ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI EVOLUSI KELAS XII IPA DI MADRASAH ALIYAH KUBU RAYA SKRIPSI oleh:

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI EVOLUSI
KELAS XII IPA DI MADRASAH ALIYAH KUBU RAYA

SKRIPSI

oleh:
UTIN DINA ASHARIYATUL JANNAH
NPM. 131630123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PONTIANAK
2017

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI EVOLUSI
KELAS XII IPA DI MADRASAH ALIYAH KUBU RAYA

SKRIPSI

Oleh:


UTIN DINA ASHARIYATUL JANNAH
NPM : 131630123

Sebagai Salah Satu syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PONTIANAK
2017

ii

iii

MOTTO
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
( Q.S. Al-Baqarah : 153)

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada ALLAH supaya kamu
Menang .
(Q.S. Ali Imraan : 200)

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, ALLAH
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui .
(Q.S Al-Baqarah : 216 )

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,
maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga
( H.R Muslim)

Kerjakanlah, wujudkanlah raihlah cita-citamu dengan memulainya dari bekerja
bukan hanya menjadi beban didalam impianmu
(Penulis)


Learn from yesterday, Live for today and hope for tomorrow
(Penulis)
“Man Jadda Wa Jadda”
Barang siapa yang bersungguh - sungguh akan mendapatkannya.

v

PERSEMBAHAN

Sembah sujudku ya Allah atas semua nikmat dan pengalaman hidup yang
Engkau berikan, atas karunia serta kemudahan yang Engkau anugerahkan.
Akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW.
Terima kasih ya Allah Engkau telah ciptakan dua malaikat yang selalu
berjuang keras untuk hidupku. Ku persembahkan karya kecil ini untuk cahaya
hidup (Ibunda dan ayahanda tercinta) yang selalu memanjatkan doa untuk
kebaikanku, memberikan semangat, dorongan, nasehat dan kasih sayang yang
tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas
yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

Untuk abangku tersayang (Gusti Fany Ilyasa) dan kakak iparku (Sulastri)
tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering
bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima
kasih atas doa dan semangat yang diberikan. Tak lupa terima kasih kepada tanteku
(Utin Martinah) yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan do’a.
Terima Kasih sahabatku Kurnia Tiara Aulia, Uci Hartati, dan Oktavianus
Misro Adrianto yang selalu membantu dan memberikan semangat yang luar biasa.
Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2013 atas bantuan
yang selalu kalian berikan ketika ada kesedihan yang melanda di hati dan
semangat yang kalian berikan selama kuliah. Terima kasih banyak atas candaan
yang membangun pribadi ini hingga menjadi lebih positif.

“ Utin Dina”

vi

ABSTRAK
UTIN DINA ASHARIYATUL JANNAH. 131630123. Analisis Miskonsepsi
Siswa pada materi Evolusi kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Kubu Raya.
Dibawah bimbingan, ANANDITA EKA SETIADI M.Si. dan HANUM MUKTI

RAHAYU S.Pd., M.Sc.

Madrasah Aliyah sebagai sekolah berbasis keislaman diasumsikan terindikasi
perdebatan agamawan dan saintis tentang materi evolusi. Hasil belajar materi
evolusi di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim mencapai ketuntasan >70%.
Berdasarkan hasil wawancara, beberapa siswa masih ada yang terindikasi
mengalami miskonsepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa menggunakan three tier test pada materi evolusi kelas XII
IPA di Madrasah Aliyah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA di MAN 1 Kubu Raya berjumlah 49
orang dan MA Al-Mustaqim berjumlah 27 orang siswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan three tier test dan wawancara. Wawancara dilakukan untuk
mendeskripsikan miskonsepsi siswa dan penyebab miskonsepsi. Hasil penelitian
di MAN 1 Kubu Raya ditemukan 41,84% termasuk dalam kategori miskonsepsi,
33,06% paham konsep, 18,16% lack of knowledge, dan 6,94% error. Sedangkan,
di MA Al-Mustaqim ditemukan 41,48% miskonsepsi, 42,22% paham konsep,
7,78 lack of knowledge dan 8,52% error. Berdasarkan hasil wawancara, penyebab
miskonsepsi pada materi evolusi adalah pengetahuan yang berasal dari siswa itu
sendiri, teman diskusi, bahan ajar dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru. Disimpulkan bahwa siswa paling banyak mengalami miskonsepsi pada

konsep mekanisme evolusi.
Kata kunci: materi evolusi, miskonsepsi, three tier test

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI
EVOLUSI KELAS XII IPA DI MADRASAH ALIYAH KUBU RAYA.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Arif Didik Kurniawan, M.Pd. selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
2. Ari Sunandar, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program studi Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
3. Anandita Eka Setiadi, M.Si. selaku Pembimbing I atas bimbingan, saran, dan
motivasi yang diberikan.

4. Hanum Mukti Rahayu, S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing II atas bimbingan,
saran, dan motivasi yang diberikan.
5. Adi Pasah Kahar M.Pd selaku Penguji I atas bimbingan, saran dan motivasi
yang diberikan.
6. Nuri Dewi Muldayanti, M.Pd selaku Penguji II atas bimbingan, saran dan
motivasi yang diberikan.
7. Mustakim S.Pd.I selaku Kepala MA Al-Mustaqim Kubu Raya yang telah
bersedia memberikan ijin penelitian ini memberikan semangat, dan pengarahan
serta motivasi.
8. Dr. H. Fauzan, M.Pd, selaku Kepala MAN Kubu Raya yang telah bersedia
memberikan ijin penelitian.
9. Nursiah, S.P selaku Guru Biologi MA Al-Mustaqim Kubu Raya yang telah

viii

bersedia memberikan ijin penelitian, memberikan semangat, serta memberikan
informasi untuk kepentingan penelitian.
10. Mulyatmi, S.Pd. selaku Guru Biologi MAN Kubu Raya yang telah bersedia
memberikan ijin penelitian, memberikan semangat, serta memberikan
informasi untuk kepentingan penelitian.

