BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA 5.1 POTENSI PENDANAAN APBD - DOCRPIJM 462f4402ef BAB V08. Bab V

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1 POTENSI PENDANAAN APBD Matrik Potensi Pendanaan APBD Kabupaten Sanggau

  REALISASI PROYEKSI Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun -

SEKTOR -5 -4 -3 -2 -1 -5 -4 -3 -2

  1

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  11 Pengembangan Kawasan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Pengembangan SPAM Pengembangan PLP Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya Total Belanja APBD

5.2 POTENSI PENDANAAN APBD

  

Matrik Potensi Pendanaan Bersumber APBN

REALISASI SEKTOR

TAHUN -5 TAHUN -4 TAHUN -3 TAHUN -2 TAHUN -1

  1

  2

  3

  4

  5

  6 Pengembangan Kawasan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan

  23500000 Pengembangan SPAM 8.351.250 Pengembangan PLP 41.000.000 36.000.000

  DaK Air Minum 16.600.000 14.600.000 Dak Sanitasi Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya 89451250 Total Belanja APBD 89451250

  5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

  4

  2. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) II, mencakup Kecamatan Entikong, Sekayam, Noyan, Kembayan dan Beduwai, dengan pusat pengembangan wilayahnya diarahkan di Kota Entikong. Kegiatan utama yang dapat dikembangkan di SWP ini adalah perdagangan, pariwisata, perkebunan, pertanian tanaman pangan serta agroindustri dan agrobisnis (di Merowi Kecamatan Kembayan).

  1. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) I, mencakup Kecamatan Kapuas, Parindu, Jangkang, Bonti dan Mukok, dengan pusat pengembangan wilayahnya diarahkan di Kota Sanggau. Kagiatan utama yang dapat dikembangkan di SWP ini adalah kehutanan, perkebunan serta industri hasil hutan dan agroindustri.

  Dikaitkan dengan visi dan misi di atas serta potensi wilayah Kabupaten Sanggau, maka wilayah Kabupaten Sanggau diarahkan menjadi tiga Sub Wilayah Pembangunan (SWP) berikut:

  

A. Strategi Pengembangan Dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Sanggau

  5.3 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

  5

  3

  Matrik Potensi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya KPS

  2

  1

  Finasial Keterangan

  Biaya Kegiatan Kelayakan

  Deskripsi Kegiatan

  Nama Kegiatan

  3. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) III, mencakup Kecamatan Tayan Hulu, Balai, Meliau, Tayan Hilir dan Toba, dengan pusat pengembangan wilayahnya diarahkan di Kota Tayan. Kegiatan utama yang dapat dikembangkan di SWP ini adalah pertambangan, perkebunan serta industri pengolahan hasil pertambangan dan agroindustri.

B. Strategi Pengembangan dan Rencana Sistem Pusat-pusat Permukiman

  Pengembangan sistem pusat-pusat permukiman dilakukan dengan strategi berikut :

  1. Memacu perkembangan Kota Sanggau sebagai pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Sanggau dan pusat kegiatan wilayah (PKW) dengan fungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kabupaten, simpul transportasi wilayah kabupaten, pusat kegiatan ekonomi wilayah kabupaten, pusat permukiman utama dan pusat pelayanan fasilitas sosial wilayah kabupaten.

  Kebijaksanaan RTRWP menetapkan bahwa pengembangan Kota Sanggau sebagai PKW perlu didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana pelayanan yang berskala sub-regional, dan dihubungan dengan PKW lainnya (Kota Singkawang, Kota Sintang dan Kota Ketapang) di Kalimantan Barat, melalui pengembangan jaringan jalan arteri primer menuju Kawasan Metropolitan Pontianak (KMP). KMP ini meliputi Kota Pontianak, Kota Ambaya, Kawasan Industri Wajok dan Kawasan Industri Tebang Kacang Selatan.

  2. Memacu perkembangan pusat-pusat kegiatan lokal (PKL) guna mencapai keseimbangan perkembangan antar pusat-pusat pelayanan atau pusat-pusat pertumbuhan tersebut. Pusat-pusat kegiatan lokal (PKL) yang diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kabupaten Sanggau adalah Kota Tayan dan Kota Entikong. Kota Tayan dan Kota Entikong ini berfungsi sebagai simpul transportasi sub-wilayah kabupaten, pusat pelayanan sub-regional (pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan fasilitas sosial sub-wilayah kabupaten yang melayani beberapa kecamatan), dan pusat permukiman utama kecamatan. Guna mendukung fungsinya tersebut, Kota Tayan dan Kota Entikong diharapkan dapat mengoptimalkan potensi sumber daya wilayahnya. Dalam upaya meningkatkan fungsi dan peran kota-kota tersebut, maka perlu didukung dengan pengembangan prasarana dan sarana wilayahnya yang mempunyai skala pelayanan bagi beberapa kecamatan.

  3. Memantapkan fungsi dan perkembangan setiap sub-pusat pertumbuhan di wilayah Kabupaten Sanggau, seperti: Kota Balai karangan, Kota Sosok, Kota Pusat Damai, Kota Kembayan, Kota Batang Tarang, Kota Meliau dan Kota Balai Sebut.

  Sub-pusat pertumbuhan yang merupakan pusat pelayanan lokal ini berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kecamatan, pusat pelayanan sosial kecamatan, serta pusat kegiatan ekonomi kecamatan dan kecamatan sekitar yang menjadi hinterlandnya. Pengembangan kota-kota ini perlu didukung oleh pengembangan prasarana dan sarana pelayanan berskala kecamatan.

