PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATERNAL REFLEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA DI SLB. B (ANAK TUNARUNGU).
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATERNAL
REFLEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA
DI SLB. B (ANAK TUNARUNGU)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujiart Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Untulc MemehuW Sebagian Dari Syarat Ujia« S2
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh :
ENDANG RUSYA.
NIM : 9596140
PROGRAM PASCASARJANA
IKIP BANDUNG
1998
PERSETUJUAN/PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING
UNTUK UJIAN TAHAP II
Pembimbing I
R H. ROCHMAN NATAWTDJAJ A
Pembimbing II
DR R IBRAHIM, MA.
PROGRAM PASC ASARJANA
HOP BANDUNG
1998
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
UCAPAN TERIMA KASIH
i
RATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Latar Belakang Masalah
Permasalahan
Pembatasan Masalah
Definisi Operasional
Fokus Penelitian
Kerangka Pemikiran
1
6
10
12
13
14
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB
II
DASAR-DASAR TEORI PEMBELAJARAN MATERNAL
15
REFLEK
TIF BAHASA INDONESIA UNTUK ANAK TUNARUNGU.
A. Permasalahan Anak Tunarunmgu
17
B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Anak Tunarungu..21
C. Metode Maternal Reflektif
22
D. Dasar-Dasar Pengembangan Model Program
Pembelajaran
BAB
III
33
F. Strategi Model Pembelajaran Maternal Re
flektif Dalam Bahasa Indonesia
43
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Tahapan Penelitian
B . Lokasi dan Sumber Data
C. Analisis Data Ujicoba
BAB
IV
-31
E. Langkah-Langkah Pengembangan Model
49
54
54
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
B. Deskripsi Data Pelaksanaan Ujicoba Pro
gram Pembelajaran
C. Interpretasi Data Ujicoba Program Pem
belajaran
D . Pembahasan
vi
58
73
106
li9
BAB
V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
139
B . Rekomendasi
141
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Rekapitulasi Hasil Tes Lisan Tentang
Percakapan Lingkungan (Pertemuan I)
Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Tes Perbuatan Tentang
Percakapan Lingkungan (Pertemuan II)
77
85
Tabel 3 : Rekapitulasi Hasil Tes Lisan Tentang Per
cakapan Lingkungan (Pertemuan III)
92
Tabel 4 : Rekapitulasi Hasil Tes Melalui Pengamatan
(Pertemuan IV)
"
Tabel 5 : Rekapitulasi Hasil Tes Lisan Tentang Per
cakapan Lingkungan (Pertemuan V)
104
Tabel 6 : Rekapitulasi Komversi Hasil Pengamatan
151
Tabel 7 : Perbandingan Unjuk Kerja Guru dan Siswa
Dalam Penerapan Model Pembelajaran Bahasa
Indonesia Dengan Menggunakan MMR
151
Vll
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1
: Faktor Penentu Keberhasilan PBM Bahasa
Gambar
2
: Model Pembelajaran Glasser
Gambar
3
: Pengembangan Model Pembelajaran Glasser.... 34
Gambar
4
: Model Pembelajaran PPSI
Gambar
5
: Model Program Pembelajaran Metode Mater
Gambar
6
: Rekapitulasi Unjuk Kerja Guru Siswa
Gambar
7
: Model Program Pembelajaran Maternal
nal Reflektif Bahasa Indonesia
9
33
36
.39
108
Reflektif Bahasa Indonesia Untuk Anak
Tunarungu
H°
¥111
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
dewasa
ini
menghendaki
pendidikan
yang
lenkap, bulat, menyeluruh dan seimbang, yaitu pendidikan yang
dapat mengembangkan potensi peserta didik secara optimal,
sehingga dapat menghasilkan manusia yang
huan,
taqwa,berpengeta-
trampil, sehat jasmani dan rokhaninya serta memiliki
pribadi yang mantap dan mampu memberikan
kesejahteraan
tersebut
tahun
dirinya dan
sejalan
1989
kesejahteraan
andil
orang
yang dikemukakan dalam Undang
fasal 4, yaitu: "Pendidikan
terhadap
lain.
Hal
Undang
SPN
nasional
bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan, dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rokhani, kepribadian yang man tap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan .
Mencapai tujuan di atas, pemerintah dan masyarakat
dirikan
inilah
lembaga-lembaga pendidikan, pada lembaga
pendidikan
manusia Indonesia dididik, baik dilakukan di
pendidikan formal, seperti di sekolah-sekolah dan
maupun
men-
lembaga
madrasah,
pada lembaga pendidikan non formal, seperti
kursus-
kursus, pondok pesantren.
Pemerintah
maupun
masyarakat tidak
hanya
menyediakan
lembaga pendidikan bagi manusia yang normal, menyediakan juga
bagi manusia yang menyandang ketunarunguan,
karena
"Setiap
warga negara berhak mendapatkan pengajaran" .(WD pasal 31)
Anak-anak tunarungu sebagai penyandang kelainan pende-
ngaran, merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan manusia yang
tidak mengalami kelainan, mereka juga memiliki hak untuk
mendapatkan pengajaran.
Lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan
secara khusus untuk orang-orang yang mengalami ketunarunguan,
yakni Sekolah Luar Biasa Bagian B, dimana di sekolah tersebut
pelayanan, sarana dan prasarana serta tenaga pendidiknya
disiapkan sesuai dengan kebutuhan dan jenis kelinan yang
disandangnya. Penyelenggaraan pendidikan demikian, dimaksud-
kan para peserta didik lebih dapat mengembangkan
sikap dan ketrampilannya agar menjadi manusia
seperti yang dicanangkan dalam tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan luar biasa merupakan
pengetahuan,
yang utuh,
nasional.
bagian dari
tujuan pendidikan nasional, bertujuan "membantu peserta didik
yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu
mengembangkan sikap, pengetahuan dan /•"«*Pii«» "J^g"
ngan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
pribadi maupun anggota masyarakat dalam ^*ad?**" Au^alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam
dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (pasal 2
PPRI Nomor 72 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa)
Upaya mencapai tujuan itu, secara khusus dalam pendidi
kan anak tunarungu, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan
proses pembelajarannya diarahkan untuk mengembangkan kemam
puan berbahasa dan berkomunikasi, karena kehilangan kemampuan
mendengar mengakibatkan mengalami kesulitan dalam melakukan
komunikasi secara wajar dengan lingkungannya, terutama sekali
dalam melakukan berkomunikasi secara lisan.
Bahasa lisan sebagai medium komunikasi memegang
penting,
peranan
karena bahasa lisan merupakan alat perhubungan
rohani dengan kata-kata langsung antara penyampai pesan
dengan penerima pesan. Ag. Soejono, (1983) mengemukakan,
"bahasa lisan menunjukkan perhubungan rokhani langsung,
karena para orang yang bicara langsung berhadapan satu sama
lain". Anak tunarungu yang memiliki kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa lisan, memperlancar interaksi dalam
proses pendidikannya, sehingga tujuan pendidikan dapat diwujudkan.
Anak tunarungu perkembangan bahasanya terhambat," hear
ing impairment is a great barrier to the normal development
of language", (Hallahan & Kauffman: 1982), terutama sekali
anak tunarungu yang memiliki tingkat kehilaitgan kemampuan
pendengaran berat (dMf), karena "pendengaran merupakan alat
sensords utama untuk berbicara dan berbahasa (Rochman Nata-
widjaya dan Zaenal Alimin: 1996), bahkan kalau tidak ditangani secara dini dapat menyebabkan kegaguan.
Upaya mengoptimalkan potensi mereka, diperlukan terlebih
dahulu mengatasi akibat-akibat ketunarunguannya, yaitu me
ngembangkan kemampuan berbahasa secara lisan, karena bahasa
lisan paling banyak digunakan dalam pendekatan pembelajaran
di sekolah-sekolah pada umumnya.
Pendekatan pembelajaran di SLB Bagian B.,
dikenal ada
tiga pendekatan pembelajaran, yakni pendekatan pembelajaran
lisan, manual (finger-spelling, sign language, sign system,
combined system) dan komunikasi total. Dari ketiga pendekatan
pembelajaran tersebut, ada sekolah yang menggunakan satu
pendekatan dan ada yang menggunakan lebih dari satu atau dua
pendekatan pembelajaran (pendekatan pembelajaran campuran).
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh sekolah
didasari oleh keyakinan sekolah masing-masing.
Pendekatan yang diprioritaskan oleh Depdikbud,
pendeka
tan pembelajaran lisan, karena"... mereka adalah anggota
masyarakat yang pada akhirnya nanti berkarya di sana sehingga
penguasaan bahasa lisan dan kemampuan bicara lebih diutamakan"(Depdikbud: 1996). Disamping itu, secara umum manusia
dalam melakukan interaksi dengan manusia lainnya menggunakan
bahasa
lisan,
karena bahasa lisan merupakan bahasa yang
paling lengkap, "language is most completely expressed in
speech".(Lado:1983), juga dapat mengembangkan cara berpikir.