11. Dosen dan Staff Administrasi Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Pontianak yang selalu membantu dan memberikan
dukungan.
12. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa angkatan 2013, Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan
dilapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut. Aamiin.

Pontianak, 22 Agustus 2017

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ...................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................................v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ......... ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL......... ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Fokus Penelitian.............................................................................................3
C. Tujuan ............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................3
1. Guru ...........................................................................................................3
2. Sekolah tempat penelitian ......................................................................... 3
3. Peneliti .......................................................................................................4

4. Peneliti berikutnya .................................................................................... 4
5. Siswa ........................................................................................................ 4
E. Definisi Operasional .......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Konsep ........................................................................................................... 6
1. Pengertian Konsep ......................................................................................6
2. Jenis-Jenis Konsep ......................................................................................6
3. Kegunaan Konsep .......................................................................................7
B. Konsepsi .........................................................................................................7
C. Miskonsespi ....................................................................................................7
1. Pengertian Miskonsepsi ............................................................................ 8
2. Penyebab Miskonsepsi .............................................................................. 9
3. Cara Mengatasi Miskonsepsi .................................................................. 11
D. Tes Diagnostik dan Three-tier Test ............................................................. 13
E. Konsep-konsep Evolusi ............................................................................... 13
1. Teori Evolusi Darwin ............................................................................. 14
2. Petunjuk adanya Evolusi ......................................................................... 15
3. Mekanisme Evolusi ................................................................................. 18
F. Miskonsepsi dalam Evolusi ......................................................................... 19


x

BAB III METODE ...............................................................................................21
A. Metode dan Pendekatan Penelitian ...............................................................21
B. Sumber Data ................................................................................................21
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................21
D. Teknik dan Alat Pengumpul Data ................................................................21
E. Teknik Analisis Data ...................................................................................23
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ..........................................................26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................27
A. Hasil Penelitian ...................................................................................27
B. Pembahasan ........................................................................................37
BAB V PENUTUP ................................................................................................45
A. Kesimpulan .........................................................................................45
B. Saran ...................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................47
DESKRIPSI DIRI ................................................................................................50
LAMPIRAN .........................................................................................................51

xi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian three tier test ............................................................24
Tabel 4.1. Persentase Pemahaman Konsep Siswa Kelas XII IPA
MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim TA 2016/2017 pada Materi
Evolusi ...................................................................................................29
Tabel 4.2. Rekapitulasi Rata-rata Persentase Pemahaman Konsep Siswa Kelas
XII IPA di MAN 1 Kubu Raya dan MA Al-Mustaqim Kubu Raya
TA 2016/2017 pada Materi Evolusi ......................................................30
Tabel 4.3. Miskonsepsi-miskonsepsi yang ditemukan pada siswa ........................32
Tabel 4.4. Penyebab Siswa Mengalami Miskonsepsi ............................................37

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
GAMBAR 2.1: Teori Darwin mengenai keturunan dengan modifikasi
dalam sketsa tahun 1837 ini, Darwin menuangkan
gagasannya mengenai pola percabangan evolusi. ................................ 15
GAMBAR 2.2: Keberagaman catatan fosil sebagai bukti evolusi. (a)
Fosil salah satu Vertebrata (b) Fosil Archaepteryx ............................. 16
GAMBAR 2.3: Tungkai depan mamalia: struktur homolog. Walaupun
telah teradaptasi untuk fungsi yang berbeda-beda, tungkai depan
semua mamalia dibangun dari unsur rangka dasar yang sama ............. 17
GAMBAR 2.4: Pohon evolusi gajah dan kerabatannya ini didasarkan
terutama pada fosil-anatomi, urutan kemunculan pada strata,
dan distribusi geografiknya .................................................................. 18
Gambar 3.1. Persentase Miskonsepsi Siswa pada Konsep Evolusi di MAN 1
Kubu Raya dan MAN 1 Kubu Raya dan Al-Mustaqim………………31

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A
Lampiran A-1 Hasil Wawancara Guru MA Al-Mustaqim ....................................51
Lampiran A-2 Hasil Wawancara Guru MAN Kubu Raya .....................................53
Lampiran A-3 Daftar Nilai Ulangan Harian Semester Genap Kelas XII MA
Al-Mustaqim Kubu Raya Tahun Ajaran 2015/2016 ......................55
Lampiran A-4 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Semester
Genap Kelas XII MA Al-Mustaqim Tahun Ajaran 2015/2016 ......56
Lampiran B
Lampiran B-1 Silabus Pembelajaran MA Al-Mustaqim ........................................57
Lampiran B-2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................................59
Lampiran B-3 Instrumen Penelitian .......................................................................68
Lampiran B-4 Kunci Jawaban ................................................................................74
Lampiran C
Lampiran C Perhitungan Reabilitas Instrumen ......................................................75
Lampiran D
Lampiran D-1 Lembar Jawaban three tier test siswa MAN 1 Kubu Raya ............77
Lampiran D-2 Lembar Jawaban three tier test siswa MA Al-Mustaqim...............83
Lampiran D-3 Profil Jawaban Siswa untuk 10 item soal three-tier test MAN 1
Kubu Raya ......................................................................................89
Lampiran D-7 Profil Jawaban Siswa untuk 10 item soal three-tier test MA
Al-Mustaqim ..................................................................................90
Lampiran D-8 Hasil ketuntasan Klasikal Siswa di MAN 1 Kubu Raya dan MA
Al-Mustaqim ..................................................................................91
Lampiran D-8 Konsep-konsep Evolusi .................................................................92
Lampiran E
Lampiran E-1 Surat Keterangan Sekolah MAN 1 Kubu Raya ..............................98
Lampiran E-2 Surat Keterangan Sekolah MA Al-Mustaqim.................................99
Lampiran F
Lampiran F-1 Foto/Dokumentasi .........................................................................100

