NEDERLANDSCHE ZENDINGSVEREENIGING DI JAWA BARAT.
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
1.5. Metode dan Teknik Penelitian ... 6
1.6. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 10
2.1. Zending Nederlandsche Zendingsvereeninging (NZV) ... 11
2.2. Gereja Kristen Pasundan (GKP) ... 12
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1. Persiapan Penelitian ... 23
(2)
v
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian ... 23
3.1.3. Konsultasi ... 25
3.2. Pelaksanaan Penelitian ... 25
3.2.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik) ... 26
3.2.2. Analisis Sumber (Kritik) ... 27
3.2.2.1. Kritik Eksternal ... 27
3.2.2.2. Kritik Internal ... 29
3.2.3. Penafsiran (Interpretasi) ... 30
3.3. Laporan Penelitian ... 32
3.3.1. Teknik Penulisan Laporan ... 32
3.3.2. Langkah Penulisan Skripsi ... 33
BAB IV NEDERLANDSCHE ZENDINGSVEREENIGING DI JAWA BARAT: Kajian Historis Berdirinya Gereja Kristen Pasundan Tahun 1896-1934 ... 34
4.1. Kondisi Jawa Barat Pada Pertengahan Abad ke-19 / Awal Abad ke-20 .... 34
4.1.1. Keadaan Umum Demografi ... 34
4.1.1. Keadaan Umum Kehidupan Sosial ... 36
4.2. Dinamika Pekabaran Injil NZV di Jawa Barat ... 46
4.2.1. Latar Belakang Pekabaran Injil NZV ... 46
4.2.2. Perkembangan Awal Pekabaran Injil NZV di Jawa Barat ... 51
4.3. Pendirian dan Perkembangan Beberapa Pos Zending ... 59
4.3.1. Wilayah Keresidenan Priangan ... 59
4.3.1.1. Pos Pertama NZV di Cianjur ... 59
4.3.1.2. Bandung sebagai pusat NZV ... 65
4.3.1.3. Desa Kristen Cikembar (Pangharepan) ... 72
4.3.2. Wilayah Keresidenan Batavia ... 80
4.3.2.1. Pasang Surut Pekabaran Injil di Bogor ... 80
4.3.2.2. Jemaat Anthing: warisan Pekabaran Injil di Batavia ... 84
4.3.3. Wilayah Keresidenan Lain-lain ... 91
(3)
vi
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 101
5.1. Kesimpulan ... 101
5.2. Rekomendasi ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
(4)
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada akhir abad ke-17, timbul suatu gerakan kebangunan rohani. Di negeri Jerman dan Belanda, gerakan ini disebut aliran Pietisme. Pietisme merupakan reaksi terhadap suasana gereja yang hanya hidup untuk dirinya sendiri saja. Orang-orang penganut Pietisme menganggap gereja-gereja sepertinya telah “mati” dan mereka menginginkan supaya gereja “dihidupkan kembali”. Gerakan Pietisme ini bertujuan menyadarkan gereja akan tugasnya, bahwa selain sebagai sarana tempat beribadah, gereja juga memiliki misi untuk melaksanakan amanat agung yaitu tugas pekabaran Injil. Melalui gerakan inilah, akhirnya warga gereja diingatkan dan memulai kembali tugas pekabaran Injilnya (Hale, 1993: 4-11).
Di Belanda, orang-orang yang menjiwai semangat Pietisme mulai mendirikan lembaga-lembaga pekabaran Injil. Pada akhir abad ke-18 didirikanlah lembaga pekabar Injil Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG) yaitu Lembaga Pekabar-Pekabar Injil Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986: 254).Sekitar pertengahan abad ke-19, beberapa anggotanya keluar dan mendirikan lembaga-lembaga sendiri. Beberapa lembaga-lembaga yang berdiri sendiri tersebut, diantaranya: Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil Belanda, Utrechtsche Zendingsvereeniging (UZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil di kota Utrecht, dan Nederlandsche Gereformeerd Zendingsvereeniging (NGZV) yaitu Perserikatan Pekabar Injil Calvinis Belanda (Berkhof, H. dan Enklaar, I.H., 1986: 310).
Lembaga pekabar Injil Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) memilih Jawa Barat (West Java) sebagai wilayah pekabaran Injilnya. Hal ini bukan disebabkan karena wilayah Jawa Barat telah dikuasai oleh Pemerintah Belanda. Tetapi sesuai dengan pelaksanaan amanat agung, yaitu agama Kristen harus disebarkan kepada segala bangsa di seluruh dunia. NZV melihat keadaan di Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19 di dominasi oleh masyarakat pribuminya yang disebut dengan suku Sunda telah memeluk agama Islam. Oleh sebab itu,
(5)
2
NZV mencoba untuk menyebarkan agama Kristen di tengah-tengah suku Sunda yang telah memeluk agama Islam (Soejana, 1997: 146).
Pemerintahan Belanda dan misi pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara (Indonesia) adalah dua hal yang berbeda dan terpisah. Walaupun memiliki kesamaan pada latar belakangnya yaitu bermula dari keadaan di Eropa pada abad Pencerahan sekitar abad ke-17. Tapi dalam pelaksanaannya, pemerintahan Belanda dan misi agama pekabaran Injil di Kepulauan Nusantara tidaklah berkaitan.
Sebelum kedatangan NZV, ada beberapa pekabar Injil yang telah bekerja secara perseorangan diantaranya: Mr. F. L. Anthing, Izaak Esser, Keuchenius, dan Pdt. E. W. King. Pada tahun 1851, mereka mendirikan Genootschap voor In – en Uitwendige Zending te Batavia (GIUZ) yaitu Perkumpulan Perkabar Injil di dalam dan di luar Gereja (Soejana, 1974: 23). Penginjil yang terkenal dari lembaga GIUZ adalah Mr. F. L. Anthing. Anthing adalah orang pertama yang melakukan pekabaran Injil dengan cara pribumi yaitu ngelmu, terutama di wilayah Bogor dan Karawang yang dikenal dengan ajaran magis mistisnya itu. Anthing mengajarkan pokok-pokok Kristiani dalam bentuk rumusan jampi-jampi atau mantera (Soejana, 1974: 25-26). Hal ini bertentangan dengan Injil, karena Injil tidak berkaitan dengan ajaran magis mistis. Tapi justru dengan cara ini Injil dapat diterima oleh masyarakat pribumi. Sehingga pada saat jemaat-jemaat dimasukkan ke dalam bidang pelayanan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV), segala hal magis mistis yang tidak berkaitan dengan Injil tersebut dihapuskan.
C. Albers, D. J. van den Linden, dan G. J. Grashuis merupakan rombongan utusan pertama dari NZV yang tiba di Jawa Barat pada tanggal 16 Agustus 1863. Sejak awal kedatangan NZV pun telah mengalami masa yang berat. Para pekabar Injil mendapat hambatan dari suku pribumi di Jawa Barat (orang Sunda). Suku Sunda sendiri tidak meminta untuk dikabari Injil dan pemerintah Belanda pun tidak setuju terhadap usaha pekabaran Injil dikalangan suku Sunda yang telah menganut agama Islam (van den End, 2006: 100).
NZV terus melakukan upaya Kristenisasi dan usaha yang dilakukan pun bermacam-macam, seperti: mendidik penduduk pribumi untuk diutus
(6)
mengabarkan Injil kepada sesamanya; memajukan bidang ekonomi, pendidikan dan pelayanan medis kepada penduduk pribumi; memelihara adat istiadat kebiasaan penduduk pribumi; mempelajari budaya (bahasa) penduduk pribumi; melakukan usaha kolportase (penyebaran tulisan Kristen), dan lain-lain. Soejana (1999: 73-74) mengemukakan bahwa hingga akhir abad 19 dan awal abad ke-20, pos zending (pekabaran Injil) yang berhasil didirikan diantaranya di: Cianjur (1863), Cirebon (1863), Indramayu (1864), Bogor (1868), Bandung (1870), Sukabumi (1872), Sumedang (1872), Cideres (1882), Pangharepan Cikembar (1886), Lebak (1894), Tasikmalaya (1898), Garut (1899), Karawang (1899), Palalangon (1902), Juntikebon (1905) dan Tamiyang (1911).
