PENERAPAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN YANG MENGALAMI KERUGIAN DI OBYEK WISATA (STUDI DI KABUPATEN PURBALINGGA)

  27 PENERAPAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN

YANG MENGALAMI KERUGIAN DI OBYEK WISATA

   (STUDI DI KABUPATEN PURBALINGGA)

Sarsit i dan Muhammad Taufiq

  Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o

  

Abst r act

In t he er a of gl obal i zat i on, t he pr ot ect i on of domest i c ser vi ce user s and t he ent r epr enuer of

domest i c t our i sm i s needed. Thi s r esear ch concer n about t he appl i cat i on of l egal pr ot ect ion and

r emedies l aw f or t our i st who suf f er ed l osses i n t our i st l ocat ion. The met hod used i s nor mat ive

j ur i di cal appr oach. The col l ect i on of l egal subst ance done by document ar y and t hen analyzed usi ng

met hod of nor mat ive qual i t at i ve. Based on t hi s r esear ch, t he Local Gover nment of Pur bal i ngga have

no consi der t he consumer , as a subj ect i n t he t our ism i ndust r y, because onl y one t our i st l ocat i on

exi st i ng r egul at i ons, and i t was onl y r egul at e t he f or mat ion of r egi onal companies. Appl i cat ion of

compensat i on i s only appl i ed t o physi cal acci dent at t he t our i st l ocat i on in, cooper at ion wit h PT

Jasa Rahar j a, wher eas t he l oss of non physi cal / mat er i al not r egul at ed yet . Di sput e set t l ement as a

r esul t of suf f er ed l osses i n t he t our i st l ocat i on can be done peacef ul l y or adver sar i al l y by usi ng BPSK

or f i l l i ng a l awsuit t o cour t . Keywor ds: legal pr ot ect i on, t our i st , losses

  

Abst rak

  Pada era globalisasi, perlindungan t erhadap pengguna j asa domest ik dan para mengusaha pariwisat a domest ik diperlukan. Tulisan ini membahas mengenai penerapan perlindungan hukum t erhadap wisat awan dan upaya hukum bagi wisat awan yang menderit a kerugian di obyek wisat a. Met ode yang digunakan adalah met ode pendekat an yuridis normat if . Pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui met ode kepust akaan dan selanj ut nya dianalisis dengan menggunakan met ode normat if kualit at if . Berdasarkan hasil penelit ian, Pemerint ah Daerah Kabupat en Purbalingga belum menempat kan konsumen, sebagai subj ek dalam indust ri kepariwisat aan, karena hanya sat u obyek wisat a yang sudah ada regulasinya, it u pun hanya mengat ur mengenai pembent ukan perusahaan daerah. Penerapan gant i kerugian hanya diberlakukan t erhadap kecelakaan f isik di obyek wisat a dilakukan melalui kerj asama Perusahaan Daerah dengan PT Jasa Raharj a, sedangkan kerugian non f isik/ mat eriil belum t erdapat pengat urannya. Penyelesaian sengket a sebagai akibat dirugikannya wisat awan di obyek wisat a dapat dilakukan secara damai maupun secara adversarial melalui BPSK maupun pengaj uan gugat an ke pengadilan.

  Kat a kunci: perlindungan hukum, wisat awan, kerugian

  

Pendahuluan at as segalanya, kekuasaan dan penguasa t un-

  Konsekuensi suat u negara hukum adalah duk kepada hukum. Hubungan yang menimbul- menempat kan hukum di at as segala kehidupan kan hak dan kewaj iban t elah diat ur dalam per- bernegara dan bermasyarakat . Negara dan ma- at uran hukum disebut hubungan hukum. syarakat diat ur dan diperint ah oleh hukum, bu- Hukum harus mampu mengint egrasikan kan diperint ah oleh manusia. Hukum berada di berbagai kepent ingan, sehingga bent uran ke- pent ingan it u dapat dit ekan sekecil mungkin.

   Tul isan ini merupakan hasil Penel it i an Pemul a yang di-

  Perlindungan t erhadap suat u kepent ingan t er-

  l aksanakan berdasarkan Surat Perj anj i an Pel aksanaan

  t ent u, dapat dilakukan dengan cara membat asi

  Jasa Penel i t i an Tahun Anggar an 2011 Nomor: 4323. 36/ H23. 9/ PN/ 2011. Ucapan t eri ma kasih disampaikan ke-

  kepent ingan pihak lain. Perlindungan hukum

  pada Okiawan Waseso, Mahasisw a FH UNSOED, yang

  bagi set iap Warga Negara Indonesia t anpa t er- t el ah membant u pel aksanaan penel it ian ini.

28 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 12 No. 1 Januari 2012

  kecuali, dapat dit emukan dalam UUD 1945. Se- t iap produk yang dihasilkan oleh legislat if harus senant iasa mampu memberikan j aminan perlin- dungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di masyarakat . Me- nurut Het t y Hasanah, perlindungan hukum me- rupakan segala upaya yang dapat menj amin adanya kepast ian hukum, sehingga dapat mem- berikan perlindungan hukum kepada pihak-pi- hak yang bersangkut an at au yang melakukan t indakan hukum,

  Invest a-si dal am Era Ot onomi Daerah” . Jur nal Hukum

  Berkait an dengan kepariwisat aan, t elah hadir Undang-undang No. 10 Tahun 2009 t en- t ang Kepariwisat aan (selan-j ut nya disingkat UU Kepariwisat aan). Undang-undang ini dilat arbe- lakangi: per t ama, keadaan alam, f lora, dan f auna, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, sert a peninggalan purbakala, peninggalan se- 4 Hadion Wij oyo, “ Probl emat ika Hukum di Bidang

  Proses pengembangan pariwisat a t idak t erlepas dari kemampuan daerah dalam menge- lola pot ensi yang ada, yang didukung oleh pe- nget ahuan dan ket erampilan sumber daya ma- nusia yang ada, sert a peran sert a masyarakat dalam iklim ket erbukaan dan demokrat isasi. Penerapan ot onomi daerah mengakibat kan pe- ngembangan indust ri pariwisat a yang meliput i pembiayaan, perizinan, perencanaan dan eva- luasi menj adi kewenangan pemerint ah daerah unt uk menyelenggarakannya. Daerah dit unt ut lebih mandiri dalam mengembangkan obyek dan pot ensi wisat anya. Perlindungan t erhadap pengguna j asa domest ik dan para pengusaha pariwisat a domest ik sangat diperlukan, sehing- ga indust ri kepariwisat aan t erlindungi. Ot onomi daerah harus memacu daerah menggali pot ensi yang ada di daerah, sert a menj amin t erwuj ud- nya pembangunan daerah yang berkelanj ut an.

  memiliki ot onomi penuh mengurus urusan ru- mah t angganya sendiri. Urusan yang t et ap men- j adi wewenang penuh pemerint ah pusat meli- put i urusan keimigrasian, monet er, pert ahanan, keamanan, peradilan dan sebagian pendidikan masih dit angan pemerint ah pusat , meskipun pelaksanaannya oleh pemerint ah daerah.

