.9 (2) 0.0

Customer 4 Rute a 24.9 (1) 8.2 12.6 0.0

Order 320 85 300 150

Sumber : Pujawan, 2005 ; 182

Selanjutnya dicari penghematan terbesar kedua didapatkan 12.9 (Customer 2 dan 3) masuk ke rute b, dan begitu seterusnya hingga customer ke-n. Jika terdapat customer yang sudah teralokasikan , tidak terjadi penggabungan. kemudian didapatkan jumlah rute sesuai dengan kapasitas armada yang ada dan penghematan jarak alokasi dari pabrik ke customer.

4. Mengurutkan customer (Tujuan) dalam rute yang sudah terdefinisi

Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan urutan kunjungan, namun pada penelitian ini menggunakan metode Nearest

Neighbor. Metode Nearest Neighbor merupakan metode pengurutan


(37)

customer yang akan dikunjungi terakhir. Misalnya diketahui 3 customer dalam

rute a, customer 1 memiliki jarak terdekat dengan gudang / pabrik dengan jarak 6.4, kemudian cari jarak customer terdekat dengan customer 1 didapat

customer 3 dengan jarak 6.7 dan terakhir yang dikunjungi adalah customer 2

kemudian kembali ke gudang (Gudang-Customer1-Customer3-Customer2-Gudang). Jika kebetulan menghasilkan rute dengan jarak yang sama maka dipilih total jarak yang minimum.

Dengan dilakukan penyelesaian permasalahan tersebut menggunakan metode savings matrix, maka dapat dihasilkan jalur distribusi yang optimal dengan biaya distribusi yang lebih efisien.

2.2.2 Metode General Assignment

Penugasan adalah suatu tindakan memasangkan sejumlah berhingga agen dengan sejumlah berhingga tugas. Sembarang agen dapat mengerjakan sembarang tugas dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan suatu tugas dapat berbeda untuk setiap agen. Semua tugas harus diselesaikan, tetapi satu tugas hanya boleh dikerjakan oleh satu agen. Demikian pula sebaliknya, satu agen hanya boleh mengerjakan satu tugas. Oleh karena itu, banyaknya agen diasumsikan sama dengan banyaknya tugas. Tujuan dari penugasan adalah meminimumkan biaya total penyelesaian seluruh tugas atau memaksimumkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus dipilih agen yang tepat untuk etiap tugas. Masalah penugasan yang diperumum disebut General Assignment Problem.

General Assignment atau sering disebut dengan Assignment Problem adalah


(38)

Metode General assignment adalah masalah penugasan sehimpunan berhingga tugas ke sehimpunan berhingga agen. setiap agen memiliki kapasitas sumber daya yang akan menetukan seberapa banyak tugas yang dapat dikerjakan, sedangkan setiap tugas memiliki bobot dan biaya penyelesaian tugas yang dapat berbeda untuk setiap agen. Diasumsikan bahwa sembarang tugas dapat dikerjakan oleh setiap agen. Diasumsikan juga bahwa satu agen tidak boleh mengerjakan seluruh tugas, sehingga kapasitas agen harus lebih kecil dari jumlah bobot seluruh tugas.

Setiap tugas hanya boleh dikerjakan oleh satu agen, tetapi satu agen dapat mengerjakan lebih dari satu tugas selama tidak melebihi kapasitas sumber dayanya. Oleh karena itu banyaknya agen dan banyaknya tugas tidak harus sama. Metode General assignment menggunakan algoritma branch and bound dalam menyelesaikan masalahnya. Assigment problem dapat dimodelkan dengan graf bipartite lengkap berbobot G(V1,V2,E) dimana|V1|=|V2|. Graf bipartite adalah graf yang simpul-simpulnya dapat dikelompokkan menjadi 2 himpunan simpul. Setiap simpul pada himpunan yang sama tidak saling bertetanggaan. Pada graf bipartite lengkap berbobot setiap simpul pada himpunan yang satu bertetanggaan dengan semua simpul pada himpunan lainnya dan setiap sisi antara simpul memiliki nilai tertentu (lihat Gambar.2.2).

Kemudian memilih salah satu sisi dari sisi-sisi yang dimiliki setiap simpul sehingga bila sisi-sisi terpilih dijumlahkan akan memberikan jumlah yang minimum. Pencarian solusi optimum assignment problem secara alamiah dapat dilakukan dengan cara exautives search, yaitu meiterasi satu persatu element himpunan permutasi dari agent dan menentukan element dari himpunan tersebut yang memiliki cost minimum. Apabila terdapat n buah task dan n buah agen, maka


(39)

terdapat n! buah element yang harus dihitung biayanya.(http://www.scribd.com/doc/81072419/Contoh-Masalah-Optimasi Kombinasi-MakalahSTMIK2007-099)

Gambar 2.2 Permodelan Graf Untuk Assignment Problem

Pada assignment problem proses Branching dilakukan dengan memilih agent untuk mengerjakan setiap task . Apabila suatu agent sudah dipilih untuk melakukan suatu task , dia tidak boleh dipilih lagi untuk task berikutnya. Pemilihan task dilakukan secara bertahap.