xiv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi secara sederhana berarti perubahan (Mayr, 2010:9). Teori evolusi
yang mengangkat konsep descent with modification dan natural selection
pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin (Campbell, 2008:9). Dalam
biologi, evolusi menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada kelompok
makhluk hidup atau populasi. Adapun, perubahan pada skala individu bukan
termasuk evolusi namun merupakan perkembangan. Perubahan dalam
populasi yang dianggap sebagai evolusi adalah perubahan yang dapat
diwariskan melalui materi genetik dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Futuyma, 2005:2).
Teori evolusi Darwin hingga saat ini masih menjadi perdebatan
(Candramila, 2016:878). Hal tersebut disebabkan karena konsep evolusi
dianggap bertentangan dengan kepercayaan dan ajaran agama, khususnya
pada konsep evolusi manusia (Asghar, 2013:5). Agamawan, seperti Harun
Yahya dengan terang-terangan menentang konsep teori evolusi Darwin dan
menyatakan bahwa evolusi hanya sebuah teori. Pendapat tersebut didasarkan
atas tidak ditemukannya bukti nyata yang mendukung evolusi manusia.
Sementara, ilmuwan seperti Richard Dawkins menyatakan bahwa evolusi
merupakan sebuah fakta (Luthfi, 2005:6). Hal tersebut didukung oleh buktibukti evolusi berupa kesamaan struktur tubuh, tingkah laku, DNA, dan
catatan fosil.
Pertentangan pendapat mengenai konsep evolusi dapat menyebabkan
beberapa guru mengalami kesulitan dalam mengajar, seperti menjelaskan
asal-usul kehidupan khususnya evolusi manusia. Hal ini sejalan dengan
pendapat Endrawati (2012:17) bahwa guru mengalami kesulitan dalam
mengajarkan evolusi yang mencakup teori penciptaan dan asal-usul
kehidupan. Kesulitan guru dalam menyampaikan materi evolusi dapat
mempengaruhi pemahaman siswa sehingga dapat menyebabkan siswa keliru
dalam memahami konsep dan membuat siswa mengalami miskonsepsi.

1

2

Menurut Suparno (2013:8) miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang
yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang diakui oleh para ahli.
Miskonsepsi yang dialami siswa dalam waktu yang lama akan sulit diperbaiki
dan dikhawatirkan akan dibawa ke jenjang pendidikan berikutnya.

Oleh

karena itu miskonsepsi tersebut harus segera diatasi dengan mengajarkan
konsep yang tepat sesuai dengan konsep yang diakui para ahli.
Beberapa penelitian sebelumnya sudah menemukan miskonsepsi pada
materi evolusi, salah satunya penelitian Adrianto (2016:5) bahwa di SMA
Don Bosco Sanggau ditemukan 45% siswa yang mengalami miskonsepsi,
kemudian ditingkat universitas terdapat 61% mahasiswa pendidikan biologi
Universitas Tanjungpura (UNTAN) dan 64% mahasiswa pendidikan biologi
Universitas Muhammadiyah Pontianak (UMP) yang mengalami miskonsepsi.
Miskonsepsi ini umumnya terjadi pada konsep teori evolusi Darwin, buktibukti evolusi dan mekanisme evolusi (Candramila, 2016:879).
Miskonsepsi yang dialami siswa pada materi evolusi dapat diungkap
melalui pemberian tes diagnostik dengan tipe pilihan ganda tiga tingkat
(three-tier test). Kelebihan three-tier test sangat efektif dalam menilai
pemahaman siswa dibandingkan tes pilihan ganda konvensional. Three tier
test dapat membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi (M), lack
of knowledge (LK), error, dan memahami konsep (MK) (Kaltakci & Nilufer,
2007:500). Oleh karena itu, peneliti menggunakan three tier test sebagai
instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada
materi evolusi.
Madrasah Aliyah sebagai sekolah berbasis keislaman diasumsikan
terpengaruh perdebatan agamawan dan saintis tentang materi evolusi, namun
yang menarik adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan guru biologi di
MAN 1 Kubu Raya menyatakan ketuntasan siswa pada materi evolusi TA
2016/2017 telah mencapai 100%. Sejalan dengan itu hasil wawancara dengan
guru MA Al-Mustaqim menyatakan ketuntasan siswa pada materi evolusi di
sekolah tersebut TA 2016/2017 mencapai 70%. Akan tetapi berdasarkan hasil

3

wawancara dengan beberapa siswa masih terindikasi mengalami miskonsepsi,
terutama dalam konsep mekanisme evolusi.
Hal

ini

menimbulkan

keingintahuan

peneliti

untuk

mengukur

pemahaman siswa pada materi evolusi. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa pada materi
evolusi sehingga dapat dilakukan perbaikan dan perlakuan sesuai dengan
miskonsepsi-miskonsepsi yang ditemukan, dengan demikian miskonsepsi
evolusi pada jenjang pendidikan berikutnya dapat dihindari.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana miskonsepsi
siswa pada materi evolusi kelas XII IPA di Madrasah Aliyah Kubu Raya.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa
menggunakan three tier test pada materi evolusi kelas XII IPA di Madrasah
Aliyah Kubu Raya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru
Hasil penelitian dapat menjadi refleksi bagi guru ketika mengajarkan
konsep-konsep pada materi evolusi sehingga miskonsepsi oleh siswa dapat
dihindari
2. Sekolah
Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai bahan evaluasi dalam
pembelajaran biologi khususnya pada materi evolusi di tahun-tahun ajar
berikutnya.
3. Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada peneliti tentang
miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi siswa pada materi evolusi.
4. Peneliti berikutnya