Setelah keberhasilan NZV mendirikan pos zending, timbul masalah yang dihadapi NZV maupun penduduk pribumi yang telah memeluk agama Kristen. Pada waktu itu kehidupan orang-orang Kristen pribumi mengalami pengucilan. Secara langsung atau tidak langsung mereka mengalami tekanan-tekanan dari masyarakat sekitarnya. Masyarakat menuduh yang beralih ke agama Kristen itu asoep walanda (menjadi orang Belanda). Menurut pemahaman masyarakat, orang Sunda yang sudah masuk Kristen itu sudah menjadi orang Belanda dan telah menanggalkan kebangsaan mereka yang semula, dan tidak lagi menjadi bagian dari masyarakat Sunda. Orang Sunda Kristen itu sudah berada di luar masyarakat Sunda. Dengan demikian mereka sudah menjadi orang asing di tengah masyarakatnya sendiri (Soejana, 1999: 83).
Untuk menolong orang-orang Kristen pribumi, timbul gagasan untuk mendirikan desa-desa Kristen. Dengan demikian mereka dibebaskan dari tekanan-tekanan dari masyarakatnya. Desa-desa Kristen yang terbentuk, diantaranya: Desa Pangharepan di Cikembar, Sukabumi (1886) oleh S.van Eendenburg; Desa Cideres (1890) oleh J. Verhoeven; Desa Palalangon, Ciranjang (1902) oleh B. M. Alkema; dan Desa Tamiyang, Cirebon (1920) oleh A. Vermeer (Soejana, 1974: 35).
Setelah kurang lebih 70 tahun NZV bekerja, akhirnya pada 14 November 1934 didirikan Gereja Kristen di Jawa Barat (de Christelijke Kerk van West Java) berpusat di Bandung yang sehari-hari disebut sebagai Gereja Kristen Pasundan
(7)
4
(GKP) jemaat Bandung. Disusul dengan pos zending yang lain, sehingga menjadi GKP Jemaat Cianjur, GKP Jemaat Cirebon, GKP Jemaat Bogor, GKP Jemaat Sukabumi, GKP Jemaat Sumedang, GKP Jemaat Cideres, GKP Jemaat Cikembar, GKP Jemaat Tasikmalaya, GKP Jemaat Garut, GKP Jemaat Karawang, GKP Jemaat Palalangon, GKP Jemaat Juntikebon, GKP Jemaat Tamiyang dan lain-lain. Perjalanan panjang sejarah Gereja Kristen Pasundan (GKP), pasang surut yang dialami jemaat-jemaatnya, hingga keberhasilan mendirikan gereja yang tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa Barat ini, menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis. Maka dalam penulisan karya ilmiah penelitian sejarah ini, penulis akan mencoba mengkaji lebih dalam mengenai “Nederlandsche Zendingsvereeniging Di Jawa Barat: Kajian Historis Berdirinya Gereja Kristen Pasundan Tahun 1863 – 1934”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa pertanyaan yang akan menjadi kajian penulis. Adapun rumusan masalah yang akan menjadi fokus utama penulisan adalah:
“Bagaimanakah Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) melakukan penyebaran Agama Kristen di Jawa Barat pada tahun 1863-1934?”
Untuk mempermudah penulis dalam menyusun penulisan, maka rumusan masalah di atas harus dibatasi dengan batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah dituangkan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kehidupan sosial di Jawa Barat ketika kedatangan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) pada pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20?
2. Bagaimanakah lembaga pekabaran Injil Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) melakukan penyebaran agama Kristen di Jawa Barat?
3. Bagaimana keberhasilan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam penyebaran agama Kristen di Jawa Barat?
(8)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih dalam tentang Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam melakukan penyebaran Agama Kristen di Jawa Barat pada tahun 1863-1934. Serta dapat memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan, diantaranya :
1. Menjelaskan mengenai kondisi dari kehidupan masyarakat di Jawa Barat secara umum dilihat dari keadaan sosialnya ketika kedatangan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) pada pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
2. Mendeskripsikan mengenai Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) sebagai lembaga pekabaran Injil dari Belanda dalam upayanya melakukan penyebaran agama Kristen di Jawa Barat.
3. Mendeskripsikan mengenai keberhasilan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam penyebaran agama Kristen di Jawa Barat, ketercapaian dalam kemampuannya menghadapi segala tantangan, hambatan dan kendala hingga mendirikan jemaat-jemaat Gereja Kristen Pasundan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah informasi tentang sejarah gereja, yaitu Gereja Kristen di Jawa Barat, khususnya informasi sejarah Gereja Kristen Pasundan. 2. Menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) terutama dalam SKKD 2.1. yaitu mengenai perkembangan pengaruh Barat dan perubahan ekonomi, demografi dan kehidupan sosial budaya masyarakat di Indonesia pada masa kolonial.
(9)
6
1.5. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode historis yang lazim dipergunakan dalam penelitian sejarah. Metode sejarah merupakan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknik tentang pencarian bahan, kritik, interpretasi dan penyajian tulisan sejarah. Ismaun (1993: 125-131) mengemukakan bahwa dalam metode sejarah meliputi (1) heuristik (pengumpulan sumber-sumber); (2) kritik atau analisis sumber (eksternal dan internal); (3) interpretasi (penafsiran); (4) historiografi (penulisan sejarah). Keempat hal tersebut menjadi acuan penulis dalam langkah-langkah penulisan karya ilmiah penelitian sejarah ini.
Heuristik, merupakan upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam proses mencari sumber-sumber ini, penulis mendatangi beberapa perpustakaan resmi, diantaranya: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan Gereja Kristen Pasundan (GKP) Bandung, Perpustakaan Sinode GKP, Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha dan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Baptis Bandung. Penulis juga mendapatkan bantuan pinjaman buku dari para pendeta GKP. Selain itu penulis juga meminjam buku dari perpustakaan pribadi milik teman. Kemudian penulis juga mencari buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, seperti di Gramedia, Palasari dan toko-toko buku lainnya, pameran buku dan mencari juga dari literatur internet.
Kritik, yaitu penulis melakukan penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, baik isi (internal) maupun bentuknya (eksternal). Kritik internal dilakukan oleh penulis untuk melihat layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut untuk selanjutnya dijadikan bahan penelitian dan penulisan skripsi. Kritik eksternal dilakukan oleh penulis untuk melihat bentuk dari sumber tersebut. Dalam tahap ini, penulis berusaha melakukan penelitian terhadap sumber-sumber yang diperoleh yang tentunya berkaitan dengan topik penelitian ini.
(10)
Interpretasi, dalam hal ini penulis memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini, penulis mengerahkan seluruh kemampuan intelektual dalam membuat deskripsi, analisis kritis serta seleksi dari fakta-fakta tentang Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam melakukan penyebaran Agama Kristen di Jawa Barat pada tahun 1863-1934, sehingga akan menghasilkan bentuk penulisan sejarah yang utuh. Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data dengan konsep-konsep yang telah diteliti sebelumnya oleh penulis. Penulis juga melakukan pemberian makna terhadap fakta dan data yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan satu sama lain. Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan penelitian ini. Dalam kegiatan ini, penulis memberi penekanan penafsiran terhadap data dan fakta yang berkaitan dengan kondisi Jawa Barat, Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dan Jemaat-Jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP).