  4 Pada era ot onomi daerah, pemerint ah daerah

  pendapat an asli daerah. Sumber pendapat an asli daerah sendiri merupakan sumber keuang- an daerah yang digali dari dalam wilayah dae- rah yang bersangkut an yang dapat berupa hasil paj ak daerah, hasil ret ribusi daerah, hasil pe- ngelolaan kekayaan daerah. Berlakunya un- dang-undang ot onomi daerah mengakibat kan pemerint ah daerah dit unt ut unt uk menggali sumber pendapat an asli daerah, karena t idak mungkin t erus menggant ungkan bant uan dari pusat saj a unt uk membiayai pembangunan.

1 Di era ref ormasi t unt ut an

  j ian Pembiayaan Konsumen at as Kendar aan Ber mot or dengan Fi dusia” , Jur nal Uni kom, Vol 3 Tahun 2004, di - akses pada web si t e : ht t p/ / j urnal . unikom. ac. id/ vol 3/ perl indungan. ht ml . , hl m. 1. 2 Supar man Khan, “ Apresi asi hak asasi manusia dal am rangka demokr at i sasi di Indonesi a” , Jur nal Jur i spr uden- t i a Vol . 1 No. 1I Tahun 2001, hl m. 95 3 Oka A Yoet y, 2009, Indust r i Par i wi sat a dan Pel uang Ke-

  sikapi oleh pemerint ah daerah di Indonesia un- t uk meningkat kan pot ensi wisat a unt uk dapat dij a-dikan sebagai sarana guna meningkat kan 1 Het t y Hasanah, “ Perl indungan Konsumen dal am Perj an-

  dust ri pariwisat a menyumbang 9, 1% dari produk domest ik brut o (PDB) Indonesia.

  Wor l d Tr avel and Tour i sm Counci l (WTTC), in-

  Pariwisat a merupakan sebuah indust ri yang unik dan memiliki ciri khas, yait u nilai- nilai t radisi budaya dan obyek-obyek pariwisat a yang khas/ unik. Dalam lingkup nasional, sekt or pariwisat a dianggap sebagai sekt or yang pot en- sial dimasa yang akan dat ang. Menurut analisis

  yang ada harus dapat dipert ahankan, karena obyek wisat a merupakan ciri khas suat u negara. Pengembangan f akt or penunj ang dalam me- ngembangkan indust ri pariwisat a Indonesia j uga harus diperhat ikan dan di j aga eksist ensinya, sehingga dalam percat uran indust ri kepariwasa- t an, Indonesia dapat bersaing.

  perlindungan dan j aminan hak asasi manusia semakin mengedepan. Hal t ersebut berkait an dengan kekuasaan, kekuat an sosial, dan st ruk- t ur sosial yang ada. Sebagai negara demokrasi, dimana kedaulat an ada di t angan rakyat , part i- sipasi rakyat sangat diperlukan. Rakyat lah se- bagai penent u t erwuj udnya j aminan pelaksana- an perlindungan hak asasi ini.

2 Perlindungan t erhadap pot ensi wisat a

3 Hal harus di-

  Penerapan Perl i ndungan Hukum t erhadap Wi sat awan yang Mengal ami Kerugian di Obyek Wi sat a … 29

  j arah, seni, dan budaya yang dimiliki bangsa In- donesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisat aan unt uk peningkat - an kemakmuran dan kesej aht eraan rakyat seba- gaimana t erkandung dalam Pancasila dan Pem- bukaan UUD 1945; kedua, kebebasan melaku- kan perj alanan dan memanf aat kan wakt u luang dalam wuj ud berwisat a merupakan bagian dari hak asasi manusia; ket i ga, kepariwisat aan me- rupakan bagian int egral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sist emat is, t e- rencana, t erpadu, berkelanj ut an, dan bert ang- gung j awab dengan t et ap memberikan perlin- dungan t erhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat , kelest arian dan mut u lingkungan hidup, sert a kepent ingan nasional; dan keempat , pembangunan kepariwisat aan di- perlukan unt uk mendorong pemerat aan kesem- pat an berusaha dan memperoleh manf aat sert a mampu menghadapi t ant angan perubahan kehi- dupan lokal, nasional, dan global. UU No. 10 Tahun 2009 ini t elah menghapuskan UU No. 9 Tahun 1990 yang t idak sesuai lagi dengan t un- t ut an dan perkembangan kepariwisat aan se- hingga perlu digant i.

  Wisat a dalam undang-undang ini diart i- kan sebagai kegiat an perj alanan yang dilakukan oleh seseorang at au sekelompok orang dengan mengunj ungi t empat t ert ent u unt uk t uj uan rekreasi, pengembangan pribadi, at au mempe- laj ari keunikan daya t arik wisat a yang dikun- j ungi dalam j angka wakt u sement ara (Pasal 1 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2009). Pariwisat a adalah berbagai macam kegiat an wisat a dan didukung berbagai f asilit as sert a layanan yang disediakan oleh masyarakat , pengusaha, Peme- rint ah, dan Pemerint ah Daerah (Pasal 1 ayat (3) UU No. 10 Tahun 2009). Orang yang melakukan wisat a kemudian disebut sebagai wisat awan.