4

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya,
khususnya untuk mencari solusi dalam mengatasi miskonsepsi yang
dialami siswa pada materi evolusi.
5. Siswa
Diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa dalam
memahami

materi

evolusi

sehingga

siswa

bisa

meningkatkan

pemahamannya terhadap materi evolusi.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat memberikan penjelasan
terhadap beberapa pengertian dan istilah-istilah yang dijelaskan oleh peneliti.
Adapun penjelasannya meliputi:
1. Miskonsepsi adalah suatu konsepsi seseorang yang tidak sesuai dengan
konsep ilmiah yang diakui oleh para ahli (Suparno, 2013:8), yang
dimaksud ahli adalah Charles Darwin. Miskonsepsi siswa dalam penelitian
ini dapat digali melalui pengujian diagnostik berupa three-tier test.
Miskonsepsi yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah konsep keliru
yang dialami oleh siswa pada materi evolusi, khususnya pada konsep teori
evolusi Darwin, bukti-bukti evolusi, dan mekanisme evolusi.
2. Three-tier test adalah suatu tes diagnostik yang memiliki tiga tingkat
pertanyaan. Pertanyaan tingkat pertama berupa soal pilihan ganda biasa.
Pada tingkat kedua berisi pertanyaan dengan pilihan alasan untuk soal
pada tingkat pertama, disediakan pula tempat kosong untuk menuliskan
alasan secara bebas. Pada tingkat ketiga, disajikan pernyataan penegasan
apakah siswa yakin atau tidak yakin akan jawabannya pada dua tingkat
sebelumnya. Penelitian ini menggunakan instrumen three tier test yang
disusun oleh Adrianto (2016) dan telah diuji validitas serta reabilitasnya
(Lampiran C).
3. Materi Evolusi adalah materi SMA kelas XII IPA pada Kurikulum 2006
(KTSP). Materi evolusi di Kelas XII IPA MA Al-Mustaqim dan XII IPA
MAN 1 Kubu Raya ini mencangkup 4 materi yaitu teori dan prinsip
evolusi, mekanisme evolusi, bukti-bukti evolusi, dan pandangan baru

5

evolusi. Dalam penelitian ini, materi evolusi yang dikaji adalah pada
konsep teori evolusi Darwin, bukti evolusi dan mekanisme evolusi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep
1. Pengertian Konsep
Menurut Hamalik (2005:162) konsep merupakan suatu kategori stimuli
yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli disini adalah berupa objek-objek atau
orang (person). Ciri umum yang terdapat dalam konsep sehingga membantu
seseorang memahami konsep yang sedang pelajari. Sedangkan, menurut
Dahar (2011:62) konsep merupakan kategori yang diberikan pada stimulus
yang ada di lingkungan. Konsep menyediakan skema terorganisasi untuk
mengasimilasikan stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan
diantara kategori-kategori. Hal ini agar seseorang dapat membedakan
konsep yang terdapat disekitarnya.
Menurut Slameto (2013:182) konsep adalah suatu kepercayaan
mengenai keaadan diri sendiri yang relatif sulit diubah. Konsep diri tumbuh
dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam
kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan teman-teman.
2. Jenis-Jenis Konsep
Konsep berperan penting dalam kehidupan seseorang. Namun, konsep
didalam kehidupan sehari-hari itu mepunyai jenis yang berbeda-beda.
Menurut Hamalik (2005:163-164) ketiga jenis konsep itu adalah: (1)
Konsep konjungtif, yaitu konsep yang memberikan dua atau lebih sifat
sehingga dapat memnuhi syarat sebagai contoh dari konsep. Didalam
konsep ini, akan mengadakandua atau lebih sifat sehingga dapat
memenuhisyaat dari konsep seperti serangga adalah hama serta penyerbukan
bunga ditanaman tersebut, (2) Konsep disjungtif, yaitu konsep yang
memberikan satu dari dua atau lebih sifat-sifat yang ada. hal ini, konsepkonsep yang ditampilkan hanya satu dari dua atau lebih sifat-sifat yang
harus ada berbeda halnya dengan konsep konjungtif. Misalnya, hama
tanaman itu adalah sejenis serangga, (3) Konsep hubungan, yaitu suatu
konsep yang mempunyai hubungan-hubungan khusus antar atribut.

6

7

Dari ketiga jenis konsep diatas masing-masing memiliki keterkaitannya
dalam kehidupan sehari-hari. Atribut atau tanda yang terdapat disekitar
manusia menjadi penghubung yang saling berkaitan. Konsep ini salah
satunya terbentuk karena adanya atribut-atribut di dalamnya. Menurut
(Tayubi, 2005:4) terdapat kesulitan dalam membedakan antara siswa-siswa
yang miskonsepsi dan yang tidak tahu konsep.
3. Kegunaan Konsep
Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling
tidak punya pengaruh tertentu. Menurut Hamalik (2005:164-165) kegunaan
konsep adalah: (1) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
Lingkungan adalah sangat kompleks. Untuk mempelajari tentu sangat sulit
apabila tidak dirinci menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana, (2) Konsepkonsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di
sekitar kita dengan cara mengenali ciri masing-masing objek, (3) Konsep
membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru lebih luas dan lebih
maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan
konsep-konsep yang dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, (4)
Konsep mengarahkan kegiatan instrumental, berdasarkan konsep dan
prinsip yang telah diketahui, maka seseorang dapat menentukan tindakantindakan apa yang selanjutnya perlu dikerjakan/dilakukan, dan (5) konsep
memungkinkan pelaksanaan pengajaran, pengajaran umumnya berlangsung
secara verbal arinya dengan menggunakan bahasa lisan. Hal itu terjadi
dalam pengajaran pada semua jenjang persekolahan.
B. Konsepsi
Tafsiran tiap orang terhadap banyak konsep pasti berbeda-beda. Tafsiran
konsep oleh seseorang disebut dengan konsepsi (Tayubi, 2005:5). Meskipun
dalam kajian ilmu alam terutama biologi kebanyakan konsep telah memiliki
arti yang jelas dan ilmiah dan sudah disepakati oleh para ahli, kenyataannya
konsepsi tiap orang masih berbeda-beda. Tetapi, jelas jika konsepsi siswa tidak
selalu sesuai dengan konsepsi para ahli, mengingat konsepsi para ahli lebih
kompleks dan lebih rumit, dan banyak melibatkan hubungan antar konsep yang

