PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA Perbandingan Profil Kromatogram 5 Produk Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa) Yang Beredar Di Indonesia Dengan Kromatografi Gas.

 

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK
JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA
DENGAN KROMATOGRAFI GAS

NASKAH PUBLIKASI
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Oleh:
HANIF FAIZAH
K 100 080 127 
 

 
 
 
 

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2012
1
 

 

2
 

 
PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK
JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA DENGAN

KROMATOGRAFI GAS
COMPARISON OF PROFILE CHROMATOGRAM OF 5 BLACK CUMIN
OIL PRODUCT (Nigella sativa) THAT CIRCULATING IN INDONESIA BY
GAS CHROMATOGRAPHY
Hanif Faizah, Rosita Melannisa, dan Andi Suhendi
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Jinten hitam (Nigella sativa) telah banyak digunakan dalam produksi obat
bahan alam. Kualitas obat bahan alam perlu di jaga. Salah satu metode untuk
memastikan kualitas obat bahan alam adalah dengan metabolite profiling. Analisis
profil kromatogram dilakukan terhadap 5 produk yang beredar dipasaran dengan
menggunakan GCMS dengan gas pembawa Helium (laju alir 2,83mL/menit), suhu
kolom diprogram dari 70 sampai 150oC dengan kenaikan suhu 3,5oC/ menit.
Sebanyak 0,5µL diinjeksikan secara manual dalam split mode (1:421,4). Penentuan
metabolit dilakukan dengan cara membandingkan spektra massa sampel dengan
internal Willey Library. Hasil penelitian dianalisis Cluster dengan mengelompokan
data didasarkan pada keberadaan senyawa dan kadar relatif masing-masing senyawa.
Hasil penelitian menunjukkan selain produk E memiliki metabolit sekunder yang
mirip. Senyawa yang muncul 5-12 senyawa. Kadar relatif timokuinon berdasarkan
analisis GC-MS produk A, B, C dan D berturut-turut yaitu 33,70%±2,74;

32,80%±2,64; 24,91%±3,39; 28,78%±0,46, sedangkan pada produk E tidak
ditemukan adanya timokuinon.
Kata kunci: Jinten hitam, Nigella sativa timokuinon, metabolit sekunder, GC-MS.
ABSTRACT
Black cumin (Nigella sativa) is widely used in the production of natural
medicines. The quality control of natural medicines is needed. One method to ensure
the quality control of natural medicines is the metabolite profiling. Chromatogram
profile analysis is performed on five products by GCMS with helium as carrier gas
(flow rate of 2.83 mL/min), column temperature programmed from 70 to 150oC
temperature rises 3.5°C/min, and sample is injected 0.5 µL manually in split mode
(1:421.4). the determination of metabolites is done by comparing the mass spectra of
samples with internal Willey Library. The results are analyzed by grouping the cluster
based on the presence of the compound and the relative levels of each compound. The
results show that except product E have a similar secondary metabolites. 5-12
compounds are appear. The relative levels of thymoquinon of products A, B, C and D
are 33.70%±2.74; 32.80%±2.64; 24.91%±3.39; 28.78%±0.46 respectively while the
product E did not reveal thymoquinon.
Key words: black cumin, Nigella sativa . thymoquinon, secondary metabolites, GCMS.

1

 

 

PENDAHULUAN
Pengobatan herbal masih menjadi pilihan utama oleh sekitar 75-80%
populasi dunia sebagai kebutuhan primer kesehatan mereka, karena mudah
diterima tubuh dan efek samping yang rendah (Kamboj, 2000). Penggunaan obat
bahan alam terus meningkat dari tahun ke tahun, baik yang digunakan untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan, maupun untuk pengobatan penyakit. Hal
ini terjadi pada negara-negara berkembang seperti Indonesia dan juga pada
negara-negara maju (BPOM, 2011). Salah satu obat bahan alam yang saat ini
sering digunakan dalam pengobatan alternatif adalah habbatussauda atau jinten
hitam (Nigella sativa) (Yulianti dan Junaedi, 2006).
Jinten hitam telah diketahui banyak manfaat. Secara empiris jinten hitam
digunakan sebagai peluruh kentut, rematik, sakit kepala, pencegah muntah,
pencahar, infeksi saluran kemih, antibiotik, dan lain-lain (Depkes RI, 1995;
Ivankovic et al, 2006). Abdulelah dan Abidin (2007) menyatakan penggunaan
tanaman obat ini di Timur Tengah sebagai obat parasit (antimalaria). Minyaknya
sebagai pengawet karena mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pembusukan

