Partisipasi Politik Elit Politik Perempuan Kota Semarang dalam Pemilu Tahun 2004.

SARI
Wahyudi, Bambang. 2007. Partisipasi Politik Elit Politik Perempuan Kota
Semarang dalam Pemilu Tahun 2004. Sarjana Pendidikan Sosiologi dan
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. 88 halaman
Kata Kunci : Partisipasi Politik, Elit Politik Perempuan, Pemilu
Terbukanya sistem demokrasi secara luas di Indonesia memberikan
kesempatan yang baik bagi perkembangan perpolitikan bangsa. Salah satu
indikator berjalannya suatu sistem politik secara demokratis dan untuk mengukur
tingkat partisipasi masyarakat dalam bidang politik adalah adanya keterlibatan
warga negara untuk turut berpartisipasi di dalam pemilu.
Sehingga keterlibatan warga negara menjadi suatu syarat mutlak bagi
sebuah bangsa yang ingin membangun dengan konsep demokrasi. Keterlibatan
warga negara disini dimaknai sebagai keterlibatan yang menyeluruh tanpa
membedakan jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana bentuk
partisipasi politik perempuan di Kota Semarang?, (2) Apa motif partisipasi politik
perempuan di Kota Semarang?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui
bentuk partisipasi politik perempuan di Kota Semarang, (2) Untuk mengetahui
motif-motif partisipasi politik perempuan di Kota Semarang.
Fokus dalam penelitian ini adalah tentang partisipasi politik perempuan di
Kota Semarang dengan menguraikan dan menganalisa bentuk-bentuk dan motif

partisipasi politik perempuan dalam Pemilu Tahun 2004.
Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif yaitu penelitian
yang tujuannya untuk menguraikan, menerangkan atau menjelaskan secara
mendalam tentang variabel tertentu. Sedangkan pengambilan data dilakukan
kepada informan yang berasal dari kalangan partai politik dan panitia
penyelenggara pemilu (KPU) dengan menggunakan metode wawancara.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi politik elit politik
perempuan ditunjukkan dalam bentuk memberikan suara dalam pemilu, mengikuti
kampanye, aktif dalam diskusi informal, menjadi juru kampanye, menjadi
pengurus partai politik, menjadi saksi dalam pemilu, dan menjadi penyelenggara
pemilihan umum (KPU). Partisipasi politik elit politik perempuan dalam pemilu
tahun 2004 tidak dapat dilepaskan dari adanya motif yang mendorong elit politik
perempuan dalam berpartisipasi. Adapun motif tersebut antara lain dipengaruhi
oleh adanya keyakinan dalam diri individu, orientasi pemimpin dan agama, dan
juga karena adanya kesadaran diri sebagai warga negara yang memiliki hak dan
kewajiban untuk turut memberikan kontribusi bagi perkembangan bangsa.
Simpulan hasil penelitian bahwa partisipasi politik elit politik perempuan
terbagi ke dalam tiga bentuk yakni sebagai pengamat, partisipan, dan aktivis.
Partisipasi politik elit politik perempuan sebagai pengamat ditunjukan dalam
bentuk memberikan suara. Elit politik perempuan sebagai partisipan adalah

dengan ikut serta dalam diskusi informal, sebagai peserta kampanye, menjadi juru
kampanye, menjadi saksi dalam pemilu, dan mencalonkan diri sebagai anggota

legislatif. Sedangkan elit politik perempuan sebagai aktivis adalah menjadi
anggota penyelenggara pemilu dan sebagai pengurus partai politik.
Elit politik perempuan dalam peranannya sebagai pengamat, partisipan,
ataupun aktivis tidaklah mengalami stagnasi pada satu jenjang tertentu saja,
melainkan pada saat yang sama atau berlainan elit politik perempuan selain
menjadi pengamat juga menjadi partisipan atau aktivis.
Motif berpartisipasi elit politik perempuan di Kota Semarang dalam
pemilu legislatif tahun 2004 merupakan motif rasional bernilai dan keikutsertaan
mereka dengan berpartisipasi politik atas dasar pertimbangan rasional. Sebagian
elit politik perempuan telah menilai secara objektif pilihannya dan sebagian
lainnya mengandung motif yang afektual emosional yaitu akibat penilaian
terhadap agama serta partai politik yang dipilih merupakan suatu bentuk
kristalisasi nilai yang didapatkan dalam lingkungan politiknya.
Berangkat dari hasil penelitian tersebut maka peneliti memberikan saran
yakni (1). Ekit politik perempuan hendaknya terus meningkatkan kualiatas diri
agar dapat melakukan bayak peran terutama peran-peran di wilayah publik yang
justru banyak bersinggungan dengan kepentingan perempuan itu sendiri, (2). Elit

politik perempuan perlu mengambil bagian secara lebih luas lagi dengan
memberikan kontribusi lebih karena statusnya di tengah masyarakat telah di akui
sebagai sosok yang mampu dan lebih dari yang lainnya. (3) Para elit politik
perempuan bersama-sama dengan pemerintah, organisasi sosial masyarakat, partai
politik, dan tokoh-tokoh politik hendaknya dapat bekerjasama dalam rangka
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat khususnya perempuan agar
peningkatan partisipasi politik masyarakat dapat lebih berkualitas.