  Kepariwisat aan diselenggarakan dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip: per t ama, menj unj ung t inggi norma agama dan nilai bu- daya sebagai pengej awant ahan dari konsep hi- dup dalam keseimbangan hubungan ant ara ma- nusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan an- t ara manusia dan sesama manusia, dan hu- bungan ant ara manusia dan lingkungan; kedua, menj unj ung t inggi hak asasi manusia, keraga- man budaya, dan kearif an lokal; ket i ga, mem- beri manf aat unt uk kesej aht eraan rakyat , kea- dilan, keset araan, dan proporsionalit as; keem-

  pat , memelihara kelest arian alam dan lingku-

  ngan hidup; kel i ma, memberdayakan masya- rakat set empat ; kel ima, menj amin ket erpadu- an ant arsekt or, ant ardaerah, ant ara pusat dan daerah yang merupakan sat u kesat uan sist emik dalam kerangka ot onomi daerah, sert a ket erpa- duan ant arpemangku kepent ingan; keenam, memat uhi kode et ik kepariwisat aan dunia dan ke-sepakat an int ernasional dalam bidang pari- wisat a; dan ket uj uh, memperkukuh keut uhan Negara Kesat uan Republik Indonesia.

  Undang-undang Kepariwisat aan mengat ur hak dan kewaj iban wisat awan dan pengelola/ pengusaha wisat a. Wisat awan berhak unt uk memperoleh: inf ormasi yang akurat mengenai daya t arik wisat a; pelayanan kepariwisat aan se- suai dengan st andar; perlindungan hukum dan keamanan; pelayanan kesehat an; perlindungan hak pribadi; dan perlindungan asuransi unt uk kegiat an pariwisat a yang berisiko t inggi (Pasal 20), selain it u wisat awan yang memiliki ke- t erbat asan f isik, anak-anak, dan lanj ut usia berhak mendapat kan f asilit as khusus sesuai de- ngan kebut uhannya (Pasal 21). Kewaj iban dari wisat awan meliput i: menj aga dan menghormat i norma agama, adat ist iadat , budaya, dan nilai- nilai yang hidup dalam masya-rakat set empat ; memelihara dan melest arikan lingkungan; t urut sert a menj aga ket ert iban dan keamanan ling- kungan; dan t urut sert a mencegah segala ben- t uk perbuat an yang melanggar kesusilaan dan kegiat an yang melanggar hukum (Pasal 25).

  Pengelola/ Pengusaha Pariwisat a sendiri mempunyai hak: mendapat kan kesempat an yang sama dalam berusaha di bidang kepariwi- sat aan; membent uk dan menj adi anggot a aso- siasi kepariwisat aan; mendapat kan perlindung- an hukum dalam berusaha; dan mendapat kan f asilit as sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan (Pasal 22), sedangkan ke- waj ibannya meliput i: menj aga dan menghor- mat i norma agama, adat ist iadat , budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat set em- pat ; memberikan inf ormasi yang akurat dan bert anggung j awab; memberikan pelayanan

30 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 12 No. 1 Januari 2012

  Pool yang berupa kolam renang prof esional, ko-

  diambil dari mat a air alami t anpa kaporit at au penj ernih air. Owabong, selain wisat a air, j uga menyediakan wahana lain sepert i sirkuit go- kart , menaklukan sirkuit dengan mot or besar di arena ATV at au bermain perang medan t erbuka di arena Pai nt bal l .

  wat er sl i de set inggi 13 m. Sumber airnya sendiri

  dengan menaiki spi r al wat er sl i de dan t or pedo

  Wat er boom bisa menj adi aj ang pacu adr enal i n,

  lengkap dengan pasir put ih dan gelombang buat an. Fasilit as

  2

  lam arus, menikmat i gebyur an air di wahana ember t umpah, pest a air, sampai dengan mini- at ur pant ai bebas t sunami. Miniat ur pant ai ini sangat luas mencapai 1. 200 m

  Daerah Purbalingga t idak memiliki garis pant ai, namun Purbalingga mempunyai pant ai buat an bernama Pant ai Bebas Tsunami. Nama sebuah wahana wisat a yang t erlet ak di Obyek Wisat a Air Boj ongsari at au yang lebih dikenal dengan sebut an Owabong. Obyek wisat a Owa- bong t erlet ak di Jl. Raya Owabong, Kecamat an Boj ongsari-Purbalingga. Owabong baru diresmi- kan 18 Maret 2005. Sebagian besar wahana me- nget engahkan sarana air, mulai dari Ol i mpyc

  yang t idak diskriminat if ; memberikan kenya- manan, keramahan, perlindungan keamanan, dan keselamat an wisat awan; memberikan per- lindungan asuransi pada usaha pariwisat a de- ngan kegiat an yang berisiko t inggi; mengem- bangkan kemit raan dengan usaha mikro, kecil, dan koperasi set empat yang saling memerlu- kan, memperkuat , dan mengunt ungkan; meng- ut amakan penggunaan produk masyarakat se- t empat , produk dalam negeri, dan memberikan kesempat an kepada t enaga kerj a lokal; me- ningkat kan kompet ensi t enaga kerj a melalui pelat ihan dan pendidikan; berperan akt if dalam upaya pengembangan prasarana dan program pemberdayaan masyarakat ; t urut sert a mence- gah segala bent uk perbuat an yang melanggar kesusilaan dan kegiat an yang melanggar hukum di lingkungan t empat usahanya; memelihara lingkungan yang sehat , bersih, dan asri; meme- lihara kelest arian lingkungan alam dan budaya; menj aga cit ra negara dan bangsa Indonesia me- lalui kegiat an usaha kepariwisat aan secara ber- t anggung j awab; dan menerapkan st andar usa- ha dan st andar kompet ensi sesuai dengan ke- t ent uan perat uran perundangan (Pa-sal 26) .

  Raksasa Purbasari Pancuran Mas sampai dengan perkebunan buah naga dan st roberi, semuanya menyaj ikan sensasi wisat a yang berbeda.