makanan dan bakteri patogen (Arici et al, 2005). Bagian yang digunakan dari
jinten hitam utamanya adalah bijinya (El Tahir et al, 2006).
Minyak atsiri jinten hitam memiliki banyak kandungan kimia. Analisis
terhadap minyak atsiri jinten hitam dari Tunisia menunjukkan senyawa α-pinen,
limonen, p-simen, karvakrol, timokuinon. Minyak atsiri jinten hitam dari Iran
menunjukkan adanya senyawa mayor yaitu trans-anetol, p-simen, limonen, dan
karvon (Toma et al., 2010; Nickavar, et al., 2003). Timokuinon merupakan
senyawa marker aktif pada jinten hitam. Timokuinon memiliki efek antioksidan,
hipolipidemik dan hiperkolesterolemia yang menyebabkan penurunan peroksidasi
lipid dan melindungi terhadap pengembangan aterosklerosis (Nader et al., 2010).
Produk minyak jinten hitam sangat populer di Indonesia, sehingga banyak
produsen obat herbal yang memproduksi minyak jinten hitam dengan harga yang
bervariasi. Klaim khasiat jinten hitam yang disetujui oleh BPOM adalah untuk
memelihara kesehatan (BPOM, 2009). Burits dan Bucar (2000) menemukan
adanya perbedaan kadar kandungan timokuinon antara biji jinten hitam dan
2
 

 
minyak jinten hitam yang telah dipasarkan. Perbedaan kadar timokuinon dapat

berpengaruh pada aksi farmakologinya karena timokuinon telah diketahui sebagai
senyawa marker aktif.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder
produk minyak atsiri jinten hitam yang diperoleh dari beberapa produsen di
Indonesia karena belum adanya standardisasi dan kontrol kualitas berdasarkan
kandungan kimianya yang dianalisis menggunakan GC-MS. Metode GC-MS
dipilih karena dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif yaitu
menunjukkan profil senyawa kimia dengan kadar relatif senyawa.

METODE
Bahan : 5 sampel produk minyak jinten hitam yang beredar di Indonesia
Alat : uji bobot jenis menggunakan piknometer, uji indeks bias menggunakan
refraktometer abbe dan untuk analisis profil kromatogram menggunakan GC–MS
Analisis dengan GC–MS : sampel dianalisis dengan Shimadzu–GC 2010
dilengkapi dengan Shimadzu–GCMS 2010S mass selective detector, gas
pembawa Helium (laju alir 2,83 mL/menit), suhu kolom diprogram dari 70 sampai
150oC dengan kenaikan 3,5oC/ menit. Sebanyak 0,5µL sampel diinjeksikan secara
manual dalam split mode. Komponen diidentifikasi dengan membandingkan
spektra massa sampel dengan internal Willey Library.


HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kualitas Minyak Jinten Hitam Secara Organoleptis dan Parameter Fisika
Sampel merupakan minyak jinten hitam A, B, C, D dan E yang diproduksi
oleh industri yang berbeda-beda. Produk minyak jinten hitam A, B, C, dan D
berupa minyak jinten hitam yang dimasukkan kedalam kapsul keras tidak
berwarna kemudian dikemas dalam botol plastik. Minyak jinten hitam Produk E
dimasukkan dalam kapsul lunak berwarna hijau dan dikemas tiap strip berisi 10
kapsul. Pada brosur terdapat keterangan tiap kapsul mengandung minyak jinten
hitam 500mg untuk produk C, D dan E, sedangkan produk A dan B tiap kapsul
mengandung 600mg minyak jinten hitam. Tidak ada informasi yang menyebutkan
3
 

 
secara pasti asal dan cara memperoleh minyak jinten hitam dari masing-masing
produk tersebut
Analisis terhadap 5 produk minyak jinten hitam meliputi analisis
organoleptis, bobot jenis, indeks bias dan profil metabolit sekunder menggunakan
GC-MS. Uji organoleptis meliputi bau, rasa dan warna. Hasil analisis terhadap
produk minyak jinten hitam didapatkan bau khas aromatik, rasa pedas dan pahit

serta warna coklat kemerahan dengan intensitas warna yang berbeda (Gambar 1).
Warna dari yang muda ke warna yang lebih tua berturut-turut adalah produk E, B,
C, D dan A. Bau dan rasa ke-5 produk sesuai dengan lembaga Goerlich Pharma
Internasional (2007) yang menyebutkan minyak jinten hitam yang diperoleh

dengan press cold mempunyai bau yang khas, rasa yang pahit dan pedas
sedangkan warna pada produk berbeda dengan lembaga Goerlich Pharma
Internasional yang menyebutkan warna minyak jinten hitam adalah kuning tua
sampai coklat kehijauan.

E

D

C

B

A


Gambar 1. Perbedaan warna antara 5 produk minyak jinten hitam 

Penetapan bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam
menentukan kemurnian minyak. Penetapan bobot jenis minyak jinten hitam
menggunakan piknometer. Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan standar
nilai bobot jenis minyak jinten hitam yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich
Pharma Internasional. Berdasarkan hasil analisis nilai bobot jenis ke-5 produk
minyak jinten hitam berbeda tidak bermakna (0,937-0,945), lebih besar daripada
nilai bobot jenis yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich Pharma Internasional
(0,916-0,924). Haygren dan Bowyer (2003) mengemukakan bahwa semakin besar
berat jenis akan semakin banyak juga zat yang terkandung didalamnya.
Penetapan nilai indeks bias minyak jinten hitam menggunakan alat
refraktometer abbe. Menurut Guenther (1987) nilai indeks bias dipengaruhi salah
satunya adalah adanya air dalam kandungan minyak. Semakin banyak kandungan
airnya, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Ini karena sifat dari air yang
4
 

 
mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Nilai indeks bias ke-5 produk

minyak jinten hitam produk tersebut memenuhi standar nilai indeks bias minyak
jinten hitam yang dikeluarkan oleh lembaga Goerlich Pharma Internasional yaitu
1,470-1,475 (Tabel 1).
Berdasarkan uji fisika organoleptis, bobot jenis dan indeks bias terhadap 5
produk minyak jinten hitam dapat disimpulkan bahwa ke-5 produk memiliki
kualitas yang sama.
Tabel 1. Hasil Analisis Organoleptis, Bobot Jenis, Indeks Bias Ke-5 Produk Minyak
Jinten Hitam Serta Dari Lembaga Goerlich Pharma Internasional
Analisis

Bau
Rasa

warna

Bobot
jenis
(x±SD)

Goerlich

Pharma
Internasional

Produk A

Produk B

Produk C

Produk D

Produk E

Khas
aromatik
(2)
Pedas,
kurang
pahit

Khas
aromatik
(4)
Kurang
pedas,
kurang
pahit
Coklat
kemerahan
(3)

Khas
aromatik
(5)

Khas
aromatik
(1)

Pedas ,
pahit

Tidak
pedas,
pahit

Pahit dan
pedas

Coklat
kemerahan
(3)

Khas
aromatik
(3)
Kurang
pedas,
kurang
pahit
Coklat
kemerahan
(2)

Coklat
kemerahan
(4)