Anak
tunarungu
sebagai
anggota masyarakat,
tentunya
tidak dapat mengisolasi diri, mereka harus mampu mengadakan
kontak dengan lingkungannya dengan menggunakan bahasa lisan.
Salah satu cara agar anak tunarunguy^ppg^grbahasa
lisan, yaitu dengan menggunakan metodik^b melakukan
merefleksikan"
(Rochman
Natawidjaja: 1997). Karena itulah penelitian pengembangan
ini
dikatagorikan
dalam
penelitian
research).
50
tindakan
(action
1.
Perencanaan.
Tahap
perencanaan, yakni menjaring data awal
diperlukan
untuk mengembangkan
program
pembelajaran
bahasa anak tunarungu dengan menggunakan metode
reflektif,
pada
tahap ini dilakukan pra
yang
maternal
survey.
Dalam
kegiatan pra survey ini aspek-aspek yang dihimpun
yaitu:
faktor pengajar, faktor pembelajar dan faktor sistem.
Berdasarkan informasi yang diperolrh dari
pra surpey
kegiatan
tersebut, peneliti bersama-sama guru
kelas
ujicoba menyusun suatu model program pembelajaran
natif
dengan
menggunakan
metode
maternal
alter-
reflektif.
Program pembelajaran yang dikembangkan ini mengacu kepada
kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut yaitu
kuriku
lum bahasa Indonesia untuk anak tunarungu tahun 1994.
Pengembangan model program pembelajran ini dipilih
kelas
satu,
berikut:
dengan
pertimbangan-pertimbangan
(1) membiasakan anak belajar menemukan
sebagai
sendiri
konsep dan kaidah- kaidah bahasa secara dini akan memban
tu
mempermudah
pembiasaan
menghindari
pengembangan
melakukan
bahasa
percakapan
selanjutnya,
(2)
semenjak dini
dari kebisuan dan melatih
otot-otot
dapat
bicara
serta meningkatkan kemampuan aural, (3) pembiasaan
meng
gunakan percakapan semakin dini membantu proses sosialisasi
anak dengan lingkungannya yang lebih luas, (4)
pada
kelas satu unsur-unsur bidang ajaran yang diajarkan
pada
51
dasarnya
terintegrasi dalam program pengembangan
bahasa
dan komunikasi.
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan membu
tuhkan
alat
instrumen
yaitu:
bantu
yang
(intrumen
pengumpul
digunakan dalam tahap
data),
adapun
perencanaan
wawancara, observasi dan studi dokumenter.
memperoleh
data-data
secara
langsung
dari
wawancara
pembelajar,
yaitu:
motivasi
dikumpulkan
pembelajar,
harapan-harapan pembelajar,
Untuk
responden
dilakukan dengan wawancara, aspek-aspek yang
melalui
ini,
minat
persepsi
guru,
dukungan lingkungan, sedangkan observasi digunakan
untuk
mengamati
dalam
unjuk kerja .guru dan siswa (intensitas)
pembelajaran,
sa*ana dan prasarana penunjang
pembelaja
ran, kondisi fisik (kelengkapan organ bicara)
Pengumpulan
prestasi
siswa,
data-data
tingkat
yang
berhubungan
kehilangan
dengan
pendengaran
siswa
dilakukan dengan studi dokumenter.
Rancangan
program pembelajaran
yang
dikembangkan
oleh peneliti dan guru kelas, sebelum diujicobakan kepada
subyek
sasaran, dikonsultasikan terlebih
dahulu
dengan
Kepala Sekolah, guru senior dan kepada pembimbing.
2. Tahap Pelaksanaan Dan Pengamatan.
Setelah
rancangan
selesai
dan
telah
disetujui
pembimbing, tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan
kan
dan
pengamatan. Pada tahap ini,
52
guru
kelas
tinda
mulai
mendemontrasikan model program yang telah dirancang terse
but. Dalam kegiatan ujiccoba ini, peneliti selaku
tor
memberikan pengarahan-pengarahan
kegiatan pembelajaran,
terhadap
inovajalannya
serta memberikan dorongan dan
rangsangan-rangssangan kepada guru dalam melaksanakan
tindakan,
model
sebagaimana
yang ditentukan
dalam
pembelajaran dengan menggunakan
rancangan
metode maternal
reflektif.
Dalam pelaksanaan ujicoba model tersebut, dilakukan
pengatan-pengamatan, agar memperoleh masukan yang lengkap
disertakan
Sekolah,
beberapa pengamat
pembantu,
yaitu:
guru senior, dan peneliti sendiri.
Tugas
Kepala
para
pengamat adalah, mengamati setiap aspek yang dipandang
masih lemah dan yang perlu mendapatkan
perbaikan-perbai-
kan atau penyempurnaan -penyempurnaan. Dengan
perbaikan-
perbaikan tersebut diharapkan pada akhirnya diperoleh
suatu
model
program
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
setting kelas tersebut.
3. Tahap Refleksi.
Hasil-hasil yang diperoleh melalui kegiatan
penga
matan yang telah dilakukan, kemudian didiskusikan dengan
guru kelas untuk dilakukan analisis, sintesis,
pemaknaan
dan memberikan kesimpulan-kesimpulan dari data yang telah
dihimpun melalui pengamatan. Hasil diskusi tersebut
digunakan untuk penyempurnaan-penyempurnaan sebagai dasar
untuk
pada
melakukan
perencanaan ulang yang
akan
dilakukan
tampilan berikutnya.
B. Lokasi Penelitian dan Sumber Data.
Penelitian
Tingkat
ini,
Propinsi,
tersebut
para
dilaksanakan
di
SLB-B
Pembina
yaitu di Kabupaten Sumedang.
gurunya telah banyak
yang
Di
SLB
diikutertakan
dalam penataran metode maternal reflektif.
Kelas
untuk
yang dijadikan ujicoba program
pembelajaran
pengambilan sumber datanya, yaitu kelas satu
cawu tiga. Ada beberapa alasan yang dijadikan
pada
pertimban-
gan menggunakan SLB-B tersebut, yaitu:
(1). Sekolah tersebut merupakan sekolah
dilihat
yang
ideal
dari segi sarana dan prasarana serta
fasi-
litas lainnya.
(2). Sekolah tersebut sebagai sekolah pembina untuk SLB SLB di lingkungan Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi
Jawa Barat.
(3). Guru-guru di Sekolah tersebut telah banyak yang
di-
tatar metode maternal reflektif.
D. Analisis Data Ujicoba
Dalam
penelitian ini agak berbeda
dengan
peneli-
tian-penelitian pada umumnya, karena pada penelitian
ini
analisis
pra
datanya
dimulai sejak peneliti
54
melakukan
survey,
yaitu sewaktu peneliti memasuki
lapangan untuk
mendapatkan masukan-masukan mengenai situasi
awal yang
terdapat di sekolah sasaran, sehingga peneliti memutuskan
untuk mengambil salah satu kelas yang ada, untuk dijadi
kan
sebagai
tempat ujicoba model
program pembelajaran
versi peneliti.
Seperti telah dikemukakan di atas, sebelum penulis
memutuskan
maternal
untuk mengangkat model
reflektif,
alternatif
lainnya,
Situasional
dan
Method).Setelah
dikemukakan
program pembelajaran
penulis menawarkan
seperti
model
model-model
model
Metode
beberapa model
Struktural-Oral-
Langsung
(Direct
tersebut ditawarkan
kelebihan dan kekurangannya, ternyata
dan
guru-
guru senior yang diajak kolaborasi tersebut merasa keberatan,
1.
dengan
alasan:
Mereka belum pernah ada yang ditatar mengenai metode
tersebut.
2. Tingkat kehilangan pendengaran anak-anak di sekolahnya
umumnya berat.
Akhirnya penulis dan guru senior memutuskan
model
pembelajaran maternal reflektif yang dikembangkan dengan
mengambil salah satu pokok bahasan tentang Percakapan
sesuai
dengan pokok bahasan pada minggu dan
bulan
yang
sedang berjalan waktu itu (catur wulan III).
Dalam menganalisis data-data yang dihimpun, peneli-
55
ti mengikuti langkah-langkah yang biasa digunakan,
yaitu
(1) reduksi data, (2) sajian data, (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 1992: 129).
1.
Reduksi Data.
Data-data
yang terkumpul dari
lapangan,
kemudian
dilakukan seleksi, pemokusan, penyederhanaan dan abstrak-
si
sehingga data mentah yang berhasil dikumpul
melalui
kegiatan reduksi ini dapat dipilah
tersebut
dan
dipilih
mana yang dianggap penting kemudian disusun secara sistematis sehingga mudah dikendalikan.