Historiografi, merupakan langkah terakhir penulisan ini. Dalam hal ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap yang dilakukan sebelumnya. Pada langkah terakhir ini dilakukan dengan cara menyusun hasil kajian dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan tata penulisan EYD yang baik dan benar.
2. Teknik Penulisan
Dalam mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan untuk bahan pengkajian penulisan penelitian ini, penulis menggunakan teknik studi literatur. Studi literatur digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan fakta dari berbagai sumber yang relevan dengan penelitian yang dikaji, baik sumber buku dan sumber dokumen lainnya yang semua itu dapat memberikan informasi mengenai permasalahan yang akan dikaji.
(11)
8
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penyusunan penulisan ini, berikut penulis cantumkan sistematika penulisan yang terbagi ke dalam lima bagian, yang kemudian dijabarkan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dijelaskan latar belakang penelitian yang didalamnya memuat penjelasan alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul penulisan. Bab ini terdiri dari sub-bab yaitu mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini berisi tentang pemaparan terhadap sejumlah beberapa karya tulis atau literatur yang digunakan sebagai acuan dan dipergunakan penulis dalam menelaah dan mengkaji tentang penyebaran Agama Kristen di tengah-tengah masyarakat Sunda. Adapun sejumlah literatur yang digunakan adalah buku-buku yang membahas tentang kebudayaan Sunda, buku-buku yang membahas tentang NZV, buku-buku yang mengenai kekristenan dan gereja, dan khususnya buku-buku yang membahas mengenai GKP.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan teknik penulisan yang digunakan penulis dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber-sumber-sumber-sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam bab ini juga, penulis mendeskripsikan langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis antara lain: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan langkah terakhir adalah tahap proses penyusunan dan penulisan akhir dari kegiatan penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Uraian tersebut berdasarkan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama. Adapun sistematika dalam bab ini, penulis membaginya ke dalam beberapa sub-bab judul. Yang pertama, mengenai kondisi dari kehidupan masyarakat di Jawa Barat secara umum dilihat keadaan sosialnya ketika kedatangan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) pada pertengahan
(12)
abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Kedua, mengenai Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) sebagai lembaga pekabaran Injil dari Belanda dalam upayanya melakukan penyebaran agama Kristen di Jawa Barat. Dan yang ketiga, mengenai keberhasilan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam penyebaran agama Kristen di Jawa Barat, ketercapaian dalam kemampuannya menghadapi segala tantangan, hambatan dan kendala hingga mendirikan jemaat-jemaat Gereja Kristen Pasundan.
BAB V KESIMPULAN. Dalam bab ini akan dikemukakan hasil temuan dan pandangan penulis, serta jawaban secara umum dari permasalahan yang dikaji. Bab kesimpulan merupakan bagian akhir dari penulisan.
(13)
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta berkaitan dengan judul skripsi “Nederlandsche Zendingsvereeniging Di Jawa Barat: Kajian Historis Berdirinya Gereja Kristen Pasundan Tahun 1863 – 1934”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode historis dengan anggapan bahwa metode ini adalah metode yang sesuai dalam penelitian ini. Karena data-data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini berasal dari masa lampau, khususnya mengenai perkembangan agama Kristen yang dimulai dari Eropa, peranan Gereja Belanda dalam menyebarkan agama tersebut hingga ke Tanah Pasundan pada pertengahan abad ke-19, sampai akhirnya didirikan Gereja Kristen Pasundan pada tahun 1934 yang tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa Barat. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka penulis menggunakan metode historis.
Upaya yang dilakukan penulis dalam merekontruksi peristiwa sejarah yang menjadi objek kajian adalah dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memperoleh informasi dari berbagai buku yang diperoleh dari berbagai perpustakaan dan artikel-artikel melalui internet yang relevan dengan masalah yang dikaji. Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan empat langkah penting penelitian dalam penyusunan skripsi ini. Seperti yang dikemukakan dalam buku Metodologi Sejarah (Sjamsuddin, 2007: 85-155) langkah-langkah metode historis terdiri atas:
1. Heuristik, merupakan tahapan pertama dalam penelitian yaitu mencari dan mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas.
2. Kritik, yaitu penyaringan atau penyeleksian terhadap sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang berupa; buku-buku yang relevan dengan pembahasan yang terkait, maupun hasil temuan di lapangan tentang bukti-bukti tentang pembahasan.
(14)
3. Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan dengan pembahasan, maupun hasil penelitian langsung dilapangan.
4. Historiografi, merupakan proses penyajian hasil temuannya pada tiga tahap yang telah dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.
Penyusunan skripsi ini mencakup keempat langkah kerja yang merupakan kegiatan inti penelitian. Langkah-langkah penelitian sendiri terbagi ke dalam tiga tahap yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian. Ketiga tahap penelitian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
3.1. Persiapan Penelitian
3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Tahap awal yang dilakukan oleh penulis adalah memilih dan menentukan tema penelitian. Tema yang dipilih oleh penulis pada awalnya adalah mengenai sejarah perkembangan agama Kristen di Jawa Barat, dengan judul “Peranan Nederlandse Zendingsvereeniging Dalam Sejarah Pembentukan Dan Perkembangan Gereja Kristen Pasundan Di Jawa Barat Pada Awal Abad Ke-20”. Penulis merasa tertarik terhadap salah satu gereja yang memiliki jemaat hampir di seluruh wilayah Jawa Barat ini, padahal telah diketahui bahwa wilayah ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Setelah memperoleh informasi dengan membaca dari sejumlah sumber literatur, penulis semakin ingin mengkajinya lebih dalam. Dalam proses bimbingan selanjutnya, judul penelitian ini mengalami beberapa kali perubahan, hingga penulis bersama-sama pembimbing mendapatkan judul yang paling tepat.
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Setelah penulis mendapat judul yang sesuai maka penulis mengajukan rancangan judul penelitian kepada bagian yang secara khusus menangani penulisan skripsi di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI yaitu Tim
(15)
24
Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS). Judul yang penulis ajukan adalah “Nederlandsche Zendingsvereeniging Di Jawa Barat: Kajian Historis Gereja Kristen Pasundan Tahun 1863 – 1934”. Seminar Pra Rancangan Penulisan Skripsi dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012 di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah. Dalam seminar proposal tersebut, penulis mempresentasikan rancangan penelitian penulis di depan dosen-dosen, TPPS, dan calon pembimbing skripsi untuk dikaji dan didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. Dalam seminar tersebut penulis mendapatkan masukan terutama dari calon pembimbing dan dosen lainnya. Hasil dari seminar tersebut, menyatakan bahwa judul yang diajukan tersebut dapat dilanjutkan walaupun harus ada beberapa bagian yang diperbaiki.
Pengesahan penelitian dikeluarkan melalui surat keputusan dari Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah No. 036/TPPS/JPS/PEM/2012. Setelah disetujui, pengesahan untuk penulisan skripsi dikeluarkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan sekaligus penentuan pembimbing skripsi pada bulan Juli 2012, yaitu Ibu Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi sebagai Dosen Pembimbing II.
Adapun proposal penelitian yang disusun oleh penulis memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Judul
b. Latar Belakang c. Rumusan Masalah d. Tujuan Penelitian e. Manfaat Penelitian f. Penjelasan Judul g. Tinjauan Pustaka
h. Metode dan Teknik Penelitian i. Sistematika Penulisan
(16)
3.1.3. Konsultasi
Konsultasi merupakan kegiatan bimbingan dalam penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penulis dengan pembimbing I dan II yang telah diunjuk oleh TPPS. Konsultasi ini memiliki fungsi yang sangat penting karena di dalamnya terdapat pengarahan dalam proses penyusunan skripsi. Selain itu juga, dengan melakukan konsultasi secara teratur akan diperoleh banyak masukan baik berupa saran maupun kritik bagi penulis dari pembimbing.