C. Strategi dan Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung

  Penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Sanggau didasarkan pada kriteria- kriteria sebagaimana tertera dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Berdasarkan hal tersebut di atas, dikaitkan faktor kesesuaian lahan, kondisi eksisting wilayah serta berbagai kebijaksanaan yang terkait dengan pengelolaan kawasan lindung, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi pengelolaan kawasan lindung, meliputi :

  1. Strategi pemeliharaan kelestarian lingkungan

  a. Mencegah dan melarang berbagai kegiatan budidaya yang berada di dalam kawasan lindung, kecuali jika terdapat ketentuan lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor

  5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (pasal 17), dan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

  Dalam pasal 37 Keppres Nomor 32 Tahun 1990, disebutkan bahwa:  Di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung.

   Di dalam kawasan suaka alam dan kawasan cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali untuk kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak merubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada.

   Kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

   Apabila hasil dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menyatakan bahwa kegiatan budidaya tersebut mengganggu fungsi lindung dari kawasan lindung yang dimaksud, maka perkembangannya harus dicegah, dan fungsinya sebagai kawasan lindung harus dikembalikan secara bertahap Sementara itu, dalam pasal 38 Keppres Nomor 32 Tahun 1990, disebutkan bahwa:  Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang bersangkutan, di kawasan lindung dapat dilakukan kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan bencana alam.

   Apabila ternyata di kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah atau kekayaan alam lainnya yang bila diusahakan dinilai amat berharga bagi negara, maka kegiatan budidaya di kawasan lindung tersebut dapat diijinkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan perundangan yang berlaku.

   Pengelolaan kegiatan budidaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan.

   Apabila penambangan bahan galian dilakukan, maka penambangan bahan galian tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan melaksanakan rehabilitasi terhadap bekas penambangannya, sehingga kawasan lindung tersebut dapat berfungsi kembali.

  b. Secara bertahap, perlu upaya segera mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah terganggu dan memantapkan kawasan lindung yang telah ditetapkan.

  c. Mengupayakan agar kawasan lindung yang berada di wilayah Perbatasan dan sekitarnya (Kecamatan Sekayam, Entikong, Noyan dan Beduwai) dapat membentuk suatu kesatuan yang selaras.

  d. Mengupayakan terealisasinya berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan, terutama kerusakan lingkungan yang dapat menimbulkan bencana alam, seperti terjadinya kebakaran hutan, longsor dan banjir.

  e. Pengalokasian lahan bagi kawasan hutan seluas minimum 30% dari luas total wilayah kabupaten. f. Pengalokasian ruang terbuka hijau (RTH) yang berupa hutan kota, jalur hijau, taman kota, tempat rekreasi, lapangan olah raga, pemakaman umum, dan lahan pertanian pada setiap kota dengan luas minimum 30% dari luas kota yang bersangkutan.

  g. Pembentukan Badan Kerjasama Regional untuk penanganan dampak lingkungan.

  D. Strategi pengembangan kegiatan budidaya yang ada di kawasan lindung:

  h. Mengeluarkan kegiatan budidaya dari kawasan lindung secara bertahap melalui penerapan program pembangunan permukiman perdesaan terpadu. Bagi kegiatan budidaya yang terlanjur sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup, maka dikenakan Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. i. Implementasi konsep-konsep pengembangan ekonomi lingkungan guna membatasi perkembangan kegiatan budidaya yang telah ada di kawasan lindung. j. Menata-batas kawasan permukiman perdesaan yang berada dalam kawasan lindung untuk dikeluarkan (di-enclave) dari kawasan lindung, jika permukiman tersebut tidak memungkinkan untuk dipindahkan secara terpadu melalui program transmigrasi. k. Merealisasikan upaya rehabilitasi hutan dan lahan pada kawasan hutan lindung yang dalam kondisi tidak berhutan. Dalam hal ini, di wilayah Kabupaten Sanggau terdapat hutan lindung yang sudah tidak berhutan seluas 77.480 ha atau sebesar 81,17% dari total luas hutan lindung yang ada.

  E. Strategi pengembangan prasarana dasar yang berada di kawasan lindung

  l. Pembangunan prasarana dasar (jaringan transportasi, energi listrik, telekomunikasi, air bersih, pos keamanan, jaringan drainase maupun bangunan pengendali bencana alam) di kawasan lindung, apabila dibutuhkan, dapat dilaksanakan dengan tetap mengacu pada upaya mempertahankan fungsi lindungnya. m. Untuk pembangunan prasarana dasar seperti tersebut di atas, perlu melalui penelitian awal maupun studi kelayakan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. n. Bagi bangunan prasarana umum pemerintah yang telah ada di dalam kawasan lindung, dapat dipertahankan keberadaanyya, tanpa mengubah fungsi lindung dari kawasan yang bersangkutan. Rencana pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan, guna mendukung proses pembangunan yang berkelanjutan/berkesinambungan. Penetapan kawasan lindung merupakan langkah awa! bagi penetapan kawasan budidaya, mengingat kawasan lindung ini merupakan salah satu faktor kendala (constrains factor) dan/atau faktor pembatas (limitations factor) bagi pengembangan kegiatan budidaya.

  Berdasarkan tujuan, konsep dan strategi pengembangan ruang wilayah yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, maka kawasan lindung yang ditetapkan dalam RTRWK Sanggau ini meliputi; kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya (hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air); kawasan perlindungan setempat (kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau/kanal), serta kawasan suaka alam (taman nasional).