  Rept i l e & Insect Par k, wisat a t aman Akuarium

  Kabupat en Purbalingga sendiri, merupa- kan kabupat en yang sedang giat -giat nya mem- bangun melalui konsep invest asi. Invest asi di wilayah Kabupat en Purbalingga, selain invest asi di bidang indust ri, j uga sedang menat a pem- bangunan obyek wisat anya. Julukan magnet wi- sat a Jawa Tengah memang pant as disandang Kabupat en Purbalingga. Let aknya di kaki Gu- nung Slamet , sehingga hawanya sej uk dan pe- mandangan perbukit an yang indah. Kabupat en Purbalingga let aknya sekit ar 180 km dari Kot a Semarang. Beragam pilihan lokasi wisat a bisa dikunj ungi, mulai dari Gua Lawa, Owabong,

  f l yi ng f ox, sehingga harus dioperasi beberapa kali.

  mainan f l yi ng f ox di Hot el Sindang Reret , Lembang, Jawa Barat , pada 31 Desember 2010 lalu. Korban seorang bocah laki-laki mengalami pat ah t ulang sikut karena bermain

  har i , Sel asa, 7 Juni 2011 19: 14 wi b, zone. com/ read/ 2011/ 06/ 07/ 338/ 465628/ kecel akaan- f l ying-f ox-t aman-mat ahar i, diakses pada t anggal 11 Ju-

  kaan serupa yang menewaskan korban j uga t erj adi di Taman Wisat a Candi Borobudur, Ma- gelang, Jawa Tengah, pada 24 Juni 2010 lalu. Korban ber-nama Budi Rahayu (42) t ewas seke- t ika usai mencoba f l yi ng f ox, dan t erj at uh set e- lah t ali yang membent ang dengan ket inggian 12 met er put us. Kecelakaan serupa t erj adi di per- 5 Endang Gunawan, Kecel akaan Fl yi ng Fox, Taman Mat a-

  Beberapa musibah yang t erj adi di obyek wisat a cenderung selalu dibebankan kepada wi- sat awan, dengan asumsi karena kekalaian wisa- t awannya sendiri, sepert i hanyut nya wisat a- wan di obyek wisat a pant ai, cidera at au me- ninggalnya pendaki di gunung dan lain sebagai- nya. Beberapa wakt u yang lalu, kit a dikej ut kan dengan t ewasnya wisat awan saat mencoba be- berapa area permainan sepert i t ewasnya Riska Put ri Yuliant i (7), warga Kelurahan Mekarj aya, Sukmaj aya, Kot a Depok, Jawa Barat , akibat t erj at uh dari f lyi ng f ox.

5 Sebelumnya, kecela-

  Penerapan Perl i ndungan Hukum t erhadap Wi sat awan yang Mengal ami Kerugian di Obyek Wi sat a … 31

  Purbalingga j uga memiliki obyek wisat a

  Rept i l e & Insect Par k. Obyek wisat a ini hanya

  berj arak 2 km dari Owabong Anda bisa mengun- j ungi

  Rept i le and Insect Par k (museum rept il

  dan serangga). Area yang popular dengan se- but an t aman rept il ini memiliki luas 6 hekt ar. Taman rept il dibuat t erpadu. Suguhan ut ama- nya adalah aneka rept il, sepert i ular, iguana, kadal, buaya dan biawak. Koleksi ular hidup yang dipaj ang sangat lengkap, lebih dari 65 spesies. Diant aranya ular pyt hon, king kobra, belang, pucuk hingga kobra albino yang langka. Taman rept il j uga menyuguhkan aneka koleksi j enis serangga. Sekit ar 841 spesies serangga t ert at a rapi. Koleksi aneka j enis kupu-kupu j u- ga sangat lengkap dan menj adi daya t arik lain t aman rept ile.

  Obyek wisat a lainnya adalah Taman Akuarium Raksasa Purbasari Pancuran Mas. Le- t aknya di Kecamat an Padamara. Tiket masuk- nya relat if murah, namun yang disuguhkan sungguh ist imewa. Selain beragam koleksi ikan, pengun-j ung j uga bisa berenang at au melihat aneka j enis burung di Taman Burung. Beragam ikan air t awar menj adi suguhan ut ama obyek wisat a ini. Jenis ikan sepert i ikan sadat , udang hias, arwana, Ikan Buaya dan beragam j enis Koi. Puluh-an j enis ikan lainnya t ert apa rapi di akuarium ukuran besar hingga kecil. Salah sat u koleksi Andalan Pancuran Mas adalah koleksi ikan Ar apai ma Gi gas yang panj angnya menca- pai 2 met er. Konon ikan ini berasal dari Sungai Amazon. Obyek wisat a ini j uga t erdapat lokasi t a-man burung masih sat u area dengan obyek wisat a Pancuran Mas. Aneka j enis burung dan unggas t erpaj ang rapi di kandangnya.

  Keindahan obyeh wisat a, t idaklah selalu menyenangkan bagi wisat awan. Wisat awan ka- dang kala harus dihadapkan pada suat u kerugi- an pada t ubuh wisat awan, sepert i adanya kece- lakaan selama berwisat a yang mengakibat kan luka, cacat sampai kemat ian, at au bahkan ke- rugian pada hart a benda wisat awan sepert i pencopet an, perampokan at au kehilangan ken- daraan di obyek wisat a.

  Penelit ian dalam bidang ini perlu dilaku- kan, agar pihak-pihak t erkait dengan kepariwi- sat aan, khususnya pemerint ah daerah, lebih memperhat ikan lagi perlindungan hukum t erha- dap wisat awan, melalui pembent ukan kebij ak- an dalam bidang kepariwisat aan, mengingat UU No. 10 Tahun 2009 t ent ang kepariwisat aan cen- derung hanya memberikan perlindungan hukum bagi obyek wisat anya it u sendiri.

  Perumusan Masalah

  Berdasarkan lat ar belakang t ersebut di at as, penulis t ert arik unt uk membahas menge- nai penerapan perlindungan hukum t erhadap wisat awan di obyek wisat a Kabupat en Purba- lingga dan upaya hukum bagi wisat awan yang menderit a kerugian di obyek wisat a.