Penulis melakukan konsultasi kepada kedua pembimbing, yaitu pembimbing I dan pembimbing II. Konsultasi ini dilakukan dalam rangka menentukan teknik dan waktu pelaksanaan bimbingan agar bimbingan dapat berjalan efektif dan efisien. Kedua pembimbing ini akan memberikan pengarahan kepada penulis dalam mengkaji permasalahan dan menuliskannya dalam sebuah skripsi. Konsultasi biasanya dimulai dari judul, BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, BAB V serta abstrak.
Jadwal konsultasi bersifat bebas dan setiap pertemuan membahas satu bab yang diajukan, revisi maupun konsultasi sumber. Konsultasi satu bab biasanya tidak cukup satu kali bimbingan, karena selalu ada masukan ataupun ada yang harus dikurangi oleh penulis. Konsultasi terus dilaksanakan hingga semua bab selesai dan penulisannya benar.
3.2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah tahapan penting dari proses penulisan skripsi ini. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kritik atau analisis sumber sejarah, dan interpretasi atau penafsiran sejarah. Adapun dalam ketiga tahapan ini, penulis jabarkan lagi sebagai berikut:
(17)
26
3.2.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Pada tahap ini, penulis berusaha melakukan pencarian, pengumpulan dan pengklasifikasian berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber literatur berupa buku-buku dan artikel yang dapat membantu penulis dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dikaji. Literatur yang berhasil dikumpulkan kemudian dipelajari dan dikelompokkan antara ahli sejarah dengan penulis lainnya yang dalam hal ini adalah rohaniawan Kristen. Sumber-sumber yang diperoleh bukan sumber primer melainkan sumber-sumber sekunder. Selama melakukan tahap heuristik, penulis tidak menemukan sumber primer mengenai buku-buku yang ditulis oleh Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) sendiri.
Dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan, diperoleh gambaran mengenai latar belakang penyebaran agama Kristen dari Eropa, tulisan yang memuat data mengenai sejarah Gereja di Belanda, ajaran-ajaran yang mempengaruhi lembaga-lembaga zending (pekabaran Injil) dalam menyebarkan agama Kristen, kemudian keadaan Tanah Pasundan pada pertengahan abad ke-19, hingga bagaimana para zendeling (utusan Injil) mampu mendirikan Gereja Kristen Pasundan yang memiliki jemaat tersebar hampir di seluruh wilayah Jawa Barat.
Proses pencarian sumber dilakukan dengan cara mengunjungi berbagai perpustakaan. Sumber-sumber literatur yang membahas mengenai Tanah Pasundan, penulis dapatkan di Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Selain melakukan pencarian sumber ke perpustakaan, penulis juga membeli di toko-toko buku yang tentunya relevan dengan permasalahan yang dikaji, antara lain di Palasari dan Gramedia. Di Palasari, penulis menemukan buku Kebudayaan Sunda Jilid I dan Jilid II (2009) dan buku Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (1984) karya Edi Suhardi Ekadjati. Sedangkan di Gramedia, penulis memperoleh buku Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian I: Batas-Batas Pembaratan (2005) karya Denys Lombard. Selain itu penulis juga meminjam buku dari perpustakaan pribadi milik teman.
Sedangkan sumber-sumber literatur yang membahas mengenai Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV), Gereja Kristen Pasundan (GKP),
(18)
sejarah Gereja dan kekristenan, penulis dapatkan di Perpustakaan Gereja Kristen Pasundan (GKP) Jemaat Bandung, Perpustakaan Sinode Gereja Kristen Pasundan (GKP), Perpustakaan Universitas Kristen Maranatha, dan Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Baptis Bandung. Dalam proses pencarian sumber ini, penulis juga mendapat bantuan pinjaman dari perpustakaan pribadi beberapa Pendeta GKP.
Penulis juga memiliki beberapa koleksi pribadi yang membahas mengenai langkah-langkah penelitian sejarah, diantaranya: Metodologi Sejarah (2007) karya Helius Sjamsuddin dan Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural (2007) karya Dadang Supardan.
3.2.2. Analisis Sumber (Kritik)
Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber (heuristik), langkah selanjutnya adalah melaksanakan kritik sumber. Pada tahap ini, penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh, baik sumber utama maupun sumber penunjang lainnya. Kritik sumber dilakukan karena sumber-sumber yang diperoleh tidak dapat diterima begitu saja oleh penulis dan tidak semua sumber memiliki tingkat kebenaran yang sama. Fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu untuk mencari kebenaran.
3.2.2.1.Kritik Eksternal
Pada dasarnya kritik eksternal merupakan upaya untuk mengkaji otensitas dan integritas sumber sejarah yaitu dengan cara melakukan klasifikasi atau pengujian dilihat dari aspek luarnya. Adapun salah satu langkah penulis dalam melakukan kritik eksternal yaitu dengan cara melakukan kritik terhadap penulis sumber. Kritik eksternal ini dilakukan dengan cara memperhatikan siapa penulisnya. Semakin popular penulis sumber tersebut, maka tingkat kepercayaan terhadap isi buku semakin tinggi. Misalnya pada buku Benih Yang Tumbuh II (1974) karya Pdt. Koernia Atje Soejana dan disertasi doktornya yang berjudul Sejarah Komunikasi Injil di Tanah Pasundan (1997).
(19)
28
Pdt. Koernia Atje adalah salah seorang pendeta di Gereja Kristen Pasundan (GKP) yang mulai bekerja dan ditahbiskan pada tahun 1965. Pdt. Koernia Atje merupakan lulusan dari Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta dan pernah menjadi dosen tidak tetap mengajar Sejarah Gereja disana. Sejak tulisan ilmiahnya dari skripsi, disertasi maupun tesisnya, Pdt. Koernia Atje selalu menulis tentang sejarah gereja, khususnya Gereja Kristen Pasundan (GKP) dan peranan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV). Begitu juga ketika menjabat sebagai Sekretaris Umum, Ketua maupun ketika menjadi anggota di Badan Pekerja Sinode GKP, Pdt. Koernia Atje banyak membuat tulisan yang berkaitan dengan sejarah GKP. Melihat karya-karya Pdt. Koernia Atje tersebut, maka penulis yakin terhadap hasil tulisannya untuk dijadikan sebagai bahan rujukan.
Kritik eksternal selanjutnya, penulis memperhatikan apa maksud atau tujuan penulis. Seperti yang dilakukan Dr. Th. van den End. dalam buku Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Tanah Pasundan 1858-1963 (2006). Van den End yang merupakan dosen Sejarah Gereja di STT Jakarta, bersama rekan-rekannya menyusun buku ini dengan harapan sumber-sumber sejarah gereja-gereja di Indonesia dapat dipelajari di Indonesia sendiri. Dengan adanya kumpulan sumber-sumber ini, van den End berharap dapat mempermudah orang-orang Indonesia yang ingin mempelajari sejarah gereja di Indonesia. Tentu saja dengan adanya buku ini, penulis tidak perlu melakukan perjalanan yang mahal dan menghabiskan waktu yang panjang untuk mempelajari sendiri bahan-bahan arsip ke Belanda.
Selain itu van den End juga menyajikan arsip ini dengan kompeten dan data yang faktual. Arsip-arsip ini merupakan terjemahan asli dari bahasa Belanda, terlihat dari bahasanya yang terkadang sulit dimengerti, sehingga diperlukan lebih dari satu kali untuk dapat memahami isi dari arsip tersebut. Tapi justru sumber yang kompeten dan faktual seperti inilah yang digunakan penulis sebagai rujukan utama.