Nilai batas suatu simpul didefinisikan dengan cost minimum yang paling mungkin apabila kita memilih agent yang bersesuaian dengan simpul tersebut.

C(X) = ∑c(k,l) + c(i,j) + r Minj

C(X) = cost minimum paling mungkin apabila kita memilih agent i untuk task j. c(k,l) = fungsi biaya apabila agent k mengerjakan task l,dimana k adalah element

dari himpunan agen A danl[1..j-1].


(40)

r Min = jumlah cost minimum dari task - task yang belumdikerjakan apabila kita memilih agent yang bersesuaian dengan simpul X.

Gambar 2. 3 Graf bipartiteuntuk assignment problem dengan n task dan n agent Lingkaran kecil pada bagian kiri merupakan simpul orang (agent ) dan pada bagian kanan merupakan simpul job(task), angka pada sisi merupakan nilai cost untuk simpul tetangganya

Metode General assignment hampir sama dengan metode Savings Matrix, namun perbedaan metode general assignment menggunakan solusi percabangan, dimana pada setiap percabangan terdapat agent yang memiliki task atau secara

general problem state dari permasalahan ini adalah ada sejumlah agent dan task

dan setiap agent sehingga dibebani cost, kemudian mengatur pemberian setiap

task kepada tepat satu agent sehingga semua task dapat dijalankan dengan cost

seminimal mungkin. Sedangkan pada metode Savings Matrix solusi yang diberikan tanpa memberikan sejumlah agent dalam menyelesaikan permasalahan


(41)

distribusinya, tetapi persamaan dari kedua metode ini terdapat pada aspek waktu, jarak, dan biaya yang dipertimbangkan.

Prosedur dalam metode General Assignment terdapat beberapa tahap-tahap : 1. Diberikan sejumlah agent dan task dalam penyelesaian masalahnya.

2. Setiap agent tertentu memiliki cost untuk task tertentu. 3. Menempatkan sebuah agent untuk tiap-tiap rute :

a) Di mana agent pada tiap-tiap rute mempunyai armada dan beban pengalokasian produk untuk tiap agent disesuaikan dengan kapasitas armada.

b) Rute pengiriman dari satu agent untuk beberapa customer dikirim dengan rute sesuai arah jarum jam.

c) Pemilihan setiap agent berada di tengah di antara beberapa customer atau dengan jarak yang sama jika dilihat dari jarak gudang.

4. Mengevaluasi besarnya biaya dalam orbit penempatan untuk tiap customer Untuk tiap penempatan (Sk), Customer i, dan biaya penempatan (cik). Untuk menghitung perjalanan customer dari gudang ke penempatan dan kembali. Dengan rumus sebagai berikut : cik = Dist (DC, i) + Dist (i, Sk) – Dist (DC, Sk)

5. Keputusan penempatan customer untuk rute

Keputusan penempatan customer pada tiap agent, dengan melihat dari total biaya penempatan terkecil.


(42)

6. Rangkaian customer dalam rute

Setelah dilakukan penempatan customer pada tiap agent berdasarkan besarnya jarak dan biaya penempatan maka diperoleh beberapa rangkaian customer pada setiap agent dengan urutan distribusi searah jarum jam.

2.2.2.1 Metode-metode Penentuan Urutan Customer

Ada beberapa metode/ prosedur penentuan urutan customer dalam satu rute (Chopra, 2001; 442-443) :

a) Farthest Insert

Memasukkan konsumen yang memberikan perjalanan paling jauh. Urutan setiap customer yang belum termasuk dalam satu trip, evaluasi minimum kenaikan jarak tempuh jika customer ini dimasukkan dalam trip dan memasukkan customer dengan kenaikan minimum terbesar.

b) Nearest Insert

Memasukkan customer yang memberikan perjalanan terpendek. Untuk setiap

customer yang belum termasuk dalam satu trip, evaluasi minimum kenaikkan

jarak tempuh jika customer ini dimasukkan dalam trip dan memasukkan

customer dengan kenaikkan minimum terkecil.

c) Nearest Neighbour

Mulai dari DC, prosedur ini menambah customer yang terdekat untuk melengkapi trip. Pada tiap langkah, trip dibangun dengan menambahkan

customer yang terdekat dari titik terakhir yang dikunjungi oleh kendaraan


(43)

d) Sweep

Dalam metode ini, point / titik manapun pada jaringan dipilih (umumnya DC itu sendiri) dan jalur dibersihkan searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam dari titik point. Perjalanan dibentuk dengan mengurutkan customer yang ditemui selama proses.

2.3 Teknik Peramalan

2.3.1 Pengertian Metode Peramalan

Peramalan adalah metode untuk memperkirakan suatu nilai di masa depan dengan menggunakan data masa lalu. Peramalan juga dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian pada masa yang akan datang sedangkan aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan penjualan dan pengguanaan suatu produk sehingga produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat (Gaspersz, 2002 ; 71).

Metode peramalan dibagi dua yaitu ; metode peramalan Time Series dan metode peramalan non time series. Dalam penelitian ini menggunakan metode peramalan time series yang merupakan metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan.

