mata Kuliah ms.word II Study kasus

A. Latar Belakang
Setiap siswa mempunyai masalah yang sangat variatif. Permasalahan yang dihadapi siswa
dapat dapatbersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan kematangan
siswa dalam mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa,
maka konselor sebagai pihak yang berkompeten perlu memberikan intervensi(campur
tangan). Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi, siswa mendapatkan permasalahan yang
cukup berat untuk dipecahkan. Konselor sekolah senantiasa diharapkan untuk mengetahui
keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam serta membantu siswa untuk mengatasi
permasalahan dan hambatan dalam perkembangannya. Sebelum melakukan proses konseling,
sebaiknya konselor mengetahui kondisi dan keadaan siswa. Konseling baru dapat diberikan
dengan baik apabila data mengenai individu yang akan di konseling sudah diperoleh. Ada
banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat
digunakan yaitu studi kasus (Case Study). Metode ini merupakan integrasi(pembauran
hingga menjadi kesatuan yang utuh) dari data yang diperoleh dengan metode-metode lain.
Dengan metode studi kasus ini pembimbing bisa mendapatkan tinjauan yang mendalam.
Studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa
seobyektif mungkin dan sangat mendalam. Membedah permasalahan dan hambatan yang
dialami siswa sampai ke akar permasalahan, dan akhirnya konselor dapat menentukan skala
prioritas penanganan dan pemecahan masalah bagi siswa tersebut.

B. Pengertian Studi

Kasus Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan dua pengertian tentang Studi
kasus (Case Study) yaitu:
1. Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua
informasi relevan(kait mengait,bersangkut paut) terhadap seorang atau beberapa orang
biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal.
2. Studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang
individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan
dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history
merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan(pengembalian seperti semula) masa
lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitan-kesulitannya
yang sekarang serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri (adjustment) (Kartono dan
Gulo, 2000).
Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan
Konseling, yaitu: Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara
mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur,
1985). Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan
seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai
penyesuaian yang lebih baik. (WS. Winkel, 1995). Studi kasus adalah metode pengumpulan
data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai
teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh

aspek pribadi individu secara lengkap. (Dewa Ketut Sukardi, 1983). Studi kasus (case study)

adalah suatau metode untuk menyelidiki atau mempelajri sesuatu kejadian mengenai
perseorangan (riwayat hidup). (Bimo Walgito, 2004) Jadi berdasarkan pembahasan di atas
dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan
menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala, ciri-ciri, karakteristik
berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok.
Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman
permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan
dan kondisi individu atau kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada
guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan
oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk
diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya.
C. Tujuan
Tujuan pelaksanaan studi kasus yaitu agar:
1. Konselor dapat mengenal diri pribadi klien yang dianggap mempunyai masalah secara luas
dan mendalam.
2. Konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang
dihadapi klien.
3. Konselor dapat menentukan jenis layanan yang tepat sesuai dengan permasalahan klien

4. Konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
5. Siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan
dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.

D. Fungsi Studi Kasus
Fungsi studi kasus dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalahsebagai alat
yang digunakan dalam usaha Konselor melakukan pemahaman terhadap individu yang
mengalami suatu permasalahan atau mengalami kasus tertentu.

E. Sasaran Studi Kasus
Klien yang memerlukan studi kasus adalah klien-klien yang menunjukan gejala yang
mengalami kesulitan atau masalah yang serius sehingga memerlukan bantuan yang serius
pula. Biasanya yang dipilih menjadi sasaran suatu studi kasus adalah klien yang menjadi
suatu problem (problem case). Jadi seorang klien membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan
diri dengan lebih baik, dengan syarat klien dalam keadaan sehat rohani atau tidak mengalami
gangguan mental.

F. Data yang Dikumpulkan dalam Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh pemahaman diri klien yang
dijadikan sebagai kasus. Dalam pelaksanaan studi kasus konselor harus mencari data yang

berkaitan dengan diri klien.
Data yang dikumpulkan dalam studi kasus antara lain:
a. Data identitas (data pengenal);
b. Tanda-tanda atau gejala yang nampak;
c. Data sekitar klien:
1) Latar belakang keluarga (familiy bacground), antara lain: – Lingkungan rumah –
Bagaimana hubungan anggota keluarga – Status ekonominya – Disiplin dalam rumah –
Bagaimana sikap oang tua terhadap anak dan sebaliknya
2) Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain: – Kesehatan anak pada umumnya
– Keadaan physical defect – Keadaan alat indera pada umumnya
3) Data mengenai segi pendidikannya: – Records di sekolah – Kemajuan dan kemunduran di
sekolah
4) Social behavior dan minatnya, antara lain: – Hobi – Hubungan sosial – Kepercayaan
kepada diri sediri – Inisiatif
5) Tes data, antara lain: – Perhatian – Bakat – Achievement d. Interpretasi dari data dan
diagnosis (kesimpulan);
e. Langkah-langkah yang akan diambil dalam pemberian konseling.