Selanjutnya kritik terhadap tulisan Hendrik Kraemer yang berjudul From Missionfield to Independent Church. Boekencentrum (1958) terdapat dalam majalah The Hague. Hlm. 96-147. Tulisan ini diterjemahkan oleh Eddy
(20)
Sastradinata dengan judul Laporan Tentang Jawa Barat (1986). Dalam penulisannya ini, Kraemer selama berbulan-bulan musim panas tahun 1933 hampir 4 bulan tinggal di Jawa Barat. Kraemer mengunjungi semua daerah yang mempunyai pos-pos penginjilan dan jemat-jemaat Kristen. Dengan kata lain, tulisan Kraemer ini adalah hasil observasinya secara langsung. Menurut penulis tulisan Kraemer ini kompeten dan faktual, sehingga layak dijadikan sumber utama.
3.2.2.2.Kritik Internal
Kritik internal dilakukan penulis untuk melihat layak atau tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut untuk selanjutnya dijadikan penelitian dan penulisan skripsi. Kritik internal yang dilakukan penulis diawali ketika penulis memperoleh sumber. Penulis membaca isi sumber kemudian dibandingkan dengan sumber-sumber yang lain. Hasil dari perbandingan sumber tersebut, maka akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut bisa digunakan karena sesuai dengan topik kajian.
Misalnya untuk mengetahui latar belakang historis berdirinya Gereja Kristen Pasundan (GKP), penulis melakukan kritik internal dengan mengkaji isi buku yang ditulis Pdt. Koernia Atje Soejana berudul Benih Yang Tumbuh II (1974). Dalam buku ini, penulis mendapatkan informasi bahwa yang menjadi cikal bakal berdirinya GKP adalah para zendeling (utusan Injil) dari Gereja Belanda yang terhimpun dalam sebuah lembaga pekabaran Injil bernama Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV). Selanjutnya dalam buku Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Tanah Pasundan 1858-1963 (2006) karya Dr. Th. Van den End, penulis mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai NZV. Dalam buku ini penulis mendapatkan dokumen-dokumen asli mengenai organisasi NZV; latar belakang berdirinya NZV; upaya-upaya pekabaran Injil yang dilakukan NZV di Jawa Barat; dan kesulitan, tantangan dan hambatan yang dihadapi selama penyelenggaraan pekabaran Injil di Jawa Barat. Sedangkan dalam tulisan Kraemer yang diterjemahkan oleh Eddy Sastradinata berjudul Laporan Tentang Jawa Barat (1986), penulis mendapatkan informasi
(21)
30
mengenai keadaan di Jawa Barat selama NZV melakukan pekabaran Injilnya (pertengahan abad ke-19 hingga abad ke-20). Dalam tulisan ini, penulis dapat melihat Tanah Pasundan khususnya masyarakat pribuminya sebagai objek pekabaran Injil yang dilakukan NZV.
3.2.3. Penafsiran (Interpretasi)
Setelah sumber-sumber tersebut diuji melalui kritik eksternal dan internal, maka selanjutnya dilakukan upaya penyusunan fakta. Dalam penyusunan fakta-fakta ini, penulis menyesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Fakta yang telah disusun kemudian ditafsirkan. Satu fakta dihubungkan dengan fakta yang lain, sehingga dapat ditarik menjadi suatu rekonstruksi imajinatif yang memuat penjelasan terhadap pokok-pokok permasalahan penelitian. Dalam tahap ini penulis melakukan cara pengkajian fakta-fakta yang memiliki relevansi dengan kejadian-kejadian yang disesuaikan dengan pokok permasalahan yang telah dikumpulkan, kemudian fakta-fakta tersebut disusun dan ditafsirkan.
Pada proses interpretasi ini, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan ini merupakan pendekatan dalam sejarah yang menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu yang serumpun (ilmu-ilmu sosial). Dalam hal ini sejarah tetap menjadi ilmu yang utama, namun untuk mempertajam analisis penulis menggunakan ilmu bantu dari disiplin ilmu yang serumpun yaitu ilmu-ilmu sosial.
Ilmu-ilmu bantu sosial yang digunakan penulis adalah Sosiologi dengan mengambil konsep interaksi sosial dan konflik sosial. Konsep interaksi sosial digunakan oleh penulis karena penulis akan menjelaskan mengenai interaksi yang terjadi antara para zendeling (utusan Injil) dari Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dan masyarakat pribumi di Jawa Barat. Interaksi sosial adalah proses sosial yang menyangkut hubungan timbal balik antarpribadi, kelompok, maupun pribadi dengan kelompok. Interaksi sosial tersebut merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. (Supardan, 2007: 140)
Bagi penulis, konsep interaksi sosial merupakan konsep penting untuk dipahami, karena sesungguhnya tidak mungkin semua masyarakat pribumi tidak
(22)
melakukan interaksi sama sekali dengan para zendeling. Sebagai makhluk sosial, manusia pasti mengembangkan interaksi sosialnya agar dapat masuk kedalam kehidupan lingkungan sekitarnya. Begitu pun para zendeling yang berada di Jawa Barat, pada dasarnya aktivitas sehari-harinya tidak akan terlepas dari interaksi sosial, mereka terus berusaha agar dapat masuk kedalam kehidupan lingkungan masyarakat pribumi.
Interaksi sosial ini digunakan penulis karena sangat berguna di dalam memperhatikan dan mempelajari bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu. Hal ini dapat dilihat dari upaya yang dilakukan oleh para zendeling NZV agar dapat diterima tengah-tengah masyarakat Sunda. Agar terjadinya komunikasi, sebelum para zendeling datang ke Jawa Barat, mereka terlebih dahulu mempelajari bahasa Sunda. Kemudian agar masyarakat Sunda dapat memahami Injil, S. Coolsma melakukan penerjemahan Alkitab kedalam bahasa Sunda. Hal ini sangat penting, melihat komunikasi adalah syarat terjadinya interaksi sosial antara NZV dengan penduduk setempat.
Dalam proses interaksi selanjutnya, para zendeling juga melakukan asimilasi dan akulturasi. Misalnya, dalam ibadah dipakai nyanyian-nyanyian terjemahan atau saduran dari gereja di Barat. Di Cianjur pada masa awal pertumbuhannya, gedung gerejanya berbentuk rumah panggung dan di Tamiyang didirikan rumah ibadah berbentuk pendopo (ada yang mengatakan berbentuk seperti mesjid) dengan beduk sebagai ganti lonceng gerejanya.
Konsep yang penulis gunakan selanjutnya adalah konflik sosial. Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain. Konflik sosial pun dapat berupa kegiatan dari suatu kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain, walaupun hal itu tidak menjadi tujuan utama aktivitas kelompok tersebut. (Supardan, 2007: 141) Konsep konflik sosial digunakan pula oleh penulis karena penulis ingin melihat adanya data dan fakta lain yang diperoleh. Dalam memahami konsep konflik sosial ini, penulis langsung menginterpretasikan bahwa konflik sosial selalu ada dalam interaksi sosial. Begitu pula dengan proses interaksi yang dilakukan para zendeling terhadap masyarakat pribumi. Dalam proses interaksi
(23)
32
tersebut, para zendeling menghadapi tantangan dari pihak lain. Ketika ada orang Sunda yang menjadi Kristen, mereka mendapat ancaman dari pemimpin agama Muslim di daerah mereka bahkan sampai dikucilkan. Melihat kedaan tersebut, para zendeling memisahkan orang Sunda Kristen dari desanya dan membentuk desa Kristen sendiri, hal ini dilakukan untuk mencegah konflik berkelanjutan dan hal-hal yang tidak diharapkan.