  Met ode Penelitian

  Tipe penelit ian ini adalah yuridis norma- t if dengan menggunakan beberapa pendekat an masalah yang meliput i pendekat an undang- undang (st at ut e appr oach), pendekat an kon- sept ual (concept ual appr oach) dan pendekat an kasus (case appr oach). Bahan hukum yang digu- nakan meliput i bahan hukum primer, sekunder dan bahan non hukum. Bahan Hukum Primer meliput i: UU No. 10 Tahun 2009 t ent ang Kepa- riwisat aan; UU No. 8 Tahun 1999 t ent ang Per- lindungan Konsumen; UU No. 32 Tahun 2004 Tent ang Pemerint ahan Daerah; Perda Kabupa- t en Purbaling-ga No. 38 Tahun 2005 t ent ang Persahaan Daerah Obyek Wisat a Air Boj ongsari. Bahan hukum sekunder meliput i hasil penelit ian hukum, j urnal-j urnal hukum, kamus-kamus hu- kum dan bahan non hukum meliput i: buku- buku, hasil penelit ian, j urnal ilmiah. Bahan Hu- kum dikumpulkan dengan menggunakan met o- de kepust akaan dan met ode dokument er, ke- mudian dianalisis secara kualit at if .

  Pembahasan Penerapan Perlindungan Hukum t erhadap Wisat awan di Obyek Wisat a Kabupat en Purba- lingga

  Berkait an dengan kepariwisat aan, pada t ahun 2009 t elah disahkan UU No. 10 Tahun 2009 t ent ang Kepariwisat aan (selanj ut nya di- singkat UU Kepariwisat aan). Wisat a dalam un- dang-undang ini diart ikan sebagai kegiat an per- j alanan yang dilakukan oleh seseorang at au

32 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 12 No. 1 Januari 2012

  sekelompok orang dengan mengunj ungi t empat t ert ent u unt uk t uj uan rekreasi, pengembangan pribadi, at au mempelaj ari keunikan daya t arik wisat a yang dikunj ungi dalam j angka wakt u se- ment ara (Pasal 1 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2009), sedangkan pariwisat a adalah berbagai macam kegiat an wisat a dan didukung berbagai f asilit as sert a layanan yang disediakan oleh masyarakat , pengusaha, Pemerint ah, dan Pe- merint ah Daerah (Pasal 1 ayat (3) UU No. 10 Tahun 2009). Orang yang melakukan wisat a ke- mudian disebut sebagai wisat awan, sedangkan orang at au sekelompok orang yang melakukan kegiat an usaha pariwisat a disebut sebagai pe- ngusaha pariwisat a.

  Undang-undang Kepariwisat aan mengat ur hak dan kewaj iban wisat awan dan pengelola/ pengusaha wisat a. Wisat awan berhak unt uk memperoleh: inf ormasi yang akurat mengenai daya t arik wisat a; pelayanan kepariwisat aan se- suai dengan st andar; perlindungan hukum dan keamanan; pelayanan kesehat an; perlindungan hak pribadi; dan perlindungan asuransi unt uk kegiat an pariwisat a yang berisiko t inggi (Pasal 20), selain it u wisat awan yang memiliki ket er- bat asan f isik, anak-anak, dan lanj ut usia berhak mendapat kan f asilit as khusus sesuai dengan ke- but uhannya (Pasal 21). Kewaj iban dari wisat a- wan meliput i: menj aga dan menghormat i nor- ma agama, adat ist iadat , budaya, dan nilai-ni- lai yang hidup dalam masyarakat set empat ; memelihara dan melest arikan lingkungan; t urut sert a menj aga ket ert iban dan keamanan lingku- ngan; dan t urut sert a mencegah segala bent uk perbuat an yang melanggar kesusilaan dan ke- giat an yang melanggar hukum (Pasal 25).

  Pengelola/ Pengusaha Pariwisat a sendiri mempunyai hak mendapat kan kesempat an yang sama dalam berusaha di bidang kepariwisat aan; membent uk dan menj adi anggot a asosiasi kepa- riwisat aan; mendapat kan perlindungan hukum dalam berusaha; dan mendapat kan f asilit as se- suai dengan ket ent uan perat uran perundang- undangan (Pasal 22), sedangkan kewaj ibannya meliput i menj aga dan menghormat i norma aga- ma, adat ist iadat , budaya, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat set empat ; memberi- kan inf ormasi yang akurat dan bert anggung j a- wab; memberikan pelayanan yang t idak diskri- minat if ; memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan, dan keselamat an wi- sat awan; memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisat a dengan kegiat an yang berisiko t inggi; mengembangkan kemit raan de- ngan usaha mikro, kecil, dan koperasi set empat yang saling memerlukan, memperkuat , dan me- ngunt ungkan; mengut amakan penggunaan pro- duk masyarakat set empat , produk dalam nege- ri, dan memberikan kesempat an kepada t enaga kerj a lokal; meningkat kan kompet ensi t enaga kerj a melalui pelat ihan dan pendidikan; berpe- ran akt if dalam upaya pengembangan prasarana dan program pemberdayaan masyarakat ; t urut sert a mencegah segala bent uk perbuat an yang melanggar kesusilaan dan kegiat an yang me- langgar hukum di lingkungan t empat usahanya; memelihara lingkungan yang sehat , bersih, dan asri; memelihara kelest arian lingkungan alam dan budaya; menj aga cit ra negara dan bangsa Indonesia melalui kegiat an usaha kepariwisat a- an secara bert anggung j awab; dan menerapkan st andar usaha dan st andar kompet ensi sesuai dengan ket ent uan perat uran perundangan (Pa- sal 26) .

  Pada dasarnya, perlindungan hukum yang diberikan oleh UU Kepariwisat aan ini hanya me- nekankan pada perlindungan t erhadap obyek wisat a it u sendiri. Hal ini t ampak pada kese- riusan pemberian sanksi pada Pasal 64 yang me- ngat ur bahwa set iap orang yang dengan sengaj a dan melawan hukum merusak f isik daya t arik wisat a dipidana dengan pidana penj ara paling lama 7 (t uj uh) t ahun dan denda paling banyak Rp. 10. 000. 000. 000, 00 (sepuluh miliar rupiah). Sement ara it u, pelanggaran t erhadap hak-hak wisat awan hanya dikenakan sanksi administ ra- t if , mulai dari t eguran t ert ulis, pembat asan ke- giat an usaha dan pembekuan sement ara kegiat - an usaha.