2. Sajian Data.
Data yang telah direduksi tersebut yang berhubungan
.dengan
fokus
masalah kemudian
disajikan
dalam
q»atrik dan narasi-narasi singkat untuk mempermudah
bentuk
pema-
haman terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam penelitian
ini.
3. Mengambil Kesimpulan dan verifikasi.
Data-data yang disajikan dalam bentuk matrik-matrik
dan narasi tersebut, disimpulkan dan dilakukan verifikasi
untuk
memahami
makna yang
menjadi
penelitian
ini.
data yang
belum jelas maknanya,
permasalahan
Melalui kesimpulan dan
dalam
verifikasi
diharapkan
ini
memperoleh
temuan-temuan yang dianggap representatif.
Hasil-hasil yang diperoleh melalui kegiatan
sis
dalam
ujicoba
model
program
56
pembelajaran
anali
dengan
menggunakan
metode
maternal
reflektif,
dimaksudkan
sebagai masukan yang sangat berarti untuk menyempurnakan
model program tersebut yang dirancang oleh pengembang.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini akan mengetengahkan
penelitian
serta
mengenai intisari hasil
beberapa saran perbaikan
untuk
terkait setelah mendapatkan kejelasan dari hasil
pihak
peneli
tian .
A. Kesimpulan.
Memperhatikan
hasil-hasil yang
diperoleh
selama
pelaksanaan penelitian mengenai pengembangan model pembe
lajaran
dasar
maternal
reflektif bahasa
1 (D.l) SLB Bagian
B.
Indonesia
(tunarungu).
di
kelas
Kesimpulan-
kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1.
Penerapan metode maternal reflektif dalam
Pengajaran
bahasa Indonesia di SLB B sudah diterapkan walaupun belum
terpola dan penyajiannya belum sistematis. Ini disebabkan
guru
belum
memiliki rujukan secara
khusus
yang
dapat
digunakan sebagai acuan.
2.
Pengalaman, kemauan dan
guru,
intensitas
berarti
profesionalisasi
heterogenitas kemampuan dan karakteristik
runguan, motivasi dan
sarana
kompetensi
pengajaran
harapan siswa sasaran,
dan
optimalisasi
yang tersedia memberikan kontribusi
untuk
mewujudkan
model
139
program
ketuna
kurikulum,
prasarana
yang
dan
sangat
pembelajaran
maternal reflektif bahasa Indonesia.
3.
Model program pembelajaran maternal reflektif
Indonesia
yang
dikembangkan, efektif di kelas
bahasa
dasar
1
(D.l) SLB Bagian B (tunarungu). Walaupun demikian,
hasil
ini belum merupakan informasi yang lengkap, karena
dalam
ujicoba
penerapan model tersebut tampa menggunakan
kon
trol.
4. Unjuk kerja guru dalam menyajikan model program pembe
lajaran selama pelaksanaan ujicoba berlangsung, menunjuk
kan
peningkatan-peningkatan
dari
setiap
pertemuannya.
Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada aspek yang ditetap
kan
segera diperbaiki untuk meningkatkan
berikutnya.
meliputi:
Beberapa
memerlukan
kemampuan menggunakan media
percakapan,
peran
aspek yang
pada
bervariasi,
kemampuan
ketrampilan
merespon
perbaikan
komunikasi
kemampuan menggunakan metode
ganda,
kondisi
dalam
tangkap dan
ungkapan
siswa yang
memvisualisasikan,
ketrampilan
menyusun deposit dan kemampuan menjelaskan deposit
serta
kemampuan memberikan layanan individual.
5.
Pengaruh
maternal
hasil
dari penerapan model
program
reflektif bahasa Indonesia dapat
prestasi belajar yang dicapai
siswa.
pembelajaran
disimak
dari
Peningkatan
hasil belajar, baik Secara kuantitas maupun secara kuali
tas
selama ujicoba belum menunjukkan
konsisten
pada
setiap pertemuannya,
140
perkembangan
walaupun
yang
demikian
pada
akhirnya bersamaan
dengan
meningkatnya
kualitas
unjuk kerja guru, perolehan hasil belajar siswa, terutama
sekali
secara
berarti.
yang
kualitas
menunjukkan
perkembangan
Dilihat dari kemampuan siswa secara
mempengaruhi
perolehan hasil belajar
yang
individual
siswa dalam
ujicoba model
program pembelajaran
maternal
reflektif
bahasa
penyebabnya,
tingkat
kehilangan
diduga
kemampuan
mendengar,
yakni:
kondisi mental
(kecerdasan),
dan
kemampuan awal yang dimiliki setiap siswa.
B.
Rekomendasi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari temuan-temuan
selama penelitian, berikut ini direkomendasikan
beberapa
hal yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk :
1.
Guru.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerap-
kan model program pembelajaran maternal reflektif
bahasa
Indonesia, yakni :
a.
Model program pembelajaran maternal reflektif
dapat
berjalan
dengan baik manakala ada
bahasa
saling
cayaan antara siswa dan guru-. Untuk itu, dalam
kepa
mengawali
kagiatan pembeiaja-ran guru harus mampu menciptakan kontak
bathin untuk saling mempercayai dan menghargai keberadaan
masing-masing. Strategi yang dapat digunakan dengan
cara
ekspresi wajah bercerita, yang menunjukkan ketulusan
dan
141
kesungguhan
untuk membantu mereka, misalnya mimik
senyuman, pandangan, gerak tubuh dan
menimbulkan
untuk
rasa
perasaan,
lainnya yang
simphati. Tujuan kegiatan
memberikan stimulus agar siswa
keinginan,
harapan
dan
muka,
mau
dapat
ini
adalah
mengungkapkan
gagasan-gagasannya
sebagai dasar untuk dijadikan bahan pelajaran.
b.
Dalam model program pembelajaran
bahasa,
itu,
pupuklah
bebas,
dan
percakapan merupakan poros
maternal
reflektif
pembelajaran.
Untuk
iklim percakapan agar berlangsung
spontan dan terarah serta hadirkan sikap
secara
emphati
fleksibilitas berbahasa, gunakan bahasa yang
lazim,
bahasa sehari-hari melalui metode tangkap dan peran ganda
serta
mengacu kepada tahapan-tahapan yang dirancang
cermati
situasi
kelas. Karena
itulah
percakapan,
guru
suara
gerak siswa, masuk ke dalam
atau
bertukar
diharapkan dapat
dalam
dan
melakukan
: tanggap
terhadap
fikiran
siswa,
pikiran dengan siswa (bukan tanya-jawab),
mem-
perluas topik percakapan melalui asas kontras (provokasi)
namun tetap aktual dan situasional serta setiap
atau
ungkapan yang muncul dalam percakapan
difahami
siswa,
segera visualisasikan,
kosakata
yang
dengan
belum
cara
:
menuliskan, meragakan dengan bahasa badan, isyarat bahasa
Indonesia
jari.
(Indonesian
sign system)
atau
Dalam memvisualisasikan, aktifkan
dengan
ejaan
siswa melalui
penugasan-penugasan untuk memvisualisasikan sendiri. Misi
142
kegiatan
ini disamping untuk memperjelas antara
persepsi
auditoris dengan persepsi visual juga untuk melatih siswa
menulis atau menjelaskan.
c.
Agar
mendapatkan gambaran yang utuh
persoalan
menjadi
mengenai
yang dipercakapkan, susunlah hasil
bahan/materi yang lengkap dan utuh
pokok
percakapan
dalam
suatu
deposit, dengan cara: kosakata, ungkapan-ungkapan,
gaga
san-gagasan
suatu
yang
belum lengkap
disusun
menjadi
cerita yang utuh dengan menggunakan struktur bahasa
benar
dan tugasi siswa untuk menyalinnya. Misi
kegiatan
ini untuk merelevansikan bahan dengan tujuan yang
getkan,
menambah
membaca
teknis
penguasaan kosakata,
dan
menangkap
yang
ditar-
melatih
belajar
serta
melatih
maknanya
menulis (menyusun) karangan atau cerita.
Untuk
memberikan pemahaman terhadap doposit
disusun,
berikan penjelasan-penjelasan dan
yang
telah
tanya-jawab.
Dalam memberikan penjelasan, perlu diperhatikan, yakni
ujaran
seritmis-ritmisnya
dengan
intonasi
secara
wajar dengan menggunakan artikulasi
keterarahsuaraan dan keterarahwajahan waktu
Kegitan
menjelaskan dapat juga dilakukan
:
dan
irama
yang
tepat,
menjelaskan.
dengan
tanya-
jawab atau menugasi siswa, misalnya menugasi siswa untuk
membacakan kembali deposit secara klasikal atau individu
al,
dan ujaran siswa yang belum sempurna langsung diko-
reksi saat itu.