2.3.2 Peramalan dalam Horizon Waktu

Dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan maka kita dapat mengklasifikasikan peramalan tersebut dalam 3 kelompok (Nasution, 2003; 26) : 1. Peramalan jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini


(44)

2. Peramalan jangka menengah, umunya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini lebih mengkhususkan dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran. 3. Peramalan jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini

digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur, penjadwalan kerja dan lain-lain keputusan kontrol jangka pendek.

Dalam penelitian ini menggunakan peramalan jangka menengah yang umunya dilakukan 1 atau 2 tahun yang digunakan untuk menentukan jalur distribusi paling optimal berdasarkan data permintaan sebelumnya.

2.3.3 Prosedur Peramalan

Secara umum, untuk memastikan bahwa peramalan permintaaan yang dilakukan dapat mencapai taraf yang optimal, beberapa prosedur yang harus diperhatikan yaitu :

1. Tentukan pola data permintaan

Dilakukan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan apakah data berpola trend, musiman, siklikal atau siklus, eratik / random.

Trend/ kecenderungan (T) adalah sifat dari dari permintaan di masa lalu

terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun atau konstan. Siklus (C) merupakan pola permintaan suatu produk yang berulang secara periodik biasanya lebih dari satu tahun, sehingga tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek. Musiman (S) adalah pola permintaan suatu produk yang naik atau turun disekitar garis trend dan biasanya berulang setiap tahun disebabkan faktor cuaca, musim libur panjang,


(45)

dan lain-lain. Random (R) merupakan pola permintaan suatu produk yang mengikuti pola bervariasi secara acak karena faktor bencana alam, bangkrutnya perusahan dan lain-lain pola ini dibutuhkan dalam menentukan persediaan pengamatan untuk mengantisipasi kekurangan persediaan bila terjadi lonjakan permintaan. (Nasution, 2003; 5).

2. Mencoba beberapa metode Time Series sesuai dengan pola permintaan tersebut untuk melakukan peramalan.

3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang akan dicoba. Tingkat kesalahan masing-masing metode yang akan dicoba, tingkat kesalahan diukur dengan kriteria MAD, MSE, MAPE. Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan ukuran kesalahan (error) permintaan, merupakan tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.

2.3.4 Metode Time Series

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Time Series. Metode Time Series adalah metode peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Dalam peramalan Time Series, metode peramalan terbaik adalah metode yang memenuhi kriteria ketepatan ramalan, kriteria ini adalah, yaitu (Nasution, 2003; 30-31) :

a) Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD)

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau tetap kecil dibandingkan kenyataan. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai berikut

(Nasution, 2003; 30-3)1: =

− n

F A


(46)

Dimana :

At = permintaan aktual pada periode t

Ft = hasil peramalan (forecast) pada periode t

n = jumlah periode peramalan yang terlibat b) Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan. Peramalan pada tiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara sistematis MSE dirumuskan sebagai berikut (Nasution, 2003; 30-31):

(

)

− = n F A MSE 2 t t

c) Rata-rata Persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Percentage Error – MAPE)

MAPE merupakan ukuran kesalahan relative. MAPE biasanya lebih berarti bila dibandingkan MAD. Karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara sistematis sebagai berikut (Nasution, 2003; 30-31):

−       = t t t A F A n 100 MAPE

4. Memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba.

Metode terbaik akan memberikan tingkat kesalahan terkecil dibandingkan metode lainnya dan tingkat kesalahan tersebut berada di bawah tingkat kesalahan yang telah ditetapkan.


(47)

2.3.4.1 Metode Yang Digunakan Dalam Time Series

Metode yang digunakan dalam time series adalah sebagai berikut : 1. Metode Rata-rata bergerak Tertimbang (Weighted Moving Average)

Dalam metode rata-rata bergerak memberikan timbangan yang sama bagi seluruh data pengamatan, walaupun data yang paling akhir lebih penting dan perlu dipertimbangkan dalam penyusunan ramalan sedangkan dalam metode rata-rata bergerak tertimbang memberikan timbangan yang berbeda terhadap data tersebut sesuai dengan peranan atau pentingnya data tersebut pada penyusunan ramalan pada periode berikutnya (Ariyani, 2003; 33).

Formula metode Weighted Moving Average adalah (Baroto, 2002 : 38) :

m t m t t

t

t c f c f c f

f = 1 + 2 2 + ^

dimana :

t

f

^

= ramalan permintaan pada periode t

1

t

f = permintaan actual pada periode t-1

1

c = robot masing-masing data yang digunakan (∑ci =1) ditentukan secara subyektif

m = jumlah periode yang digunakan untuk peramalan (subyektif)

Pada metode WMA peramalan permintaan untuk setiap periode mendatang diasumsikan sama.


(48)

b. Metode Pemulusan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing) Kelemahan metode Moving Average dalam hal kebutuhan akan data masa lalu yang cukup banyak dapat diatasi dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial (Ariyani, 2005; 54).