8

berkaitan. Berbeda dengan konsepsi yang dimiliki oleh siswa yang pada
dasarnya memiliki pemikiran yang lebih sederhana dan tidak terlalu kompleks
(Tayubi, 2005:5). Dalam proses pembelajaran, konsepsi didefinisikan sebagai
pemikiran atau keyakinan pelajar atas pembelajaran yang diterimanya (Lai dan
Chan, 2005:3).
C. Miskonsepsi
1. Pengertian Miskonsepsi
Menurut Suparno (2013:8), miskonsepsi adalah suatu konsepsi
seseorang yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang diakui oleh para
ahli. Suparno menyatakan miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat
akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh
yang salah, kekacauan konsep-konsep yanng berbeda, dan hubungan hirarki
konsep-konsep yang tidak benar.
Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpretasi konsep-konsep
dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Miskonsepsi juga
dipandang sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah yang sekarang diterima. Bentuk dari miskonsepsi sendiri dapat
berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsepkonsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 2013:4).
Miskonsepsi adalah konsep yang dibangun oleh siswa sendiri dan
berbeda dari konsep yang diterima secara ilmiah (Köse, 2008:283).
Munculnya miskonsepsi yang paling banyak adalah bukan selama
proses belajar mengajar melainkan sebelum proses belajar mengajar
dimulai, yaitu pada konsep awal yang telah dibawa siswa sebelum ia
memasuki

proses

tersebut

atau

yang disebut

sebagai

prakonsepi

(Handoko, 2016:41).
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa secara terus-menerus akan
mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun (Nabilah, 2014:64). Manalu
(2012:296) Miskonsepsi juga merupakan penghalang untuk meningkatkan
belajar yang bermakna. Menurut (Anggry, 2013:119), tinggi miskonsepsi
siswa dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, miskonsepsi siswa

9

dapat berasal dari pengalaman siswa sendiri, yaitu siswa salah
menginterpretasi gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya.
Kedua, miskonsepsi dapat bersumber dari pembelajaran guru, yaitu
pembelajaran

oleh

guru

kurang

terarah

sehingga

siswa

dapat

menginterpretasi salah terhadap suatu konsep tertentu, atau mungkin juga
gurunya mengalami miskonsepsi terhadap suatu konsep tertentu Siswa
sering mengalami kesulitan selama proses pemahaman konsep, sehingga
menyebabkan timbulnya pemahaman diluar konsep yang diajarkan atau
miskonsepsi.
Miskonsepsi merupakan suatu bagian dari sistem pengetahuan yang
lebih besar yang mencakup sejumlah konsep yang saling berhubungan yang
digunakan pembelajar untuk memahami pengalaman-pengalaman mereka.
Miskonsepsi disebabkan oleh tiga faktor yakni: 1) pendapat naif yang
bersumber dari pengalaman sehari-hari dan bahasa yang digunakan oleh
pembelajar. 2) pemahaman keliru yang dibentuk pembelajar selama proses
belajar mengajar akibat kesalahpahaman atau kekurang pahamanan dan 3)
berasal dari pengajar melalui pengajaran yang salah dan tidak cermat
(Manalu, 2012:294).
2. Penyebab Miskonsepsi
Menurut Suparno (2013:34-50), penyebab miskonsepsi pada siswa
berasal dari siswa itu sendiri, guru/pengajar, buku teks, konteks, dan cara
mengajar. Penjelasan lebih rinci dijabarkan sebagai berikut:
a. Prakonsepsi
Prakonsepsi adalah konsep awal yang didapatkan oleh siswa. Konsep
awal itu bisa berasal dari jenjang pendidikan atau ilmu yang didapatkan
sebelumnya. Kemudian, alasan yang diberikan oleh siswa akan suatu
konsep itu salah atau tidak lengkap. Hal ini dikarenakan tahap
perkembangan kognitif siswa yang masih belum matang sehingga
menyebabkan kemampuan siswa akan penguasaan dan pemahaman
konsep menjadi berkurang dan belum bisa sepenuhnya untuk memaknai
suatu materi yang dipelajari.

10

b. Guru
Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh guru
yang tidak menguasai bahan ajar/materi yang diajarkan/tidak kompeten,
guru tersebut bukan lulusan dan ahli dibidangnya sehingga bahan ajar
ataupun ilmu yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai dengan ilmu yang
didapatkannya selama kuliah. Kemudian, guru yang tidak pernah
membiarkan siswanya mengungkapkan ide/gagasan pemikirannya dapat
membuat siswa hanya mengerti dan memahami konsep yang memang
sudah ada sejak awal tanpa mengonfirmasi kebenarannya, dan juga dapat
membuat siswa salah mengartikan dan memaknai konsep-konsep yang
diajarkan oleh guru tanpa diketahui oleh gurunya.
c. Buku teks
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa juga bisa dikarenakan oleh
penggunaan buku teks. Tidak bisa dipungkiri, pada setiap proses
pembelajaran

disekolah,

selain

mendengarkan

dan

memperoleh

pengetahuan-pengetahuan yang diberikan oleh guru, siswa juga
berpatokan pada buku teks yang dapat menunjang proses pembelajaran
tersebut dan dapat membantu siswa untuk mencari pengetahuan tersebut
secara mandiri, akan tetapi apabila isi dari buku teks tersebut
penjelasannya keliru dan terdapat kesalahan dalam penulisannya, maka
dapat mengakibatkan siswa menjadi terjerumus akan konsep-konsep
yang keliru dan salah sehingga menciptakan pemahaman sendiri bagi
siswa yang fatalnya dipercaya kebenarannya oleh siswa. Kemudian,
pemakaian buku teks yang tingkat kesulitan penulisannya terlalu tinggi
dapat menyebabkan siswa menjadi kurang mengerti dan memahami
konsep yang ada di dalam buku tersebut. Oleh karena itu, pemilihan buku
teks yang akan dipakai oleh siswa harus sesuai dengan perkembangan
kognitif siswa, agar ilmu/pengetahuan yang disajikan oleh buku teks
tersebut dapat diserap dan dipahami oleh siswa dengan baik.