143
d. Model program pembelajaran maternal reflektif
selain diarahkan terhadap penguasaan materi
bahasa,
pengetahuan,
juga untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa dan berko
munikasi
secara
verbal dengan baik dan
benar
(trampil
bercakap dengan lingkungan, trampil membaca dan
menulis,
trampil menangkap ujaran orang lain dan trampil bercerita
dan
huan
mengarang) sebagai dasar untuk mempelajari
lain.
pendukung
Untuk itu,
diperlukan
latihan
(pelajaran)
yakni: latihan bina persepsi bunyi
(latihan menyimak)
pengeta
dan
irama
dan latihan artikulasi.
e. Media mengajar yang mendukung langsung program
pembe
lajaran bahasa dengan menggunakan metode maternal reflek
tif yaitu interaksi insani, lingkungan sekitar, minat dan
pengalaman siswa.
f.
Agar
mempermudah memberikan layanan,
aturlah
kursi
siswa membentuk setengah lingkaran dan gunakan alat bantu
mendengar (ABM) kelompok.
2. Kepala Sekolah, Orang tua, Pembina Asrama.
Dukungan
sekolah,
sesuatu
orang
positif dan sikap responsif
tua dan pembina asrama
yang berkaitan dengan
berbahasa
dan
dari
kepala
terhadap
segala
pengembangan
berkomunikasi anak,
khususnya
ketrampilan
berbahasa
verbal,
merupakan faktor yang turut mempengaruhi
keber
hasilan
anak.
kepala
Untuk itu, disarankan agar : a).
144
sekolah
memberikan aturan-aturan yang mengharuskan
untuk
membiasakan
wajar
(lisan)
sanksi-sanksi
menggunakan media
komunikasi
dalam lingkungan sekolah
dan
bagi siswa yang melanggar, b).
anak
secara
memberikan
orang
tua
menerima kehadiran mereka dengan segala keberadaannya dan
selalu
serta
memberikan bimbingan untuk menyadari
selalu memberikan kesempatan
yang
ketunaannya
seluas-luasnya
untuk mela- kukan sosialisasi dalam masyarakat yang lebih
luas (masyarakat mendengar) dan yang tidak kalah penting-
nya
selalu
sehingga
dengan
melakukan
kerjasama
dengan
terjadi sinkronisasi apa yang
di
rumah, c). pembina asrama
pihak
sekolah
didapat
sekolah
sebagai
orang tua dan penerus program sakolah, agaar
setiap- anjuran, a-turawv- budaya-budaya
pengganti
mengamankan
positif
sekolah;
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat
namkan
rasa percaya diri dan sikap optimistik,
memecahkan
dengan
di sekitarnya; membantu membimbing dan
masalah-masalah
kesulitan
yang
membantu
berkaitan
program sekolah dan lainnya, memonitoring
kemajuan yang berhasil dicapai anak dan
mena-
setiap
menindaklanjuti-
nya.
3. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya.
Hasil
penelitian
ini
mampu
mengembangkan
program pembelajaran bahasa Indonesia dengan
145
model
menggunakan
metode maternal reflektif di kelas dasar 1 (D.l)
luar
biasa
hasilnya
belum
bisa
digeneralisasikan kedalam lingkup yang lebih
luas,
dalam
arti
bagian B (tunarungu), namun
Sekolah
model ini hanya berlaku pada
kelas
ujicoba
atau pada kelas yang memiliki karakteristik yang
sedera-
jat dengan yang diteliti. Ciri-ciri
tersebut meliputi;
latar belakang pendidikan guru, pernah mengikuti
penata
ran metode maternal reflektif, memiliki pengalaman menga
jar yang cukup di kelas rendah, mampu
menstimuli
siswa
untuk
menggunakan
asas
melakukan
kontras
tujuan
dalam
yang
percakapan,
percakapan
trampil
untuk
merelevansikan
telah ditetapkan, serta
kondisi
dengan
kemampuan
siswa yang heterogen dari segi ketunarunguan, kecerdasan,
dan motivasi belajarnya.
Meskipun model program yang dirancang oleh peneliti
cukup efektif, namun karena ujicoba penerapannya bersifat
terbatas
dan tidak menggunakan kontrol , maka
hasilnya
belum dapat memberikan informasi yang lengkap. Untuk itu,
ddisarankan
penelitian
kepada peneliti berikunya untuk
melanjutkan
ini dalam lingkup yang luas serta subyek dan
lokasi penelitian ddalam skala besar.
146
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun, (1995), Psikologi Kependidikan, Kom
ponen Mata Kuliah Dasar Kependidikan dengan Sistem Pe
ngajaran Modul, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Bandung.
Asep Saepulah, (1998), Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif
Dalam Mengembangkan Ketrampilan Berbicara Anak Tunaru
ngu di SLB Wonosobo, Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fa-
kultas Ilmu Pendidikan, IKIP
Bandung.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Santi Rama,
(1984), Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Dengan Model Penguasaan Bahasa Ibu Yang Reflektif Un
tuk Guru-Guru SLB/B Santi Rama, Yayasan Santi Rama Ja
karta .
BP-7 Pusat, (1990), Undang-Undang Dasar,
Pedoman Penghayatan
Dan Pengamalan Pancasila, Jakarta.
Calvert R. Donald & Silverman S. Richard, (1983), Speech and
Deafness, Alexander Graham Bell Association for the
Deaf, Washington,D.C.
Depdikbud, (1996), Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, Depdikbud
Jakarta.
Depdikbud, (1993), Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, SDLB Tuna
rungu, Depdikbud, Jakarta.
Depdikbud, (1992), Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan,
Depdikbud, Jakarta.
Dimyati & Mudjiono, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Proyek
Pembinaan dan
Peningkatan
Mutu Tenaga Kependidikan,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Ja
karta .
Emon Sastrawinata, (1979), Pendidikan Anak Tunarungu, Dikdasmen Depdikbud, Jakarta.
Engkoswara, (1984), Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran,
Aksara, Jakarta.
147
Bina
Hallahan P. Daniel & Kauffman M. James, (1982),
Mcep^ni-
Children, Introduction to Special Education, Prentice
Hall, INC, Englewood Cliffs.
(1980), Model of Teaching,
Joice, Bruce & Weil, Marshal
Prentice Hall, Inc. Englewood, New Jersey.
Lado Robert, (1983), Language Teaching, A Scientific Approach
Tata McGraw-Hill
Publishing
Co. LTD.,
Bombay-New
Delhi.
Lani Bunawan, (1997), Komunikasi Total,
Latar
Belakang
Pe
ngembangan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, Dikdasmen
Depdikbud, Jakarta.
Mohamad Efendi, (1996), Pengembangan Model Pembelajaran
dasarkan Pendekatan Komunikasi Total Dalam
Studi Bahasa Indonesia di SLB/B, Pascasarjana
Ber
Bidang
IKIP
Bandung.
Mufti Salim, (1984), Orto Paedagogik Anak Tunarungu, Depdik
bud , Jakarta.
Nasution,S., (1988), Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.
Nana Syaodih Sukmadinata, (1988), Prinsip dan Landasan
ngembangan Kurikulum,
Depdikbud, Direktorat
Pe
Jendral
Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Oemar Hamalik, (1993), Strategi Belajar Mengajar, Mandar Ma
ju, Bandung.
Power, Des
(1993), Komunikasi dan Bahasa, Wicara dan Menyi
mak, Federasi Nasional Kesejahteraan Tunarungu Indo
nesia, Jakarta.
Rochman Natawidjaya & Zaenal Alimin, (1996), Penelitian Pen
didikan Luar Biasa, Depdikbud, Jakarta.
Rochman Natawidjaya, (1997), Penelitian Tindakan Kelas, IKIP
Bandung.
Soejono, Ag., (1983),
Metodik Khusus Bahasa Indonesia,
Bina
Aksara Bandung.
Sumadi, HS., (1983), Ortodidaktik Tunarungu-Wicara, Depdikbud
Jakarta.
Suroso dkk., (1980), Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indone
sia,
Tiga Serangkai, Solo.
148
Tarigan Henry Guntur, (1989), Metodologi Pengajaran Bahasa,
Suatu Penelitian Kepustakaan, Depdikbud Dirjen Dikti
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kepen
didikan, Jakarta.
farmansyah, (1996), Gangguan Komunikasi,
Depdikbud,
Dirjen
Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Jakarta.
Tonny S., (1997), Metode Maternal Reflektif, Makalah Penata
ran dan Lokakarya Pengembangan Bahasa Anak Tunarungu
di Ujungpandang.
Uden, Van (1977^, A World of Language for Deaf Children, Ma
ternal Reflective Method, St. Michielsgestel.