Formula untuk metode Single Exponential Smoothing adalah (Baroto, 2002;

39) :

Di mana :

t

f

^

= perkiraan permintaan periode t

α = suatu nilai (0<α <1) yang ditentukan secara subyektif

t

f = permintaan actual periode t

1 t ^

f − = perkiraan permintaan pada periode t-1

Metode SES mengasumsikan peramalan permintaan untuk setiap periode ke depan selalu sama.

c. Metode Pemulusan Eksponensial Ganda (Double Exponential Smoothing) Dasar pemikiran dari metode pemulusan eksonensial yang linier ini adalah baik nilai pemulusan eksponensial tunggal maupun ganda terdapat pada waktu sebelum data sebenarnya, bila itu adalah trend. Di samping itu untuk menyesuaikan trend, maka nilai-nilai pemulusan eksponential tunggal ditambahkan nilai-nilai pemulusan eksponensial ganda (Ariyani, 2003; 40). Formula Double Exponential Smoothing adalah (Baroto, 2002; 40) :

t 1 0 t ^ e t α α

F = + +

1 t ^ t t ^ f α) (1 αf


(49)

Di mana α01 adalah parameter proses dan e mempunyai nilai harapan dari 0 dan sebuah variasi σe2.

Misalkan β=1−α, sehingga :

0 t 1 1 t 2 t 2 1 t t

t αf αβf αβ f ... αβ f βf

F = + + + + − +

Persamaan di atas dapat pula ditulis ulang sebagai berikut :

0 t i t 1 t 0 t i

t α βf βf

F = +

− =

Double Exponential Smoothing adalah modifikasi dari Single Exponential

Smoothing yang dirumuskan sebagai berikut (Baroto, 2002 : 41):

1 t

βX αXt

Xt(2) = + (2) − Di mana :

=

(2)

Xt t

^

F = peramalan double exponential smoothing

α = faktor smothing

β = 1−α dan Xt= Ft

d. Metode Winter’s

Metode peramalan Winter’s digunakan untuk suatu data yang berpola musiman. (Baroto, 2002; 44)

Formulasi untuk metode Winter’s adalah :

t 1 t

0, α .t)C (α

t= +

Dengan : α00,2N−(2N)α1

N f f

α 2 1

1

= dimana

N f f N 1 t t 1

= = dan N f f 2N 1 N t t 2

= = =


(50)

2 1 N

α

f

α0,2N 2 1

− + =

t C =

1.t 0 t α α f

+ dimana N 1

C N 1 t t =

=

5. Melakukan peramalan dengan metode terbaik yang dipilih.

2.3.5 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan (Moving Range Chart)

Langkah penting setelah peramalan dibuat adalah melakukan verifikasi peramalan sehingga hasil peramalan tersebut benar-benar mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan tersebut. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dipercaya, hasil peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, harus dicari metode lain yang lebih cocok. (Ariyani,

2008; 49).

2.3.5.1 Peta Moving Range

Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan aktual dengan nilai peramalan. Setelah metode peramalan digunakan, maka peta

Moving Range digunakan untuk menguji kestabilan sistem sebab akibat yang

mempengaruhi permintaan. Moving Range dapat didefinisikan sebagai (Ariyani,

2006; 49-50) ) y y ( ) y y (

MR t 1 t 1

^ t t ^ − − − − − =

Di mana :


(51)

t

y

^

= Hasil peramalan permintaan pada periode t

t

y = Permintaan pada periode t

1 ^

t

y = Hasil peramalan permintaan pada periode t-1

1

t

y = Permintaan pada periode t-1.

Adapun rata-rata Moving Range didefinisikan sebagai (Ariyani, 2006; 49-50) :

1 n

MR MR

n

1 t

− =

=

Garis tengah peta Moving Range adalah pada titik nol. Batas kontrol atas dan bawah pada peta Moving Range adalah :

BKA = +2,66 MR BKB = -2,66 MR

Kebutuhan jumlah data bila kita ingin membuat peta Moving Range sekurang-kurangnya adalah 10. Batas ini ditetapkan dengan harapan hanya akan ada tiga dari 1000 titik yang berada di luar batas kendali. Jika ditemukan satu titik yang berada di luar batas kendali, maka harus diselidiki penyebabnya.

Jika semua titik berada dalam batas kendali, diasumsikan peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas kendali maka jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi.


(52)

2.3.5.2 Uji Kondisi di Luar Kendali

Uji yang paling tepat bagi kondisi di luar kendali adalah adanya titik di luar batas kendali. Selain dari pada itu, terdapat pula uji lainnya. Uji ini dilakukan dengan cara membagi peta kendali ke dalam enam bagian dengan selang yang sama. Daerah A adalah daerah di luar ±2/3 (2,66 MR) = ± 1,77 MR (di atas +1,77 dan di bawah -1,77 MR). Daerah B adalah daerah di luar ± 1/3 (2,66 MR) = ± 0,89 MR (di atas + 0,89 MR dan di bawah -0,89 MR). Daerah C adalah daerah di atas atau di bawah garis tengah.

Gambar 2.4 Kriteria di Luar Kendali (Sumber : Arman hakim, 2008; 66)

Uji kondisi di luar kendali kendali, adalah :

a. Dari titik-titik berturut-turut, ada dua atau lebih titik yang berada di daerah A. b. Dari lima titik-titik berturut-turut ada empat atau lebih titik yang berada di

titik yang berada di daerah B.

c. Ada delapan titik berturut-turut titik yang berada di salah satu sisi (di atas atau di bawah garis tengah).