  Perlindungan t erhadap wisat awan baik wisat awan mancanegara maupun domest ik, de- ngan demikian secara normat if dapat dikat akan masih relat if rendah dan hukum yang berlaku t idak mempunyai kekuat an unt uk melindungi wisat awan. Sampai saat ini para wisat awan cenderung hanya menj adi obyek oleh pelaku Penerapan Perl i ndungan Hukum t erhadap Wi sat awan yang Mengal ami Kerugian di Obyek Wi sat a … 33

  bisnis pariwisat a yang t idak bert anggung j a- wab. Hal ini menj adi perhat ian pent ing, bahwa sangat diperlukan sebuah perat uran yang t idak hanya membahas t ent ang kepariwisat aan, t et a- pi j uga perlindungan t erhadap para wisat awan dari segala hal baik menyangkut aspek perj a- lanan, penginapan, obyek obyek at au t uj uan wisat a dan pengat uran hak dan kewaj iban wisa- t awan. Selain it u, unt uk menghindari ket idak- past ian hukum, sif at ego sekt oral baik di t ing- kat depart emen/ kement erian maupun pemerin- t ah daerah, harus dihilangkan, sehingga t erwu- j ud sinkronisasi perat uran perundangan.

  t erlepas dari kemampuan daerah dalam menge- lola pot ensi yang ada dan ini j uga didukung oleh penget ahuan dan ket erampilan sumber da- ya manusia yang ada sert a peran sert a masya- rakat dalam iklim ket erbukaan dan demokrat i- sasi, dan j uga menyadari sebebearpa pent ing pariwisat a dapat mempengaruhi perkembangan sebuah daerah, daerah dari daerah yang miskin menj adi daerah yang maj u dan berkembang. Pemberian kewenangan kepada pemerint ah daerah merupakan wuj ud pelaksanaan dari ot onomi daerah. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tent ang Pemerint ahan Daerah menganut prinsip ot onomi secara luas, nyat a dan bert ang- gung j awab. Hal ini berart i daerah diberikan kewenangan unt uk mengat ur dan mengurus urusan pmerint ahan di luar urusan pemerint ah- an pusat yang t elah dit et apkan undang-undang. Penyelenggaraan pemerint ahan daerah dalam melaksanakan t ugas, wewenang, kewaj iban dan t anggung j awabnya sert a at as kuasa perat uran perundang-undangan yang lebih t inggi dapat membuat perat uran perundang-undangan t ing- kat daerah at au menet apkan kebij akan daerah yang dirumuskan dalam perat uran daerah, per- at uran kepala daerah dan ket ent uan daerah lainnya. Beberapa bidang yang menj adi urusan pemerint ah pusat meliput i: polit ik luar negeri; pert ahanan; keamanan; yust isi; monet er dan f iskal nasional; dan agama (Pasal 10 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004), sedangkan urusan waj ib 6 Ridw an Khairandy, “ Ikl i m Invest asi dan Jaminan Kepas-

  t ian Hukum dal am Era Ot onomi Daer ah” , Jur nal Hukum

  yang menj adi kewenangan pemerint ahan dae- rah unt uk kabupat en/ kot a merupakan urusan yang berskala kabupat en/ kot a meliput i: peren- canaan dan pengendalian pembangunan; peren- canaan, pemanf aat an, dan pengawasan t at a ruang; penyelenggaraan ket ert iban umum dan ket ent raman masyarakat ; penyediaan sarana dan prasarana umum; penanganan bidang ke- sehat an; penyelenggaraan pendidikan; penang- gulangan masalah sosial; pelayanan bidang ke- t enagakerj aan; f asilit asi pengembangan kope- rasi, usaha kecil dan menengah; pengendalian lingkungan hidup; pelayanan pert anahan; pela- yanan kependudukan, dan cat at an sipil; pelaya- nan administ rasi umum pemerint ahan; pelaya- nan administ rasi penanaman modal; penyeleng- garaan pelayanan dasar lainnya; dan urusan waj ib lainnya yang diamanat kan oleh perat uran perundang-undangan (Pasal 14 ayat (1) UU No.

6 Proses pengembangan pariwisat a t idak

  32 Tahun 2004).

  Perat uran perundang-undangan t ingkat daerah diart ikan sebagai perat uran perundang- undangan yang dibent uk oleh pemerint ah dae- rah at au salah sat u unsur pemerint ah daerah yang berwenang membuat perat uran perun- dangan daerah. Mat eri muat an perda adalah se- luruh mat eri muat an dalam rangka penyeleng- garaan ot onomi daerah dan t ugas pembant uan, menampung dan mempert imbangkan ciri khas at au kondisi khusus daerah sert a merupakan penj abaran lebih lanj ut dari perat uran perun- dangan yang lebih t inggi. Mat eri muat an dalam perda dilarang bert ent angan dengan kepent i- ngan umum dan at au perat uran perundangan yang lebih t inggi. Berdasarkan penj elasan t er- sebut , berkait an dengan kepariwisat aan, pada dasarnya daerah diberikan kewenangan unt uk mengurusnya sendiri.

  Kabupat en Purbalingga sendiri, merupa- kan kabupat en yang sedang giat -giat nya mem- bangun melalui konsep invest asi. Selain inves- t asi di bidang indust ri, Kabupat en Purbalingga j uga sedang menat a pembangunan obyek wi- sat anya. Julukan magnet wisat a Jawa Tengah memang pant as di sandang Kabupat en Purba- lingga.

  Beberapa Perat uran Perundangan ber- kait an dengan obyek wisat a di Kabupat en Pur-

34 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 12 No. 1 Januari 2012

  balingga yait u: per t ama, Perat uran Daerah Ka- bupat en daerah Tingkat II Purbalingga Nomor

  19 Tahun 1998 t ent ang Ret ribusi Tempat Rekre- asi dan Olah Raga;

  kedua, Per da Kabupat en

  Purba-lingga No. 38 t ahun 2005 t ent ang Perusa- haan Daerah Obyek Wisat a Air Boj ongsari; dan

  ket i ga, Perda Kabupat en Purbalingga No. 10

  Tahun 2007 t ent ang Perubahan At as Perat uran Daerah Kabupat en Purbalingga No. 38 t ahun 2005 t ent ang Perusahaan Daerah Obyek Wisat a Air Boj ongsari Berdasarkan dat a t ersebut t am- pak bahwa dari sekian banyak obyek wisat a yang dit awarkan, baru sat u obyek wisat a yang sudah ada perat uran daerah, yait u obyek wisa- t a air Boj ongsari (Owabong), yang t elah diat ur dengan Perda Kabupat en Purbalingga Nomor 38 Tahun 2005 t ent ang Perusahaan Daerah Obyek Wisat a Air Boj ongsari.