3.3. Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan penelitian. Dalam metode historis, langkah ini dinamakan historiografi. Laporan penelitian ini disusun secara kronologis, sebagai alat memahami peristiwa itu terjadi. Selain itu, laporan penelitian ini disusun berdasarkan buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia. Sistematika penulisan dibagi ke dalam lima bagian, diantaranya pendahuluan, tinjuan pustaka, metode dan teknik penelitian, pembahasan dan yang terakhir adalah kesimpulan.
3.3.1. Teknik penulisan laporan
Cara penulisan laporan penelitian ini diarahkan oleh fokus atau pusat pembahasan. Dalam penulisan laporan ini, penulis memilih fokus tema yaitu penyebaran agama Kristen di Tanah Pasundan yang dilakukan oleh Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV). Teknik penulisan dalam skripsi ini penulis menggunakan sistem Harvard. Penggunaan sistem ini digunakan penulis karena disesuaikan dengan hal yang lazim digunakan oleh akademisi Universitas Pendidikan Indonesia dalam penulisan karya ilmiah. Dalam penggunaan sistem Harvard ini, penulis merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia.
(24)
3.3.2. Langkah Penulisan Skripsi
Langkah penulisan skripsi ini dibagi dalam tahap awal dan tahap akhir (tahap penulisan yang sebenarnya). Pada tahap awal akan dilakukan pengumpulan materi dan ketegorisasi data. Upaya pengumpulan sumber dilakukan penulis sejak Desember 2011 hingga penulis merasa mendapatkan referensi yang cukup.
Tahap penulisan terakhir dilakukan setelah materi atau bahan tersusun dan kerangka tulisan dibuat. Tulisan akhirnya dilakukan bab demi bab sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Penulisan ini dimulai setelah seminar pra rancangan penulisan skripsi pada bulan Maret 2012, dan proses ini dilakukan dengan berbagai masukan dari pembimbing I dan II.
(25)
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN dan REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada Bab I serta hasil analisis pada Bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada Bab I, terdapat 3 hal yang penulis simpulkan dalam bab ini sehubungan dengan permasalahan yang dibahas pada skripsi berjudul
“Nederlandsche Zendingsvereeniging Di Jawa Barat: Kajian Historis Gereja Kristen Pasundan Tahun 1863 – 1934”. Pertama, Bagaimana kehidupan sosial di Jawa Barat ketika kedatangan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) pada pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20?. Kedua, Bagaimanakah lembaga pekabaran Injil Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) melakukan penyebaran agama Kristen di Jawa Barat?. Ketiga, Bagaimana keberhasilan Nederlandsche Zendingsvereeniging (NZV) dalam penyebaran agama Kristen di Jawa Barat?. Maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.
Pertama. Pada umumnya orang Sunda taat menjalankan kewajiban beragama sehingga mereka dikenal sebagai pemeluk teguh agama Islam. Nilai-nilai Islam memiliki peranan yang besar dalam kehidupan masyarakat. Adat istiadat Sunda mengatur kehidupan orang Sunda dalam kehidupannya sehari-hari. Begitu juga dengan agama yang bagi orang Sunda merupakan mahkota adat. Dengan demikian kita melihat bahwa suku bangsa, adat dan agama merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Dalam keadaan di mana adat istiadat dan agama sudah begitu terpadu dalam sistem kepercayaan masyarakat, tak dapat dihindarkan kecenderungan orang untuk mengidentikkan agama Islam dengan masyarakat Sunda. Dengan kata lain, orang cenderung untuk mengatakan bahwa orang Sunda itu adalah orang Islam. Bahkan ada diantaranya tokoh/budayawan Sunda yang mengatakan; apabila orang Sunda tidak beragama Islam rasanya kurang pas. Akibatnya, masyarakat sulit sekali untuk mentolerir warganya yang beralih ke agama lain. Warga yang beralih ke agama lain itu akan dipandang sebagai pengkhianat masyarakat. Para pemimpin agama dan pemimpin
(26)
masyarakat bahkan pegawai, akan senantiasa menjaga keutuhan masyarakat Sunda sebagai masyarakat Islam. Hal inilah yang menjadi hambatan bagi para zendeling dalam upaya penyebaran agama Kristen di penduduk pribumi.
Kedua. Para zendeling menyadari bahwa sangat sulit untuk membawa orang-orang Sunda (penduduk pribumi) kepada agama Kristen. Oleh sebab itu para zendeling harus berusaha agar tidak menjadi orang asing bagi penduduk pribumi dan berupaya untuk mendapat kepercayaan dari mereka dan dipandang tidak membahayakan mereka. Pertama-tama untuk dapat berkomunikasi dan membangun interaksi dengan penduduk pribumi para zendeling menyadari bahwa mereka harus dapat menguasai bahasa setempat. Sebab itu baik ketika masih menjadi siswa di negeri Belanda maupun pada waktu sudah tiba di lapangan zending, mereka mempelajari bahasa Melayu, Sunda dan Jawa bilamana diperlukan. Dalam upaya mendapatkan kepercayaan masyarakat, sikap terbuka para zendeling juga terlihat dari caranya menghargai budaya pribumi. Hal ini terihat dalam lapangan zending, para zendeling membiarkan orang Kristen pribumi tetap mengenakan busana setempat, termasuk ikat kepala pada laki-laki pribumi. Di Cianjur, rumah kebaktian yang didirikan untuk pertama kalinya berbentuk rumah panggung. Juga desa Kristen Palalangon didirikan menurut pola desa tradisional, yaitu dengan alun-alun dan bangunan-bangunan penting di sekitar alun-alun. Dalam ibadah pun dipakai nyanyian-nyanyian terjemahaan dari Barat. Yang dilakukan Anthing, diikuti oleh para zendeling NZV ketika mengalami kebuntuan pekabaran Injil di Jawa Barat. Pada mulanya penginjil pribumi dari jemaat-jemaat Anthing ditugaskan membantu pekerjaan NZV. Kemudian selama kurun waktu antara 1875 sampai 1902, ada pula sebagian besar penginjil pribumi dididik oleh zendeling di tempat kerjanya masing-masing, kemudian mereka diutus ke Seminari Depok. Salah satu upaya lainnya yaitu melakukan kolportase, yaitu menyebarkan tulisan-tulisan Kristen. Zendeling yang paling menonjol dalam usaha kolportase ini adalah Bouke Minnes Alkema di Bandung dengan delmannya dan Christiaan Johannes Hoekendijk di Garut dengan
(27)
103
Para zendeling juga mengusahakan memajukan pekerjaan pelayanan di bidang pendidikan, bidang medis dan di bidang ekonomi. Sekolah-sekolah zending yang didirikan dalam rangka ingin memajukan pendidikan bagi masyarakat ini disambut baik oleh masyarakat. Pertolongan medis yang dilakukan oleh para zendeling juga ternyata mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Banyak yang mencari pertolongan kepada zendeling bilamana mereka sakit. Dengan makin berkembangnya pelayanan di bidang medis, NZV meningkatkan pelayanannya dengan jalan mendirikan poliklinik dan rumah sakit. Rumah sakit pertama didirikan di Bandung pada tahun 1901 oleh Bouke Minnes Alkema. Rumah sakit ini yang berdiri di sebelah rumah zendeling, terbuat dari dinding bambu. Pada tahun 1910 didirikan bangunan yang lebih permanen dan rumah sakit ini diberi nama “Immanuel”. Upaya di bidang medis ini dapat dikatakan cukup berhasil. Pelayanan yang dilakukan, baik di masa awal ketika pelayanan itu masih sangat sederhana, maupun dalam perkembangan kemudian, sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan mereka menyambutnya dengan terbuka.