149
REFLEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA
DI SLB. B (ANAK TUNARUNGU)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujiart Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Untulc MemehuW Sebagian Dari Syarat Ujia« S2
Program Studi Pengembangan Kurikulum
Oleh :
ENDANG RUSYA.
NIM : 9596140
PROGRAM PASCASARJANA
IKIP BANDUNG
1998
PERSETUJUAN/PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING
UNTUK UJIAN TAHAP II
Pembimbing I
R H. ROCHMAN NATAWTDJAJ A
Pembimbing II
DR R IBRAHIM, MA.
PROGRAM PASC ASARJANA
HOP BANDUNG
1998
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
UCAPAN TERIMA KASIH
i
RATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Latar Belakang Masalah
Permasalahan
Pembatasan Masalah
Definisi Operasional
Fokus Penelitian
Kerangka Pemikiran
1
6
10
12
13
14
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB
II
DASAR-DASAR TEORI PEMBELAJARAN MATERNAL
15
REFLEK
TIF BAHASA INDONESIA UNTUK ANAK TUNARUNGU.
A. Permasalahan Anak Tunarunmgu
17
B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Anak Tunarungu..21
C. Metode Maternal Reflektif
22
D. Dasar-Dasar Pengembangan Model Program
Pembelajaran
BAB
III
33
F. Strategi Model Pembelajaran Maternal Re
flektif Dalam Bahasa Indonesia
43
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Tahapan Penelitian
B . Lokasi dan Sumber Data
C. Analisis Data Ujicoba
BAB
IV
-31
E. Langkah-Langkah Pengembangan Model
49
54
54
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
B. Deskripsi Data Pelaksanaan Ujicoba Pro
gram Pembelajaran
C. Interpretasi Data Ujicoba Program Pem
belajaran
D . Pembahasan
vi
58
73
106
li9
BAB
V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
139
B . Rekomendasi
141
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Rekapitulasi Hasil Tes Lisan Tentang
Percakapan Lingkungan (Pertemuan I)
Tabel 2 : Rekapitulasi Hasil Tes Perbuatan Tentang
Percakapan Lingkungan (Pertemuan II)
77
85
Tabel 3 : Rekapitulasi Hasil Tes Lisan Tentang Per
cakapan Lingkungan (Pertemuan III)
92
Tabel 4 : Rekapitulasi Hasil Tes Melalui Pengamatan
(Pertemuan IV)
"
Tabel 5 : Rekapitulasi Hasil Tes Lisan Tentang Per
cakapan Lingkungan (Pertemuan V)
104
Tabel 6 : Rekapitulasi Komversi Hasil Pengamatan
151
Tabel 7 : Perbandingan Unjuk Kerja Guru dan Siswa
Dalam Penerapan Model Pembelajaran Bahasa
Indonesia Dengan Menggunakan MMR
151
Vll
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1
: Faktor Penentu Keberhasilan PBM Bahasa
Gambar
2
: Model Pembelajaran Glasser
Gambar
3
: Pengembangan Model Pembelajaran Glasser.... 34
Gambar
4
: Model Pembelajaran PPSI
Gambar
5
: Model Program Pembelajaran Metode Mater
Gambar
6
: Rekapitulasi Unjuk Kerja Guru Siswa
Gambar
7
: Model Program Pembelajaran Maternal
nal Reflektif Bahasa Indonesia
9
33
36
.39
108
Reflektif Bahasa Indonesia Untuk Anak
Tunarungu
H°
¥111
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
dewasa
ini
menghendaki
pendidikan
yang
lenkap, bulat, menyeluruh dan seimbang, yaitu pendidikan yang
dapat mengembangkan potensi peserta didik secara optimal,
sehingga dapat menghasilkan manusia yang
huan,
taqwa,berpengeta-
trampil, sehat jasmani dan rokhaninya serta memiliki
pribadi yang mantap dan mampu memberikan
kesejahteraan
tersebut
tahun
dirinya dan
sejalan
1989
kesejahteraan
andil
orang
yang dikemukakan dalam Undang
fasal 4, yaitu: "Pendidikan
terhadap
lain.
Hal
Undang
SPN
nasional
bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan, dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rokhani, kepribadian yang man tap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan .
Mencapai tujuan di atas, pemerintah dan masyarakat
dirikan
inilah
lembaga-lembaga pendidikan, pada lembaga
pendidikan
manusia Indonesia dididik, baik dilakukan di
pendidikan formal, seperti di sekolah-sekolah dan
maupun
men-
lembaga
madrasah,
pada lembaga pendidikan non formal, seperti
kursus-
kursus, pondok pesantren.
Pemerintah
maupun
masyarakat tidak
hanya
menyediakan
lembaga pendidikan bagi manusia yang normal, menyediakan juga
bagi manusia yang menyandang ketunarunguan,
karena
"Setiap
warga negara berhak mendapatkan pengajaran" .(WD pasal 31)
Anak-anak tunarungu sebagai penyandang kelainan pende-
ngaran, merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan manusia yang
tidak mengalami kelainan, mereka juga memiliki hak untuk
mendapatkan pengajaran.
Lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan
secara khusus untuk orang-orang yang mengalami ketunarunguan,
yakni Sekolah Luar Biasa Bagian B, dimana di sekolah tersebut
pelayanan, sarana dan prasarana serta tenaga pendidiknya
disiapkan sesuai dengan kebutuhan dan jenis kelinan yang
disandangnya. Penyelenggaraan pendidikan demikian, dimaksud-
kan para peserta didik lebih dapat mengembangkan
sikap dan ketrampilannya agar menjadi manusia
seperti yang dicanangkan dalam tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan luar biasa merupakan
pengetahuan,
yang utuh,
nasional.
bagian dari
tujuan pendidikan nasional, bertujuan "membantu peserta didik
yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu
mengembangkan sikap, pengetahuan dan /•"«*Pii«» "J^g"
ngan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan
pribadi maupun anggota masyarakat dalam ^*ad?**" Au^alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam
dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (pasal 2
PPRI Nomor 72 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa)
Upaya mencapai tujuan itu, secara khusus dalam pendidi
kan anak tunarungu, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan
proses pembelajarannya diarahkan untuk mengembangkan kemam
puan berbahasa dan berkomunikasi, karena kehilangan kemampuan
mendengar mengakibatkan mengalami kesulitan dalam melakukan
komunikasi secara wajar dengan lingkungannya, terutama sekali
dalam melakukan berkomunikasi secara lisan.
Bahasa lisan sebagai medium komunikasi memegang
penting,
peranan
karena bahasa lisan merupakan alat perhubungan
rohani dengan kata-kata langsung antara penyampai pesan
dengan penerima pesan. Ag. Soejono, (1983) mengemukakan,
"bahasa lisan menunjukkan perhubungan rokhani langsung,
karena para orang yang bicara langsung berhadapan satu sama
lain". Anak tunarungu yang memiliki kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa lisan, memperlancar interaksi dalam
proses pendidikannya, sehingga tujuan pendidikan dapat diwujudkan.
Anak tunarungu perkembangan bahasanya terhambat," hear
ing impairment is a great barrier to the normal development
of language", (Hallahan & Kauffman: 1982), terutama sekali
anak tunarungu yang memiliki tingkat kehilaitgan kemampuan
pendengaran berat (dMf), karena "pendengaran merupakan alat
sensords utama untuk berbicara dan berbahasa (Rochman Nata-
widjaya dan Zaenal Alimin: 1996), bahkan kalau tidak ditangani secara dini dapat menyebabkan kegaguan.
Upaya mengoptimalkan potensi mereka, diperlukan terlebih
dahulu mengatasi akibat-akibat ketunarunguannya, yaitu me
ngembangkan kemampuan berbahasa secara lisan, karena bahasa
lisan paling banyak digunakan dalam pendekatan pembelajaran
di sekolah-sekolah pada umumnya.
Pendekatan pembelajaran di SLB Bagian B.,
dikenal ada
tiga pendekatan pembelajaran, yakni pendekatan pembelajaran
lisan, manual (finger-spelling, sign language, sign system,
combined system) dan komunikasi total. Dari ketiga pendekatan
pembelajaran tersebut, ada sekolah yang menggunakan satu
pendekatan dan ada yang menggunakan lebih dari satu atau dua
pendekatan pembelajaran (pendekatan pembelajaran campuran).
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh sekolah
didasari oleh keyakinan sekolah masing-masing.
Pendekatan yang diprioritaskan oleh Depdikbud,
pendeka
tan pembelajaran lisan, karena"... mereka adalah anggota
masyarakat yang pada akhirnya nanti berkarya di sana sehingga
penguasaan bahasa lisan dan kemampuan bicara lebih diutamakan"(Depdikbud: 1996). Disamping itu, secara umum manusia
dalam melakukan interaksi dengan manusia lainnya menggunakan
bahasa
lisan,
karena bahasa lisan merupakan bahasa yang
paling lengkap, "language is most completely expressed in
speech".(Lado:1983), juga dapat mengembangkan cara berpikir.
