mata Kuliah ms.word II PENDAHULUAN logika

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menemukan permasalahan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Permasalahan ini akibat dari logika
bahasa yang sering kali salah. Akibatnya pesan komunikasi tidak tersampaikan bahkan
bisa berakibat fatal. Misperseptions. Pertanyaannya kemudia adalah, bagiamanakab kita
berinteraksi yang baik dan benar? Tentunya kita sebagai mahkluk yang
berfikir,Hayawanu al-natiq, bisa menggunakan potensi akal. Diantaranya adalah
menggunakan logika.Berangkat dari permasalahan diatas, pemakalah mencoba
menjelaskan salah satu komponen ilmu logika yaitu Analogi sebagaimana akan dijelaskan
pada bab selanjutnya.
1. Pengetian Analogi
Analogi dalam bahasa indonesia ialah ‘kias’ (Arab: qasa = mengukur, membandingkan).
Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu
bukan yang lain, dan dua hal yang berlainan itu dibandingkan yang satu dengan yang
lain. Dalam mengadakan perbandingan, orang mencari persamaan dan perbedaan di
antara hal-hal yang diperbandingkan. Contoh kalau lembu dibandingkan dengan kerbau,
maka kedua-keduanya adalah binatang, akan tetapi yang satu berbeda dengan yang lain
mengenai besarnya, warnanya dan sebagainya. Sarno dan sarni adalah kedua-keduanya
adalah anak pak sastro, akan tetapi sarno laki-laki, sarni perempuan, sarno berumur 16
tahun, sarni 10 tahun dan seterusnya. Kalau dalam perbandingan itu orang hanya
memperhatikan persamaannya saja, tanpa melihat perbedaannya, timbbullah analogi,

persamaan di antara dua hal yang berbeda.
Analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagi
penjelasan biasanya disebut perumpamaan atau persamaan. Tumbuh-tumbuhan berbunga
dan bunga itu merupakan perhiasan baginya. Bangsa itu bukan tumbuh-tumbuhan dan
juga tidak berbunga, akan tetapi pejuang yang gugur dalam membela bangsanya, menjadi
perhiasan bagi bangsanya, sehingga secara analogi dikatakan bahwa pejuang itu’ gugur
sebagai kusuma bangsa’ .
Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu
fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang
terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain; demikian
pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan. Dengan
demikian dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsure yaitu:
peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
bdan ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
Sebagian besar pengetahuan kita disamping didapat dengan generalisasi didapat dengan
penalaran analogi. Contoh:
Jika kita membeli sepasang sepatu (peristiwa) dan kita berkeyakinan bahwa sepatu itu
akan enak dan awet dipakai (fenomena yang dianalogikan), Karena sepatu yang dulu

dibeli di toko yang sama (persamaan prinsip) awet dan enak dipakai maka penyimpulan

serupa adalah penalaran analogi.
Begitu pula jika berkeyakinan bahwa buku yang baru saja kita beli adalah buku yang
menarik karena kita pernah membeli buku dari pengarang yang sama yang ternyata
menarik.
Contoh lain dari penyimpulan analogi adalah:
Kita mengetahui betapa kemiripan yang terdapat antara bumi yang kita tempati ini
dengan planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus dan Mercurius. Planetplanet ini kesemuanya mengelilingi matahari sebagaimana bumi. Planet-planet itu
berputar pada porosnya sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku pergantian
siang dan malam. Sebagiannya mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala
matahari tidak muncul dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan
pada bumi. Merka semua sama, merupakan subyek dari hukum gravitasi sebagaimana
bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut
maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersebut
dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.
2.Macam-macam Analogi
Macam analogi yang belah kita bicarakan diatas adalah analogi induktif yaitu analogi
yang disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada fenomena pertama terjadi
juga pada fenomena kedua. Bentuk argument ini sebagaimana generalisasi tidak pernah
menghasilkan kebenaran mutlak.
Analogi disamping fungsi utamanya sebagai cara berargumentasi, sering benar dipakai

dalam bentuk non-argurmen, yaitu sebagai penjelas. Analogi ini disebut analogi deklaratif
atau analogi penjelas. Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang belum diketahui atau masih samar , dengan sesuatu yang sudah
dikenal. Sejak zeman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang amat bermanfaat
untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan. Para penulis dapat dengan tepat
mengemukakan isi hatinya dalam menekankan pengertian sesuatu.
Contoh analogi deklaratif adalah:
Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagai –
Mana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak
semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana
tidak semua tumpukan batu adalah rumah.
Di sini orang hendak menjelaskan sturuktur ilmu yang masih asing bagi pendengar
dengan struktur lemah yang sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasan tentang
hubungan antara pikiran dan otak yang masih samar dijelaskan dengan hubungan antara
buah ginjal dan air seni.
Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsure, yaitu:
1. peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2. persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3. fenomena yang hendak kita analogikan
Dari unsur-unsur tersebut akan muncul berbagai macam analogi; seperti:


1.Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena,
kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada
peristiwa kedua.
Contoh :
a. Sarno anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
b. Sarni anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
c. Sardi anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
d. Sarto adalah anak pak Sastro
Sarto anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
Berbeda dengan generalisasi induktif yang kesimpulannya berupa proposisi universal,
konklusi analogi tidak selalu berupa proposisi universal, namun tergantung dari subyek
yang diperbandingkan. Subyek analogi dapat individual, particular maupun universal.
Tetapi sebagai penalaran induksi, konklusi yang ada lebih luas daripada premispremisnya. Tiga anak pak sastro yang rajin dan jujur tidak dapat menjamin bahwa
anaknya yang keempat juga rajin dan jujur.
2. Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih
samara, dengan sesuatu yang dikenal.
Contoh :

Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh
batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua
kumpulan batu adalah rumah.
3. Analogi Noninduktif (analogi logis)
a.“Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi”. Kaliamat tersebut sama maknanya dengan “ semua orang bijaksana menyukai puisi”.
b. “hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak”, kalimt tersebut
tidak sama dengan “ semua perempuan mengandung dan melahirkan anak”.
Kedua kalimat diatas mempunyai pola yang sama yaitu “ hanya…yang…”, namun
analogi diatas bukan merupakan analogi induktif, karena kesimpulannya tidak bersifat
empiris.
Artinya kesimpulan dari analogi noninduktif tidak dapat dikonfirmasi atau disangkal oleh
bukti-bukti empiris. Namun analogi tersebut juga bukan analogi deduktif, karena
argument deduktif dapat dinilai benar salahnya dengan mengacu paada bentuk logis
tertentu atau definisi istilah yang digunakan. Oleh karena itu analogi ini dapat disebut
analogi logis non induktif tapi juga nondeduktif .
3.Cara Penilaian Analogi Generalisasi
Sebagaimana g
eneraslisasi, kepercayaannya tergantung kepada terpenuhi atau tidaknya alat-alat ukur
yang telah kita ketahui, maka demikian pula analogi. Untuk mengukur derajat
kepercayaan sebuah analogi dapat diketahui dengan alat berikut:

1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf

kepercayaanya. Apabila pada suatu ketika saya mengirimkan baju saya pada seorang
tukang penatu dan ternyata hasilnya tidak memuaskan, maka atas dasar analogi, saya bisa
menyarankan kepada kawan saya untuk tidak mengirimkan pakaian kepada tukang
penatu tadi.
2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Contoh yang telah kita
sebut tadi, yaitu tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang
baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu di beli
ditoko ini juga awet dan enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya
diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
3. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang
dianalogikan. Semakain banyak pertimbangan atas unsure-unsurnya yang berbeda
semakin kuat kepercayaan analoginya.
4. Relevan atau tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang
tentu analoginyatidak kuat dan bahkan bisa gagal. Contoh; bila kita menyimpulkan
bahwa mobil yang baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15 km
berdasarkan analogi mobil B yang sama modelnya serta jumlah jendela dan tahun
produksinya sama dengan mobil yang kita beli ternyata dapat menempuh 15 km setiap
liter bahan bakarnya, maka analogi serupa adalah analogi yang tidak relevan. Seharusnya

untuk menyimpulkandemikian harus didasarkan atas unsure-unsur yanag relevan yaitu
banyaknya slinder, kekuatan daya tariknya serta berat dadri mobilnya
Dalam bukunya DR. W. poespoprodjo, SH.,S.S., B.Ph., L.Ph. dan Drs. EK. T. Gilarso
“Logika Ilmu Menalar” juga memiliki cara peniaian analogi generalisai yaitu generalisasi
tergesa-gesa. Kesalahan logis yang ini sekadar akibat dari induksi yang salah karena
berdasar pad sampling hal-hal khusus yang tidak cukup, atau karena tidak memakai
batasan (seperti: banyak, sering, kadang-kadang, jarang, hampir, selalu, didalam keadaan
tertentu, beberapa, kebanyakan, sebagian besar, sejumlah kecil, dan lain sebagainya).
Sebagian orang (mungkin juga banyak jumlahnya), misalnya, mengatakan bahwa ‘semua
pegawai negeri malas’. Berhubung pegawai negeri banyak, dan diantara mereka memang
juga ada yang berpembawaan pemalas, maka banyak orang mungkin mempunyai kesan
bahwa ‘pegawai negeri malas’. Tetapi, apabila orang-orang tersebut bersedia meneliti
lebih seksama, maka mereka akan bersedia meralat ucapannya: ‘semua pegawai negeri
malas’ menjadi, mislanya, ‘kebanyakan pegawai negeri malas’ , karena ternyata, menurut
pengamatan, terdapat juga pegawi negeri yang tidak malas.
Generalisasi tergesa-gesa terjadi karena kecerobohan, tidak mempunyai dasar induktif
yang sehat. Misalnya, ucapan atau ungkapan sebagai berikut:
1. Para mahasiswa menolak NKK beserta BKK-nya.
2. Guru-guru tidak sadar akan masalah-masalah yang paling mendesak dari muridmuridnya.
3. Kejahatan-kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini berlatar belakang politik.

4. Semua oran inggris kaku.
5. Tokoh-tokoh buruh menggunakan taktik penipuan dalam menarik anggota baru.
Jadi, analogi dalam bahasa indonesia ialah ‘kias’ (Arab: qasa = mengukur,
membandingkan). Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang
berlainan, yang satu bukan yang lain, dan dua hal yang berlainan itu dibandingkan yang
satu dengan yang lain.

Analogi kadang-kadang disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari satu
fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang
terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain; demikian
pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dalam suatu batasan.
Macam-macam analogi dibedakan menjadi dua yaitu;
1. Analogi induktif
2. Analogi deduktif
3. Analogi Noninduktif
Cara penilaian analogi generalisasi yaitu;
a. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf
kepercayaanya.
b. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi
c. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang

dianalogikan. Semakain banyak pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda semakin
kuat kepercayaan analoginya
d. Relevan atau tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan sudah barang
tentu analoginyatidak kuat dan bahkan bisa gagal.
2. Saran-saran
Kami selaku penulis makalah berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharap saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan mkalah ini. Terima kasih.