Coklat
kemerahan
(1)

Kuning tua
sampai coklat
kehijauan

0,945±
0,003

0,941±
0,000

0,938±
0,001

0,943±
0,002

0,937±
0,003

0,916 – 0,924

1,473±
0,000

1,472±
0,000

1,470 – 1,475

Indeks
1,472±
1,472±
1,474±
bias
0,000
0,000
0,000
(X±SD)
Keterangan : 1
5 = bau/ rasa semakin meningkat

Khas

B. Profil Metabolit dengan GC-MS
Minyak jinten hitam banyak mengandung senyawa kimia. Hasil penelitian
terdahulu melaporkan adanya variasi senyawa kimia maupun kadar relatifnya.
GC-MS merupakan alat yang digunakan untuk analisis profil metabolit sekunder.
Analisis ke-5 produk minyak jinten hitam diamati pada integration area 100000
yang menunjukkan banyaknya senyawa dan kadar relatif yang bervariasi.
Hasil 4 replikasi tiap produk menunjukkan hasil yang tidak presisi hal ini
disebabkan oleh kepekaan instrumen yang tinggi, sehingga perbedaan volume
sampel yang dipengaruhi oleh presisi injeksi sangat menentukan presisi hasil.
Validasi terhadap GC yang pernah dilakukan Grote et al (1999) dimana mulai dari
5
 

 
preparasi sampel, ekstraksi, pemisahan dan deteksi secara otomatis mendapatkan
SD 1-7%. Sedangkan Natangelo et al (1999) menyebutkan analisis menggunakan
GC-MS tanpa sistem otomatis dengan SD replikasi

Dokumen yang terkait

Penetapan kadar dan analisis profil protein dan asam amino ekstrak ampas biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) dengan metode SDS-Page dan KCKT

6 49 77

Penetapan Kadar dan Analisis Profil Protein dan Asam Amino Ekstrak Ampas Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn.) dengan Metode SDS-PAGE dan KCKT

7 52 77

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK AIR JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) DARI DAERAH Perbandingan Profil Kromatogram Ekstrak Air Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) Dari Daerah Habasyah, India Dan Indonesia Dengan Hplc.

0 0 13

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK AIR JINTEN HITAM (Nigella sativa) DARI DAERAH HABASYAH, Perbandingan Profil Kromatogram Ekstrak Air Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) Dari Daerah Habasyah, India Dan Indonesia Dengan Hplc.

0 0 15

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM 5 PRODUK MINYAK JINTEN HITAM (Nigella sativa) YANG BEREDAR DI INDONESIA Perbandingan Profil Kromatogram 5 Produk Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa) Yang Beredar Di Indonesia Dengan Kromatografi Gas.

0 1 12

PENDAHULUAN Perbandingan Profil Kromatogram 5 Produk Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa) Yang Beredar Di Indonesia Dengan Kromatografi Gas.

0 5 11

DAFTAR PUSTAKA Perbandingan Profil Kromatogram 5 Produk Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa) Yang Beredar Di Indonesia Dengan Kromatografi Gas.

0 0 5

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM MINYAK ATSIRI JINTEN HITAM (Nigella Sativa L.) YANG BERASAL Perbandingan Profil Kromatogram Minyak Atsiri Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) Yang Berasal Dari Habasyah, India, Dan Indonesia Dengan Menggunakan Metode Kromat

0 1 14

PENDAHULUAN Perbandingan Profil Kromatogram Minyak Atsiri Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) Yang Berasal Dari Habasyah, India, Dan Indonesia Dengan Menggunakan Metode Kromatografi Gas.

0 2 9

PERBANDINGAN PROFIL KROMATOGRAM MINYAK ATSIRI JINTEN HITAM (Nigella Sativa L.) YANG BERASAL Perbandingan Profil Kromatogram Minyak Atsiri Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) Yang Berasal Dari Habasyah, India, Dan Indonesia Dengan Menggunakan Metode Kromat

0 1 15