Anak
tunarungu
sebagai
anggota masyarakat,
tentunya
tidak dapat mengisolasi diri, mereka harus mampu mengadakan
kontak dengan lingkungannya dengan menggunakan bahasa lisan.
Salah satu cara agar anak tunarunguy^ppg^grbahasa
lisan, yaitu dengan menggunakan metodik^b melakukan
merefleksikan"
(Rochman
Natawidjaja: 1997). Karena itulah penelitian pengembangan
ini
dikatagorikan
dalam
penelitian
research).
50
tindakan
(action
1.
Perencanaan.
Tahap
perencanaan, yakni menjaring data awal
diperlukan
untuk mengembangkan
program
pembelajaran
bahasa anak tunarungu dengan menggunakan metode
reflektif,
pada
tahap ini dilakukan pra
yang
maternal
survey.
Dalam
kegiatan pra survey ini aspek-aspek yang dihimpun
yaitu:
faktor pengajar, faktor pembelajar dan faktor sistem.
Berdasarkan informasi yang diperolrh dari
pra surpey
kegiatan
tersebut, peneliti bersama-sama guru
kelas
ujicoba menyusun suatu model program pembelajaran
natif
dengan
menggunakan
metode
maternal
alter-
reflektif.
Program pembelajaran yang dikembangkan ini mengacu kepada
kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut yaitu
kuriku
lum bahasa Indonesia untuk anak tunarungu tahun 1994.
Pengembangan model program pembelajran ini dipilih
kelas
satu,
berikut:
dengan
pertimbangan-pertimbangan
(1) membiasakan anak belajar menemukan
sebagai
sendiri
konsep dan kaidah- kaidah bahasa secara dini akan memban
tu
mempermudah
pembiasaan
menghindari
pengembangan
melakukan
bahasa
percakapan
selanjutnya,
(2)
semenjak dini
dari kebisuan dan melatih
otot-otot
dapat
bicara
serta meningkatkan kemampuan aural, (3) pembiasaan
meng
gunakan percakapan semakin dini membantu proses sosialisasi
anak dengan lingkungannya yang lebih luas, (4)
pada
kelas satu unsur-unsur bidang ajaran yang diajarkan
pada
51
dasarnya
terintegrasi dalam program pengembangan
bahasa
dan komunikasi.
Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan membu
tuhkan
alat
instrumen
yaitu:
bantu
yang
(intrumen
pengumpul
digunakan dalam tahap
data),
adapun
perencanaan
wawancara, observasi dan studi dokumenter.
memperoleh
data-data
secara
langsung
dari
wawancara
pembelajar,
yaitu:
motivasi
dikumpulkan
pembelajar,
harapan-harapan pembelajar,
Untuk
responden
dilakukan dengan wawancara, aspek-aspek yang
melalui
ini,
minat
persepsi
guru,
dukungan lingkungan, sedangkan observasi digunakan
untuk
mengamati
dalam
unjuk kerja .guru dan siswa (intensitas)
pembelajaran,
sa*ana dan prasarana penunjang
pembelaja
ran, kondisi fisik (kelengkapan organ bicara)
Pengumpulan
prestasi
siswa,
data-data
tingkat
yang
berhubungan
kehilangan
dengan
pendengaran
siswa
dilakukan dengan studi dokumenter.
Rancangan
program pembelajaran
yang
dikembangkan
oleh peneliti dan guru kelas, sebelum diujicobakan kepada
subyek
sasaran, dikonsultasikan terlebih
dahulu
dengan
Kepala Sekolah, guru senior dan kepada pembimbing.
2. Tahap Pelaksanaan Dan Pengamatan.
Setelah
rancangan
selesai
dan
telah
disetujui
pembimbing, tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan
kan
dan
pengamatan. Pada tahap ini,
52
guru
kelas
tinda
mulai
mendemontrasikan model program yang telah dirancang terse
but. Dalam kegiatan ujiccoba ini, peneliti selaku
tor
memberikan pengarahan-pengarahan
kegiatan pembelajaran,
terhadap
inovajalannya
serta memberikan dorongan dan
rangsangan-rangssangan kepada guru dalam melaksanakan
tindakan,
model
sebagaimana
yang ditentukan
dalam
pembelajaran dengan menggunakan
rancangan
metode maternal
reflektif.
Dalam pelaksanaan ujicoba model tersebut, dilakukan
pengatan-pengamatan, agar memperoleh masukan yang lengkap
disertakan
Sekolah,
beberapa pengamat
pembantu,
yaitu:
guru senior, dan peneliti sendiri.
Tugas
Kepala
para
pengamat adalah, mengamati setiap aspek yang dipandang
masih lemah dan yang perlu mendapatkan
perbaikan-perbai-
kan atau penyempurnaan -penyempurnaan. Dengan
perbaikan-
perbaikan tersebut diharapkan pada akhirnya diperoleh
suatu
model
program
pembelajaran
yang
sesuai
dengan
setting kelas tersebut.
3. Tahap Refleksi.
Hasil-hasil yang diperoleh melalui kegiatan
penga
matan yang telah dilakukan, kemudian didiskusikan dengan
guru kelas untuk dilakukan analisis, sintesis,
pemaknaan
dan memberikan kesimpulan-kesimpulan dari data yang telah
dihimpun melalui pengamatan. Hasil diskusi tersebut
digunakan untuk penyempurnaan-penyempurnaan sebagai dasar
untuk
pada
melakukan
perencanaan ulang yang
akan
dilakukan
tampilan berikutnya.
B. Lokasi Penelitian dan Sumber Data.
Penelitian
Tingkat
ini,
Propinsi,
tersebut
para
dilaksanakan
di
SLB-B
Pembina
yaitu di Kabupaten Sumedang.
gurunya telah banyak
yang
Di
SLB
diikutertakan
dalam penataran metode maternal reflektif.
Kelas
untuk
yang dijadikan ujicoba program
pembelajaran
pengambilan sumber datanya, yaitu kelas satu
cawu tiga. Ada beberapa alasan yang dijadikan
pada
pertimban-
gan menggunakan SLB-B tersebut, yaitu:
(1). Sekolah tersebut merupakan sekolah
dilihat
yang
ideal
dari segi sarana dan prasarana serta
fasi-
litas lainnya.
(2). Sekolah tersebut sebagai sekolah pembina untuk SLB SLB di lingkungan Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi
Jawa Barat.
(3). Guru-guru di Sekolah tersebut telah banyak yang
di-
tatar metode maternal reflektif.
D. Analisis Data Ujicoba
Dalam
penelitian ini agak berbeda
dengan
peneli-
tian-penelitian pada umumnya, karena pada penelitian
ini
analisis
pra
datanya
dimulai sejak peneliti
54
melakukan
survey,
yaitu sewaktu peneliti memasuki
lapangan untuk
mendapatkan masukan-masukan mengenai situasi
awal yang
terdapat di sekolah sasaran, sehingga peneliti memutuskan
untuk mengambil salah satu kelas yang ada, untuk dijadi
kan
sebagai
tempat ujicoba model
program pembelajaran
versi peneliti.
Seperti telah dikemukakan di atas, sebelum penulis
memutuskan
maternal
untuk mengangkat model
reflektif,
alternatif
lainnya,
Situasional
dan
Method).Setelah
dikemukakan
program pembelajaran
penulis menawarkan
seperti
model
model-model
model
Metode
beberapa model
Struktural-Oral-
Langsung
(Direct
tersebut ditawarkan
kelebihan dan kekurangannya, ternyata
dan
guru-
guru senior yang diajak kolaborasi tersebut merasa keberatan,
1.
dengan
alasan:
Mereka belum pernah ada yang ditatar mengenai metode
tersebut.
2. Tingkat kehilangan pendengaran anak-anak di sekolahnya
umumnya berat.
Akhirnya penulis dan guru senior memutuskan
model
pembelajaran maternal reflektif yang dikembangkan dengan
mengambil salah satu pokok bahasan tentang Percakapan
sesuai
dengan pokok bahasan pada minggu dan
bulan
yang
sedang berjalan waktu itu (catur wulan III).
Dalam menganalisis data-data yang dihimpun, peneli-
55
ti mengikuti langkah-langkah yang biasa digunakan,
yaitu
(1) reduksi data, (2) sajian data, (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 1992: 129).
1.
Reduksi Data.
Data-data
yang terkumpul dari
lapangan,
kemudian
dilakukan seleksi, pemokusan, penyederhanaan dan abstrak-
si
sehingga data mentah yang berhasil dikumpul
melalui
kegiatan reduksi ini dapat dipilah
tersebut
dan
dipilih
mana yang dianggap penting kemudian disusun secara sistematis sehingga mudah dikendalikan.