11

d. Konteks
Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh konteks. Konteks disini
meliputi pengalaman, bahasa sehari-hari, dan teman diskusi yang salah.
Miskosepsi yang terjadi pada siswa lebih banyak dikarenakan
pengalaman yang didapatkan.
e. Metode mengajar
Cara mengajar seorang guru juga menjadi penyebab miskonsepsi
untuk siswanya. Terutama ketika seorang guru dalam menjelaskan
konsep yang hanya dengan menggunakan metode ceramah secara terus
menerus tanpa melakukan interaksi atau tanya jawab kepada siswanya,
hal ini tentu tidak dapat meremediasi miskonsepsi. Padahal tugas seorang
guru adalah berusaha memberikan konsep dan meremediasi konsep yang
salah. Siswa yang rajin mencatat belum tentu paham akan materi yang
ditulisnya itu. Selain itu, tugas rumah yang jarang dibahas atau dikoreksi
oleh guru juga dapat meningkatkan miskonsepsi yang terjadi pada diri
siswa, karena dapat mengakibatkan siswa tidak mengetahui kesalahan
konsep yang dipelajarinya dan mengira jawaban yang ditulisnya itu
sudah sesuai dengan konsep yang diharapkan.
3. Cara Mengatasi Miskonsepsi
Siswa sering mengalami kesulitan selama proses pemahaman konsep,
sehingga menyebabkan timbulnya pemahaman diluar konsep yang diajarkan
atau miskonsepsi. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa secara terus-menerus
akan mengakibatkan prestasi belajar siswa menurun (Nabilah, 2014:64).
Mengemukakan langkah-langkah yang dibuat untuk membantu siswa dalam
memecahkan persoalan miskonsepsi. Secara garis besar, langkah yang
digunakan untuk meremediasi miskonsepsi adalah: (1) Mencari atau
mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa, (2) Mencoba menemukan
penyebab miskonsepsi tersebut, (3) Mencari perlakuan yang sesuai untuk
mengatasi miskonsepsi (Suparno, 2013:55).
Untuk dapat membantu siswa mengatasi miskonsepsi, yang pertama
guru harus mengerti cara berfikir siswa, dengan mengetahui cara berfikir,

12

cara menangkap, dan bagaimana gagasan siswa, kita dapat mengetahui
dengan tepat dimana letak miskonsepsi siswa dan kita dapat membantunya.
Menurut Suparno (2013:56), untuk dapat memahami gagasan siswa
beberapa

hal

yang

dapat

dibuat,

yaitu:

(1)

Siswa

dibebaskan

mengungkapkan gagasan dan pemikirannya mengenai bahan yang sedang
dibicarakan. Hal ini dapat dilakukan secara lisan dan tertulis. (2) Guru
memberi pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang biasanya membuat
siswa bingung dan siswa diminta menjawab secara jujur. Pertanyaan ini
dapat dilakukan secara pribadi maupun umum di kelas. (3) Guru mengajak
siswa untuk berdiskusi tentang bahan tertentu yang biasanya mengandung
miskonsepsi, dan guru membiarkan siswa berdiskusi dengan bebas. Guru
memantau dari jalannya diskusi konsep-konsep yang salah.
Langkah berikutnya adalah guru mencari penyebab atau asal dari
miskonsepsi yang dialami siswa. Untuk menemukan penyebab ataupun asal
dari miskonsepsi di atas, guru dapat melakukan wawancara lebih lanjut
bagaimana siswa sampai mempunyai miskonsepsi tersebut. Langkah yang
biasanya dapat digunakan untuk menggali sebab miskonsepsi, antara lain:
(1) Guru melakukan wawancara pribadi ataupun umum di kelas, bagaimana
siswa sampai mempunyai gagasan yang tidak tepat tersebut. (2) Melalui
pertanyaan tertulis yang diberikan kepada siswa, ada baiknya disatukan
dengan miskonsepsi siswa. Langkah terakhir adalah mencari jalan,
bagaimana membantu memperbaiki miskonsepsi siswa. Pemilihan langkah
terakhir ini sangat dipengaruhi oleh penyebab dan situasi siswa sendiri
(Dahar, 2013:57).
Menurut Suparno (2013:121-128) cara mendeteksi miskonsepsi siswa
adalah:
a. Peta konsep
Peta konsep mampu menghubungkan antara konsep-konsep serta
gagasan pokok yang disusun secara hirarkis. Biasanya miskonsepsi
dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan
yang lengkap antar konsep.

13

b. Tes Multiple Choice dengan reasoning terbuka
Tes ini juga dapat mendeteksi miskonsepsi siswa. Pertanyaan
pilihan ganda yang disertai dengan pemberian alasan terhadap jawaban
yang dipilih dapat membuat guru melihat dan menganalisis miskonsepsi
siswa berdasarkan benar atau salahnya konsep yang ditulis dalam alasan
tersebut.
c. Tes esai tertulis
guru hendaknya membuat esai tertulis yang berisi konsep yang
akan dipelajari atau yang sudah dipelajari.
d. Wawancara
guru memilih konsep yang diperkirakan sulit untuk siswa,
kemudian guru mengajak siswa untuk mengekspresikan gagasan
mengenai konsep tersebut.
e. Diskusi kelompok
Siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan tentang konsep yang
sudah ada atau yang sudah dipelajari. Cara ini sangat cocok untuk kelas
yang besar.
f. Praktikum dengan tanya jawab
Guru harus di wajibkan untuk bertanya bagaimana konsep siswa
dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut.
g. Thee tier test
Instrument Three tier ini mampu mengungkap siswa yang
memahami konsep (MK), lack of knowledge (LK), eror, dan
miskonsepsi (M).
D. Tes Diagnostik dan Three-tier Test
Menurut Arikunto (2013:48), tes diagnostik merupaka salah satu tes yang
dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan serta kelemahan siswa sehingga
dapat diberikan perlakuan yang baik. Sementara itu Suwarto (2013:113)
menyatakan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menilai
pemahaman konsep siswa, terutama kelemahan (miskonsepsi) pada topik