  Wisat awan menurut ket ent uan Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 2009 adalah orang yang melakukan wisat a, sedangkan Pengusaha Pariwisat a adalah orang at au sekelompok orang yang melakukan kegiat an usaha pariwisat a (Pa- sal 1 ayat (8) UU No. 10 Tahun 2009, Apabila melihat rumusan t ersebut , ist ilah wisat awan dapat dianalogikan dengan konsumen, yait u se- t iap orang pemakai barang dan/ at au j asa yang t ersedia dalam masyarakat , baik bagi kepen- t ingan diri sendiri, keluarga, orang lain, mau pun makhluk hidup lain dan t idak unt uk diper- dagangkan (Pasal 1 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1999), sedangkan penyedia j asa kepariwisat a- an dapat dianalogikan sebagai pelaku usahanya, yait u set iap orang perseorangan at au badan usaha, baik yang berbent uk badan hukum mau pun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan at au melakukan kegiat an dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perj an- j ian menyelenggarakan kegiat an usaha dalam berbagai bidang ekonomi (Pasal 1 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1999). Pelaku usaha dapat berupa perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, impor- t er, pedagang maupun dist ribut or.

  Perat uran daerah yang ada di Kabupat en Purbalingga, apabila dihubungkan dengan pen- j elasan t ersebut di at as, maka dapat diint er- pret asikan bahwa Pemerint ah Daerah Kabupa- t en Purbalingga belum menempat kan konsu- men, dalam hal ini wisat awan, sebagai sasaran ut ama dalam usaha menggali pendapat an asli daerah. Pemerint ah Daerah Kabupat en Purba- lingga masih bersif at pragmat is dalam usaha menggali pendapat an asli daerah, t erut ama da- lam bidang kepariwisat aan, yait u dengan beru- saha mendapat kan keunt ungan sebesarnya me- lalui pembent ukan perusahaan daerah maupun dengan penarikan ret ribusi.

  Perlindungan konsumen seharusnya men- j adi perhat ian lebih mengingat invest asi, khu- susnya dalam bidang kepariwisat aan, t elah menj adi bagian pembangunan ekonomi. Perlin- dungan konsumen sendiri dapat dilakukan de- ngan: per t ama, mencipt akan sist em perlindu- ngan konsumen yang mengandung unsur ket er- bukaan akses dan inf ormasi sert a menj amin kepast ian hukum; kedua, melindungi kepent i- ngan konsumen pada khususnya dan pelaku usa- ha pada umumnya; ket i ga, meningkat kan kuali- t as barang dan pelayanan j asa; keempat , mem- berikan perlindungan kepada konsumen dari prakt ik usaha yang menipu dan menyesat kan; dan kel i ma, memadukan penyelenggaraan, pe- ngembangan dan pengat uran perlindungan kon- sumen dengan bidang lainnya;

  7 Konsumen, apabila dihubungkan dengan

  kekuat an pasar, pada dasarnya mempunyai kekuat an di pasar. Permint aan konsumen me- nent ukan sukses t idaknya sebuah produk at au j asa. Bahkan di negara maj u, salah sat u t an- t angan t erbesar perusahaan adalah mencipt a- kan kredibilit as konsumen. Beberapa langkah yang dilakukan ant ara lain meliput i: ket erlibat - an masyarakat , iklan-iklan penj ualan yang baik, dan keakraban dalam hubungan ant ar manusia dan kesopansant unan dalam semua urusan, bahkan pelaku usaha menyediakan gant i rugi dan pendidikan bagi konsumen.

  8 Berkait an hak 7 Masl ihat i Nur Hidayat i . “ Anal isis t ent ang Al t ernat i f Penyel esai an Sengket a Perl indungan Konsumen: St udi t ent ang Ef ekt ivi t as Badan Penyel esai an Sengket a Per- l indungan Konsumen” . Lex Jur nal i ca Vol . 5 No. 3, Agust us 2008. Hal . 170 8 Sri Sumi yat i dan Rini Fat masari . “ Per anan yayasan Lem- baga Konsumen Dal am Member ikan Perl indungan Konsu- men” . Jur nal Pena Wi yat a. Jur di k dan Hum. No. 9 Penerapan Perl i ndungan Hukum t erhadap Wi sat awan yang Mengal ami Kerugian di Obyek Wi sat a … 35

  dan kewaj iban pelaku usaha dan konsumen da- pat dij elaskan sebagai berikut : Pelaku usaha mempunyai hak unt uk: per -

  4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, yang me- nent ukan bahwa : Hak konsumen, adalah :

  5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 yang me- nent ukan hal-hal sebagai berikut Kewaj iban konsumen, adalah :

  Kewaj iban konsumen diat ur dalam Pasal

  h. Hak unt uk mendapat kan kompensasi, gant i rugi dan/ at au penggant ian, apa- bila barang dan/ at au j asa yang dit eri- ma t idak sesuai dengan perj anj ian at au t idak sebagaiman mest inya; i. Hak-hak yang diat ur dalam ket ent uan perat uran perundang-undangan lain- nya. Pada dasarnya hak-hak konsumen t ersebut di at as, dapat disimpulkan menj adi 3 (t iga) hak yang menj adi prinsip dasar. Per t ama, hak at as perlindungan dari kerugian, baik kerugian per- sonal maupun kerugian hart a kekayaan; kedua, hak unt uk memperoleh barang at au j asa de- ngan harga yang waj ar; dan ket i ga, hak unt uk memperoleh penyelesaian t erhadap permasa- lahan yang dihadapi.

  e. hak unt uk mendapat kan advokasi, per- lindungan, dan upaya penyelesaian sengket a perlindungan konsumen seca- ra pat ut ; f . hak unt uk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. hak unt uk diperlakukan at au dilayani secara benar dan j uj ur sert a t idak dis- krimanat if .