Ketiga. Keberhasilan NZV dalam melakukan pekabaran Injil dapat dilihat dari berdirinya pos-pos zending di berbagai wilayah Jawa Barat. Di Cianjur (1863), Cirebon (1863), Indramayu (1864), Bogor (1868), Bandung (1870), Sukabumi (1872), Sumedang (1872), Cideres (1882), Cikembar, Pangharepan (1886), Lebak (1894), Tasikmalaya (1898), Garut (1899), dan Karawang (1899). Pada awal abad ke-20, zendeling mulai bekerja di Palalangon (1902), Juntikebon (1905) dan Tamiyang (1911). Pada akhir abad ke-19 pos-pos pekabaran Injil NZV sudah tersebar di semua keresidenan di Jawa Barat. Dalam periode pertama ini, 8 pos terletak di keresidenan Priangan, 5 pos di keresidenan Cirebon, 1 pos di keresidenan Batavia, 1 pos di keresidenan Karawang dan 1 pos di keresidenan Banten. Semuanya berjumlah 16 pos pekabaran Injil .
Setelah kurang lebih 70 tahun NZV bekerja, akhirnya pada 14 November 1934 didirikan Gereja Kristen di Jawa Barat (de Christelijke Kerk van West Java) berpusat di Bandung yang sehari-hari disebut sebagai Gereja Kristen Pasundan (GKP) jemaat Bandung. Disusul dengan Pos Zending yang lain, sehingga menjadi GKP Jemaat Cianjur, GKP Jemaat Cirebon, GKP Jemaat Bogor, GKP Jemaat
(28)
Sukabumi, GKP Jemaat Sumedang, GKP Jemaat Cideres, GKP Jemaat Cikembar, GKP Jemaat Tasikmalaya, GKP Jemaat Garut, GKP Jemaat Karawang, GKP Jemaat Palalangon, GKP Jemaat Juntikebon, GKP Jemaat Tamiyang dan lain-lain.
5.2. Rekomendasi
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terutama dalam SKKD 2.1. yaitu mengenai perkembangan pengaruh Barat dan perubahan ekonomi, demografi dan kehidupan sosial budaya masyarakat di Indonesia pada masa kolonial; untuk program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam SKKD 1.3. yaitu menganalisis proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia; dan untuk program Bahasa dalam SKKD 2.1 yaitu menganalisis perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang.
Selain itu penulis juga merekomendasikan hasil penelitian ini bagi sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan yayasan Kristen, yaitu dalam proses belajar mengajar mengenai muatan lokal, sejarah gereja di Tatar Pasundan dapat memberikan wawasan tambahan kepada siswanya mengenai lingkungan sekitarnya. Sekalipun siswa tidak mengetahui sejarah gereja di dunia, tapi paling tidak mereka mengetahui sejarah gereja di lingkungan terdekatnya di Jawa Barat ini.
(29)
Meliza Faomasi Laoli, 2013
Nederlandsche Zendings Vereeniging Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama.
Ali, M. (2009). Misionarisme di Banten. Banten: Bantenologi.
Aritonang, J. S. (1995). Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Badan Binalitbang GKP Periode 2003-2008. (2007). Profil Gereja Kristen Pasundan Dalam Perspektif Kemandirian Teologi, Daya dan Dana. Bandung: Badan Binalitbang Gereja Kristen Pasundan.
Berkhof, H. dan Enklaar, I.H. (1986). Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1987). Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1993). Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen-Dokumen dan Tema-Tema Gerakan Oikumenis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1994). Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (2011). Apa Itu Calvinisme?.Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Kuiper. (1988). Misiologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ekadjati, E. S. (Ed.). (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Girimukti Pasaka.
(30)
Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan Sunda Jilid I. Jakarta: Pustaka Jaya.
Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan Sunda Jilid II. Jakarta: Pustaka Jaya.
Hale, L. (1993). Jujur Terhadap Pietisme: Menilai Kembali Reputasi Pietisme Dalam Gereja-Gereja Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hartono, C. (1995). Teologi Etis: Suatu Studi Tentang Teologi Etis Belanda dan Nisbahnya Dengan Pekabaran Injil Belanda. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ismaun. (1993). Modul Pengantar Ilmu Sejarah. Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.
Koentjaraningrat. (Ed.) (1982). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Kuhl, D. (1998). Sejarah Gereja Pencerahan dan Pietisme Pergumulan dan Perjuangan Gereja Antara Iman dan Rasio Pada Zaman Pencerahan dan Pietisme Jilid 4. Batu: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia.
Lane, T. (1990). Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lombard, D. (2005). Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian I: Batas-Batas Pembaratan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lubis, N. H. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 1. Bandung: Lembaga Peneliti Universitas Padjajaran.
Lubis, N. H. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Lembaga Peneliti Universitas Padjajaran.
Lubis, N. H. et al. (2000). Sejarah Kota-Kota Lama Di Jawa Barat. Bandung: Alqaprint.
(31)
109
PaEni, M. (Ed.). (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia; Religi dan Falsafah. Jakarta: Rajawali Pers.
Pattianakotta, H. A. (Ed.) (2012). Identitas GKP di Tengah Kepelbagaian.
Jakarta: Majelis Jemaat GKP “Bethani” Tanah Tinggi.
Poesponegoro, M. D. dan Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Poesponegoro, M. D. dan Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Raho, B. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Ritzer, G. (1992). Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press.
Ritzer, G. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soedarmo. (1984). Kamus Istilah Theologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Soejana, K. A. (1974). Benih Yang Tumbuh II, Suatu Survey Mengenai GKP. GKP dan Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-Gereja di Indonesia.
Soejana, K. A. (2008). Berakar, Tumbuh, Berkembang dan Berbuah Mengupas Kisah Perjalanan Injil di GKP Jemaat Kampung Sawah. Bekasi: Majelis GKP Jemaat Kampung Sawah.
Soejana, K. A. (Ed). (1999). Merenda Potensi Mandiri Dalam Misi. Bandung: Gereja Kristen Pasundan.
Soekanto, S. (1998). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo.
(32)
Supardan, D. (2007). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
Surjadi, A. (1983). Masyarakat Sunda: Budaya dan Problema. Bandung: Alumni.
Susan, N. (2010). Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.
van den End, Th. (1993). Ragi Carita II: Sejarah Gereja di Indonesia 1860 – Sekarang. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2000). Ragi Carita I: Sejarah Gereja di Indonesia th. 1500 – th. 1860an. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2006). Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di Jawa Barat 1858-1963. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2008). Harta Dalam Bejana: Sejarah Ringkas Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van Randwijck, G. (1989). Oegstgeest: Kebijaksanaan “Lembaga-Lembaga Pekabaran Injil Yang Bekerjasama” 1897 – 1942. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Zuriah, N. (2005). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
__________. (1959). Geredja Kristen Pasundan Berdiri Sendiri: Kenang-kenangan 25 tahun. Bandung: BP Sinode GKP.
__________. (1986). Menjadi Gereja yang diutus, Buku Peringatan HUT ke-50 GKP. Bandung: BP Sinode GKP.
__________. (2009). Selayang Pandang Perjalanan Gereja Kristen Pasundan Selama 75 Tahun. Bandung: Majelis Sinode GKP.
(33)
111
Sumber Skripsi dan Disertasi:
Naibaho, A. (2009). Pengaruh Calvinisme Dalam Tata Gereja dan Peraturan Pelaksanaan Tata Gereja GKP. Skripsi Sarjana pada UKDW Yogyakarta: tidak diterbitkan.
Soejana, K. A. (1997). Sejarah Komunikasi Injil di Jawa Barat: Suatu Studi mengenai sejarah pekabaran Injil di Jawa Barat ditinjau dari segi komunikasi Injil, terutama di lapangan zending Nederlandsche Zendingsvereeniging, sejak pertengahan abad ke-19 sampai zaman Gereja Kristen Pasundan. Disertasi Doktor pada STT Jakarta: tidak diterbitkan.