14

tertentu dan mendapatkn masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki
kelemahannya.
Pilihan ganda tiga tingkat adalah salah satu tes diagnostik yang dapat
digunakan sebagai instrumen penelitian dalam upaya untuk menganalisis
konsepsi dan miskonsepsi siswa mengenai suatu konsep. Pertanyaan tingkat
pertama pada instrumen three-tier test menanyakan tentang konsep, Pertanyaan
tingkat kedua menanyakan tentang alasan jawaban untuk soal tingkat pertama,
dan pertanyaan tingkat ketiga menanyakan tingkat keyakinan siswa atas dua
pertanyaan yang telah dijawab sebelumnya (Kaltacki dan Erylmaz, 2010:2-3).
Kelebihan three-tier test sangat efektif dalam menilai pemahaman siswa
dibandingkan tes pilihan ganda konvensional karena three tier test dapat
membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi (M), lack of
knowledge (LK), eror, dan memahami konsep (MK).
E. Konsep Evolusi
Kata evolusi berasal dari bahasa Latin yaitu evolvere, yang berarti
“membuka gulungan”, dalam kajian biologi evolusi berarti perubahan pada
sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi
berikutnya atau proses perubahan struktur makhluk hidup dari bentuk yang
sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks dalam jangka waktu yang
sangat lama (Wijana, 2015:256). Secara sederhana, evolusi berarti perubahan
(Mayr, 2010:9).
1. Teori Evolusi Darwin
Darwin menulis buku yang diberi judul On the origin of spesies by
Means of Natural Selection (mengenai asal usul Spesies Akibat Seleksi
Alam, biasa disebut The Origin of spesies), dalam bukunya, Darwin
mengembangkan dua gagasan utama : bahwa penurunan dengan modifikasi
menjelaskan kesatuan dan keanekaragaman makluk hidup, dan bahwa
seleksi

alam

menyebabkan

kecocokan

antara

organisme

dengan

lingkungannya. Menurut Darwin, spesies yang mengalami perubahan dari
nenek moyang pada awalnya sama, kemudian terjadilah berbagai macam
modifikasi, atau adaptasi, yang membuat mereka sesuai dengan cara hidup

15

spesifik. Darwin menyatakan bahwa dalam jangka waktu yang panjang,
penurunan dengan modifikasi pada akhirnya menyebabkan tingginya
keanekaragaman makhluk hidup yang kita lihat sekarang (Campbell,
2008:9-11).
Teori ini menjelaskan bahwa semua spesies, baik yang masih hidup
maupun yang telah punah, telah diturunkan dari nenek moyang yang sama
tanpa adanya interupsi dari satu atau beberapa bentuk aslinya.

GAMBAR 2.1: Teori Darwin mengenai keturunan dengan modifikasi.
Dalam sketsa tahun 1837 ini, Darwin menuangkan gagasannya mengenai
pola percabang evolusi (Sumber: Campbell, 2008:10)
Darwin memandang sejarah kehidupan sebagai sebuah pohon, dengan
percabangan dari batang bersama menuju ke ujung-ujung ranting termuda.
Ujung ranting tersebut dapat mencerminkan keanekaragaman organisme
yang ada saat ini. Setiap percabangan pada pohon mencerminkan nenek
moyang dari garis evolusi yang kemudian bercabang dari titik tersebut
(Campbell, 2008:10).
2. Petunjuk Adanya Evolusi
Salah satu petunjukan adanya evolusi adalah catatan fosil. Catatan fosil
menunjukan bahwa organisme masa lalu berbeda dari organisme masa kini
dan banyak spesies yang telah punah. Fosil dapat menunjukan adanya
perubahan evolusioner yang terjadi seiring waktu diberbagai kelompok
organisme (Campbell, 2010:15).

16

Dalam skala waktu yang lebih lama, fosil mendokumentasi asal-usul
kelompok-kelompok utama organisme. Salah satu contohnya adalah catatan
fosil reptilia raksasa, Diosaurus, yang kini telah punah. Selain itu ditemukan
pula fosil Archaepteryx mahluk peralihan antara reptilia dan burung. Fosil
tersebut memperlihatkan bahwa Archaeopteryx memiliki moncong seperti
reptilia, akan tetapi memiliki bulu dan sayap seperti burung (Wijana,
2015:275). Berdasarkan fosil tersebut, para ahli paleontologi menyatakan
bahwa burung merupakan evolusi dari reptilia.
a
b

GAMBAR 2.2: Keberagaman catatan fosil sebagai bukti evolusi. (a)
Fosil salah satu Vertebrata (b) Fosil Archaepteryx. (Sumber: Wijana,
2015: 275)
Fosil merupakan bukti dari suatu organisme pernah hidup dimuka
bumi. Fosil juga menunjukan bahwa organisme masa lalu berbeda dari
organisme masa kini dan bahwa banyak spesies yang sudah punah, serta
fosil juga menunjukan perubahan evolusioner yang terjadi seiring waktu
pada berbagai kelompok organisme (Campbell, 2010:15).
Kesamaan yang berasal dari nenek moyang bersama dikenal
sebagai homologi (homology). Pandangan tentang evolusi sebagai proses
pemodelan

ulang

menghasilkan

perkiraan

bahwa

spesies

yang

berkerabatan dekat memiliki kesamaan ciri yang digunakan untuk
menentukan kekerabatan mereka, namun pada dasarnya mereka juga

17

memiliki banyak kesamaan ciri lain. Sejumlah kesamaan ciri itu tidak
bermakna kecuali dalam konteks evolusi. misalnya, tungkai depan semua
mamalia, termasuk manusia, kucing, paus, dan kelelawar, menunjukkan
susunan tulang yang sama dari bahu sampai ujung jari, meskipun tungkai
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Kemiripan anatomis
tersebut tidak mungkin terjadi jika struktur muncul secara terpisah pada
setiap spesies. Kerangka yang mendasari lengan, kaki depan, sirip, dan
sayap mamalia yang berbeda merupakan stuktur homolog mencerminkan
berbagai adanya variasi pada sebuah tema struktural yang dimiliki oleh
nenek moyang bersama mereka. Berdasarkan kemiripan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hewan Vertebrata yang ada pada saat ini diturunkan
dari nenek moyang yang sama yang yang mewariskan organisasi rangka
tersebut. Menurut teori evolusi Darwin, masing-masing kelompok
Vertebrata secara bertahap dapat mewariskan rangka termodifikasi yang
memiliki kemampuan untuk beradaptasi yang lebih baik terhadap
lingkungan (Campbell, 2008:16).