  d. hak unt uk didengar pendapat dan ke- luhannya at as barang dan/ at au j asa yang digunakan;

  b. hak unt uk memilih dan mendapat kan barang dan/ at au j asa sesuai dengan nilai t ukar dan kondisi sert a j aminan yang dij anj ikan; c. hak at as inf ormasi yang benar, j elas, dan j uj ur mengenai kondisi dan j ami- nan barang dan/ at au j asa;

  a. hak at as kenyamanan, keamanan, dan keselamat an dalam mengkonsumsi ba- rang dan/ at au j asa;

  Hak-hak konsumen diat ur di dalam Pasal

  t ama, menerima pembayaran sesuai dengan ke-

  usaha; kedua, memberi inf ormasi yang benar, j elas dan j uj ur mengenai kondisi dan j aminan barang dan/ at au j asa, sert a memberi penj elas- an penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan barang dan/ at au j asa; ket i ga, memperlakukan at au melayani konsumen secara benar dan j u- j ur, sert a t idak diskriminat if ; keempat , menj a- min mut u barang dan/ at au j asa yang diproduksi dan/ at au diperdagangkan berdasarkan ket ent u- an st andar mut u barang dan/ at au j asa yang berlaku; kel i ma, memberi kesempat an kepada konsumen unt uk menguj i dan/ at au mencoba barang dan/ at au j asa sert a memberi j aminan dan/ at au garansi at as barang yang dibuat dan/ at au diperdagangkan; dan keenam, memberi kompensasi, gant i rugi dan/ at au penggant ian apabila barang dan/ at au j asa yang dit erima at au dimanf aat kan konsumen t idak sesuai de- ngan perj anj ian.

  t ama, berit ikad baik dalam melakukan kegiat an

  Kewaj iban pelaku usaha ant ara lain: per -

  dalam rangka penyelesaian sengket a dengan konsumen; dan keempat , rehabilit asi nama baik apabila t erbukt i secara hukum bahwa kerugian konsumen t idak diakibat kan oleh barang dan/ at au j asa yang diperdangangkan. Hak-hak pela- ku usaha selain diat ur dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 j uga diat ur dalam undang-undang lainnya sepert i Undang-undang Perbankkan, Undang- undang Larangan Prakt ek Monopoli dan Per- saingan Usaha Tidak Sehat , Undang-undang Pa- ngan.

  ket i ga, melakukan pembelaan diri sepat ut nya

  dakan konsumen yang berit ikad t idak baik;

  dua, mendapat perlindungan hukum dari t in-

  sepakat an mengenai kondisi dan nilai t ukar ba- rang dan/ at au j asa yang diperdagangkan; ke-

  a. membaca at au mengikut i pet unj uk in- f ormasi dan prosedur pemakaian at au pemanf aat an barang dan/ at au j asa demi keamanan dan keselamat an; b. berikt ikad baik dalam melakukan t ran- saksi pembelian baran dan/ at au j asa; c. membayar sesuai dengan nilai t ukar yang disepakat i; d. mengikut i upaya penyelesaian hukum sengket a perlindungan konsumen seca- ra pat ut . ”

36 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 12 No. 1 Januari 2012

  Kewaj iban konsumen unt uk membaca at au me- ngikut i pet unj uk inf ormasi dan prosedur pe- makaian at au pemanf aat an barang dan/ at au j asa dit uj ukan demi keamanan dan keselamat - an konsumen sendiri. Ket ent uan Pasal 4 UU No.

  8 Tahun 1999, yang mengat ur bahwa konsumen berhak at as kenyamanan, keamanan, dan kese- lamat an dalam mengonsumsi barang dan/ at au j asa, apabila dihubungkan dengan Pasal 26 huruf d UU No. 10 Tahun 2009, yang mengat ur bahwa set iap pengusaha pariwisat a berkewa- j iban memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan, dan keselamat an wisa- t awan, maka dapat diint erpret asikan bahwa perlindungan keamanan, baik f isik, j iwa mau pun barang bawaan menj adi t anggung j awab pengu-saha pariwisat a.

  Berkait an dengan hak konsumen unt uk mendapat kan gant i rugi, berdasarkan inf ormasi yang diperoleh di Kant or Jasa Raharj a Kabu-pa- t en Purbalingga, bahwa ant ara Jasa Raharj a dengan Perusahaan Daerah Owabong t elah me- laksanakan suat u Memor andum of Under st an-

  di ng (MoU) t ent ang penent uan gant i kerugian.

  Dalam hal ini penulis t idak dapat menggali le- bih dalam mengenai MoU t ersebut , karena pi- hak yang berkepent ingan berpandangan bahwa MoU t ersebut hanya diperunt ukkan bagi para pihak, sehingga pihak lain t idak perlu menget a- hui MoU t ersebut . Terlepas dari t idak diper- olehnya MoU t ersebut , pada dasarnya t elah t erdapat it ikad baik dari pelaku usaha, dalam hal ini Perusahaan Daerah Owabong, unt uk memberikan gant i rugi. Namun demikian, gant i kerugian yang diberikan oleh j asa Raharj a ha- nya t erbat as pada kecelakaan f isik saj a sebagai akibat kunj ungan wisat awan ke obyek wisat a, sedangkan kerugian yang disebabkan selain ke- celakaan f isik t ersebut t idak diat ur lebih lan- j ut , sepert i kecopet an maupun kehilangan ba- rang bawaan. Hal t erakhir ini menit ikberat kan pada aspek keamanan yang harus diberikan di obyek wisat a.

  Sumber pendapat an asli daerah (PAD) merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkut an yang dapat berupa hasil paj ak daerah, hasil re- t ribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan dae- rah. Berlakunya undang-undang ot onomi daerah mengakibat kan pemerint ah daerah dit unt ut un- t uk menggali sumber pendapat an asli daerah, karena t idak mungkin t erus menggant ungkan bant uan dari pusat saj a unt uk membiayai pem- bangunan.

  9 Pada era ot onomi daerah pemerin-

  t ah daerah memiliki ot onomi penuh yang di j amin oleh konst it usi negara unt uk mengat ur dan mengurus urusan rumah t angganya sendiri. Pada sist em ini dikenal adanya urusan pemerin- t ah yang t et ap menj adi wewenang penuh pe- merint ah pusat yang meliput i urusan keimigra- sian, monet er, pert ahanan, keamanan, peradil- an dan sebagian pendidikan masih di t angan pemerint ah pusat , meskipun pelaksanaannya oleh pemerint ah daerah.