A

B

C

A B

C Out of Control

E R R O R

UCL = 2,66 MR A = 2/ 3 UCL B= 1/ 3 UCL C= Sent ral

B= 1/ 3 LCL

A = 2/ 3 LCL

LCL = -2,66 MR

Out of Control PERIODE


(53)

2.4 Peneliti Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu dengan menggunakan metode Savings Matrix, antara lain :

1. Fita Sari (2012)

Judul : “Penentuan Jalur Distribusi Filter Rokok Dengan Metode Saving Matrix Untuk Meminimumkan Biaya Distribusi Di PT. Filtrona Indonesia, Sidoarjo”

Ringkasan :

PT. Filtrona Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang industri Cigarette Filters dan Tear Tapes. Sasaran distribusi PT. Filtrona Indonesia adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat, biaya yang efisien, dan pelayanan yang baik, sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut ada beberapa keterbatasan dari perusahaan yaitu kurangnya perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat untuk menentukan jalur distribusi ke pelanggan. Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut, maka dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Savings Matrix. Dari pengolahan data dan pembahasan permasalahan pada bab 4 dapat disimpulkan bahwa rute atau jalur distribusi yang harus ditempuh kendaraan berdasarkan kapasitasnya untuk mengoptimalkan total jarak tempuh pada tahun 2012 yaitu untuk rute A yang dipilih adalah alternatif IV (Pabrik Ponorogo Blitar

Malang Pabrik) atau alternatif V (Pabrik Malang Blitar Ponorogo

Pabrik) karena kedua alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 482,89 km dengan beban rute A sebanyak 2.343.910 batang filter rokok. Untuk rute B yang dipilih adalah alternatif IV (Pabrik Probolinggo Pasuruan


(54)

Mojokerto Pabrik) atau alternatif V (Pabrik Mojokerto Pasuruan

Probolinggo Pabrik) karena kedua alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 270,57 km dengan beban rute B sebanyak 2.351.797 batang filter rokok. Dan biaya distribusi pada rute awal tahun 2011 sebesar Rp. 148.922.300,-sedangkan biaya distribusi pada rute baru tahun 2011 yang sudah menerapkan metode Savings Matrix sebesar Rp. 91.282.800,-. Maka didapatkan penghematan sebesar Rp. 57.639.500,- atau 38,70% per Tahun. Sehingga untuk mendapatkan biaya distribusi yang minimum pada rute baru tahun 2012 diterapkan juga metode

Savings Matrix dan diperoleh biaya distribusi sebesar Rp. 91.447.100,- per Tahun.

2. Risma Ruly A. (2010)

Judul : “Penentuan Jalur Distribusi Produk Air Minum Dalam Kemasan Dengan Menggunakan Metode Savings Matrix Untuk Meminimumkan Biaya Transportasi Di PT. Swabina Gatra Gresik”.

Ringkasan :

PT. Swabina Gatra Gresik merupakan perusahaan yang bergerak dalam distribusi produk air minum dalam kemasan (AMDK). Sasaran distribusi PT. Swabina Gatra Gresik adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat, biaya yang efisien, dan pelayanan yang baik. PT. Swabina Gatra Gresik dituntut untuk dapat merancang kinerja pengiriman yang reliabel. Sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut ada beberapa keterbatasan atau permasalahan dari perusahaan.

Hasil penelitian di PT Swabina Gatra Gresik mendapatkan hasil bahwa sebelumnya menggunakan 10 truk pada rute awal menjadi menggunakan 9


(55)

truk maka didapat penghematan 1 truk setelah diterapkan metode saving matriks, dan terjadi penghematan jarak sebesar 496.48 – 293.05 = 203.43 km atau sebesar 35 % Biaya transportasi sebelum menggunakan metode Saving

Matrix sebesar Rp. Rp. 5.693.664 sedangkan biaya transportasi sesudah

menggunakan metode Saving Matrix sebesar Rp Rp. 4.847.490. Maka didapat penghematan sebesar Rp. 5.693.664 - Rp. 5.693.664 = Rp. 846.174 per bulan atau sebesar 17.45%.


(56)

3BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PR. Berkah Nalami, Ponorogo yang berlokasi di Jalan Dukuh Jurang Gandul, Ponorogo. Sedangkan waktu penelitian dimulai pada tanggal 17 September 2012 sampai dengan data yang diperlukan sudah mencukupi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah segala sesuatu/ objek yang mempunyai variabel nilai yang terukur. Maka untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan variabel-variabel yang terkait dalam pembahasan masalah jalur distribusi dan meminimumkan biaya transportasi adalah:

3.2.1 Identifikasi Variabel 1. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah a) Penentuan jalur distribusi

b) Meminimumkan biaya transportasi 2. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : a) Jalur awal distribusi rokok kretek


(57)

c) Kapasitas alat angkut

d) Biaya Transportasi untuk Jalur Distribusi periode Januari 2011- Juni 2012

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

1. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Yang termasuk variabel terikat di sini adalah

a) Penentuan jalur distribusi

Proses penentuan pengalokasian jalur distribusi baru yang akan ditempuh oleh kendaraan berdasarkan jalur distribusi awal, permintaan

customer, kapasitas kendaraan dan biaya transportasi.

b) Meminimumkan biaya transportasi

Suatu proses dimana meminimumkan biaya transportasi setelah proses penentuan jalur distribusi yang baru dengan menggunakan saving

matrix.

2. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya berubahnya variabel terikat. Yang termasuk variabel bebas di sini adalah :

a) Jalur awal distribusi rokok kretek

Menunjukkan jalur distribusi awal yang dilalui armada dalam pendistribusian rokok kretek dari pabrik sampai pada lokasi customer. b) Permintaan Produk Rokok Kretek periode Januari 2011- Juni 2012

Menunjukkan banyaknya permintaan rokok kretek untuk setiap

customer pada periode tertentu.

c) Kapasitas alat angkut

Menunjukkan jumlah muatan yang dimiliki oleh mobil box dalam melakukan pengangkutan rokok kretek yaitu sebesar 32.000 bungkus.


(58)

d) Biaya Transportasi untuk Jalur Distribusi periode Januari 2011- Juni 2012 Menunjukkan besarnya biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendistribusikan produknya hingga sampai ke customer secara tepat waktu dan efektif. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan bakar (bensin), retribusi (parkir) dan biaya gaji tenaga kerja.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Berisi tentang bagaimana data dikumpulkan sebelum diolah dan dianalisa. Data yang dikumpulkan berisi tentang data primer maupun data sekunder, dimana data sekunder lebih banyak di dalam pengumpulan data ini. Peneliti juga menggunakan beberapa cara, antara lain melalui Studi Pustaka yang mempunyai pengertian pengumpulan data sebagai dasar teoritis yang dipakai pedoman dalam menganalisa pada obyek yang akan diteliti, dapat diperoleh dari berbagai literatur. dan studi lapangan, terdapat tiga cara yang dilakukan, antara lain :

1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan tanya jawab secara langsung dengan pemimpin, karyawan dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proses distribusi rokok kretek.

2. Metode Pengamatan

Yaitu teknik pengambilan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti (jenis Produk, data permintaan customer)

3. Metode Dokumentasi

Yaitu teknik pengambilan data yang berupa arsip-arsip atau catatan (jumlah alat angkut, kapasitas alat angkut)


(59)

3.4 Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini metode-metode yang digunakan dalam pengolahan data, yaitu :

1. Peramalan Jumlah Permintaan

Peramalan jumlah permintaan untuk 12 periode dengan menggunakan software WINQSB untuk mengetahui rata-rata permintaan tiap periode pada masing-masing kota customer berdasarkan data masa lalu (Simple Average,

Moving Average dan Single Eksponential Smooting).

2. Perhitungan, Mean Square Error (MSE), dengan melihat nilai kesalahan peramalan terkecil untuk beberapa periode mendatang.

3. Perhitungan Mean Absolute Procentage of Error (MAPE), mean absolute

deviation (MAD), mean square of error (MSE) masing-masing metode.

Dari masing-masing metode tersebut dihitung nilai MAPE, MAD, MSE dari metode yang mempunyai nilai paling kecil kemudian direkombinasi untuk permintaan masing-masing kota customer untuk beberapa periode mendatang.

4. Pembuatan matriks jarak

Dalam pembuatan matriks jarak diperlukan data jarak yaitu jarak dari pabrik ke kota customer dan data jarak antar kota customer.

Jarak antar lokasi A yang terletak pada koordinat (Xa, Ya) dan lokasi B yang terletak pada koordinat (Xb, Yb) dicari dengan menggunakan rumus :

2 b a 2 b

a X ) (Y Y ) (X

B) (A,

Dist = − + −

Dimana :


(60)

(x1,x2) = Jarak customer 1 dan customer 2 di koordinat x

(y1,y2) = Jarak customer 1 dan customer 2 di koordinat y

Sehingga didapat besarnya jarak dari pabrik ke tiap-tiap kota customer dan jarak dari customer yang satu ke customer yang lainnya. Hasil yang didapat ditabelkan dalam bentuk matrik jarak.

5. Perhitungan Savings Matrix.

Perhitungan Savings Matrix bertujuan untuk menghitung besarnya penghematan masing-masing kota customer dan kemudian ditabelkan dalam bentuk Savings Matrix. Dengan rumus perhitungan Savings Matrix :

y) J(x, y) J(G, x) J(G, y) (x,

S = + −

Dimana :

( )

x y =

S , Penghematan jarak (Savings) yang diperoleh dengan menggabungkan Jalur x dan y menjadi satu

( )

G x =

J , Jarak dari gudang ke customer x

( )

G y =

J , Jarak dari gudang ke customer y

( )

x y =

J , Jarak dari customer x ke customer y

6. Penentuan alokasi Customer ke dalam tiap alat angkut.

Penentuan alokasi customer ke dalam tiap alat angkut didasarkan pada penghematan jarak dan disesuaikan dengan kapasitas tiap armada yang ada.

7. Penentuan rute atau jalur distribusi

Penentuan rute atau jalur distribusi dilakukan dengan menggunakan metode Nearest Neighbour.