Sumber Dokumen:
Kraemer. (1958). From Missionfield to Independent Church. Boekencentrum, The Hague. Hlm. 96-147, diterjemahkan oleh Eddy Sastradinata. (1986). Laporan Tentang Jawa Barat. Bandung : Badan Pekerja Sinode Gereja Kristen Pasundan.
Sumber Internet:
Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. (---).
Patekoan, Gereja, [Online]. Tersedia:
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2262/Patekoan-Gereja [16Desember2012]
(1)
104
Sukabumi, GKP Jemaat Sumedang, GKP Jemaat Cideres, GKP Jemaat Cikembar, GKP Jemaat Tasikmalaya, GKP Jemaat Garut, GKP Jemaat Karawang, GKP Jemaat Palalangon, GKP Jemaat Juntikebon, GKP Jemaat Tamiyang dan lain-lain.
5.2. Rekomendasi
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terutama dalam SKKD 2.1. yaitu mengenai perkembangan pengaruh Barat dan perubahan ekonomi, demografi dan kehidupan sosial budaya masyarakat di Indonesia pada masa kolonial; untuk program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam SKKD 1.3. yaitu menganalisis proses kelahiran dan perkembangan nasionalisme Indonesia; dan untuk program Bahasa dalam SKKD 2.1 yaitu menganalisis perkembangan masyarakat Indonesia di bawah penjajahan: dari masa VOC, Pemerintahan Hindia Belanda, Inggris sampai Pemerintahan Pendudukan Jepang.
Selain itu penulis juga merekomendasikan hasil penelitian ini bagi sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan yayasan Kristen, yaitu dalam proses belajar mengajar mengenai muatan lokal, sejarah gereja di Tatar Pasundan dapat memberikan wawasan tambahan kepada siswanya mengenai lingkungan sekitarnya. Sekalipun siswa tidak mengetahui sejarah gereja di dunia, tapi paling tidak mereka mengetahui sejarah gereja di lingkungan terdekatnya di Jawa Barat ini.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama.
Ali, M. (2009). Misionarisme di Banten. Banten: Bantenologi.
Aritonang, J. S. (1995). Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Badan Binalitbang GKP Periode 2003-2008. (2007). Profil Gereja Kristen
Pasundan Dalam Perspektif Kemandirian Teologi, Daya dan Dana.
Bandung: Badan Binalitbang Gereja Kristen Pasundan.
Berkhof, H. dan Enklaar, I.H. (1986). Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1987). Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1993). Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen-Dokumen dan
Tema-Tema Gerakan Oikumenis. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (1994). Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Jonge, C. (2011). Apa Itu Calvinisme?.Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Kuiper. (1988). Misiologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ekadjati, E. S. (Ed.). (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: Girimukti Pasaka.
(3)
108
Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan Sunda Jilid I. Jakarta: Pustaka Jaya.
Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan Sunda Jilid II. Jakarta: Pustaka Jaya.
Hale, L. (1993). Jujur Terhadap Pietisme: Menilai Kembali Reputasi Pietisme
Dalam Gereja-Gereja Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hartono, C. (1995). Teologi Etis: Suatu Studi Tentang Teologi Etis Belanda dan
Nisbahnya Dengan Pekabaran Injil Belanda. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ismaun. (1993). Modul Pengantar Ilmu Sejarah. Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Bandung.
Koentjaraningrat. (Ed.) (1982). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Kuhl, D. (1998). Sejarah Gereja Pencerahan dan Pietisme Pergumulan dan
Perjuangan Gereja Antara Iman dan Rasio Pada Zaman Pencerahan dan Pietisme Jilid 4. Batu: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia.
Lane, T. (1990). Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Lombard, D. (2005). Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian I: Batas-Batas
Pembaratan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lubis, N. H. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 1. Bandung: Lembaga Peneliti Universitas Padjajaran.
Lubis, N. H. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Lembaga Peneliti Universitas Padjajaran.
Lubis, N. H. et al. (2000). Sejarah Kota-Kota Lama Di Jawa Barat. Bandung: Alqaprint.
(4)
PaEni, M. (Ed.). (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia; Religi dan Falsafah. Jakarta: Rajawali Pers.
Pattianakotta, H. A. (Ed.) (2012). Identitas GKP di Tengah Kepelbagaian.
Jakarta: Majelis Jemaat GKP “Bethani” Tanah Tinggi.
Poesponegoro, M. D. dan Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Poesponegoro, M. D. dan Notosusanto, N. (1984). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Raho, B. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Ritzer, G. (1992). Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press.
Ritzer, G. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soedarmo. (1984). Kamus Istilah Theologia. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Soejana, K. A. (1974). Benih Yang Tumbuh II, Suatu Survey Mengenai GKP. GKP dan Lembaga Penelitian dan Studi Dewan Gereja-Gereja di Indonesia.
Soejana, K. A. (2008). Berakar, Tumbuh, Berkembang dan Berbuah Mengupas
Kisah Perjalanan Injil di GKP Jemaat Kampung Sawah. Bekasi: Majelis
GKP Jemaat Kampung Sawah.
Soejana, K. A. (Ed). (1999). Merenda Potensi Mandiri Dalam Misi. Bandung: Gereja Kristen Pasundan.
Soekanto, S. (1998). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo.
(5)
110
Supardan, D. (2007). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
Surjadi, A. (1983). Masyarakat Sunda: Budaya dan Problema. Bandung: Alumni.
Susan, N. (2010). Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana.
van den End, Th. (1993). Ragi Carita II: Sejarah Gereja di Indonesia 1860 –
Sekarang. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2000). Ragi Carita I: Sejarah Gereja di Indonesia th. 1500 –
th. 1860an. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2006). Sumber-sumber Zending tentang Sejarah Gereja di
Jawa Barat 1858-1963. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van den End, Th. (2008). Harta Dalam Bejana: Sejarah Ringkas Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
van Randwijck, G. (1989). Oegstgeest: Kebijaksanaan “Lembaga-Lembaga
Pekabaran Injil Yang Bekerjasama” 1897 – 1942. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Zuriah, N. (2005). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
__________. (1959). Geredja Kristen Pasundan Berdiri Sendiri:
Kenang-kenangan 25 tahun. Bandung: BP Sinode GKP.
__________. (1986). Menjadi Gereja yang diutus, Buku Peringatan HUT ke-50
GKP. Bandung: BP Sinode GKP.
__________. (2009). Selayang Pandang Perjalanan Gereja Kristen Pasundan
(6)
Sumber Skripsi dan Disertasi:
Naibaho, A. (2009). Pengaruh Calvinisme Dalam Tata Gereja dan Peraturan
Pelaksanaan Tata Gereja GKP. Skripsi Sarjana pada UKDW Yogyakarta:
tidak diterbitkan.
Soejana, K. A. (1997). Sejarah Komunikasi Injil di Jawa Barat: Suatu Studi
mengenai sejarah pekabaran Injil di Jawa Barat ditinjau dari segi komunikasi Injil, terutama di lapangan zending Nederlandsche Zendingsvereeniging, sejak pertengahan abad ke-19 sampai zaman Gereja Kristen Pasundan. Disertasi Doktor pada STT Jakarta: tidak diterbitkan.
Sumber Dokumen:
Kraemer. (1958). From Missionfield to Independent Church. Boekencentrum, The Hague. Hlm. 96-147, diterjemahkan oleh Eddy Sastradinata. (1986).
Laporan Tentang Jawa Barat. Bandung : Badan Pekerja Sinode Gereja
Kristen Pasundan.
Sumber Internet:
Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. (---).
Patekoan, Gereja, [Online]. Tersedia:
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2262/Patekoan-Gereja [16Desember2012]