GAMBAR 2.3: Tungkai depan mamalia: struktur homolog. Walaupun
telah teradaptasi untuk fungsi yang berbeda-beda, tungkai depan semua
mamalia dibangun dari unsur rangka dasar yang sama (Sumber:
Campbell, 2008:16).
Campbell (2008:10) menjelaskan bahwa pola penurunan dari nenek
moyang bersama dapat dijelaskan dengan pohon evolusi. Gambar
beberapa spesies yang berkerabat dekat, misalnya gajah afrika dan gajah

18

Asia. Sangat mirip sebab mereka berada pada garis keturunan yang sama
sebelum baru-baru ini memisahkan dari nenek moyang bersama mereka.
Pada GAMBAR 2.4. Setiap titik percabangan mewakili nenek moyang
bersama dari semua spesies yang merupakan keturunannya.

GAMBAR 2.4: Pohon evolusi gajah dan kerabatannya ini didasarkan
terutama pada fosil-anatomi, urutan kemunculan pada strata, dan
distribusi geografiknya. (Sumber: Campbell, 2008:10).
Pohon evolusi adalah sebuah hipotesis yang dapat menjelaskan serta
memberikan pemahaman tentang pola-pola turunan. Contohnya pohon
evolusi gajah yang menyatakan tujuh garis keturunan gajah yang berkerabat
telah punah dalam 30 juta tahun terakhir. Oleh karena itu, para ahli biologi
meyakini bahwa pohon evolusi dapat mencerminkan secara akurat
menjelaskan kebenaran tentang sejarah evolusi.
3. Mekanisme Evolusi
Seleksi alam merupakan salah satu penyebab terjadinya mekanisme
evolusi. Seleksi alam adalah suatu proses yang terjadi ketika organismeorganisme yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan lingkungan
memiliki kesempatan untuk bertahan hidup lebih besar. Darwin mengajukan

19

sebuah mekanisme, seleksi alam untuk menjelaskan pola-pola evolusi yang
sudah diamati (Campbell, 2010:12). Kemudian Darwin menjabarkan empat
pengamatan terhadap alam yang kemudian digunakannya untuk menarik
kesimpulan:
Pengamatan 1 : Anggota populasi seringkali sangat bervariasi dalam
sifat-sifatnya.
Pengamatan 2 : Sifat-sifat diwariskan dari induk atau orangtua kepada
keturunannya.
Pengamatan 3 : Semua spesies mampu menghasilkan keturunannya lebih
banyak daripada yang dapat didukung oleh alam
Pengamatan 4 : Akibat kekurangan makanan atau sumber daya lain,
banyak keturunan tersebut yang tidak sintas.
Kesimpulan 1 : Individu-individu dengan sifat warisan yang memberikan
mereka kemungkinan lebih besar untuk sintas dan
bereproduksi

pada

lingkungan

tertentu

cenderung

memiliki lebih banyak keturunan daripada individuindividu lain.
Kesimpulan 2 : Ketidakseragaman kemampuan individu-individu untuk
sintas dan bereproduksi mengarah pada akumulasi sifatsifat yang menguntungkan dalam populasi selama
beberapa generasi.
Seleksi alam dapat meningkatkan kecocokan antara organisme dan
lingkungannya. Jika lingkungan berubah, atau individu berpindah ke
lingkungan baru, seleksi alam dapat dilihat dari adaptasi terhadap kondisi
baru tersebut, terkadang memunculkan spesies baru dalam proses tersebut.
a. Miskonsepsi dalam Evolusi
Miskonsepsi yang dialami oleh kebanyakan siswa mengenai konsep
evolusi adalah sebagai berikut:
1.

Evolusi hanya sebuah teori
Miskonsepsi ini bersumber dari penggunaan kata “teori”. Dalam
kehidupan sehari-hari, arti kata teori merujuk pada dugaan ataupun

20

pendapat yang belum tentu benar karena tidak didukung bukti yang kuat.
Faktanya, kata teori secara ilmiah merujuk pada penjelasan mengenai
fenomena-fenomena yang terjadi. Lebih jauh lagi, agar bisa diterima oleh
komunitas ilmuwan, sebuah teori harus didukung oleh banyak bukti yang
kuat. Di sisi lain, evolusi memiliki banyak bukti yang kuat dan sudah
diterima secara luas oleh kalangan ilmuwan Mayr (2010:17-24).
2.

Evolusi bersifat progresif
Menurut Wijana (2015:261), terdapat anggapan yang menyatakan
bahwa organisme yang mampu bertahan terhadap seleksi alam adalah
organisme yang paling kuat. Namun, faktanya bahwa organisme yang
mampu bertahan adalah organisme yang memiliki kesesuaian karakteristik
dengan lingkungan. Dalam evolusi, organisme yang memiliki sifat yang
paling cocok dengan kondisi lingkungan bukan berarti yang paling kuat
atau paling sehat melainkan memiliki kemampuan untuk menghasilkan
keturunan dan mewariskan gen-gennya ke generasi berikutnya.

3.

Evolusi hanya terjadi masa lalu
Chandamila

(2016:884),

menjelaskan

bahwa

anggapan

yang

menyatakan evolusi hanya terjadi pada masa lalu adalah keliru, karena
faktanya adalah evolusi terjadi selama kehidupan berlangsung. Salah satu
bukti yang menunjukkan bahwa evolusi masih terjadi hingga saat ini
adalah resistensi antibiotik pada bakteri
4.

Filogeni adalah evolusi
Menurut Mayr (2010:370), menjelaskan bahwa filogeni bukan
evolusi. Evolusi adalah

konsep yang jauh lebih luas. Filogeni hanya

merujuk ke satu dari banyak fenomena evolusi, yaitu pola penurunan dari
leluhur bersama. Tapi bila dipertimbangkan dengan benar, filogeni tak
hanya berarti pola percabangan garis keturunan, tetapi juga perubahan
yang terjadi antara titik-titik percabangan.

BAB III
METODE
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah prosedur
penelitian yang menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.
B. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah menggunakan data primer dan
sekunder yaitu :
1. Data primer merupakan sumber data y