(61)

8. Perhitungan biaya transportasi sebelum dan sesudah menggunakan metode Savings Matrix.

9. Mengevaluasi biaya yang dikeluarkan perusahaan sebelum dan sesudah menggunakan Metode Savings Matrix..

10. Merekombinasikan jalur distribusi yang menghasilkan biaya transportasi yang terkecil dan diperoleh keuntungan yang optimum.

3.5 Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah

Langkah-langkah pemecahan masalah diperlukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian agar proses penelitian dapat berjalan secara sistematis dan terarah. Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1


(1)

4.2.10 Rekomendasi Jalur Distribusi Untuk Periode November

2012-Oktober 2013

Berdasarkan permintaan periode bulan Januari2011-Juni2012 diketahui : Biaya transportasi jalur distribusi awal = Rp 11.000.916,- / bulan

Biaya transportasi jalur distribusi baru = Rp 6.765.206,- / bulan

Berdasarkan perhitungan biaya transportasi dan besarnya permintaan periode bulan Januari2011-Juni2012 pada jalur distribusi awal dan jalur distribusi baru diperoleh penghematan sebesar :

= Rp 11.000.916,- / bulan - Rp 6.765.206,- / bulan

= Rp. 4.235.710,- / bulan atau didapat penghematan sebesar 38,50 % maka jalur distribusi yang baru dengan menggunakan Savings Matrix dapat direkomendasikan sebagai jalur distribusi baru setelah dilakukan peramalan untuk periode Bulan November 2012-Oktober 2013, yang menghasilkan biaya transportasi sebesar Rp 6.765.206,- / bulan.

4.2.11 Hasil Dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perbandingan jalur distribusi sebelum dan sesudah menggunakan saving

matrix periode permintaan bulan Januari 2011-Juni 2012

Dengan membandingkan jumlah keseluruhan total jarak tempuh dari semua jalur distribusi pada jalur distribusi awal dan jumlah keseluruhan total jarak tempuh pada jalur distribusi dengan menggunakan metode Saving Matrix maka didapat jalur distribusi yang baru didukung oleh Fita Sari (2012) dan Risma Ruly (2010), dengan hasil sebagai berikut :


(2)

Tabel 4.33 Perbandingan Jalur Distribusi Awal dan Jalur Distribusi Baru serta Total Jarak Tempuh

Jalur Distribusi Awal Jalur Distribusi Baru

Jalur

Awal Kode Armada

Beban Order (bungkus/

bulan)

Jarak Tempuh

(km)

Jalur

Baru Kode Armada

Beban Order (bungkus/

bulan)

Jarak Tempuh I G – C1 – G Mobil Box 9.789 117,38 Km

A G – C4 – C5 - C1- G Mobil Box 29.308 174,57 km II G – C6 – C2– G Mobil Box 19.035 73,76 Km

III G – C3 - G Mobil Box 10.000 116,34 Km

B G – C6 – C7– C2 - G Mobil Box 31.709 114,76 km IV G – C5- C4 – G Mobil Box 16.456 123,62 Km

V G – C7 – G Mobil Box 6.900 105,52 Km C G – C3 - G Mobil Box 13.022 116,34 km

Total Jarak Tempuh 536,62 km Total Jarak Tempuh 405,67 km

Sumber: Hasil pengamatan data primer

Keterangan : C1 = Nganjuk C3 = Pacitan C5 = Tulungagung C7 = Ngawi C2 = Magetan C4 = Trenggalek C6 = Madiun

Berdasarkan Tabel 4.33 perbandingan jalur distribusi awal dan jalur distribusi baru serta total jarak tempuh dimana setelah menggunakan metode saving matrix diperoleh penghematan jalur distribusi dari 5 jalur distribusi menjadi 3 jalur distribusi dan didapat total jarak tempuh dari 536,62 km menjadi 405,67 km sehingga didapat penghematan sebesar 130,95 km atau 24,40 %. Dan dapat dibandingkan dari yang sebelumnya menggunakan 5 mobil box pada jalur distribusi awal menjadi 3 mobil box pada jalur distribusi yang baru sehingga didapat penghematan 2 mobil box sesudah menggunakan metode Savings Matrix.


(3)

2. Perbandingan biaya transportasi jalur distribusi awal dengan biaya transportasi jalur distribusi baru sesudah menggunakan metode Savings Matrix periode Januari 2011 – Juni 2012 yaitu :

Tabel 4.34 Perbandingan Biaya Transportasi Jalur distribusi Awal Dan Jalur distribusi Baru periode Januari 2011 – Juni 2012

Biaya Transportasi Jalur Awal Distribusi (Bulan)

Biaya Transportasi Jalur Distribusi Baru (Bulan)

Penghematan Biaya Transportasi (Bulan)

Prosentase Penghematan (Bulan) Rp. 11.000.916,- Rp. 6.765.206,- Rp. 4.235.710,- 38,50 %

Sumber: Hasil pengamatan data primer

Berdasarkan Tabel 4.34, didapat total biaya transportasi jalur distribusi awal sebesar Rp. 11.000.916,-/ bulan dan total biaya transportasi jalur distribusi baru setelah menggunakan metode Savings Matrix periode Januari 2011-Juni 2012 sebesar Rp. 6.765.206,-/ bulan dan didapatkan penghematan sebesar Rp. 4.235.710,-/ bulan atau 38,50 % per bulan. Sehingga metode Savings Matrix periode Januari 2011-Juni 2012 dapat digunakan untuk mendapatkan biaya transportasi yang minimum pada jalur distribusi baru periode November 2012-Oktober 2013.