2. Sajian Data.
Data yang telah direduksi tersebut yang berhubungan
.dengan
fokus
masalah kemudian
disajikan
dalam
q»atrik dan narasi-narasi singkat untuk mempermudah
bentuk
pema-
haman terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam penelitian
ini.
3. Mengambil Kesimpulan dan verifikasi.
Data-data yang disajikan dalam bentuk matrik-matrik
dan narasi tersebut, disimpulkan dan dilakukan verifikasi
untuk
memahami
makna yang
menjadi
penelitian
ini.
data yang
belum jelas maknanya,
permasalahan
Melalui kesimpulan dan
dalam
verifikasi
diharapkan
ini
memperoleh
temuan-temuan yang dianggap representatif.
Hasil-hasil yang diperoleh melalui kegiatan
sis
dalam
ujicoba
model
program
56
pembelajaran
anali
dengan
menggunakan
metode
maternal
reflektif,
dimaksudkan
sebagai masukan yang sangat berarti untuk menyempurnakan
model program tersebut yang dirancang oleh pengembang.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini akan mengetengahkan
penelitian
serta
mengenai intisari hasil
beberapa saran perbaikan
untuk
terkait setelah mendapatkan kejelasan dari hasil
pihak
peneli
tian .
A. Kesimpulan.
Memperhatikan
hasil-hasil yang
diperoleh
selama
pelaksanaan penelitian mengenai pengembangan model pembe
lajaran
dasar
maternal
reflektif bahasa
1 (D.l) SLB Bagian
B.
Indonesia
(tunarungu).
di
kelas
Kesimpulan-
kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1.
Penerapan metode maternal reflektif dalam
Pengajaran
bahasa Indonesia di SLB B sudah diterapkan walaupun belum
terpola dan penyajiannya belum sistematis. Ini disebabkan
guru
belum
memiliki rujukan secara
khusus
yang
dapat
digunakan sebagai acuan.
2.
Pengalaman, kemauan dan
guru,
intensitas
berarti
profesionalisasi
heterogenitas kemampuan dan karakteristik
runguan, motivasi dan
sarana
kompetensi
pengajaran
harapan siswa sasaran,
dan
optimalisasi
yang tersedia memberikan kontribusi
untuk
mewujudkan
model
139
program
ketuna
kurikulum,
prasarana
yang
dan
sangat
pembelajaran
maternal reflektif bahasa Indonesia.
3.
Model program pembelajaran maternal reflektif
Indonesia
yang
dikembangkan, efektif di kelas
bahasa
dasar
1
(D.l) SLB Bagian B (tunarungu). Walaupun demikian,
hasil
ini belum merupakan informasi yang lengkap, karena
dalam
ujicoba
penerapan model tersebut tampa menggunakan
kon
trol.
4. Unjuk kerja guru dalam menyajikan model program pembe
lajaran selama pelaksanaan ujicoba berlangsung, menunjuk
kan
peningkatan-peningkatan
dari
setiap
pertemuannya.
Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada aspek yang ditetap
kan
segera diperbaiki untuk meningkatkan
berikutnya.
meliputi:
Beberapa
memerlukan
kemampuan menggunakan media
percakapan,
peran
aspek yang
pada
bervariasi,
kemampuan
ketrampilan
merespon
perbaikan
komunikasi
kemampuan menggunakan metode
ganda,
kondisi
dalam
tangkap dan
ungkapan
siswa yang
memvisualisasikan,
ketrampilan
menyusun deposit dan kemampuan menjelaskan deposit
serta
kemampuan memberikan layanan individual.
5.
Pengaruh
maternal
hasil
dari penerapan model
program
reflektif bahasa Indonesia dapat
prestasi belajar yang dicapai
siswa.
pembelajaran
disimak
dari
Peningkatan
hasil belajar, baik Secara kuantitas maupun secara kuali
tas
selama ujicoba belum menunjukkan
konsisten
pada
setiap pertemuannya,
140
perkembangan
walaupun
yang
demikian
pada
akhirnya bersamaan
dengan
meningkatnya
kualitas
unjuk kerja guru, perolehan hasil belajar siswa, terutama
sekali
secara
berarti.
yang
kualitas
menunjukkan
perkembangan
Dilihat dari kemampuan siswa secara
mempengaruhi
perolehan hasil belajar
yang
individual
siswa dalam
ujicoba model
program pembelajaran
maternal
reflektif
bahasa
penyebabnya,
tingkat
kehilangan
diduga
kemampuan
mendengar,
yakni:
kondisi mental
(kecerdasan),
dan
kemampuan awal yang dimiliki setiap siswa.
B.
Rekomendasi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari temuan-temuan
selama penelitian, berikut ini direkomendasikan
beberapa
hal yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk :
1.
Guru.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerap-
kan model program pembelajaran maternal reflektif
bahasa
Indonesia, yakni :
a.
Model program pembelajaran maternal reflektif
dapat
berjalan
dengan baik manakala ada
bahasa
saling
cayaan antara siswa dan guru-. Untuk itu, dalam
kepa
mengawali
kagiatan pembeiaja-ran guru harus mampu menciptakan kontak
bathin untuk saling mempercayai dan menghargai keberadaan
masing-masing. Strategi yang dapat digunakan dengan
cara
ekspresi wajah bercerita, yang menunjukkan ketulusan
dan
141
kesungguhan
untuk membantu mereka, misalnya mimik
senyuman, pandangan, gerak tubuh dan
menimbulkan
untuk
rasa
perasaan,
lainnya yang
simphati. Tujuan kegiatan
memberikan stimulus agar siswa
keinginan,
harapan
dan
muka,
mau
dapat
ini
adalah
mengungkapkan
gagasan-gagasannya
sebagai dasar untuk dijadikan bahan pelajaran.
b.
Dalam model program pembelajaran
bahasa,
itu,
pupuklah
bebas,
dan
percakapan merupakan poros
maternal
reflektif
pembelajaran.
Untuk
iklim percakapan agar berlangsung
spontan dan terarah serta hadirkan sikap
secara
emphati
fleksibilitas berbahasa, gunakan bahasa yang
lazim,
bahasa sehari-hari melalui metode tangkap dan peran ganda
serta
mengacu kepada tahapan-tahapan yang dirancang
cermati
situasi
kelas. Karena
itulah
percakapan,
guru
suara
gerak siswa, masuk ke dalam
atau
bertukar
diharapkan dapat
dalam
dan
melakukan
: tanggap
terhadap
fikiran
siswa,
pikiran dengan siswa (bukan tanya-jawab),
mem-
perluas topik percakapan melalui asas kontras (provokasi)
namun tetap aktual dan situasional serta setiap
atau
ungkapan yang muncul dalam percakapan
difahami
siswa,
segera visualisasikan,
kosakata
yang
dengan
belum
cara
:
menuliskan, meragakan dengan bahasa badan, isyarat bahasa
Indonesia
jari.
(Indonesian
sign system)
atau
Dalam memvisualisasikan, aktifkan
dengan
ejaan
siswa melalui
penugasan-penugasan untuk memvisualisasikan sendiri. Misi
142
kegiatan
ini disamping untuk memperjelas antara
persepsi
auditoris dengan persepsi visual juga untuk melatih siswa
menulis atau menjelaskan.
c.
Agar
mendapatkan gambaran yang utuh
persoalan
menjadi
mengenai
yang dipercakapkan, susunlah hasil
bahan/materi yang lengkap dan utuh
pokok
percakapan
dalam
suatu
deposit, dengan cara: kosakata, ungkapan-ungkapan,
gaga
san-gagasan
suatu
yang
belum lengkap
disusun
menjadi
cerita yang utuh dengan menggunakan struktur bahasa
benar
dan tugasi siswa untuk menyalinnya. Misi
kegiatan
ini untuk merelevansikan bahan dengan tujuan yang
getkan,
menambah
membaca
teknis
penguasaan kosakata,
dan
menangkap
yang
ditar-
melatih
belajar
serta
melatih
maknanya
menulis (menyusun) karangan atau cerita.
Untuk
memberikan pemahaman terhadap doposit
disusun,
berikan penjelasan-penjelasan dan
yang
telah
tanya-jawab.
Dalam memberikan penjelasan, perlu diperhatikan, yakni
ujaran
seritmis-ritmisnya
dengan
intonasi
secara
wajar dengan menggunakan artikulasi
keterarahsuaraan dan keterarahwajahan waktu
Kegitan
menjelaskan dapat juga dilakukan
:
dan
irama
yang
tepat,
menjelaskan.
dengan
tanya-
jawab atau menugasi siswa, misalnya menugasi siswa untuk
membacakan kembali deposit secara klasikal atau individu
al,
dan ujaran siswa yang belum sempurna langsung diko-
reksi saat itu.