G. Ciri-ciri Studi Kasus
Studi kasus memiliki ciri-ciri:

1. Mengumpulkan data yang lengkap. Studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari
setiap aspek kehidupan siswa. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan analisis
masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam identifikasi dan analisis
masalah maka besar kemungkinan terjadi salah penanganan (treatment) dan bahkan terjadi
mal praktik.
2. Bersifat rahasia. Sesuai dengan kode etik BK, asas kerahasiaan juga berlaku dalam studi
kasus. Asas kerahasiaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan siswa. Disisi lain sangat
mungkin informasi yang dipeoleh belum pasti kebenarannya, maka sangat berbahaya apabila
informasi itu tersebar dan timbul salah persepsi kepada individu tersebut dari berbagai pihak.
Dalam hal ini konselor hendaknya hanya memberitahu pihak-pihak yang perlu mengetahui
keadaan siswa yang sebenarnya.

3. Dilakukan secara terus-menerus (continue). Studi kasus merupakan proses memahami
perkembangan siswa, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus-menerus sehingga
terbentuk gambaran individu yang objektif dalam berbagai segi kehidupan individu yang
berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.
4. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah. Studi kasus harus bisa dipertanggung
jawabkan secara rasional dan objektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara
ilmiah dengan mengacu kaidah-kaidah yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenaran dan validitasnya.

5. Data yang diperoleh dari berbagai pihak. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus
haruslah relevan dengan permasalahan yang dialami siswa. Pengumpulan data tentang siswa
yang bermasalah di dapatkan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan siswa tersebut.
Untuk memilih pihak sumber informasai perlu mengingat hubungan orang tersebut apakah
dekat atau mempengaruhi dalam permasalah siswa, mempunyai informasi yang dapat
dipertanggung jawabkan, rumor atau kabar burung, mempunyai informasi yang relevan
dengan permasalahan individu.

H. Pelaksanaan Studi Kasus
Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah
yang ada. Secara garis besar langkah-langkah studi kasus sebagai berikut:
1. Instrumen atau Metode Pengumpulan Data dalam Studi Kasus Terdapat banyak metode
yang dapat dipakai dalam mengumpulkan data untuk kepentingan identifikasi masalah siswa,
yaitu:
a. Kartu pribadi
b. Angket
c. Wawancara
d. Kunjungan Rumah(Home Visit)
e. Buku rapor
f. Testing

g. Rating scale
h. Autoboigrafi
i. Sosiometri
j. Studi dokumentasi
k. Daftar cek masalah (DCM)

Dalam penggunaan alat-alat tersebut ditentukan prioritas teknik yang dapat dipakai secara
efektif dan efisien.
2. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus
a. Identitas diri
b. Latar belakang keluarga
c. Lingkungan hidup (sosial ekonomi)
d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
e. Riwayat kesehatan
f. Testing dalam berbagai bidang
g. Riwayat pendidikan sekolah
h. Kesusilaan dari pihak keyakinan hidup
i. Riwayat pelanggaran hidup
j. Pergaulan dengan teman-teman.


3. Cara pelaksanaan studi kasus
a. Perencanaan. Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:
1) Mengenali gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin
ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara:
a) Guru pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah
b) Guru mata pelajaran memberikan informasi
c) Adanya siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing
d) Wali kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang siswa yang
bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru,
ataupun pihak tata usaha.
2) Membuat deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru pembimbing, kemudian
dibuatkan suatu deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
3) Setelah deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-bidang masalah
yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya,
apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar atau karir.

4) Jenis masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara mengembnagkan ideide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya.
5) Adanya jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru pembimbing untuk
membuat perkiraan kemungkianan sumber penyebab masalah.
6) Perkiraan kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis informasi yang

dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang
digunakan dalam mengumpulkan informasi.
b. Pengumpulan data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih
sering digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi.
Setelah data terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi dan mengklasifikasi data
menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola.
c. Penggunaan dan pengolahan data. Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha
pengolahan data untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang
diperoleh dalam tahap pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan keseluruhan
gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan padat.
d. Sintesa dan interpretasi data Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus
diinterpretasikan dengan case conference antara petugas yang melakukan studi kasus, dalam
case conference terlibat beberapa petugas khusus yang mempelajari setipa kasus dari individu
yang bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui pengambilan atau pengambilan kesimpulan
yang logis.
e. Membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment) Merupakan langkah yang
ditempuh untuk menetapkan teknik atau bantuan yang diberikan kepada siswa yang
bermasalah serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan
dengan masalah yang sedang dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun suatu
rekomendasi yang berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu dilakukan dan

selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap perubahan atau perkembangan
yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.
f. Evaluasi dan tindaklanjut (follow up) Kegiatan ini dilakukan setelah melakukan treatment
atau membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan oleh
pengajar sendiri, guru BK, ataupun dirujuk dan di alihtangankan kepada pihak lain yang lebih
berkompeten maupun dari oarang tua siswa itu sendiri.

DAFTAR REFERENSI
Agung Nugroho, Obed. 2008. “Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling” (online),
(http://wimamadiun.com/obedan/wp-content/uploads/2008/03/STUDI%20KASUS.pdf,
diakses tanggal :7Maret 2011)
Prayitno, dan ErmanAmti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.