(4)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan kapasitas alat angkut sesudah menggunakan metode saving

matrix, diperoleh 3 jalur distribusi baru untuk periode November

2012-Oktober 2013, jalur distribusi tersebut antara lain:

a. Jalur distribusi A (G C4 C5 C1 G) atau (G C1 C5 C4 G)

Gudang – Trenggalek - TulungAgung – Nganjuk – Gudang atau Gudang – Nganjuk - TulungAgung - Trenggalek – Gudang karena kedua alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 174,57 km dengan beban order 29.308 bungkus rokok kretek/ bulan.

b. Jalur distribusi B (G C6 C7 C2 G) atau (G C2 C7 C6 G)

Gudang –Madiun – Ngawi – Magetan - Gudang atau Gudang – Magetan – Ngawi – Madiun – Gudang karena alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 114,76 km dengan beban order 31.709 bungkus rokok kretek/ bulan.

c. Jalur distribusi C (G C3 G) atau (G C3 C2 G)

Gudang - Pacitan – Gudang karena alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek sebesar 116,34 km dengan beban order 13.022 bungkus rokok kretek/ bulan.

2. Berdasarkan biaya transportasi sesudah menggunakan metode Saving


(5)

menjadi Rp. 6.765.206,-/ bulan sehingga didapat penghematan sebesar Rp. 4.235.710,-/ bulan atau 38,50 % per bulan.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini untuk PR. Berkah Nalami adalah sebagai berikut : 1. PR. Berkah Nalami sebaiknya mempertimbangkan jalur distribusi yang

baru, untuk pengiriman rokok kretek ke customer karena jalur distribusi yang baru merupakan hasil dari penggunaan metode Savings Matrix yang dapat menentukan jalur distribusi dan total jarak tempuh. Dan untuk mengefektifkan 2 mobil box yang menganggur, mobil box dapat digunakan sebagai maintenance atau perawatan sebagai mobil box cadangan bila ada mobil box yang kondisinya kurang baik atau rusak. 2. PR. Berkah Nalami sebaiknya mempertimbangkan biaya transportasi

dari penggunaan metode Savings Matrix karena dapat meminimumkan biaya transportasi dari biaya transportasi metode perusahaan sebelumnya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, Enny. 2008. Buku Ajar Sistem Produksi. Lembaga Penerbitan Fakultas teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Ariyani, Enny. 2010. Penelitian Operasional. Klaten ; Yayasan Humaniora. Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Bowersox, Donald J. 1978. Logistical Management 2. Terjemahan A. Hasyim Ali. 1986. Manajemen Logistik. Jakarta : Bumi Aksara.

Dimyati, Tjatju Tarliah, 2003, Operations Research Model-Model Pengambilan

Keputusan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

http://balaipustaka.wordpress.com/2009/03/15/pengertian-distribusi/

Mulyono, Sri. 1991. Operations Research. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi edisi

pertama. Jakarta : Guna Widya.

Nasution, M. Nur, 2004. Manajemen Transportasi edisi kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management edisi pertama. Surabaya: Guna Widya.

Ruly, Risma. 2010. Penentuan Jalur Distribusi Produk Air Minum Dalam

Kemasan Dengan Menggunakan Metode Savings Matrix untuk meminimumkan Biaya Transportasi Di PT. Swabina Gatra. Gresik.

Salim, H.A Abbas. 2002. Manajemen Transportasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sari Fita, 2012, “Penentuan Jalur Distribusi Filter Rokok Dengan Metode Saving Matrix Untuk Meminimumkan Biaya Distribusi Di PT. Filtrona


Dokumen yang terkait

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI FILTER ROKOK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA DISTRIBUSI DI PT. FILTRONA INDONESIA, SIDOARJO.

0 0 89

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI “DAGING SAPI” DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV. SARI JAYA MANDIRI.

78 245 110

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK KE KONSUMEN UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PG CANDI BARU SIDOARJO.

0 0 100

MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI UNTUK PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI PRODUK ‘ X ‘ DENGAN METODE SAVING MATRIKS.

0 0 8

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK OLIE DRUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT KAMADJAJA LOGISTICS SURABAYA.

5 13 139

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. CAHAYA SEJAHTERA SENTOSA BLITAR.

0 8 201

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAN PENJADWALAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. CAHAYA SEJAHTERA SENTOSA BLITAR

0 1 20

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK KE KONSUMEN UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PG CANDI BARU SIDOARJO

0 1 12

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI ROKOK KRETEK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DI PR. BERKAH NALAMI, PONOROGO

0 0 21

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI FILTER ROKOK DENGAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA DISTRIBUSI DI PT. FILTRONA INDONESIA, SIDOARJO

0 1 8