143
d. Model program pembelajaran maternal reflektif
selain diarahkan terhadap penguasaan materi
bahasa,
pengetahuan,
juga untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa dan berko
munikasi
secara
verbal dengan baik dan
benar
(trampil
bercakap dengan lingkungan, trampil membaca dan
menulis,
trampil menangkap ujaran orang lain dan trampil bercerita
dan
huan
mengarang) sebagai dasar untuk mempelajari
lain.
pendukung
Untuk itu,
diperlukan
latihan
(pelajaran)
yakni: latihan bina persepsi bunyi
(latihan menyimak)
pengeta
dan
irama
dan latihan artikulasi.
e. Media mengajar yang mendukung langsung program
pembe
lajaran bahasa dengan menggunakan metode maternal reflek
tif yaitu interaksi insani, lingkungan sekitar, minat dan
pengalaman siswa.
f.
Agar
mempermudah memberikan layanan,
aturlah
kursi
siswa membentuk setengah lingkaran dan gunakan alat bantu
mendengar (ABM) kelompok.
2. Kepala Sekolah, Orang tua, Pembina Asrama.
Dukungan
sekolah,
sesuatu
orang
positif dan sikap responsif
tua dan pembina asrama
yang berkaitan dengan
berbahasa
dan
dari
kepala
terhadap
segala
pengembangan
berkomunikasi anak,
khususnya
ketrampilan
berbahasa
verbal,
merupakan faktor yang turut mempengaruhi
keber
hasilan
anak.
kepala
Untuk itu, disarankan agar : a).
144
sekolah
memberikan aturan-aturan yang mengharuskan
untuk
membiasakan
wajar
(lisan)
sanksi-sanksi
menggunakan media
komunikasi
dalam lingkungan sekolah
dan
bagi siswa yang melanggar, b).
anak
secara
memberikan
orang
tua
menerima kehadiran mereka dengan segala keberadaannya dan
selalu
serta
memberikan bimbingan untuk menyadari
selalu memberikan kesempatan
yang
ketunaannya
seluas-luasnya
untuk mela- kukan sosialisasi dalam masyarakat yang lebih
luas (masyarakat mendengar) dan yang tidak kalah penting-
nya
selalu
sehingga
dengan
melakukan
kerjasama
dengan
terjadi sinkronisasi apa yang
di
rumah, c). pembina asrama
pihak
sekolah
didapat
sekolah
sebagai
orang tua dan penerus program sakolah, agaar
setiap- anjuran, a-turawv- budaya-budaya
pengganti
mengamankan
positif
sekolah;
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
masyarakat
namkan
rasa percaya diri dan sikap optimistik,
memecahkan
dengan
di sekitarnya; membantu membimbing dan
masalah-masalah
kesulitan
yang
membantu
berkaitan
program sekolah dan lainnya, memonitoring
kemajuan yang berhasil dicapai anak dan
mena-
setiap
menindaklanjuti-
nya.
3. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya.
Hasil
penelitian
ini
mampu
mengembangkan
program pembelajaran bahasa Indonesia dengan
145
model
menggunakan
metode maternal reflektif di kelas dasar 1 (D.l)
luar
biasa
hasilnya
belum
bisa
digeneralisasikan kedalam lingkup yang lebih
luas,
dalam
arti
bagian B (tunarungu), namun
Sekolah
model ini hanya berlaku pada
kelas
ujicoba
atau pada kelas yang memiliki karakteristik yang
sedera-
jat dengan yang diteliti. Ciri-ciri
tersebut meliputi;
latar belakang pendidikan guru, pernah mengikuti
penata
ran metode maternal reflektif, memiliki pengalaman menga
jar yang cukup di kelas rendah, mampu
menstimuli
siswa
untuk
menggunakan
asas
melakukan
kontras
tujuan
dalam
yang
percakapan,
percakapan
trampil
untuk
merelevansikan
telah ditetapkan, serta
kondisi
dengan
kemampuan
siswa yang heterogen dari segi ketunarunguan, kecerdasan,
dan motivasi belajarnya.
Meskipun model program yang dirancang oleh peneliti
cukup efektif, namun karena ujicoba penerapannya bersifat
terbatas
dan tidak menggunakan kontrol , maka
hasilnya
belum dapat memberikan informasi yang lengkap. Untuk itu,
ddisarankan
penelitian
kepada peneliti berikunya untuk
melanjutkan
ini dalam lingkup yang luas serta subyek dan
lokasi penelitian ddalam skala besar.
146
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun, (1995), Psikologi Kependidikan, Kom
ponen Mata Kuliah Dasar Kependidikan dengan Sistem Pe
ngajaran Modul, Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Bandung.
Asep Saepulah, (1998), Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif
Dalam Mengembangkan Ketrampilan Berbicara Anak Tunaru
ngu di SLB Wonosobo, Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fa-
kultas Ilmu Pendidikan, IKIP
Bandung.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Santi Rama,
(1984), Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Dengan Model Penguasaan Bahasa Ibu Yang Reflektif Un
tuk Guru-Guru SLB/B Santi Rama, Yayasan Santi Rama Ja
karta .
BP-7 Pusat, (1990), Undang-Undang Dasar,
Pedoman Penghayatan
Dan Pengamalan Pancasila, Jakarta.
Calvert R. Donald & Silverman S. Richard, (1983), Speech and
Deafness, Alexander Graham Bell Association for the
Deaf, Washington,D.C.
Depdikbud, (1996), Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, Depdikbud
Jakarta.
Depdikbud, (1993), Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, SDLB Tuna
rungu, Depdikbud, Jakarta.
Depdikbud, (1992), Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan,
Depdikbud, Jakarta.
Dimyati & Mudjiono, (1994), Belajar dan Pembelajaran, Proyek
Pembinaan dan
Peningkatan
Mutu Tenaga Kependidikan,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Ja
karta .
Emon Sastrawinata, (1979), Pendidikan Anak Tunarungu, Dikdasmen Depdikbud, Jakarta.
Engkoswara, (1984), Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran,
Aksara, Jakarta.
147
Bina
Hallahan P. Daniel & Kauffman M. James, (1982),
Mcep^ni-
Children, Introduction to Special Education, Prentice
Hall, INC, Englewood Cliffs.
(1980), Model of Teaching,
Joice, Bruce & Weil, Marshal
Prentice Hall, Inc. Englewood, New Jersey.
Lado Robert, (1983), Language Teaching, A Scientific Approach
Tata McGraw-Hill
Publishing
Co. LTD.,
Bombay-New
Delhi.
Lani Bunawan, (1997), Komunikasi Total,
Latar
Belakang
Pe
ngembangan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia, Dikdasmen
Depdikbud, Jakarta.
Mohamad Efendi, (1996), Pengembangan Model Pembelajaran
dasarkan Pendekatan Komunikasi Total Dalam
Studi Bahasa Indonesia di SLB/B, Pascasarjana
Ber
Bidang
IKIP
Bandung.
Mufti Salim, (1984), Orto Paedagogik Anak Tunarungu, Depdik
bud , Jakarta.
Nasution,S., (1988), Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.
Nana Syaodih Sukmadinata, (1988), Prinsip dan Landasan
ngembangan Kurikulum,
Depdikbud, Direktorat
Pe
Jendral
Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Oemar Hamalik, (1993), Strategi Belajar Mengajar, Mandar Ma
ju, Bandung.
Power, Des
(1993), Komunikasi dan Bahasa, Wicara dan Menyi
mak, Federasi Nasional Kesejahteraan Tunarungu Indo
nesia, Jakarta.
Rochman Natawidjaya & Zaenal Alimin, (1996), Penelitian Pen
didikan Luar Biasa, Depdikbud, Jakarta.
Rochman Natawidjaya, (1997), Penelitian Tindakan Kelas, IKIP
Bandung.
Soejono, Ag., (1983),
Metodik Khusus Bahasa Indonesia,
Bina
Aksara Bandung.
Sumadi, HS., (1983), Ortodidaktik Tunarungu-Wicara, Depdikbud
Jakarta.
Suroso dkk., (1980), Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indone
sia,
Tiga Serangkai, Solo.
148
Tarigan Henry Guntur, (1989), Metodologi Pengajaran Bahasa,
Suatu Penelitian Kepustakaan, Depdikbud Dirjen Dikti
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kepen
didikan, Jakarta.
farmansyah, (1996), Gangguan Komunikasi,
Depdikbud,
Dirjen
Dikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru, Jakarta.
Tonny S., (1997), Metode Maternal Reflektif, Makalah Penata
ran dan Lokakarya Pengembangan Bahasa Anak Tunarungu
di Ujungpandang.
Uden, Van (1977^, A World of Language for Deaf Children, Ma
ternal Reflective Method, St. Michielsgestel.
149